Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas Kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ BIOGRAFI PRESIDEN SOEHARTO ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang di berikan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.

Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon
kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semuanya.

Aek Nabara,          Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
1. Masa Kecil Soeharto................................................................................................... 1
2. Pendidikan Soeharto.................................................................................................... 2
3. Pernikahan Soeharto.................................................................................................... 2
4. Karir Militer Soeharto................................................................................................. 3
5. Karir Politik Soeharto Sebagai Presiden Orde Baru................................................... 4
a. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX............. 4
b. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden H. Adam Malik........................................ 4
c. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.......................... 4
d. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono............................................. 5
e. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno.............................................. 5
f. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden B.J Habibie............................................... 5

Kesimpulan........................................................................................................................ 5

ii
Biografi Soeharto: Presiden Indonesia Ke-2
(Era Orde Baru)

Biografi Soeharto – Soeharto atau yang biasa


dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah Presiden
Republik Indonesia yang kedua. Soeharto merupakan
Presiden yang paling lama menjabat yaitu 32 tahun.
Pada saat itu, pemerintahan yang dipimpin oleh
Soeharto banyak sekali penyimpangan atau hal-hal yang
tidak boleh dilakukan di berbagai bidang, seperti
banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Karena
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa
pemerintahan Soeharto maka Indonesia mengalami krisis
ekonomi.
Semua hal-hal yang terjadi pada masa pemerintahan
Soeharto bisa dijadikan pelajaran untuk pemerintahan yang
akan datang. Soeharto akan menjadi tokoh yang memiliki
banyak cerita di masa hidupnya, baik itu tentang keluarga,
Indonesia, dan masih banyak lagi.
Bukan hanya itu, di mata dunia, Soeharto juga memiliki cerita yang fenomena. Simak
ulasan berikut tentang biografi singkat Soeharto mulai dari masa kecil hingga menjadi Presiden.

1. Masa Kecil Soeharto


Soeharto merupakan seseorang yang lahir di Yogyakarta, lebih tepatnya di desa Kemusuk,
Argomulyo. Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921. Ketika lahir, Soeharto bisa dikatakan
sebagai keluarga yang kurang mampu.
Soeharto adalah seorang anak yang lahir dari ayah yang bernama Kertosudiro dan ibu
yang bernama Sukirah. Ayah Soeharto merupakan seorang petani di desanya dan seorang
pembantu lurah dalam mengairi persawahan desa.
Saat Soeharto belum berusia 40 hari, sang ibu menitipkan anaknya kepada kakek atau
Mbah Kromo. Nama asli Mbah Kromo adalah Kromodiryo yang di mana ia merupakan seorang
dukun bayi yang membantu proses kelahiran Soeharto.
Soeharto tinggal di rumah Mbah Kromo bisa dibilang cukup lama sekitar empat tahun.
Selama empat tahun itulah, Soeharto bisa merasakan dan mendapatkan kasih sayang seperti orang
tua yang diberikan oleh Mbah Kromo. Dari rumah Mbah Kromo juga, Soeharto bisa belajar
berdiri bahkan sampai bisa berjalan.
Saat masih anak-anak, Soeharto sering sekali diajak Mbah Kromo pergi ke sawah.
Soeharto sangat senang karena ketika di sawah ia bisa bermain membalik-balikkan, memberikan
perintah kepada kerbau ketika membajak sawah.
Soeharto lihai memberikan instruksi seperti maju, belok kiri, belok kanan, dan ia juga
sangat suka bermain air dan mandi di atas lumpur. Selain itu, hal yang paling senang ia lakukan
adalah mencari dan menangkap belut atau ikan. Oleh karena itu, sampai dengan masa tuanya,
Soeharto masih sangat gemar atau memiliki hobi memancing ikan.
Orang tua Soeharto berpisah, kemudian ibu Soeharto (Sukirah) menikah lagi dengan
seorang laki-laki yang bernama Atmopawiro dan memiliki tujuh orang anak. Sedangkan, ayah
kandung Soeharto (Kertosudiro) juga menikah lagi dan mempunyai empat orang anak.
Setelah sekian lama atau kurang lebih selama empat tahun tinggal bersama di rumah
Mbah Kromo, sang ibu Soeharto (Sukirah) mengambil anaknya dan dibawa pulang ke rumah
ayah tiri Soeharto (Atmopawiro).

1
Terkadang beberapa kali, ayah kandung Soeharto datang untuk melihat keadaan anaknya.
Hingga pada suatu waktu, Soeharto sangat senang kedatangan ayah kandungnya karena
dibawakan seekor kambing.

2. Pendidikan Soeharto
Saat berusia delapan tahun, Soeharto baru masuk sekolah dasar, tetapi ia beberapa pindah
sekolah. Pada awal masuk sekolah, Soeharto bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Puluhan, Godean.
Namun, ketika ibu dan ayah tirinya pindah rumah ke Kemusuk Kidul maka Soeharto juga pindah
sekolah ke Sekolah Dasar (SD) Pedes.
Kekhawatiran Kertosudiro (ayah kandung Soeharto) akan masa depan anaknya maka ia
menitipkan Soeharto kepada keluarga Prawirowihardjo yang bertempat tinggal di Wuryantoro,
Purwodadi, Jawa Tengah.
Prawirowiharjo merupakan suami dari adik Kertosudiro atau adik ipar Kertosudiro.
Prawirowiharjo merupakan seorang mantri tani dan ayahnya adalah seorang pengusaha yang
sudah terkenal yaitu Sudwikatmono.
Saat tinggal bersama bibi dan pamannya, Soeharto sangat senang karena sering diajak ke
sawah oleh pamannya sehingga ia perlahan-lahan bisa mengerti seluk beluk tentang dunia
pertanian. Untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Soeharto memilih untuk
pulang ke kampung halamannya di Kemusuk.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta merupakan lembaga
pendidikan yang dipilih oleh Soeharto setelah tamat Sekolah Dasar (SD). Untuk menempuh jarak
ke sekolah, ketika berangkat dan pulang sekolah Soeharto menggunakan sepeda yang hampir
rusak.
Setelah tamat dari SMP, Soeharto ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, karena keadaan ekonomi keluarga dan keterbatasan
biaya yang dimiliki oleh orang tuanya membuat Soeharto harus mengurungkan niatnya itu.
Soeharto sempat mendapatkan dua surat panggilan kerja yang terjadi pada sekitar tahun
1939, surat pertama merupakan surat panggilan dari bank dan surat kedua merupakan surat
panggilan dari lembaga ketentaraan. Dan akhirnya yang dipilih oleh Soeharto adalah berkarir di
dunia militer.

3. Pernikahan Soeharto
Saat berusia 26 tahun, Soeharto menikahi Siti Hartinah yang berusia 24 tahun. Istri
Soeharto merupakan putri dari Soemoharjomo, wedana di Wuryantoro.
Soemoharjomo juga merupakan seorang pegawai Keraton Mangkunegaran, Surakarta.
Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah terlaksana pada tanggal 26 Desember tahun 1947 dan
dilaksanakan di Solo.
Sebenarnya, Soeharto dan Siti Hartinah saat di Wuryantoro sudah saling mengenal satu
sama lain sejak masih anak-anak. Soeharto termasuk orang yang pemberani bahkan ia pernah
dipuji oleh Siti Hartinah karena keberaniannya itu.
Keberanian yang dilakukan oleh Soeharto berupa ia berani masuk ke dalam pekarangan
rumah kewedanan hanya untuk menggoda Siti Hartinah. Ketika masuk ke pekarangan, Soeharto
selalu memetik bunga sehingga ketika ada bunga yang rusak maka Siti Hartinah akan bilang
kalau pelaku yang merusak bunga adalah Soeharto.
Pernikahan yang terjadi antara Soeharto dan Siti Hartinah memberikan enam orang anak
yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Berikut nama anak-anak Soeharto,
Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo
Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Istri Soeharto mempunyai hubungan yang sangat baik dengan wartawan sehingga bisa
dikatakan Siti Hartinah (Ibu Tien) sangat akrab dengan wartawan.

2
Para wartawan akan segera hadir jika diminta oleh Ibu Tien di Jalan Cendana, Jakarta.
Sebelum menulis berita setiap wartawan akan diberikan pesan oleh Ibu Tien “Jangan sampai
salah ya… dalam meliput acara Pak Harto”. Hal itu dikarenakan pada saat itu, semua liputan dan
hasil wawancara lebih banyak dengan tulis tangan atau mencatat langsung.
Istri sekaligus Ibu dari enam anak Soeharto meninggal pada tanggal 28 April 1996.
Berdasarkan keterangan keluarga bahwa Ibu Tien meninggal karena menderita penyakit jantung.
Ibu Tien disemayamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

4. Karir Militer Soeharto


Sebelum memulai karir politiknya, Soeharto menjadi anggota dari lembaga ketentaraan
yaitu TNI (Tentara Nasional Indonesia). Soeharto diangkat menjadi anggota TNI pada tanggal 5
Oktober 1945.
Saat menjadi anggota TNI, Soeharto diberikan tugas memimpin pasukan untuk melawan
aksi-aksi militer Belanda yang berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.
Pada tanggal 1 Maret 1949, nama Soeharto semakin dikenal oleh banyak orang karena ia
berperan penting dalam serangan untuk menguasai kota Yogyakarta.
Kesuksesannya dalam menguasai Yogyakarta tidak bisa lepas dari peran dan perjuangan
masyarakat Indonesia dalam melawan pihak Belanda. Meskipun yang memimpin serangan ini
Soeharto, tetapi penggagas dari serangan ini sebenarnya adalah Raja Yogyakarta, Gubernur,
Militer, dan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Soeharto berhasil menjadi seorang tentara dengan pangkat Brigadir Jenderal dan
memimpin Komando Mandala yang bertugas untuk merebut kembali Irian Barat. Komando
Mandala dilaksanakan pada tahun 1961, dan dari Komando Mandala ini Soeharto mendapatkan
pengalaman yang sangat berharga yaitu ia bisa berkenalan dengan Mayor Ali Moertopo, Kapten
L.B Moerdani, dan Kolonel Laut Sudomo. Ketiga orang itu merupakan orang-orang yang
memiliki peran penting dan strategis.
Soeharto mendapatkan kenaikan pangkat setelah selesai menjalankan tugas di Irian Barat
dan kembali dari Indonesia Timur. Pangkat yang diperoleh Soeharto adalah Mayor Jenderal dan
oleh Jenderal A.H. Nasution, ia ditarik ke markas besar ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia). Bukan hanya itu, pada tahun 1962, Soeharto mendapatkan kenaikan menjadi
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
ABRI khususnya Angkatan Darat di tahun 1965 mengalami perpecahan atau konflik
internal. Konflik internal ini disebabkan adanya paham Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis)
yang digagas oleh Soekarno sehingga membuat TNI AD terpecah menjadi dua kubu, pertama,
kubu sayap kiri, dan kedua, kubu sayap kanan.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam orang
Jenderal. Kelompok yang menculik dan membunuh enam Jenderal itu mengaku sebagai
kelompok Gerakan 30 September (G30S).
Semua kejadian itu terjadi begitu cepat hingga muncul Surat Perintah 11 Maret
(Supersemar) dari Presiden Soekarno yang berisi tentang pemberian kewenangan dan mandat
kepada Soeharto untuk mengambil dan menentukan segala tindakan supaya permasalahan ini
terselesaikan dan dapat memulihkan keamanan dan ketertiban.
Sejak dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) oleh Soekarno, jabatan
Panglima Komando Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib)
dipegang oleh Soeharto.
Pada tanggal 27 Maret 1968, Soeharto dilantik oleh MPRS untuk menjadi Presiden
Republik Indonesia. Dengan pelantikan ini maka menjadi tanda lahirnya masa pemerintahan
Orde Baru.

3
5. Karir Politik Soeharto Sebagai Presiden Orde Baru
Sebenarnya Soeharto mulai menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak tahun
1966, tetapi baru dilantik oleh MPRS pada tahun 1968. Dengan kata lain, Soeharto baru sah
menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua di tahun 1968. Pada awal menjadi Presiden
Republik Indonesia, Soeharto belum mempunyai wakil Presiden Republik Indonesia.
Sejak tahun 1973 hingga 1998, barulah Soeharto mempunyai Wakilnya. Simak ulasan
berikut tentang Wakil Presiden di masa pemerintahan Orde Baru atau masa di mana
pemerintahan dipimpin oleh Soeharto.
Wakil Presiden pertama pada kepemimpinan Soeharto ialah Sultan Hamengkubuwono IX.
Pada masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan I. Masa kerja pada
Kabinet Pembangunan I adalah tanggal 6 Juni 1968 sampai 28 Maret 1973.
Pada masa pemerintahan ini, Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
dijabat oleh Jenderal Maraden Panggabean. Jenderal Maraden Panggabean, pada saat itu juga
menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.

a. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Setelah selama lima tahun menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, baru pada
periode kedua, Soeharto memiliki Wakil Presiden Indonesia, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono.
Pada kepemimpinan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan II dan masa kerja Kabinet
tersebut ialah 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978.
Pada Kabinet Pembangunan II, Menteri luar negeri dijabat oleh H. Adam Malik yang di
mana beliau akan menjadi Wakil Presiden di periode ketiga kepemimpinan Soeharto. Namun,
pada tahun 1977 H.
Adam Malik digantikan oleh Syarif Thayeb. Penggantian Menteri ini dilakukan karena
pada tahun 1977, H. Adam Malik diangkat menjadi ketua MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat) / DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Republik Indonesia.

b. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden H. Adam Malik


Setelah menjabat sebagai Menteri luar negeri dan ketua MPR/DPR RI maka pada tahun
1978, H. Adam Malik dipercaya oleh Soeharto untuk mengemban jabatan Wakil Presiden
Indonesia. Pada masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan III dengan
masa kerja mulai dari 19 Maret 1978 sampai 19 Maret 1983.
Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban dijabat oleh Sudomo. Dalam
kabinet ini ada nama yang tercukup terkenal sampai saat ini, yaitu B.J Habibie. Beliau di dalam
Kabinet Pembangunan II menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi.

c. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah


Di dua periode sebelumya, Wakil Presiden yang dipilih Soeharto merupakan mantan
seorang Menteri di kabinet sebelumnya. Namun, pada Kabinet Pembangunan IV, Soeharto
memilih Wakil Presiden bukan dari mantan Menteri, yaitu Umar Wirahadikusumah. Kabinet
Pembangunan IV ini mempunyai masa kerja yang dimulai dari 19 Maret 1983 hingga 22 Maret
1988.
Jenderal Sudharmono yang di dalam Kabinet Pembangunan IV menjabat sebagai
Menteri/sekretaris negara. Di periode berikutnya, beliau dipercaya oleh Soeharto untuk menjadi
Wakil Presiden. Pada kabinet ini, Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
dijabat oleh Jenderal L.B. Moerdani.

4
d. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono
Sudharmono menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang keempat di masa
kepresidenan Soeharto. Soeharto dan Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V. Kabinet
ini memiliki masa kerja mulai dari tanggal 23 Maret 1988 sampai tanggal 17 Maret 1993.
Di dalam Kabinet Pembangunan, B.J. Habibie menjabat kembali sebagai Menteri Negara
Riset dan Teknologi/Ketua Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jaksa Agung Sukarton
Marmosudjono digantikan oleh Singgih, S.H. setelah beliau meninggal dunia.

e. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno


Wakil Presiden kelima pada masa kepemimpinan Soeharto ialah Try Sutrisno. Pada masa
pemerintahan ini, nama kabinet yang digunakan ialah “Kabinet Pembangunan VI”. Kabinet ini
mempunyai masa kerja dari 17 Maret 1993 hingga 14 Maret 1998.
Pada kabinet sebelumnya, Jaksa Agung dijabat oleh Singgih dan pada kabinet selanjutnya
(Kabinet Pembangunan VI), Singgih dipercaya oleh Presiden Soeharto untuk kembali menjadi
Jaksa Agung.
f. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden B.J Habibie
Pada Kabinet Pembangunan VII masa kerjanya hanya dalam hitungan bulan, yaitu 14
Maret 1998 hingga 21 Mei 1998. Hal ini dikarenakan Soeharto mengundurkan diri menjadi
Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh B.J. Habibie.

Kesimpulan
Soeharto terlahir dari keluarga yang kurang mampu sehingga ia harus dititipkan beberapa
kali ke saudara orang tuanya. Meskipun lahir dari keluarga yang kurang mampu, tetapi Soeharto
tetap semangat dalam menjalani hidupnya. Ia merupakan seorang yang pekerja keras sehingga
setelah menempuh karir militer ia dapat diangkat menjadi Presiden Indonesia yang kedua.
Soeharto selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, nama kabinet yang sama
dan yang dibedakan hanya melalui jilid kabinetnya saja. Hampir setiap Wakil Presiden yang
dipilih Soeharto merupakan mantan seorang Menteri di kabinet sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai