Anda di halaman 1dari 12

ASAS LEGALITAS (DALAM HUKUM PIDANA ISLAM) DAN DASAR

HUKUM PIDANA ISLAM

MAKALAH

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum
Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Institusi Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

Oleh :
MUH. RESKY
ANDI FIKRAN
ANDI REENDHY ARTHA
(20 HTN-3)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan judul : “Asas Legalitas (Dalam
Hukum Pidana Islam) dan Sember Hukum Pidana Islam”. Penulisan Makalah ini
bertujuan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Makalah ini tidak lepas dari


bantuan serta dukungan, baik materiil maupun moril yang diberikan oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosn Pembimbing.

Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini terdapat banyak


kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang
membangun, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya tulis
ini mampu memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Bone, 11 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Asas Legalitas (Dalam Hukum Pidana Islam) ..................................... 3


B. Dasar Hukum Pidana Islam .................................................................. 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut kamus umum bahasa Indonesia. Asas mempunyai beberapa arti,


salah satu diantaranya adalah kebenaran yang menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat, juga berarti sebagai alas atau landasan. Jika kata itu dihubungkan
maka yang dimaksud dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpuan berpikir atau alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan
pelaksanan hukum.

Kegunaan asas adalah sebagai landasan dasar tentang apa-apa yang menjadi
aturan. Maksudnya adalah bahwa aturan-aturan atau segala sesuatu yang disusun
itu dapat diterapkan dan diperluas pengertiannya asal dalam hal ini tidak
bertentangan dengan asasnya. Jadi dapat diibaratkan bahwa asas adalah pondasi
dari segala aturan hukum.

Hans Kelsen Mengatakan makna dari sebuah Keadilan adalah legalitas,


dimana suatu peraturan umum adalah adil apabila diterapkan sesuai dengan aturan
tertulis yang mengaturnya, dan sama penerapannya pada semua kasus serupa. Asas
legalitas dibangun dengan dengan tujuan meligitimasi hukum dalam kekuasaan
pemerintah agar tercipta Negara Hukum di mana pengertiannya adalah negara
berdasarkan hukum; hukum menjamin keadilan dan perlindungan bagi semua orang
yang ada dalam wilayah negara yang bersangkutan. Segala kegiatan negara
berdasarkan hukum atau dalam konteks Negara Hukum Indonesia yaitu Negara
Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia serta menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecuali.

Asas legalitas dalam hukum pidana merupakan asas yang sangat


fundanmental. Asas legalitas dalam hukum pidana begitu penting untuk

1
menentukan apakah suatu peraturan hukum pidana dapat diberlakukan terhadap
tindak pidana yang terjadi. Jadi, apabila terjadi suatu tindak pidana, maka akan
dilihat apakah telah ada ketentuan hukum yang mengaturnya dan apakah aturan
yang telah ada tersebut dapat diperlakukan terhadap tindak pidana yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Asas Legalitas (Dalam Hukum Pidana Islam)?
2. Bagaimana Dasar Hukum Pidana Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah itu Asas Legalitas (Dalam Hukum Pidana Islam.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Dasar Hukum Pidana Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas Legalitas (Dalam Hukum Pidana Islam)

Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran
dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya. Asas ini
berdasarkan Al-Qur’an Surah Al-Israa’ (17) ayat 15 dan Surah Al-An’aam (6) ayat
19. hal itu diungkapkan sebagai berikut, yang artinya:

Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka


sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang
rasul” (Departemen Agama RI, 2002 : 386).

Katakanlah: (Muhammad) “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?”


katakanlah: “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qur’an
ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai AlQur’an (kepadanya).
Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain
disamping Allah?” Katakanlah: “Aku tidak mengakui”. Katakanlah:
“Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”
(Departemen Agama RI, 2002 : 174).

Kedua ayat yang diungkapkan dia atas, mengandung makna bahwa Al-
Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad supaya menjadi peringatan
(dalam bentuk aturan dan ancaman hukuman) kepadamu. Asas legalitas ini telah
ada dalam hukum Islam sejak Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW (Zainuddin Ali, 2007 : 5- 6).

3
Dalam Hukum Pidana Islam terdapat dua ayat yang menunjukkan asas
legalitas, dalam surat Al Israa’. ayat 15 yang menunjukkan asas legalitas dapat
diambil intinya yaitu : “Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus
seorang rasul.”

Dari ayat-ayat Al Quran yang menunjukkan asas legalitas di atas para


Fuqoha yaitu para ahli hukum Islam, menjabarkan beberapa kaidah-kaidah
fiqhiyyah yang diantaranya :

A. Hukum asal dari segala perbuatan adalah diperbolehkan hingga ada


suatu dalil yang membedakannya. Maksud kaidah diatas ialah, bahwa
pada dasarnya setiap perbuatan itu boleh atau bebas untuk dilakukan dan
pelakunya tidak dimintai pertanggungjawaban, sehingga ada atau lahir
suatu aturan hukum yang menentukan lain (larangan/mengharuskan).
B. Perbuatan orang berakal tidak ada hukum apapun terhadapnya sebelum
ada nash (aturan) yang menentukan terhadapnya ini mengandung arti,
bahwa setiap perbuatan mukallaf (yaitu orang yang dapat dibebani suatu
tanggung jawab hukum), tidak dapat dituntut sebagai perbuatan pidana
kecuali sebelumnya sudah ada nash (aturan hukum) yang menentukan
perbuatan tersebut sehingga menjadi perbuatan pidana.
C. Tidak ada suatu perbuatan boleh dianggap sebagai jarimah (tindak
pidana), dan tidak pula suatu hukuman (pidana) yang boleh dijatuhkan
kepada pelakunya kecuali sebelum ada nash (aturan hukum) yang
menentukan demikian (Tongat, 2009 : 61).

Hukun pidana Islam, ketentuan hukum biasa disebut dengan nash, yang
mencakup hukum tertulis yaitu Al Quran, Al Hadis, Al Qonun/perundang-
undangan yang dibuat oleh penguasa, dan termasuk hukum tidak tertulisyaitu
prinsip pokok yang disyariatkan yang bertujuan mencegah kerusakan (Tongat, 2009
: 62).

B. Sumber Hukum Pidana Islam

4
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata (C.S.T. Kansil, 1989: 46).
Zainuddin Ali menyebutkan membicarakan sumber hukum pidana Islam bertujuan
untuk memahami ajaran agama Islam yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia
yang harus ditaatinya (Zainuddin Ali, 2007: 15). Jadi sumber hukum pidana Islam
sama dengan sumber hukum Islam yang meliputi :

1) Al Quran
Al Quran adalah wahyu dari Allah SW'I', yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril AS. Secara
garis besar hukum dalam Al Quran dibagi menjadi dua macam, yaitu
pertama mengenai hukum - hukum yang berhubungan dengan
kepercayaan dan peribadatan kepada Allah SWT (Ibadah). Kedua
mengenai hukum yang berhubungan, masyarakat dan hubungan antar
sesama masyarakat/perdata (muamalah) (70 ayat), seperti pidana
(jinayat) (30 ayat), tata negara (10 ayat), hubungan kekeluargaan
(Muhammad Daud Ali, 1999 : 80) .
2) Hadist
Sunnah atau hadist ialah ucapan (sunnah qauliyah), perbuatan
(sunnah fi’liyah) atau penetapan (sunnah taqririyah) dari Nabi
Muhammad SAW (Ahmad Hanafi, 1970: 58). Hadist merupakan
sumber hukum Islam kedua setelah A1 Quran. Adapun fungsinya adalah
sebagai berikut :
a) Menguatkan hukum yang telah disebutkan dalam Al Quran.
b) Menafsirkan ketentuan-ketentuan Al Quran yang belum jelas.
c) Menetapkan hukum yang belum ada dalam Al Quran.
Kedudukan Sunnah atau Hadist sebagai sumber ajaran Islam
selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat Al Quran dan Hadist juga
didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat, yakni seluruh
sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti Hadist, baik

5
pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau meninggal
(Abuddin Nata, 2001 : 72).
Allah SWT telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengikuti
sunnah Nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam Al
Quran, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah,
taatilah Rasul, dan taatilah penguasa dari kamu. Jika kamu berselisih
mengenai sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul”
(Departemen Agama RI, 2002 : 114)
3) Ar-Ra’yu
Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber ajaran Islam yang ketiga.
Penggunaan akal (penalaran) manusia dalam menginterpretasi ayat-ayat
Al Quran dan sunnah/hadis yang bersifat umum (Zainuddin Ali, 2007 :
16), dimana akal pikir tersebut harus memenuhi syarat untuk berijtihad,
dimana metode ijtihad meliputi ijmak, qiyas, istidal, al-masalih al
mursalah, istihsan, istihab, dan urf (Mohammad Daud Ali, 1999 : 72),
keterangannya sebagai berikut :
a) Ijma

Ijma’ adalah kebulatan pendapat fuqaha mujtahidin pada suatu


masa atas sesuatu hukum sesudah masa Nabi Muhammad saw.

b) Qiyas

Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu perkara yang belum


ada ketetapan hukumnya dengan suatu perkara yang sudah ada
ketentuan hukumnya. Persamaan ketentuan hukum dimaksud didasari
oleh adanya unsur-unsur kesamaan yang sudah ada ketetapan hukumnya
dengan yang belum ada ketetapan hukumnya yang disebut illat.

c) Istihsan

Istihsan adalah mengecualikan hukum suatu peristiwa dari hukum


peristiwa-peristiwa lain yang sejenisnya dan memberikan kepadanya
hukum yang lain yang sejenisnya. Pengecualian dimaksud dilakukan

6
karena ada dasar yang kuat. Sebagai contoh, wanita itu sejak dari
kepalanya sampai kakinya aurat. Kemudian diberikan oleh Allah dan
Rasul keizinan kepada manusia melihat beberapa bagian badannya bila
dianggap perlu.

d) Mashlahat Mursalah

Mashlahat Mursalah ialah penetapan hukum berdasarkan


kemaslahatan (kebaikan, kepentingan) yang tidak ada ketentuannya dari
syara’ baik ketentuan umum maupun ketentuan khusus. Sebagai contoh
mendahulukan kepentingan umum dari kepentingan pribadi dan
golongan.

e) Urf

Urf adalah kebiasaan yang sudah turun-temurun tetapi tidak


bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagai contoh jual beli dengan jalan
serah terima, tanpa mengucapkan ijab-qabul (Zainuddin Ali, 2007 : 16-
17).

f) Istishab

Istishab adalah menetapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan


yang terjadi sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya. Atau
dengan perkataan lain dapat dikatakan istisab adalah melangsungkan
berlakunya hukum yang telah ada karena belum ada ketentuan lain yang
membatalkannya.

g) Istidal (baca:istidal)

Istidal adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan.


Misalnya menarik kesimpulan dari adat istiadat dan hukum agama yang
diwahyukan sebelum Islam (Muhammad Daud Ali, 1999 : 110).

7
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran
dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya

Zainuddin Ali menyebutkan membicarakan sumber hukum pidana Islam


bertujuan untuk memahami ajaran agama Islam yang dijadikan petunjuk kehidupan
manusia yang harus ditaatinya (Zainuddin Ali, 2007: 15). Jadi sumber hukum
pidana Islam sama dengan sumber hukum Islam yang meliputi : Al Quran, Hadist
dan Ar-Ra’yu.

B. Saran

Diharapkan dengan makalah Asas Legalitas (Dalam Hukum Pidana Islam)


dan Sember Hukum Pidana Islam, dapat menambah wawasan kepada pembaca
terkait materi tersebut, dan pembaca dapat memahaminya dengan baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2001. Sejarah Perkembangan dan Pendidikan Islam di Indonesia.


Jakarta : Gramedia

Ahmad Wardi Muslich. 2006. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta :
Sinar Grafika

Abdul Wahhab Khallaf. 1989. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta : CV.


Rajawali

Anda mungkin juga menyukai