Anda di halaman 1dari 5

Macam-Macam Fawatihus Suwar dalam Al-Quran

Bentuk kalimat yang pertama yang mengawali sebuah surah di dalam al-Quran adalah pujian kepada
Allah Swt. Imam Badruddin Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyi dalam karyanya, al-Burhan fi Ulum
al-Quran menjelaskan bahwa pujian kepada Allah ini ada dua macam, yaitu pujian untuk
mengukuhkan sifat kesempurnaanya dan pujian untuk meniadakan kekurangan.

Jumlah surah yang diawali pujian kepada Allah ta’ala ada 14 surah. Setengahnya untuk mengukuhkan
sifat kesempurnaan dan setengah yang lain untuk meniadakan kekurangan. Berikut rinciannya:
fawatihus suwar berupa huruf tahajjiy adalah yang paling banyak di dalam al-Quran. Jumlah surah
yang diawali dengan huruf tahajjiy atau disebut juga huruf muqaththa’ah ada 29 surah. Di bawah ini
adalah surah-surah yang diawali dengan huruf tahajjiy:

Penjelasan lebih lanjut mengenai pembuka surah berupa huruf tahajjiy ini dapat dibaca di artikel ini.

Nida’ berarti panggilan. Biasanya untuk memanggil seseorang, maka kita menggunakan huruf-huruf
nida. Huruf nida yang paling populer digunakan adalah huruf ya’. Dan huruf ya’ inilah yang sering
digunakan al-Quran untuk memanggil orang yang diajak berbicara (mukhotob).

Surah-surah yang diawali dengan nida’ jumlahnya ada 10. Lima surah berupa panggilan kepada
Rasulullah Saw. Sedangkan lima sisanya berupa panggilan kepada umat beliau. Di bawah ini adalah
surah-surah yang diawali dengan nida’:
Jumlah khabariyyah adalah kalimat berita yang bisa mengandung kebenaran atau kebohongan. Kalimat
berita ini bentuknya bisa berupa jumlah fi’liyyah (fi’il + fa’il), bisa juga jumlah ismiyyah (mubtada +
khabar).

Surah yang diawali dengan jumlah khabariyyah di dalam al-Quran berjumlah 23 surah. Rinciannya
adalah sebagai berikut:

Qasam artinya adalah sumpah. Semua sumpah di dalam fawatihus suwar menggunakan huruf qasam
wawu. Cabang ilmu yang mempelajari tentang sumpah-sumpah di dalam al-Quran disebut dengan Ilmu
Aqsam al-Quran.

Ada tiga unsur penting yang harus ada dalam suatu qasam. Ketiga unsur tersebut adalah adat al-qasam,
muqsam bih, dan muqsam alaihi. Adat al-qasam adalah alat yang digunakan untuk bersumpah. Yang
masyhur biasanya menggunakan huruf qasam, yaitu ba, ta, dan wawu. Sedangkan muqsam bih adalah
kata yang jatuh setelah adat al-qasam yang berfungsi sebagai sesuatu yang digunakan sebagai wasilah
untuk bersumpah. Dan muqsam alaihi adalah sesuatu yang disumpahi. Contohnya seperti terdapat
dalam Q.S. Ad-Dhuha [93]: 1-3
Syarat adalah kalimat yang membutuhkan jawaban ‘maka’. Menurut Abdul Haris dalam Teori Dasar
Nahwu & Sharf Tingkat Pemula, ketika membahas tentang syarat, maka ada tiga unsur yang perlu
diperhatikan, yaitu adat asy-syarthi, fi’lu asy-syarthi, dan jawab asy-syarthi.

Untuk mengetahui sebuah kalimat itu termasuk syarat atau bukan, maka kita harus mengenal adat asy-
syarthi. Di antara macam-macam adat asy-syarthi adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai