NIM: 22209007
Kelas: A
1. Presiden; Dasar hukum kewenangan Presiden diatur dan ditentukan dalam bab III
UUD 1945, yang menyatakan bahwa Presiden memang diberi kekuasaan pemerintahan
negara. Bab ini berisi 17 pasal yang kemudian mengatur berbagai aspek tentang Presiden dan
lembaga kepresidenan. Termasuk rincian kewenangan yang dimiliki presiden dalam
memegang kekuasaan pemerintah. Hal ini berdasarkan UUD 1945 pasal 4 ayat 1 yang
menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut
Undang-Undang Dasar. Adapun Tugas dan Wewenang Presiden adalah sebagai berikut;
a. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angakatan
Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
b. Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1
c. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan
dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-undang Pasal 13 ayat 1
2. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan;
a. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat
1
b. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal 3 ayat 2
c. Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang Pasal 17
ayat 2
d. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
e. Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23 ayat 2
f. Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
g. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal 24A ayat
3
h. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3
i. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan
Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3
3. Wewenang presiden;
a. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya
ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
b. Dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1
c. Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan UU dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2
d. Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya dalam
keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang presiden
berdasarkan Undang-Undang Pasal 12
e. Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 1
f. Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan pertimbangan DPR,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
g. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang telah diatur
dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 15
h. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam Undang-Undang,
wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
i. Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika dalam
hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat 1
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); Menurut UUD 1945 Pasal 2 Ayat (1) yang
berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang”. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
e. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;
f. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden
dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga
puluh hari;
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); Pada Pasal 20A ayat 1 UUD 1945; disebutkan DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan yaitu sebagai berikut;
b. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
c. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan
abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain
e. Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
f. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD); tugas dan wewenang DPD diatur dalam UUD 1945
dan UU, kewenangan DPD diatur dalam pasal 22D UUD 1945, yaitu sebagai berikut;
Lebih lanjut, tugas dan wewenang DPD tercantum dalam UU Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2014, yaitu:
a. Mengajukan RUU kepada DPR terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam atau SDA dan sumber daya ekonomi lain, dan yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Ikut membahas RUU yang berkaitan dengan hal nomor satu.
c. DPD bertugas dan berwenang menyusun sekaligus menyampaikan daftar inventaris
masalah RUU yang berasal dari DPR atau presiden yang berkaitan dengan hal nomor
satu.
d. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
e. DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU terkait otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lain, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
f. DPD menyampaikan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada nomor lima
kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
g. DPD menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari Badan Pemeriksa
Keuangan atau BPK sebagai bahan pertimbangan kepada DPR tentang RUU yang
berkaitan dengan APBN.
h. DPD dapat memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
i. DPD menyusun program legislasi nasional terkait otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
SDA dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006, BAB III
Bagian Pertama antara lain adalah sebagai berikut:
a. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
b. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-Undang tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
c. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan, dan
pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.
d. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
e. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan
undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK
dan
dipublikasikan.
f. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan
kepada DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara
tertulis kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
g. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil
pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
dengan
kewenangannya.
h. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.
6. Mahkamah Agung (MA); Pada Pasal 24 ayat 2; “(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”
Pasal 24A ayat 1, 2, 3, 4, 5; (1) “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. (2) Hakim
agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum. (3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden. (4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih
dari dan oleh hakim agung. (5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara
Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang”.
Adapun Tugas dan Wewenangnya sebagai berikut;
1. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985).
2. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu
untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
7. Mahkamah Konstitusi (MK); Tugas dan wewenang MK tertuang dalam Pasal 24C ayat
(1) UUD NRI 1945 antara lain sebagai berikut;
a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar.
c. Memutus pembubaran partai politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (pemilu).
Selain itu, tugas dan wewenang MK juga diatur dalam Pasal 24C ayat (2) UUD NRI 1945,
yakni memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Tugas
dan wewenang tersebut juga tertera dalam Pasal 7B ayat (1) UUD NRI, yaitu MK bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat DPR terkait pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut, antara
lain karena melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela. Pemberhentian juga bisa dilakukan jika
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat untuk menjabat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.