Anda di halaman 1dari 13

Nama: Feby Nurjanna

NIM: 22209007

Kelas: A

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA INDONESIA


BERDASARKAN DASAR HUKUM

Sebelum mengetahui tugas dan wewenang Lembaga-lembaga negara Indonesia maka


terlebih dahulu mengetahui pengertian Lembaga negara itu sendiri. Lembaga negara
merupakan organisasi pemerintahan yang menjalankan fungsi-fungsi kenegaraan, lembaga
negara dapat dibentuk oleh konstitusi, Undang-undang atau peraturan perundangundangan
yang lebih rendah. Lembaga negara berkedudukan di pusat pemerintahan dan dapat pula di
daerah, fungsi dan wewenang dapat menentukan kedudukan lembaga negara, sehingga
terdapat kelompok lembaga negara utama (main state organt) serta lembaga negara bantu
(auxiliary organt). Relasi antar lembaga negara dapat bersifat hirarkis strktural sebagaimana
doktrin pembagian kekuasaan semasa UUD 1945 sebelum perubahan, dan dapat pula secara
flat, horizontal yang berada dalam kesederajatan, dan berbeda karena wewenang belaka.

Susunan lembaga negara pada sistem ketatanegaraan Indonesia sendiri telah


mengalami beberapa perubahan sesuai dengan aspirasi rakyat. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk menjalankan fungsi pengawasan dan keseimbangan sehingga dapat mencegah
penyimpangan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Indonesia. Pembentukan lembaga
negara didasarkan pada bermacam-macam dasar hukum. Antara lain ada lembaga yang
dibentuk berdasarkan UUD, lembaga yang dibentuk berdasarkan UU, lembaga yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta lembaga yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Menteri. Publikasi dalam situs resmi Kemenkumham menyatakan, dari
segi hierarki lembaga negara dikategorikan ke dalam tiga lapisan. Pada lapis pertama disebut
sebagai lembaga tinggi negara, lapis kedua terdiri dari lembaga negara, sedangkan pada lapis
ketiga merupakan lembaga negara yang berasal dari regulator di bawah Undang-Undang.
Antara lembaga di lapisan satu dengan yang lainnya menerima perlakuan hukum dan
wewenang yang berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kedudukan lembaga tersebut.
Adapun 3 Lapisan Lembaga tersebut adalah:
1.1 Tabel seluruh Lembaga-lembaga Negara Indonesia

Lapisan Pertama Lapisan Kedua Lapisan Ketiga


1. Presiden Lembaga dan komisi negara 1. Gubernur Daerah Provinsi
independent berdasarkan
UUD 1945;
1. Menteri Negara
2. Majelis Permusyawaratan 2. Bank Indonesia (BI) 2. Gubernur
Rakyat (MPR)
3. Dewan Perwakilan 3. Tentara Nasional 3. DPRD Provinsi
Rakyat (DPR) Indonesia (TNI)
3. Dewan Perwakilan 4. Kepolisian Negara 4. Pemerintah Daerah
Daerah (DPD) Republik Indonesia (POLRI) Kabupaten
4. Badan Pemeriksa 5. Komisi Pemilihan Umum 5. Bupati
Keuangan (BPK) (KPU)
5. Mahkamah Agung (MA) 6. Kejaksaaan Agung 6. DPRD Kabupaten
6. Mahkamah Konstitusi Lembaga negara yang 7. Pemerintahan Daerah
(MK) dibentuk berdasarkan Kota
Undang- Undang;
1. Komas HAM
7. Komisi Yudisial (KY) 2. Komisi Pemberantasan 8. Walikota
Korupsi (KPK)
3. Komisi Pengawas 9. DPRD Kota dan lain-lain.
Persaingan Usaha (KPPU)
4. Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi (KKR)
5. Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI)
6. Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI)

1. Presiden; Dasar hukum kewenangan Presiden diatur dan ditentukan dalam bab III
UUD 1945, yang menyatakan bahwa Presiden memang diberi kekuasaan pemerintahan
negara. Bab ini berisi 17 pasal yang kemudian mengatur berbagai aspek tentang Presiden dan
lembaga kepresidenan. Termasuk rincian kewenangan yang dimiliki presiden dalam
memegang kekuasaan pemerintah. Hal ini berdasarkan UUD 1945 pasal 4 ayat 1 yang
menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut
Undang-Undang Dasar. Adapun Tugas dan Wewenang Presiden adalah sebagai berikut;

1. Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara;

a. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angakatan
Udara berdasarkan Uundang-undang Pasal 10
b. Presiden memilih dan memutuskan pengangkatan duta dan konsul berdasarkan
Undang-undang Pasal 13 ayat 1
c. Menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memerhatikan pertimbangan
dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Undang-undang Pasal 13 ayat 1
2. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan;
a. Memegang kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat
1
b. Menetapkan peraturan pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya berdasarkan Undang-undang Pasal  3 ayat 2
c. Mengangkat dan memberhentikan para menteri berdasarkan Undang-undang Pasal 17
ayat 2
d. Mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
Undang-Undang, berdasarkan Undang-undang Pasal 2 ayat 4
e. Merancang Undang-undang Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
kemudian diajukan presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23 ayat 2
f. Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berdasarkan Undang-undang Pasal 23F ayat 1
g. Memberikan persetujuan dan menetapkan Hakim Agung yang pencalonannya
diusulkan oleh komisi yudisial dan DPR, berdasarkan Undang-undang Pasal 24A ayat
3
h. Mengangkat dan memberhentikan anggota yudisial dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-undang Pasal 24B ayat 3
i. Menetapkan anggota hakim konstitusi di MK yang diajukan oleh MA, DPR, dan
Presiden, berdasarkan Undang-Undang Pasal 24C ayat 3
3. Wewenang presiden;
a. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR untuk akhirnya
ditindaklanjuti, berdasarkan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1
b. Dapat menyatakan perang,membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
melalui persetujuan DPR, berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 1
c. Dapat membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
dan/atau mengharuskan pembentukan dan perubahan UU dengan persetujuan DPR,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 11 ayat 2
d. Berwenang menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syarat dan akibatnya dalam
keadaan bahaya telah ditetapkan dalam Undang-Undang, wewenang presiden 
berdasarkan Undang-Undang Pasal 12
e. Berwenang memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 1
f. Berwenang memberi amnesti dan abolasi dengan memperhatikan pertimbangan DPR,
berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 ayat 2
g. Berwenang memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang telah diatur
dalam Undang-Undang, wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 15
h. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden yang kemudian telah diatus dalam Undang-Undang,
wewenang presiden berdasarkan Undang-Undang Pasal 16
i. Berwenang menetapkan peraturan pemerintan penganti Undang-Undang jika dalam
hal genting yang memaksa, berdasarkan Undang-Undang Pasal 22 ayat 1

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); Menurut UUD 1945 Pasal 2 Ayat (1) yang
berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang”. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :

a. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


b. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam
sidang paripurna MPR;

c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk


memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah
presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan
di dalam sidang paripuma MPR;

d. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,


diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;

e. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;

f. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden
dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga
puluh hari;

g. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); Pada Pasal 20A ayat 1 UUD 1945; disebutkan DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan yaitu sebagai berikut;

Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:

a. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)


b. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
c. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA
dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
d. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
e. Menetapkan UU bersama dengan Presiden
f. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.
Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

a. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)

b. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama

c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara yang disampaikan oleh BPK

d. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap


perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah

b. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD


(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama)

Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:

a. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat

b. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun


membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.

c. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan
abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain

d. Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD

e. Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden
f. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD); tugas dan wewenang DPD diatur dalam UUD 1945
dan UU, kewenangan DPD diatur dalam pasal 22D UUD 1945, yaitu sebagai berikut;

a. Berwenang dalam pengajuan Rancangan Undang-undang atau RUU tertentu.


b. Berwenang untuk ikut membahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR dan
pemerintah terhadap penyusunan RUU tertentu.
c. Berwenang memberikan pandangan dan pendapat terhadap RUU tertentu.
d. Berwenang memberikan pertimbangan terhadap RUU tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama, serta pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang atau UU tertentu.

Lebih lanjut, tugas dan wewenang DPD tercantum dalam UU Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2014, yaitu:

a. Mengajukan RUU kepada DPR terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam atau SDA dan sumber daya ekonomi lain, dan yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Ikut membahas RUU yang berkaitan dengan hal nomor satu.
c. DPD bertugas dan berwenang menyusun sekaligus menyampaikan daftar inventaris
masalah RUU yang berasal dari DPR atau presiden yang berkaitan dengan hal nomor
satu.
d. DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
e. DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU terkait otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lain, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
f. DPD menyampaikan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada nomor lima
kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
g. DPD menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari Badan Pemeriksa
Keuangan atau BPK sebagai bahan pertimbangan kepada DPR tentang RUU yang
berkaitan dengan APBN.
h. DPD dapat memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
i. DPD menyusun program legislasi nasional terkait otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
SDA dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung


dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu; UU No.17 Tahun
2003 Tentang Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dan
UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Selanjutnya tugas dan wewenang BPK diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan BAB III tentang Tugas
dan Wewenang. Berikut Tugas & wewenangnya;

Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006, BAB III
Bagian Pertama antara lain adalah sebagai berikut:

a. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
b. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-Undang tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
c. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan, dan
pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.
d. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
e. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan
undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK
dan
dipublikasikan.
f. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan
kepada DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara
tertulis kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
g. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil
pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
dengan
kewenangannya.
h. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.

Adapun Wewenang dari BPK adalah sebagai berikut;

a. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk menentukan objek


pemeriksaan, merencanakan serta melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu dan
metode pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga menjadi
wewenang dari BPK tersebut.
b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara
d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK;
h. Membina jabatan fungsional pemeriksa;
i. Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan; dan
j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.

6. Mahkamah Agung (MA); Pada Pasal 24 ayat 2; “(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”
Pasal 24A ayat 1, 2, 3, 4, 5; (1) “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. (2) Hakim
agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum. (3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden. (4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih
dari dan oleh hakim agung. (5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara
Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang”.
Adapun Tugas dan Wewenangnya sebagai berikut;

Tugas dan wewenang Peradilan;

1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan


kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan
kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang
diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
(1) semua sengketa tentang kewenangan mengadili. (2) permohonan peninjauan
kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28,
29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985) (3) semua
sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal
perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78
Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
3. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Tugas dan Wewenang Pengawasan;

1. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di


semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-
pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-
undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
2. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan
tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam
hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985). Kemudian Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris
sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985).

Tugas dan Wewenang Mengatur

1. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985).
2. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu
untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

Tugas dan Wewenang Nasehat;

1. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan


dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat
kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi
(Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam
memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
2. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk
kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan
Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung).

Tugas dan wewenang Administratif

1. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan


Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-
undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai
saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut
Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung.
2. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

7. Mahkamah Konstitusi (MK); Tugas dan wewenang MK tertuang dalam Pasal 24C ayat
(1) UUD NRI 1945 antara lain sebagai berikut;

a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar.
c. Memutus pembubaran partai politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (pemilu).

Selain itu, tugas dan wewenang MK juga diatur dalam Pasal 24C ayat (2) UUD NRI 1945,
yakni memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Tugas
dan wewenang tersebut juga tertera dalam Pasal 7B ayat (1) UUD NRI, yaitu MK bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat DPR terkait pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut, antara
lain karena melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela. Pemberhentian juga bisa dilakukan jika
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat untuk menjabat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Anda mungkin juga menyukai