Presiden adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam suatu negara yang dipilih oleh
rakyat melalui pemilihan umum atau pemilu, dengan masa jabatan lima tahun.
Sedangkan,Wakil presiden adalah pembantu presiden yang tugas dan wewenangnya telah
diatur dalam Pasal 4 ayat 2 UUD 1945. Kedudukan wakil presiden ini sama dengan menteri-
menteri.
Presiden merangkap dua tugas sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
dengan tanggung jawab tugas yang berbeda-beda.
Tugas dan wewenang presiden sebagai kepala pemerintahan:
1. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 4 ayat
1).
2. Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya (pasal 5 ayat 2).
3. Presiden mengangkat dan menghentikan menteri-menteri (pasal 17 ayat 2).
4. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang (pasal 20 ayat 4).
5. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diajukan oleh
presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (pasal 23 ayat 2).
6. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan
oleh Presiden (pasal 23F ayat 1).
7. Calon Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial (KY) kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden (pasal 24A ayat
3).
8. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 24B
ayat 3).
9. MK mempunyai 9 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh presiden, yang
diajukan masing-masing 3 orang oleh MA, 3 orang oleh DPR, dan 3 orang oleh Presiden
(Pasal 24C ayat 3).
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR adalah lembaga negara yang sederajat
dengan lembaga negara lainnya dan menjadi lembaga pelaksana kedaulatan rakyat.
Tugas dan wewenang MPR:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil
presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna MPR
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR adalah lembaga hukum yang menjadi perwakilan
rakyat di Indonesia.
DPR memiliki peran dalam pembuatan undang-undang, pengawasan pemerintah, dan
mewakili suara rakyat.
Tugas dan wewenang DPR:
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
1. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE
lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah)
4. Membahas RUU yang diusulkan oleh presiden ataupun DPD
5. Menetapkan UU bersama dengan presiden
6. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
presiden) untuk ditetapkan menjadi UU
7. Terkait fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
8. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan presiden)
9. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
10. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang disampaikan oleh BPK
11. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap perjanjian
yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara
Dewan Perwakilan Daerah atau DPD adalah lembaga legislatif tingkat nasional yang ada
di Indonesia. DPD dibentuk untuk mewakili kepentingan daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI bahwa sebagai
lembaga legislatif, DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran yang
dijalankan dalam kerangka fungsi representasi.
Tugas dan wewenang DPD:
1. Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Memberi pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
Serta memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
5. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan
Peraturan daerah (Perda)
E. MAHKAMAH AGUNG(MA)
Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK adalah lembaga negara yang bertugas melakukan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Tugas BPK:
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006, BAB
III Bagian Pertama antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan
lain yang mengelola keuangan negara.
2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK dilakukan atas dasar Undang-Undang tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan, dan
pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.
4. Melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan
standar pemeriksaan keuangan negara.
5. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-
undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan.
6. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan kepada
DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
7. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan
secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
8. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama
1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.
Wewenang BPK:
BPK juga memiliki wewenang yang sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2006.
1. Melakukan penentuan terkait objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, BI, BUMN, BLU,
BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan
terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan pemerintah
pusat/pemerintah daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas
nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern pemerintah
pusat/pemerintah daerah sebelum ditetapkan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah.