Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Nama : Syafa’atin
NIM : 2110112220015
Kelas : A1
Mata Kuliah : Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu : Drs. H. Harpani Matnuh. M. H
ESSAY DITULIS SOAL - TES NORMATIF LANGSUNG JAWAB

Tugas:
Tugas Individu menjawab Essay dan Tes Normatif yang ada pada Buku HTS dari Bab 6 s/d Bab
8 diketik dan dukumpul dalam bentuk (format) pdf. Essay ditulis soalnya dan untuk tes
normative langsung jawab.

BAB 6
ESSAY
1. Jelaskan tata cara pengisisan Jabatan Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan UUD
1945!
Jawab:
Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang diatur dalam Pasal 6 ayat
(1) UUD 1945, yaitu:
a. Calon Presidendan calon Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain Karen kehendaknya
sendiri;
b. Tidak pernah mengkhianati negara, serta
c. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.
Berdasarkan Pasal 6 ayt (2) UUD 1945, ketentuan lebih lanjut mengenai syarat-syarat
untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur melalui Undang-Undang. Terkait UU
yang mengatur syarat-syarat menjadi Presiden dan Wakil Presiden terdapat dalam UU
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

2. Sebutkan dapat diberhentikannya Presiden atau Wakil Presiden dalam masa jabatan!
Jawab:
a. Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun
apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden. (Pasal 7 A UUD);
b. Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih
dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus pendapat Dewan dan/atau Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. (Pasal 7 B ayat 1 UUD);
c. Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 7 B ayat 2 UUD)
d. Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi
hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal
7 B ayat 3 UUD);
e. Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-
adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan
puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah
Konstitusi. (Pasal 7 B ayat 4 UUD);
f. Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
pengkhianatan terhadap negara, terbukti korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan
usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat. (Pasal 7 B ayat 5 UUD);
g. Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan
usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis
Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. (Pasal 7 B ayat 6 UUD);
h. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah
anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir,
setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. (Pasal 7 B ayat 7
UUD)

3. Jelaskan secara singkat tahapan pemberhentian Presiden atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya!
Jawab:
Berikut tahapan pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya:
a. Usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan oleh DPR
kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi (“MK”) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan
pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau
wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR;
b. MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden
tersebut paling lama 90 hari setelah permintaan DPR itu diterima oleh MK;
c. Apabila MK memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil presiden terbukti
melakukan pelanggaran hukum, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada MPR;
d. MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut paling
lama 30 hari sejak MPR menerima usul tersebut;
e. Keputusan MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus
diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang- kurangnya 3/4 dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna MPR.

4. Sebutkan masing-masing tugas 5 tugas Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan!
Jawab:
a. Pasal 10 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara;
b. Pasal 11 ayat 1: Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR;
c. Pasal 11 ayat 2: Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR;
d. Pasal 12: Menyatakan keadaan bahaya;
e. Pasal 13 ayat 1dan ayat 2: Presiden mengangkat duta dan konsul.

Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR namun adaa juga
tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang tertuang dalam UUD 1945 adalah:
a. Pasal 4 ayat (1): Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar;
b. Pasal 5 ayat (1): Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR;
c. Pasal 5 ayat (2): Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya;
d. Pasal 16 Menetapkan suatu penetapan pertimbangan untuk memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presiden;
e. Pasal 17 ayat (2): Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

5. Berapa lama seseorang menjabat sebagai menteri yang membidangi suatu urusan
pemerintahan?
Jawab:
Masa jabatan seseorang yang menjabat sebagai Menteri yang membidangi suatu
urusan pemerintahan adalah 5 tahun. Tetapi, terkadang ada pergantian Menteri sehingga
tidak semuanya bisa bertahan 5 tahun. Namun, batas Menteri menjabat adalah 5 tahun
dihitung setelah presiden dilantik.

TES NORMATIF
1. E. DPR, Mahkamah Konstitusi dan MPR
2. B. Melakukan perbuatan tercela
3. C. Mengesahkan UU yang telah disetujui bersama dengan DPR
4. C. Mengangkat para Menteri
5. D. Diserahkan kepada Presiden untuk memberhentikannya
BAB 7
ESSAY
1. Jelaskan apa yang dimaksud otonomi daerah!
Jawab:
Di dalam Pasal 1 anga 12 UU Nomor 23 Tahun 2014 jo UU Nomor 2 Tahun 205 jo UU
Nomor 9 Tahun 2015, dijelaskan bahwa Otonomi Daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyrakat setempat kecuali, urusan a) Politik
Luar Negeri; b) Pertahana; c) Keamanan; d) Yustisi; e) Moneter dan Fiskal Nasional dan
f) Agama.

2. Sebutkan masing-masing 5 (lima) tugas dan wewenang Kepala Daerah!


Jawab:
Tugas Kepala Daerah:
a. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemeritahan yang menjadi kewenangan Daerah
berdasrkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijkan yang ditetapkan
bersama DPRD;
b. Memelihara etenteraman dan ketertiban masyarakat;
c. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda
tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan
menetapkan RKPD;
d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang
perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;
e. Mewakili Daerahnya di dalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Adapun Wewenang Kepala daerah sebagai berikut:
a. Mengajukan rancangan Peraturan Daerah;
b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
c. Menetapkan Perkada dan keputusan Kepala Daerah;
d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh
Daerah dan atau/ masyarakat;
e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Sebutkan syarat-syarat calon Kepala Daerah berdasarkan UU Pilkada!


Jawab:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3) Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;
4) Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil;
5) Mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika berdasarkan
hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim;
6) Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka
dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana;
7) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
8) Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat keterangan
catatan kepolisian;
9) Menyerahkan daftar kekayaan pribadi;
10) Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan
hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
11) Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
12) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;
13) Belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang
sama untuk Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota;
14) Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon;
15) Wakil Gubernur, atau Bupati/Walikota untuk Calon Wakil Bupati/Calon Wakil
Walikota pada daerah yang sama;
16) Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain sejak ditetapkan
sebagai calon.

4. Sebutkan alasan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah!


Jawab:
Alasan pemberhentian Kepada Daerah dan Wakil Kepala Daerah telah diatur pada Pasal
78 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2014 jo UU Nomor 2 Tahun 2015 jo UU Nomor 9
Tahun 2015 “mengatur alasan-alasan diberhentikannya Kepala Daerah dan atau Wakil
Kepada Daerah, yaitu:
1. Berakhir masa jabatan;
2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan:
3. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
4. Tidak melaksanakan kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
5. Melanggar larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
6. Melakukan perbuatan tercela;
7. Diberi tugas dalam jabatan tertentu oleh Presiden yang dilarang untuk dirangap oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Menggunakan dokumen dan/atau keterangan palsu sebagai persyaratan pada saat
mencalonan epala Daerah/Wakil Kepala Daerah berdasarkan pembuktian dari
lembaga yang berwenang menerbitkan dokumen dan/atau
9. Mendapatkan sanksi pemberitahuan.

5. Sebutkan dan Jelaskan materi Peraturan Daerah!


Jawab:
Materi Peraturan Daerah meliputi:
a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan;
b. Penjabaran lebih lanjut etentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
dan
c. Materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 238 UU Nomor 23 Tahun 2014 jo diatur pula bahwa: Peraturan
Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaaan
penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebaian kepala pelanggar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Daerah dapat memuat ancama pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dan peratuan
daerah dapat membuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan Peraturan Daerah atau atas kuasa peraturan perundang-
undangan, Kepala Daerah menetapkan Peraturan Kepala Daerah (Pasal 246 ayat 1 UU
Pemda).
Sedangkan alasan pembatalan Peraturan Daerah adalah:
a. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; dan
b. Bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau bertentangan dengan kesusilaan.

TES NOMATIF
1. D. Asas Sentralisasi
2. B. Agama
3. B. Jakarta
4. C. Mahkamah Konstitusi
5. A. UU Nomor 6 Tahun 2014
BAB 8
ESSAY
1. Jelaskan makna kekuasaan kehakiman yang merdeka!
Jawab:
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan undang-undang Dasar 1945 demi terselenggaranya negara hukum
Republik Indonesia.
Adapun pengertian kekuasaan negara yang merdeka dimaksudkan bahwa
kekuasaan kehakiman disamping Kekuasaan pemerintah dan kekuasaan perundang-
undangan mempunyai kekuasaan yang bebas selain bebas dari intervensi kekuasaan
lainnya bebas yang dimaksud bukan berarti bahwa kekuasaan kehakiman dapat
dilaksanakan dengan sebebas-bebasnya tanpa rambu-rambu pengawasan oleh karena
dalam aspek beracara di pengadilan dikenal adanya asas umum untuk berperkara
yang baik atau yang disebut general principle of Justice dan peraturan yang bersifat
prosedural atau hukum acara yang membuka kemungkinan diajukannya upaya
hukum.
Jadi makna kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah kebebasan dalam
menyelenggarakan peradilan dan tidak berada di bawah pengaruh kekuasaan lain
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan undang-undang
1945 demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia sesuai dengan prinsip-
prinsip sistem negara hukum dan sistem negara demokrasi.

2. Sebutkan wewenang Mahkamah Agung yang diatur dalam UUD dan UU MA!
Jawab:
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang. dalam Mahkamah Agung para hakim
agung, harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional
dan berpengalaman di bidang hukum.
Berkaitan dengan kekuasaan kehakiman di Indonesia terdapat dua kekuasaan
kehakiman yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi Adapun dasar
hukumnya dapat ditelusuri pada bab IX kekuasaan kehakiman dalam pasal 24 ayat 1,
pasal 24 ayat 2, dan pasal 24 A undang-undang dasar negara Republik Indonesia
tahun 1945, yang intinya menunjukkan bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan Militer, lingkungan peradilan tata usaha dan disamping oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung tidak hanya melakukan fungsi peradilan saja namun berbagai
fungsi lainnya, yakni fungsi peradilan, fungsi mengatur, fungsi penasehat, fungsi
pengawasan dan fungsi administratif.
Dalam konteks negara hukum memang diperlukan adanya Mahkamah Agung
sebagai badan atau lembaga yang mempunyai tugas menegakkan tertib hukum
disamping sebagai peradilan kasasi mengawasi kegiatan-kegiatan peradilan bawahan
dan melakukan hak uji material peraturan perundang-undangan dibawah undang-
undang.
Hal ini berdasarkan ketentuan undang-undang Republik Indonesia nomor 48
tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman junto undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Sebagaimana telah diubah undang-
undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2004 dan terakhir dalam undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009. Mahkamah Agung juga berwenang dalam:
a. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada dibawahnya dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman;
b. Melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan yang ada
dibawahnya;
c. Meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis peradilan dari
semua badan yang berada dibawahnya;
d. Memberi petunjuk teguran atau peringatan kepada pengadilan di semua badan
yang berada dibawahnya;
e. Memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan
rehabilitasi; dan
f. Dapat memberi keterangan pertimbangan dan nasihat masalah hukum kepada
lembaga negara dan lembaga pemerintahan.

3. Jelaskan perbedaan antara peradilan dan pengadilan!


Jawab:
Peradilan adalah suatu proses yang dijalankan dipengadilan yang berhubungan
dengan tugas memeriksa, memutus dan mengadili perkara. Sedangkan
Pengadilan adalah Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang melaksankan
sistem peradilan berupa memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

4. Sebutkan wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi!


Jawab:
Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yaitu:
a. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar;
c. Memutus pembubaran partai politik;
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum dan memiliki kewenangan
memutuskan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh presiden atau wakil presiden menurut undang-undang dasar.

5. Jelaskan kedudukan Komisi Yudisial dan Kekuasaan Kehakiman/Yudikatif!


Jawab:
Komisi Yudisial tidak memiliki kewenangan atas penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman, sehingga badan ini sering disebut sebagai lembaga ekstra Yudisial.
Komisi Yudisial merupakan lembaga yang mandiri, yang memang mempunyai
peranan penting dalam upaya mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka
melalui pencalonan Hakim Agung, serta pengawasan terhadap Hakim yang
transparan dan partisipatif guna menegakkan Kehormatan dan keluhuran martabat
serta perilaku Hakim.

TES NORMATIF
1. B. Sengketa Hasil Pemilu Kepala Daerah
2. A. Perkawinan-Zakat-Pegadaian
3. B. Perceraian Pasangan Non Muslim
4. C. Pengadilan Militer
5. B. UU Nomor 50 Tahun 1986

Anda mungkin juga menyukai