Oleh :
ARTIKAN BUULOLO
NPM : 208400050
2023
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN INDONESIA BERDASARKAN HIRARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
a. Jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan pasal 7 dan pasal 8
undang-undang No. 12 tahun 2011.
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
BAB I
pasal 1
(2). Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar 1945
BAB II
MAJELIS PERMUSYARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1). Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewa Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum.
(2). Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidangnya sedikit sekali dalam lima tahun
(3). Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak
Pasal 3
(3). Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan wakil Presiden dalam
masajabatannya menurut UUD
BAB III
Pasal 4
Pasal 5
(2). Presiden berhak menetapkan Peraturan pemerintah untuk pejalankan UU sebagaimana mestinya
Pasal 6
(1). Calon Presiden dan Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain kerena kehendaknya sendiri. Tidak pernah mengkhianati negara,
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan wakil
Presiden.
(2). Syarat-syarat menjadi Presiden dan wakil presiden selanjutnta diatur dalam UU
Pasal 6A
(1). Presiden calon dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan oleh rakyat
(2) Pasangan Presiden dan wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik sebelum
melaksanakan pemilihan umum
(3). Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara desetiap provinsi yang
terbesar lebih dari jumlah jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi Presiden dan wakil Presiden.
(4). Dalam hal tidak ada calon Presiden dan wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
yang memperoleh suara yang terbanyak dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden.
(5) tata cara pemilihan Presiden dan wakil Presiden diatur lebuh lanjut dalam UU
Pasal 7
(1). Presiden dan wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun , dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden Dapat Diberhentikan dalam masa jabatannya olehMajelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabilaterbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabilaterbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
Pasal 7B
(1). Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
DewanPerwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih
dahulu Mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,mengadili,
dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau WakilPresiden telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagaiPresiden dan/atau Wakil
Presiden.
(2). Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telahmelakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi
syaratsebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.
(4). Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh harisetelah
permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh MahkamahKonstitusi.
(5). Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presidenterbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara,korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;
dan/atauterbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagaiPresiden dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
menyelenggarakansidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau
WakilPresiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 7C
Pasal 8
(1). Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukankewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampaihabis masa jabatannya.
(2). Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untukmemilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
(3). Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan
secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu,Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presidendan Wakil
Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yangdiusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonPresiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
berakhir masa jabatannya.
Pasal 9
(1). Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
“Demi Allah saya ersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”
(2). Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapatmengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh –sungguh di hadapan pimpinan Majelis PermusyawaratanRakyat
dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
danAngkatan Udara.
Pasal 11
(2). Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibatyang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangannegara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3). Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.
Pasal 12
Pasal 13
(3). Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 14
(1). Presiden memberi grasi dan rehabilitasi mengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah agung
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang.
Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-
norma dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat . UUD adalah merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum tertulis dan memiliki kedudukan
yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundangundangan sebagaimana yang ditetukan
dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011. Artinya bahwa setiap produk hukum
dibawahnya seperti Tap MPR, undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,
Perda ataupun setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan
bersumber pada peraturan yang lebih tinggiyakni UUD Tahun 1945.
Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945 mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945 mengontrol apakah peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai
penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
Ini berati Ketetapan MPR kembali didudukan dalam posisinya dalam sistem hukum di
Indonesia. Implikasinya sungguh sangat besar dan signifikan: Tap MPR kembali menjadi
sumber hukum formal dan material. Tap MPR harus kembali menjadi rujukan atau salah satu
rujukan selain UUD 1945 bukan hanya dalam pembentukan perundang-undangan di negeri
ini, melainkan juga dalam pembentukan kebijakan-kebijakan publik lainnya.
Fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum yang ada di
bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-
tegas menyebutnya
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945
4. peraturan Pemerintah
Dasar hukum PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan : Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Yang dimaksud dengan Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya (Pasal 1
angka 5) UU No.12 Tahun 2011.
Dengan demikian maka tidak akan ada PP jika tidak ada UU yang menjadi induknya.
1. PP tidak dapat lebih dulu dibentuk tanpa ada UU yang menjadi induknya
Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi PP adalah :
5. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden adalah salah satu jenis peraturan perundang-undang yang baru ditentukan
dengan tegas dalam UU No.10 Tahun 2004. Sebelum keluarnya UU No.10 Tahun 2004
dalam hierarchi PPU dikenal istilah Keputusan Presiden (Keppres) yang mempunyai sifat
mengatur. Setelah keluarnya UU No.10 Tahun 2004, istilah keputusan kemudian diganti
dengan istilah “Peraturan”, hal ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas bentuk peraturan
apakah berupa “regelings” (pengaturan) ataukah “beschiking” (penetapan). Kedua bentuk
tersebut mempunyai sifat yang berbeda yaitu; jika berbentuk pengaturan maka bersifat
deuerhaftig yakni berlaku terus menerus, dan jika bentuknya adalah “keputusan” maka
sifatnya adalah einmalig yaitu sekali selesai.
Dasar hukum Perpres terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang
menentukan bahwa: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UndangUndang Dasar. Dalam rangka melaksanakan kekuasaan pemerintahan
tersebutlah, presiden dapat mengeluarkan Perpres. Yang dimaksud dengan Perpres adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan (Pasal 1 angka 6, UU No.12 Tahun 2011).
1. Perpres sebagai pelaksanaan kewenangan dari presiden baik presiden sebagai kepala
negara maupun kepala pemerintahan. Disini Presiden mempunyai kewenangan secara
mandiri untuk membuat Perpres yang tidak tetap batas lingkupnya. Kewenangan
disini merupakan kewenangan atributif yang diberikan berdasarkan Pasal 4 ayat (1)
UUD Tahun 1945. Perpres mandiri ini adalah konsekwensi dari kedudukan presiden
sebagai penyelenggara pemerintahan negara tertinggi, dimana kekuasaan dan
tanggung jawab ada ditangan Presiden ( cocentration of power and responsibility
upon the President).
2. Perpres dapat juga dibentuk karena delegasi (delegated legislation), sebagai peraturan
delegasi untuk melaksanakan perintah UUD, UU maupun PP.
Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6) ditentukan bahwa: pemerintahan
daerah berhak untuk menetapkan Peraturan Daerah dan peraturanperaturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan
Perda Kabupaten. Yang dimaksud dengan Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
bersama Gubernur (Pasal 1 angka 7 UU No.12 Tahun 2011). Termasuk dalam Peraturan
Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus
(Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat (Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf f) UU No.12 Tahun 2011.
Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi Peraturan Daerah adalah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menjabarkan lebih
lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 236 ayat (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah (sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan. Dalam fungsi ini, Peraturan
Daerah tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian
Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi
masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan
kesejahteraan daerah.
Peraturan Daerah kabupaten atau kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota. Dengan berpedoman atas undang-undang yang lebih tinggi padanya.