Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRAKTIK LEGAL DRAFTING

Dosen Pengampu : Anggreini Atmei Lubis, SH.,M.Hum

Oleh :

ARTIKAN BUULOLO

NPM : 208400050

FAKULTAS ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2023
MENGIDENTIFIKASI DAN MENGANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN INDONESIA BERDASARKAN HIRARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

Tujuan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Secara umum tujuan pembentukkan peraturan perundang-undangan adalah mengatur


dan menata kehidupan dalam suatu negara supaya masyarakat yang diatur oleh hukum itu
memperoleh kepastian, kemanfaatan dan keadilan didalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Oleh karena itu salah satu tiang utama dalam penyelenggara pemerintah suatu
negara hukum adalah pembentukkan peraturan perundang-undangan yang baik, harmonis dan
mudah diterapkan pada masyarakat.

a. Jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan pasal 7 dan pasal 8
undang-undang No. 12 tahun 2011.

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-undang /peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang

4. Peraturan Pemerintah

5. Peraturan Presiden

6. Peraturan daerah Provinsi

7. Peraturan daerah Kabupaten/Kota

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN

pasal 1

(1). Negara Indonesia adalah negara yang berbentuk Republik

(2). Kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar 1945

BAB II
MAJELIS PERMUSYARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1). Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewa Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum.

(2). Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidangnya sedikit sekali dalam lima tahun

(3). Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak

Pasal 3

(1). Majelis Permusyawaratan Rakyat berwewenang mengubah dan menetapkan UUD

(2). Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan wakil Presiden

(3). Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan wakil Presiden dalam
masajabatannya menurut UUD

BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA

Pasal 4

(1). Presiden indonesia memegang kekuasaan Pemerintah menurut UUD

(2). Dalam memegang kewajiban Presiden dibantu oleh wakil Presiden

Pasal 5

(1). Presiden berhak mengajukan UU kepada DPR

(2). Presiden berhak menetapkan Peraturan pemerintah untuk pejalankan UU sebagaimana mestinya

Pasal 6

(1). Calon Presiden dan Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain kerena kehendaknya sendiri. Tidak pernah mengkhianati negara,
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan wakil
Presiden.

(2). Syarat-syarat menjadi Presiden dan wakil presiden selanjutnta diatur dalam UU

Pasal 6A

(1). Presiden calon dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan oleh rakyat

(2) Pasangan Presiden dan wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik sebelum
melaksanakan pemilihan umum
(3). Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara desetiap provinsi yang
terbesar lebih dari jumlah jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi Presiden dan wakil Presiden.

(4). Dalam hal tidak ada calon Presiden dan wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan
yang memperoleh suara yang terbanyak dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden.

(5) tata cara pemilihan Presiden dan wakil Presiden diatur lebuh lanjut dalam UU

Pasal 7

(1). Presiden dan wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun , dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden Dapat Diberhentikan dalam masa jabatannya olehMajelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabilaterbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabilaterbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden

Pasal 7B

(1). Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
DewanPerwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih
dahulu Mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,mengadili,
dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau WakilPresiden telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagaiPresiden dan/atau Wakil
Presiden.

(2). Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telahmelakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi
syaratsebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3). Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi


hanyadapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggotaDewan
Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

(4). Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya
terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh harisetelah
permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh MahkamahKonstitusi.
(5). Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presidenterbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara,korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;
dan/atauterbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagaiPresiden dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
menyelenggarakansidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau
WakilPresiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(6). ) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk


memutuskanusul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak
MajelisPermusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.

(7). Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presidendan/atau


Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna MajelisPermusyawaratan yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dandisetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir, setelahPresiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan
menyampaikan penjelasan dalamrapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan PerwakilanRakyat.

Pasal 8

(1). Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukankewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampaihabis masa jabatannya.

(2). Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untukmemilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.

(3). Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan
secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu,Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presidendan Wakil
Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yangdiusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonPresiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
berakhir masa jabatannya.

Pasal 9

(1). Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
“Demi Allah saya ersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban PresidenRepublik


Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik –baiknya dan seadil -adilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, Kepada Nusa dan Bangsa”

(2). Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapatmengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh –sungguh di hadapan pimpinan Majelis PermusyawaratanRakyat
dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
danAngkatan Udara.

Pasal 11

(1). Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,membuat


perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

(2). Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibatyang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangannegara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3). Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya


ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 13

(1). Presiden mengangkat data konsul

(2). Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DewanPerwakilan


Rakyat

(3). Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14
(1). Presiden memberi grasi dan rehabilitasi mengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah agung

(2). Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan


DewanPerwakilan Rakyat

Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang.

 Fungsi UUD tahun 1945

Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-
norma dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat . UUD adalah merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum tertulis dan memiliki kedudukan
yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundangundangan sebagaimana yang ditetukan
dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011. Artinya bahwa setiap produk hukum
dibawahnya seperti Tap MPR, undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,
Perda ataupun setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan
bersumber pada peraturan yang lebih tinggiyakni UUD Tahun 1945.

Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945 mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945 mengontrol apakah peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai
penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Tap MPR RI)


merupakan bagian penting dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Keberadaan
Ketetapan MPR sebelum perubahan UUD 1945 menjadi pedoman utama pemerintah untuk
menjalankan segala amanah rakyat. Sehingga, Ketetapan MPR menjadi sumber hukum kedua
setelah Undang-Undang Dasar 1945 dan pelanggaran terhadap isi Ketetapan MPR bisa
berakibat fatal bagi pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa posisi pemerintah berada di
tangan MPR karena posisi MPR sebagai lembaga tertinggi negara dan pelaksana kedaulatan
rakyat. Dengan kata lain bahwa kekuatan berlakunya dan mengikatnya Ketetapan MPR
tergantung pada kedudukan, fungsi, dan wewenang MPR.

Ketetapan MPR merupakan komponen penting dalam peraturan perundang-undangan


Indonesia, peranan tersebut bukan hanya saat ini tetapi terlebih lagi sebelum perubahan
Undang-Undang Dasar 1945. Mengigat peran dan cakupan sebuah ketetapan sangat luas
dalam pemerintahan. Sebagaimana tercatat bahwa dalam perjalanan waktu antara tahun 1960
sampai dengan tahun 2002, MPRS/MPR sebagai lembaga tertinggi negara pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat telah mengeluarkan ketetapan-ketetapan yang menurut sifatnya
mempunyai ciriciri yang berbeda.

Ini berati Ketetapan MPR kembali didudukan dalam posisinya dalam sistem hukum di
Indonesia. Implikasinya sungguh sangat besar dan signifikan: Tap MPR kembali menjadi
sumber hukum formal dan material. Tap MPR harus kembali menjadi rujukan atau salah satu
rujukan selain UUD 1945 bukan hanya dalam pembentukan perundang-undangan di negeri
ini, melainkan juga dalam pembentukan kebijakan-kebijakan publik lainnya.

 Fungsi Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum yang ada di
bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.

3. Undang-undang /peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang

Jenis peraturan perundang-undangan yang ketiga menurut UU No,12 Tahun 2011


adalah Undang-Undang (UU). Landasan Hukum UU diatur dalam Pasal 20 ayat (1) dan Pasal
5 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa : yang memegang
kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang adalah DPR. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka
3 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan: UndangUndang adalah Peraturan
Perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden.

Dengan demikian maka dalam pembentukan UU lembaga legislatif memepunyai


peranan yang sangat menentukan keabsahan dan kekuatan mengikat UU itu untuk umum.
Menurut para ahli hukum antara lain P.J.P.Tak dalam bukunya Rechtsvorming in Netherland
pengertian UU dibagi menjadi: UU dalam arti materiil (wet materiele zin) dan UU dalam arti
formal (wet formele zin). UU dalam arti formil adalah apabila pemerintah bersama dengan
parlemen mengambil keputusan – maksudnya untuk membuat UU- sesuai dengan prosedur .
Sedangkan UU dalam arti materiil adalah jika suatu lembaga yang mempunyai kewenangan
membentuk peraturan perundang-undangan mengeluarkan suatu keputusan yang isinya
mengikat masyarakat secara umum. Atau dengan kata lain UU dalam arti Materiil melihat
UU dari segi isi, materi dan dan substansinya. Sedangkan UU dalam arti formil dilihat dari
segi bentuk dan pembentukannya. Pembedaan tersebut hanya dilihat dari segi penekanannya
yaitu sudut penglihatan, yaitu undang-undang yang dilihat dari segi materinya dan undang-
undang yang dilhihat dari segi bentuknya.

Sedangkan arti Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dalam angka


4 pasal 1 UUNo.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa. Perpu ditetapkan tanpa terlebih dahulu meminta
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan hanya dapat dilakukan dalam hal
ikhwal kegentingan memaksa. Perpu harus mendapatkan persetujuan DPR pada sidang
berikutnya untuk dapat berubah menjadi UU. Bila tidak maka Perpu tersebut harus dicabut.

Ada beberapa Fungsi Undang-Undang yaitu:

1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-
tegas menyebutnya

2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945

3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya

Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada dasarnya sama


dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada Pembuatnya, undang-
undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR dalam keadaan normal sedangkan
PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah Undang-undang dibuat dalam
suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
dibuat dalam keadaan kegentingan yang memaksa.

Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:

1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar


1945 yang tegas-tegas menyebutnya

2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945

3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya

4. peraturan Pemerintah

Dasar hukum PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan : Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Yang dimaksud dengan Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya (Pasal 1
angka 5) UU No.12 Tahun 2011.

Dengan demikian maka tidak akan ada PP jika tidak ada UU yang menjadi induknya.

1. PP tidak dapat lebih dulu dibentuk tanpa ada UU yang menjadi induknya

2. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila UU yangbersangkutan tidak


mencantumkan sanksi pidana
3. Ketentuan PP tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan UU yang
bersngkutan

4. PP dapat dibentuk meski ketentuan UU yang bersangkutan tidak memintanya secara


tegas

5. Ketentuan-ketentuan PP berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan. PP


tidak berisi penetapan semata-mata.

 Fungsi Peraturan pemerintah

Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi PP adalah :

1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya

2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undangundang yang


mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.

5. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden adalah salah satu jenis peraturan perundang-undang yang baru ditentukan
dengan tegas dalam UU No.10 Tahun 2004. Sebelum keluarnya UU No.10 Tahun 2004
dalam hierarchi PPU dikenal istilah Keputusan Presiden (Keppres) yang mempunyai sifat
mengatur. Setelah keluarnya UU No.10 Tahun 2004, istilah keputusan kemudian diganti
dengan istilah “Peraturan”, hal ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas bentuk peraturan
apakah berupa “regelings” (pengaturan) ataukah “beschiking” (penetapan). Kedua bentuk
tersebut mempunyai sifat yang berbeda yaitu; jika berbentuk pengaturan maka bersifat
deuerhaftig yakni berlaku terus menerus, dan jika bentuknya adalah “keputusan” maka
sifatnya adalah einmalig yaitu sekali selesai.

Dasar hukum Perpres terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang
menentukan bahwa: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UndangUndang Dasar. Dalam rangka melaksanakan kekuasaan pemerintahan
tersebutlah, presiden dapat mengeluarkan Perpres. Yang dimaksud dengan Perpres adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan (Pasal 1 angka 6, UU No.12 Tahun 2011).

Rumusan tersebut jelas menegaskan bahwa kewenangan untuk membentuk Perpres


adalah ditangan Presiden, dan pembentukan Perpres dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pemerintahan oleh presiden. Dari segi wewenang Perpres dapat dibedakan:

1. Perpres sebagai pelaksanaan kewenangan dari presiden baik presiden sebagai kepala
negara maupun kepala pemerintahan. Disini Presiden mempunyai kewenangan secara
mandiri untuk membuat Perpres yang tidak tetap batas lingkupnya. Kewenangan
disini merupakan kewenangan atributif yang diberikan berdasarkan Pasal 4 ayat (1)
UUD Tahun 1945. Perpres mandiri ini adalah konsekwensi dari kedudukan presiden
sebagai penyelenggara pemerintahan negara tertinggi, dimana kekuasaan dan
tanggung jawab ada ditangan Presiden ( cocentration of power and responsibility
upon the President).

2. Perpres dapat juga dibentuk karena delegasi (delegated legislation), sebagai peraturan
delegasi untuk melaksanakan perintah UUD, UU maupun PP.

 Fungsi Peraturan Presiden

Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :

1. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan


kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945)

2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah


yang tegas-tegas menyebutnya

3. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan Pemerintah


meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.

6. Peraturan Daerah Provinsi

Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6) ditentukan bahwa: pemerintahan
daerah berhak untuk menetapkan Peraturan Daerah dan peraturanperaturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan
Perda Kabupaten. Yang dimaksud dengan Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
bersama Gubernur (Pasal 1 angka 7 UU No.12 Tahun 2011). Termasuk dalam Peraturan
Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus
(Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat (Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf f) UU No.12 Tahun 2011.

 Fungsi Peraturan Daerah Provinsi

Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi Peraturan Daerah adalah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menjabarkan lebih
lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 236 ayat (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah (sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan. Dalam fungsi ini, Peraturan
Daerah tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian
Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi
masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan
kesejahteraan daerah.

7. Peraturan Daerah kabupaten atau kota

Peraturan Daerah kabupaten atau kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota. Dengan berpedoman atas undang-undang yang lebih tinggi padanya.

Anda mungkin juga menyukai