Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Yohanes Brilian Jemadur

NIM : 1312100222

TUGAS PERSEORANGAN_PRA EAS ILMU NEGARA

1. Konsep negara hukum rechtsstaat dan rule of law.


a. perbedaan dan persamaan antara kedua konsep negara hukum tersebut meliputi
sejarah kelahiran, unsur-unsur dan negara penganut
Perbedaan dan persamaan antara kedua konsep negara hukum tersebut meliputi
Konsep negara hukum rechtsstaat Lahir dari tradisi hukum negara-negara Eropa
Kontinental yang berdasarkan pada Civil Law Systemdan Legisme yang
menganggap bahwa Hukum adalah sama dengan Undang-undang dan didasari
pada kepastian hukum, sedangkan konsep negara rule of law Lahir dari tradisi
hukum negara-negara Anglo Saxon yang berdasarkan pada common Law System.
Kebenarannya tidak semata-mata pada hukum tertulis, keputusan Hakim lebih
dianggap sebagai hukum yang sesungguhnya daripada hukum tertulis. Oleh
karena itu dituntut untuk membuat hukum-hukum sendiri melalui Yurisprudensi.
unsur-unsur negara hukum rechtsstaat meliputi: (a) diakuinya hak-hak asasi
warga negara (grondrechten); (b). adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan
negara (separationofpower /scheidingvanmachten) untuk menjamin hak-hak
asasi manusia, yang biasa dikenal sebagai trias politica; (c). pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan/ hukum (wetmatigheid van
bestuur/rechtmatigheid van het bestuur), dan (d). adanya peradilan administrasi
dalam perselisihan (administrative rechtspraak). Sedangkan unsur-unsur negara
hukum rule of law meliputi: (a) supremacy of law atau supremasi hukum; (b)
equality before the law; (c) the constitution based on individual right.
negara penganut konsep hukum rechtsstaat salah satunya adalah Indonesia,
sedangkan negara penganut konsep hukum rule of law salah satunya adalah
inggris.
b. Ya betul bahwa Indonesia memiliki konsep negara hukum tersendir yaitu konsep
negara hukum Pancasila. konsep negara hukum Pancasila mempunyai
karakteristik khusus yaitu Negara Indonesia merupakan suatu negara
kekeluargaan, menjunjung tinggi asas kepastian dan keadilan, religious nation
state, adanya kolaborasi hukum sebagai sarana perubahan masyarakat dan
hukum, basis pembuatan dan pembentukan hukum nasional didasarkan pada
prinsip hukum yang bersifat netral dan universal

2. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia adalah sistem pemerintahan


presidensial, itu dilihat dalam Pasal 4 ayat 1 UUD 1945. Dalam Pelaksanaannya
Indonesia tidak menganut sistem pemerintahan presidensial secara murni, dimana
system presidensial kita dibangun atas banyang banyang system parlemen, sehingga
pelaksanaan juga masih menggunakan system parlemen. Hal yang menunjukan
Indonesia belum menganut system presidensial secara murni adalah salah satunya
begitu banyaknya partai politik di Indonesia, sehingga dalam pelaksanaan pemilu
harus berkoalisi, dan dari berkoalisi itu akan mencederai pelasanaan sytem
presidensial.

3. Perbedaan kewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan Presiden sebagai


Kepala Negara yang merupakan ciri dari sistem Pemerintahan Presidensial.
a. Tugas dan Wewenang Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 4 ayat 1).
 Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR (Pasal 5 ayat 1)

 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan


Undang-Undang sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat 2).
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada presiden (Pasal 16)
 Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17
ayat 2).
 Presiden mengesahkan rancangan UU yang telah disetujui bersama
untuk menjadi Undang-Undang (Pasal 20 ayat 4).
 Menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
dalam kegentingan yang memaksa (Pasal 22 ayat 1)
 Rancangan UU anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
perimbangan DPD (Pasal 23 ayat 2).
 Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
dan diresmikan oleh Presiden (Pasal 23F ayat 1).
 Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial pada DPR untuk
mendapatkan persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden (Pasal 24A ayat 3).
 Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Pasal 24B ayat 3).
 MK punya sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh MA, 3 orang
oleh DPR, dan 3 orang oleh Presiden (Pasal 24C ayat 3).
b. Tugas dan Wewenang Presiden Sebagai Kepala Negara
 Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara (Pasal 10)
 Menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR (Pasal 11b ayat 1)
 Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
 Presiden mengangkat duta dan konsul dengan pertimbangan DPR (Pasal
13 ayat 1 dan 2)
 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 13 ayat
3)
 Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
MA. Tugas ini diatur pada (Pasal 14 ayat 1).
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR. Tugas ini diatur pada (Pasal 15).

4. Alasan dan prosedur impeachment presiden di Indonesia.


Menurut pasal 7A UUD 1945, Alasan Presiden di berhentikan, di lengserkan atau
impeachment adalah karena terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Menurut pasal 7B UUD 1945, Prosedur impeachment atau pelengseran Presiden
adalah sebagai berikut:
1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah
Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau
pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam
rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.
3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurangkurangnya 2/3
dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang
paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat.
4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan
seadiladilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling
lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu
diterima oleh Mahkamah Konstitusi.
5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna
untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk
memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga
puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.
7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 3/4
dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

5. Tentang HAM
a. Menurut saya Dalam konteks dugaan pelanggaran HAM, adanya unlawfull
killing terhadap ke 4 anggota Laskar FPI, merupakan kategori pelanggaran
HAM kejahatan genosida atau kejahatan terhadap kemanusiaan dimana
dalam kasus ini telah di perintahkan untuk menghilangkan nyawa dari 4
orang anggota laskar FPI Dan itu merupakan tidakan mengambil HAK Hidup
dari keempat orang tersebut.
b. Menurut saya rekomendasi Komnasham kasus ini harus dilanjutkan ke
penegakan hukum dengan mekanisme pengadilan Pidana, adalah tidak tepat,
dimana karena sudah ditetapka bahwa ini merupakan kasus pelangaran HAM
maka seharusnya kasus ini ditegakan melalui mekanisme Pengadilan HAM.

Anda mungkin juga menyukai