NIM : 742352020170
PRODI : 20 HTN - 7
1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Udara, Laut dan Darat.
2. Membuat perjanjian internasional yang dibutuhkan dengan persetujuan DPR.
3. Menerima penempatan duta untuk negara lain dengan mempertimbangkan keputusan
DPR.
4. Perdamaian dan pembuatan perjanjian dengan negara lain harus disetujui oleh
Presiden dan DPR.
5. Mengangkat konsul dan duta. Saat mengangkat duta, Presiden perlu memperhatikan
pertimbangan yang diberikan oleh DPR.
6. Memberikan gelar, tanda jasa maupun tanda kehormatan lain bagi pihak yang berhak
sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan.
7. Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan keputusan Mahkamah
Agung.
8. Menyatakan kondisi bahaya pada waktu tertentu.
9. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan keputusan yang disampaikan
oleh DPR.
10. Membuat kebijakan baru terkait masalah atau bidang tertentu.
11. Menjalankan rencana hubungan internasional dengan negara lain.
12. Menunjuk serta membentuk lembaga khusus guna membantu Presiden menjalankan
tugasnya.
13. Mengesahkan aturan pada sistem pemerintahan agar bisa berjalan dengan lebih baik
dan efektif.
Beberapa fungsi presiden dalam pemerintahan ini tidak lepas dari tugas
menjalankan undang-undang, wewenang untuk mengatur, serta menjalankan berbagai
urusan publik yang bersifat administratif. Beberapa fungsi presiden ini dilakukan
demi menciptakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang baik dan sejahtera.
Pasal 2
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota DewanPerwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam
lima tahun di ibu kota negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan
dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
3. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UndangUndang Dasar.
Fungsi MPR yang diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah:
1. Mengubah dan menetapkan UUD. Fungsi ini diatur di dalam Pasal 3 ayat (1).
2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. Fungsi ini diatur di dalam Pasal 3 ayat (2)
3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD. Fungsi ini diatur di dalam Pasal 3 ayat (3).
4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal
terjadi kekosongan Wakil Presiden. Fungsi ini diatur di dalam Pasal 8 ayat (2).
5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan. Fungsi ini diatur
dalam Pasal 8 ayat (3).
Kedudukan MPR :
1. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya
seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
2. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
3. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
4. Dapat Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih
secara langsung melalui pemilu).
5. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
6. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui pemilu.
(2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain.
Fungsi Legislasi :Fungsi legislasi dpr yaitu fungsi untuk membentuk Undang-Undang
bersama Presiden.
Fungsi Anggaran : Fungsi anggaran dpr yaitu fungsi untuk membahas dan memberi
persetujuan atau tidak memeberi persetujuan terhadap rancanganh APBN( Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) yang diajukan Presiden.
Fungsi Pengawasan :Fungsi pengawasan dpr yaitu fungsi untuk melakukan pengawasan
atas pelaksanaan Undang-Undang dan APBN.
Kedudukan DPR : Seperti yang tertulis dalam Pusat Perancangan Undang-Undang Badan
Keahlian DPR RI, disebutkan bahwa UUD 1945 telah menjelaskan DPR RI memiliki
kedudukan sebagai lembaga negara. Lembaga ini berperan untuk melengkapi tiga fungsi
utama, mulai dari menjalankan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Fungsi DPD
Secara garis besar, ada tiga fungsi DPD yaitu legislasi, perimbangan dan pengawasan.
Lebih jelasnya, fungsi DPD yang tercantum di dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
Mahkamah agung merupakan sebuah lembaga peradilan negara paling tinggi, serta
merupakan lembaga kasasi. Mengenai tugas pelaksanaannya akan di atur di dalam pasal
20 yang berbunyi: “Bahwa segala keputusan dari peadilan tingkat banding di dalam
lingkungan peradilan umum bisa dimantakan kasasi kepada mahmah agung oleh pihak
yang berkepentingan”
Melakukan peninjauan kembali atas hasil keputusan yang diberikan oleh peradilan yang
memiliki kukuatan di dalam hukum terhadap perkara perdata, ataupun perkara pidana
yang bisa diajukan untuk pihak yang memiliki kepentingam.
Tugas MA atau Mahkamah agung yaitu untuk memutuskan perkara dengan cara
melakukan aju banding di dalam putusan wasit dengan pertimbangan tetentu.
Sesuai dengan pasal 26 undang-undang No.14 tahun 1970, mahkamah agung memiliki
hak untuk melakukan pengujian terhadap peraturan yang lebih rendah dibandingkan
dengn undan-undang, terhadap sah, atau tidaknya sebuah perkara undang-undang yang
memiliki tingkat lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan jalan putusan kasasi oleh
Mahkamah Agung.
Wewenang MA :
Fungsi MA :
1. Fungsi Peradilan
2. Fungsi Mengatur
3. Fungsi Pengawasan
4. Fungsi Nasihat
5. Fungsi Administratif
Tugas MK
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar.
3. Memutus pembubaran partai politik.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut undang-undang dasar.
Wewenang MK
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, ada 4 wewenang Mahkamah
Konstitusi, yakni:
Tugas KY :
Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
c. Menetapkan calon hakim agung; dan
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
Wewenang KY:
Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial
mempunyai wewenang:
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).
Fungsi KY :
KPU bertugas:
1. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal;
2. menyusun tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS,
PPLN, dan KPPSLN;
3. menyusun Peraturan KPU untuk setiap tahapan pemilu;
4. mengoordinasikan, menyelenggarakan, mengendalikan, dan memantau semua
tahapan pemilu;
5. menerima daftar pemilih dari KPU provinsi;
6. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data pemilu terakhir dengan
memperhatikan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh
pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
7. membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara serta
wajib menyerahkannya kepada saksi Peserta pemilu dan Bawaslu;
8. mengumumkan calon anggota DPR, calon anggota DPD, dan Pasangan Calon
terpilih serta membuat berita acaranya;
9. menindaklanjuti dengan segera putusan Bawaslu atas temuan dan laporan adanya
dugaan pelanggaran atau sengketa Pemilu;
10. menyosialisasikan penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas
dan wewenang KPU kepada masyarakat;
11. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu;
dan
12. melaksanakan tugas lain dalam penyelenggaraan pemilu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang–undangan.
KPU berwenang:
1. menetapkan tata kerja KPU, KPU provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS,
KPPS, PPLN, dan KPPSLN;
2. menetapkan Peraturan KPU untuk setiap tahapan Pemilu;
3. menetapkan peserta Pemilu;
4. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat
nasional berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi untuk
Pemilu Presiden dan Wakil presiden dan untuk pemilu anggota DPR serta hasil
rekapitulasi penghitungan suara di setiap KPU Provinsi untuk pemilu anggota DPD
dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan
suara;
5. menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan
mengumumkannya;
6. menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi anggota DPR, anggota
DPRD provinsi, dan anggota DPRD kabupaten/kota untuk setiap Partai Politik
Peserta Pemilu anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD
kabupaten/kota;
7. menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan ;
8. membentuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, dan PPLN;
9. mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota KPU Provinsi, anggota KPU
Kabupaten/Kota, dan anggota PPLN;
10. menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU
provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota PPLN, anggota KPPSLN, dan
Sekretaris Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung
berdasarkan putusan Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
11. menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana Kampanye Pemilu dan
mengumumkan laporan sumbangan dana Kampanye Pemilu; dan
12. melaksanakan wewenang lain dalam penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
REFERENSI
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012.
Budiardjo, Miriam, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hanta Yuda AR. 2010. Presidensialisme Setengah Hati (Dari Dilema ke Kompromi).
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.