Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Studi atas al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo
dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari
disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Al-Quran adalah
lautan ilmu yang tidak habis-habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan
orientalisnya pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia dibalik teks teks Al-
Quran tesebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksploritasi lewat
perspektif keimanan, historis, bahasa dan satra, Pengkodifikasian , kemukjizatan ,
penafsiran , dan telaah huruf-hurufnya ,sosio cultural dan hermeneutika.
Salah satu pengkajian ,Sekaligus pembuktian kemukjizatan Al-Quran adalah kajian
terhadap kata-kata pembuka dan kata-kata penutup Al-Quran. Surah-surah Al-
Quran yang terdiri atas 114 surah ,ternyata diawali dengan beberapa macam
pembuka ( Fawatih Al-Suwar ) dan diakhiri dengan berbagai macam penutup (
khawatim Al-Suwar ). Pembuka dan penutup ini memiliki maksud dan tujuan yang
semuanya akan berimplikasi pada pengungkapan isi suatu surah.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Fawatih Al-Suwar ?
2. Ada berapa macam Fawatih Al-Suwar ?
3. Ada berapa pembuka surah dapat dikatagorikan dalam beberapa bentuk ?
4. Bagaiamana pendapat ulama tentang fawatih Al-Suwar ?
5. Apa urgensi pada Fawatih Al-Suwar ?
6. Apa pengertian dari Khawatim Al-Suwar ?
7. Ada berapa macam Khawatim Al-Suwar ?
8. Apa pengertian dari Al-Qasam dalam Al-Quran ?
9. Ada berapa macam dan Faedah Al-Qasam ?
10. Bagaimana kaitannya antara Fawatih Al-Suwar, Khawatim Al-Suwar, dan Al-
Qasam dalam dengan pesan surah.

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan refrensi dan semoga bisa bermanfaat bagi pembaca.

1.4 Manfaat

1. Belajar memahami masalah dan mencari solusinya.


2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di pelajari untuk di pelajari.
3. Membuka pikiran untuk memahami permasalahan di kelas.
4. Sebagai latihan sebelum membuat tugas skripsi.

BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Fawatih Al-Suwar


Dilihat dari segi bahasa fawatih adalah jamak dari kata faith, yang lughawi
artinya pembuka. Sedangkan kata suwar adalah jamak dari kata surah,
sekumpulan ayat-ayat al-Quran
Jadi, Fawaatih Suwar berarti beberapa pembukaan dari surat-surat Al-Quran atau
beberapa macam awalan dari surat-surat Al-Quran. Sebab seluruh surat Alquran
yang berjumlah 114 buah surat itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan saja,
tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-
tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia / hikmah untuk dipelajari. Istilah
fawaatih al-suwar ini memang sering diartikan pula sebagai huruf al-muqoththoah
(huruf terputus-putus/terpisah yang terdapat dipermulaan beberapa surat Al-Quran).
Semua bentuk ini member pesan tertentu yang hanya bisa dipahami oleh mereka
yang memahami tafsir al-Quran.
Diantara mufassir yang mengartikan fawaatihus suwar sebagai huruf al-
muqoththoah adalah Subhi Al-Salih dalam kitabnya Mabaahith fi uluum al-Quran
dan Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Al-Itqaan fi Uluum al-Quran. Sehingga perlu
ditegaskan bahwa fawaatihus suwar itu berbeda dengan huruf al-muqothoah. Akan
tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa huruf al-muqoththoah merupakan bagian dari
permasalahan yang dibicarakan dalam ilmu fawaatih al-suwar. Apabila dibedakan,
setidaknya ada sepuluh macam fawaatih al-suwar yang digunakan al-Quran dalam
awalan surat. Dan dari 114 surat yang ada di dalam al-Quran, ditemukan 29 surat
yang menggunakan huruf al-muqoththoah sebagai pembuka.[1]

2.2 Macam-macam Fawatihus Suwar

Menurut Badrudin Muhammad Al-Zarkasyi (Al-Burhan fiulum Al-Quran, CD Rom


Maktabah Syamilah , Jus 1:164 ) Allah Swt telah memberikan pembukaan terhadap
kitabnya dengan sepuluh macam bentuk dan tidak satu surah pun yang keluar dari
sepuluh macam pembukaan itu. Pertanyaan ini dikuatkan oleh Al-Qathalani dalam
penjelasan di bawah ini ( lihat supiana dan karman, Ulumul Quran 2002: 172 ):
1) Pembukaan dengan pujian Allah (Al-istiftah bi Al-tsana ).
Pujian kepada Allah ada dua macam , yaitu :
Menetapkan sifat-sifat terfuji dengan menggunakan (a) hamdalah, yakni dibuka
dengan
Mensucikan Allah dari sifat-sifat negative dengan menggunakan lafal tasbih yang
terdapat pada 7 surah, yaitu Al-isyra, Al-Ala, Al-hadid, Al-hasyr, Al-shaff, Al-jumah,
dan Al-tagabun.
2) Pembukaan dengan huruf-huruf yang putus-putus (al-ahruf Al-muqathaah )
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14
huruf tanpa diulang , yakni :

Penggunaan surah-surah tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Quran disusun


dalam 14 rangkaian, yang terdiri atas kelompok berikut ini.
a. Kelompok sederhana, yakni pembukaan yang hanya satu huruf, terdapat pada
surah, yakni (surah Shad ), (surah Qaf ), dan (surah Al-Qalam)
b. Kelompok yang terdiri atas dua huruf, terdapat pada 9 surah, yakni (surah Al-
mukmin, Al-sajdah, Al-zhukruf, Al-dhukan, Al-jatsyiah, dan Al-Ahkaf).
c. Kelompok yang terdiri atas tiga huruf, terdapat ada 13 surah, yakni, ( surah Al-
baqarah,Ali-imran, Al-rum, Luqman, dan sajdah) : ( surah yunus, hud, Ibrahim, yusuf
dan Al-hijr ) ;dan ( Surah Al-qashsash, dan Al-syuara )
d. Kelompok yang terdiri atas 4 huruf, terdapat pada 2 surah, yakni : ( surah Al-rad
)dan (surah Al-Araf )
e. Kelompok yang terdiri atas 5 huruf, terdapat pada 2 surah, yakni : ( surah
maryam) dan ( surah Al-syura).

3) Pembukaan dengan panggilan ( Al-istiftah bi Al-nida )


Nida ini ada 3 macam , terdapat pada 9 surah yakni sebagai berikut.
a. NIda untuk nabi dengan term pada surah Al-ahzab, Al-tahrim, Al-thalaq.
b. Nida untuk nabi dengan term pada surah Al-muzammil.
NIda untuk nabi dengan term pada surah Al-mudatsir.
c. Nida untuk orang-orang yang beriman dengan term, pada surah Al-maidah, Al-
hujurat, Al mumtalah.
d. Nida untuk orang-orang secara umum dengan term pada surah Al- nisa dan Al-
hujj.
, yakni 5 surat dengan memanggil Rasul SAW pada surat:
dan yang lima surat dengan memanggil umat yakni pada surat:
dan .


.

4) Pembukaan dengan kalimat berita ( Al-istiftah bi Al-jumlah Al-khabariyah ).


Kalimat berita ( Al-jumlah Al-khabariyah ) dalam pembukaan surah ada dua macam,
yaitu :
a. Kalimat nomina ( Al-jumlah Al-khabariyah )
Kalimat ini terdapat pada 11 surah, surah At-taubah, Al-nur, Al-zumar, Muhammad,
Al-fath, Al-rahman, Al-haqqah, NUh, Al-Qadr, Al-Qariah, dan Al-kautsar.
b. Kalimat Verba ( Al-jumlah Al-Filiyah )
Kalimat ini terdapat pada 12 surah, yaitu Al-Anfal, Al-nahl, Al-Qamar, Al-mukminun,
Al-anbiya, Al-mujadalah, Al-marij, Al-Qiyamah, Al-balad, abas, Al,bayina, Al-
Takatsur.
5) Pembukaan Dengan sumpah ( Al-istiftah bi Al-Qasam )
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surah-surahAl-quran ada tiga macam
dan terdapat pada 15 surah, yakni:
Dalam surat itu Allah bersumpah dangan malaikat yaitu:Surat Ash- Shaaffat.
Dua surat dengan menggunakan benda-benda angkasa, Al-Buruj dan Ath-Thariq.
Enam surat sumpah dengan kelazimannya yaitu surat An-Najm sumpah dengan
tata surya, wa Al-Fajr sumpah dengan mulai siang, wa Asy-Syamsy, sumpah
dengan tandanya siang, wa Al-Lil sumpah dengan separo waktu, wa Adh-Dhuha
sumpah dengan separonya siang, dan wa Al Ahsr sumpah dengan separo yang
akhir atau dengan jumlah masa.
Dua surat sumpah dengan cuaca yaitu wa Adz-Dzariyati dan wa Al- Mursalati.
Satu surat sumpah dengan debu yaitu surat Ath-Thur.
Satu surat sumpah dengan tumbuhan yaitu surat At-Tin.
Satu surat sumpah dengan hewan nathiq yaitu surat wa An-Naaziat.
Satu surat sumpah dengan binatang yaitu wa Al-Adiyat.
6) Pembukaan dengan Syarat (Al-istiftah bil-syart )
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surah-surah Al-Quran ada dua macam
dan digunakan dalam 7 surah yaitu Al-takwir, Al-insyikqaq, Al-waqiah, Al-Al-
munafiqun, Al-zalzalah, dan Al-Nashr.
7) Pembukaan dengan kata kerja perintah ( Al-istiftah bi Al-Amr )
Berdasarkan penelitian para ahli , Ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi
pembukaan surah-surah A-Quran yaitu pada surah Al-Ala, jin, Al-kafirun, Al-ikhlas,
Al- falaq, Al-nas.
yaitu: .
8) Pembukaan dengan pertanyaan ( Al-istitah bi istifham)
Bentuk pertanyaan ini Ada dua macam yaitu :
a. Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif.
Pertanyaan dalam bentuk ini digunakan pada 4 surah yaitu surah Al-Dahr, Al-naba,
Al-ghasyiah, Al-maun.
b. Pertanyaan negative yaitu pertanyaan dengan mengguanakan kalimat negative,
yang hanya terdapat pada dua surah yaitu surah Al-insyarh, dan Al-fiil. yaitu pada
enam surat, .
9) Pembukaan dengan doa (Al-iftihah bi Al-dua )
Pembukaan dengan doa ini terdapat pada 3 surah ,yaitu surah Al-muthafifin , Al-
humazah, dan Al-lahab yaitu: .
10) Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftah bi Al- Talil )
Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat pada surah Al-Quraisyi yaitu
.[2]

2.3 Pembukaan-pembukaan surat dapat dikategorikan kepada beberapa bentuk:

1) Bentuk yang terdiri dari satu huruf. Bentuk ini terdapat pada tiga surat, yaitu surat
Sad, Qaf, Wa Al-Qalam. Surat pertama dibuka dengan Sad, kedua dengan Qaf, dan
ketiga dibuka dengan Nun.
2) Bentuk yang terdiri dari dua huruf. Bentuk ini terdapat pada sepuluh surat. Tujuh
diantaranya dengan hawamim yaitu surat-surat yang didahului dengan Ha dan Mim.
Surat-suratnya adalah surat Gafir, Fusilat, Asy-Syura, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-
Jatsiyah, dan Al-Ahqaf. Khusus pada surat Asy-Syura pembukaannya bergabung
antara dan . Tiga surat lagi adalah surat dan .
3) Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf terdapat tiga belas tempat. Enam
diantaranya dengan huruf yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-rum,
Luqman dan Al-Sajadah. Lima huruf yaitu pada surat Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim
dan Al-Hijr. Dua susunan hurufnya terdapat peda pembukaan surat Asy-Syura
dan Al-Qashash.
4) Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf, yaitu pada surat Al-Araf dan
pada surat Al-Rad .[3]

2.4 Pendapat Ulama tentang Fawatihus Suwar.

Pendapat-pendapat Ulamatentang Fawatihus Suwar:


1. Para mufassir berpendapat bahwa huruf muqathaah dalam Al-Quran, termasuk
ayat mutasyabihat, yang tidak dapat diketahui makananya (yang tersirat) kecuali
hanya oleh Allah SWT. Namun Ibnu Qutaibah mengatakan, Allah tidak menurunkan
sesuatupun dari Al-Quran , kecuali supaya hambanya bisa mengambil manfaat dan
memahami makna yang dikehendakinya. Ia berkata: Jika ayat mutasyabihat tidak
dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah, niscaya kita mendapat celaan.[4] Pendapat
yang mengatakan bahwa fawatihus suwar termasuk mutasyabih adalah ulama
salaf.[5] Dan juga termasuk pendapat ulama salaf seperti tokoh-tokah sebagai
berikut: Sahabat Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: Pada tiap tiap kitab ada
rahasianya, rahasia dalam Al-Quan adalah permulaan-permulaan surat, dan
perkataan Sahabat Ali bin Abi Tholib: Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada
saripatinya, dan saripati Al-Quran adalah huruf Tahajji.[6]
2. Ulama tasawuf berpendapat bahwa fawatihus Suwar adalah huruf-huruf yang
tepotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau yang tiap-tiap
hurufnya merupakan penggantian dari suatu kalimat yang berhubungan dengan
yang susudahnya atau huruf itu menunjukkan kepada maksud yang dikandung oleh
surat yang surat itu dimulai dengan huruf-huruf yang terpotong-potong.[7]
3. Mufassir orientalis yang bernama Noldeke dari Jerman berpendapat yang paling
jauh menyimpang dari kebenaran, bahwa awalan surat itu tidak lain adalah teks Al-
Quran, bersama Schwally karena tulisannya tentang sejarah Al-Quran ia
berpendapat bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf
belakang dari nama-nama para sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama
Saad Bin Abi Waqosh, Mim adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun
adalahdari nama Usman Bin Affan.
4. Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat- kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi.
Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam alam manusia dalam keadaan sibuk
maka Jibril memerintahkannya untuk mengucapkannya agar Nabi mendengar
ucapan Malaikat Jibril maka Nabi mendengarkannya dengan seksama.
5. 5. As-Sayyid Rasyid Ridha tidak membenarkan al-Khuwaibi diatas, karena nabi
senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.
Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-
orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang kafir apabila
nabi membaca al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak
mendengarkannya,seperti dijelaskan dalam surat Fushshilat ayat 26.[8]

2.5 Urgensi dari Fawatih As-Suwar

Urgensi telaah terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al-
Quran. Pengggalian penggalian makna yang terlebih dahulu melalui karakter bab
ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis
yang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu saja kita
tetap meyakini eksistensi Al-Quran, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia
kemujizatannya.
Banyak sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatih al-Suwar.
Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1. Sebagai Tanbih (peringatan ) dan dapat memberikanperhatian baik bagi nabi,
maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam
fawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah
yang kita tidak dapat mengetahunya.
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
4. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Quran terutama bagi kaum Muslimin
yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan
musuh-musuh islam yang mengatakan bahwa al-quran itu adalah buatan
Muhammad.
Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan
bahasa al-Quran itu sendiri bahwa al-Quran itu datang dari dari Allah SWT.[9]

2.6 Pengertian Khawatim Al-Suwar


Sebagaimana pembuka surah ,penutup surah pun memiliki keindahan tertentu.
Alasannya ,penutup surah merupan akhirkesan yang didengar ( dibaca ) dari surah
yang bersangkutan. Oleh karena itu , penutup surah memuat kandungan yang sarat
dengan makna.
Istilah khawatim adalah bentuk jamak dari Khatimah yang berarti penutup atau
penghabisan. Menurut bahasa, Khawatim Al-suwar berarti penutup surah-surah Al-
quran. Menurut istilah , Khawatim Al-Suwar adalah ungkapan yang menjadi
penutup dari surah surah Al-Quran yang member isyarat berakhirnya
pembicaraan sesudahnya.
Imam Al-Syuthiy dalam membahas Khawatim Al-Suwar tidak begitu terperinci
sebagaiamana menerangkan Fawatih Al-Suwar. Ia menerangkan beberapa bentuk
termasuk sebagai penutup dari surah-surah tersebut. Disitu, diterangkan bahwa
penutup surah diantara berupa doa ,wasiat faraidh, tahmid ,tahlil, nasihat-nasihat
,janji dan ancaman ,dan lain-lain (Al-Suyuthiy, ibid,tt : 107 )
Menurut sementara penelitian , setidaknya ada 16 macam khawatim Al-suwar
(Supiana ,op.cit., 2002: 178):
1. Penutupan dengan mengagungkan Allah (Al-tazhim )
Penutupan ini terdapat pada 17 surah, yaitu surah Al-Maidah, Al-Anfal, Al-Anbiya,
Al-nur, Luqman, Fathir, Fushilat, Al-hujurat, Al-hadid, Al-hasyr, Al-jumah, Al-
Munafiqun, Al-Taghbun, Al-thalaq, Al-jin, Al-mudatsir, Al-Qiyamah, dan Al-Tin. Ada
yang berpendapat bahwa pada penutupan pada surah-surah ini bisa dimasukkan
kedalam pertanyaan.
2. Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih (Al-ibadah wa Al-tasbih )
Penutupan ini terdapat pada 6 surah, yaitu surah Al-araf, A-hijr, Al-thur, Al-Najm,dan
Al-alaqf, ,
3. Penutupan dengan pujian ( Al-tahmid )
Walaupun pujian ini tidak persis diakhir surah, melainkan sebelumnya, tetapi tetap
digolongkan sebagai penutup. Penutupan ini terdapat pada 11 surah, surah Al-isra,
Al-naml, Yasin, Al-shaf Al-shfat, Al-Zumar, Al-jatsyiyah, Al-Rahman, Al-waqiah, al-
haqqah, al-nashr.
4. Penutupan dengan doa
Penutupan ini terdapat pada surah Al-mumin dan Al-baqarah.
5. Penutupan dengan wasiat
Penutupan ini terdapat pada 7 surah, yaitu Al-Rum, Al-dhukan, Al-shaff, Al-ala, al-
fajr, Al-duha, dan Al-Ashr.
6. Penutupan dengan perintah dan masalah takwa
Penutupan ini terdapat pada surah Ali imran,Al-nahl, dan Al-Qamar.
7. Penutupan dengan masalah kewarisan
Penutupan ini terdapat pada surah Al-Nisa.
8. Penutupan dengan janji pada ancaman ( Al-wa Al-waid )
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-muzammil, Al-humazah.
9. Penutupan dengan hiburan bagi nabi Saw
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-kautsar, Al-kafirun.
10. Penutupan dengan sifat-sifat AL-quran
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah yusuf, shad, dan Al-Quran.
11. Penutupan dengan bantahan (Al-jadl )
Penutupan ii antara lain terdapat pada surah Al-Rad.
12. penutupan dengan ketauhidan
Penutupan ini antara lain terdapat pada suruh At-Taubah,Ibrahim,Al-khahfi, dan Al-
Qasash
13. Penutupan dengan kisah
Penutupan ini , antara lain terdapat pada surah Maryam, Al-tahrim ,Abasa, Al-fil.
14. Penutupan dengan anjuran jihad
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-hajj
15. Penutupan dengan perincian maksud
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-fatihah, Al-syuara, dan Al-Taqwir.
16. Penutupan dengan pertanyaan
Penutupan ini terdapat pada surah Al-muluk, Al-tin, dan Al-mursalat.
2.7 Aqsam ( Sumpah ) dalam Al-Quran
Ibnu Qayyim secara khusus mengulas masalah Aqsam ini dalam kitabnya, yaitu Al-
tibyan filum Al-Quran. Kedudukan aqsam daam al-quran ada yang diawal surah
dan ada pula selain diawal surah. Dalam hal ini,aqsam hanya berkaitan dengan
fawatih al-suwar.
1. Definisi Aqsam dan Unsur- unsurnya
Kata Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam artinya half an yamin yang
keduanya berarti sumpah . aqsam selanjutnya didefinisikan sebagai pengikatan jiwa(
hati ) melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang
dipandang besar dan agung baik secara haqiqi maupun secara Itidal( keyakinan )
oleh orang yang bersumpah itu. Aqsam Al-Quran yaitu sumpah sumpah yang
disampaikan oleh Allah Swt untuk meyakinkan kebenaran risalah yang dibawa oleh
utusannya, Muhammad Saw.
a. Fiil Al-Qasam
Unsur pembentukan (sighah ) asli qasam adalah fiil atau kata kerja aqsama atau
ahlafa yang ditransitifkan (di0mutaaddkan ) dengan huruf ba untuk sampaika
kepada almuqasam bih. Oleh karena qasam sering digunakan dalam percakapan
maka Ia diringkas yaitu fiil aqsam dihilangkan dan diucapkan dengan huruf ba pun
diganti dengan huruf wawu yang dikenal dengan wawu qasam .
b. Al-muqasam bih
Al-muqasam bih adalah sesuat yang digunakan untuk bersumpah atau alat untuk
bersumpah. Allah bersumpah dengan zatnya yang kudus yang mempunyai sifat-
sifat khusus atau dengan ayat-ayatnya yang memantapkan eksistensi dan sifat-
sifatnya..Sumpah nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu
termasuk salah satu ayatnya yang besar. Misalnya:

Artinya :
Demi matahari dan cahayanya di padi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan
siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta
pembinaanya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta
penyempurnaannya ( ciptaannya ) ( Al-syam [91]:1-7)

Al-Qasam bih pada ayat tersebut adalah :matahari, bulan , siang, malam, langit,
bumi, dan jiwa
c. Al-Muqassamalaih
Al-muqassamalaih adalah sesuatu yang karenaya sumpah yang diucapkan yang
dinamakn dengan jawab qasam. Menurut ibnu Al-Qayyim (Al-tibyan Aqsam Al-
Quran, tt: 3), hakikat yang disumpahi ada lima hal ,yaitu :
1. Pokok-pokok keimanan, seperti pada firman allah:

Artinya :
Demi (rombongan )yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Dan demi
rombongan yang melarang dengan sebenar-benarnya ( dari perbuatan perbuatan
maksiat ). Dan demi ( Rombongan ) yang membaca pelajaran .Sesungguhnya
Tuhanmu benar-banar esa (Al-shaffat [37]:1-4)
2. Kebenaran Al-Quran, Seperti pada firman Allah :

Artinya :
Haa miim. Demi kitab Al-Quran) yang menjelaskan.Sesungguhnya kami
menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang
member pringatn . pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
(yaitu ) Urusan yang besar dari kami, sesungguhnya kami adalah yang mengutus
rasul-rasul ( Al-Dhukan[44]:1-5)
3. Allah bersumpah bahwa Rasul itu benar ,seperti pada firman allah :

Artinya :
Yaa siin. Demi Al-Quran yang penu hikmah .Sesungguhnya kamu salah seorang
dari rasul rasul. (yang berada ) Diatas jalan yan lurus . (sebagai wahyu ) yang
diturunkan oleh yang maha perkasa lagi maha penyayang (yasin [36]:1-5)
4. Allah bersumpah bahwa balasan ,janji, dan ancamanitu benar akan terjadi ,seperti
pada firman allah :

Artinya :
Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.Dan awan yang mengandung
hujan .Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah .Dan (malaikat-malaikat) yang
membagi-bagi urusan.Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
Dan sesungguhnya ( hari) pembalasan pasti terjadi. (Alzariyat {51}:1-6)
5. Keadaan manusia sepert pada firman allah

Artinya :
Demi malam apabila menutupi ( cahaya siang ).Dan siang apabila
tarang benderang.Dan penciptaan laki-laki dan perempuan .sesungguhnya usha kamu
memang berbeda-beda (Al-lail[92]: 1-4)
28 .Macam Macam dan Faedah Qasam
Qasam itu adakalanya dzahir ( jelas/tegas) dan ada kalanya mudhmar (tersembunyi
dan tersirat ).
a. Qasam Zahir
Adalah sumpah yang didlamnya disebutkan fiil Al-Qasam dan Al-muqsam bih.
Diantaranya ada yang dihilangkan fiil Al-Qasamnya ,sebagaimana pada umumnya
karena dicukupkan dengan huruf jar berupa huruf ba,wawu, dan ta
b. Qasam mudhmar
Adalah yang didalamnyatidak dijelaskan fiil Al-Qasam dan tidak pula Al-muqsam
bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid (lam penguat )yang mauk kedalam jawab
qasam,seperti pada firman allah :

Artinya :
Kamu sungguh sungguh akan diuji terhadap hartamudan dirimu ,dan ( juga ) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum
kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati( Al-imran [3]: 186)
Al-Quran diturunkan untuk seluruh manusia yang berbeda beda sikap terhadapnya
.Diantaranya ada yang meragukan , ada yang mengingkari dan ada yang pula yang
amat memusuhi. Karena itu pakailah qasam dalam kalamullah , guna
menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman , menegakkan hujjah
,menguatkan kabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Sebagaiamana diterangkan diatas,bahwa pada fawatih al-suwar terdapat qasam
karena yang dihadapi adalah orang orang arab jahiliyah yang notabone
meragukan keesaan allah swt dan kebanaran Nabi Muhammad Saw. Gibb
mengatakan : pada awal Muhammad Saw menyiarkan agama ,wejangan-wejangan
dikeluarkan dalm gaya orakel yang ngotot , berbentuk kalimat pendek bersajak,
kerap kali samar ,dan kadang-kadang didahulukan oleh satu atau beberapa sumpah
menurut adat ( lihat islam dalam lintasan sejarah oleh sir Hamilton Alexander
rosskeen Gibb, 1983). Maka allah Swt memaki sumpah sumpah dengan apa yang
mereka kagumi.

2.9 Kaitan Fawatih Al-suwar, Khawatim Al-Suwar, dan Aqsam dengan pesan surah

Al-Quran memang benar-benar wahyu dari allah Swt. Yang mengandung


kemukjizatan dalam berbagai segi, termasuk dalam Fawatih Al-Suwar dn Khawtim
Al-Suwar. Dalam hal ini para ulama telah berupaya untuk menangkap pesan
dibaliknya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan praktis.
Menurut Bhalagah ,fawati al-suwar merupakan husn Al-ibtida ( kebagusan
permulaan ). Kalimat permulaan adalah ungkapan yang pertama kali dicerna oleh
pembaca / pendengar yang akan memiliki kesan dan pengaruh melekat pad jiwa
pembaca / penedengar sebagai kesan pertama.Pengaruh yang sama pun akan
terjadi pada khawtim al-suwar ,sebagai ungkpan terakhir. Secara psikologis, penutup
yang indah akan memberikan kesan yang indah yang membuat sipendengar
/pembaca penasrn ingin mendengarkan ungkapan selanjutnya.Al-syutiy mengatkan
bahwa , dengan sampainya penutup surah, pembaca sangat puas atas uraian yang
telah dikemukakan oleh surah yng bersangkutan sehingga tidak ada perasaan heran
yang terisasa ( lihat Muhammad bin Alawy ,zubdah Al-itqan fiulum Al-Quran,1999:
299).
Sebagaiman telah disebutkan bahwa diantara fawatih al-suwar ada huruf-huruf
muqathaah ( terpisah ) yaitu huruf huruf abjad yang terletak pada permulaan
sebagaian dari surah surah Al-quran , sepeti alif lam mim, disebutkan : diantar ahli-
ahli ada yang menyerahkan pengrtian kepada allah karena dipandang termasuk
ayat-ayat mutasyabihat dan tentang fawatih al-suwar (Al-ahruf Al-muqathaah ).
Sebagaian golongan memandangnya sebagai nam surah ,sebagauman apendapt
Abdurrahman bin zaid bin aslam ( Ibnu katsir, tafsir Al-Quran Al-azhim, 1/1991: 61).
Ada pula yang memandang bahwa huruf-huruf abjad-abjad itu gunanya untuk
menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu dan untuk
mengisyaratkan bahwa al-quran itu diturunkan dari allah dalam bahasa arab yang
tersusun dari huruf huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa al-quran
diturunkan dari allah dan hanya buatn Muhammad saw semata-mata, maka cobalah
mereka buat semacam Al-quan itu. Ada pula yang memandang bahwa itu adalah
nama nama allah swt. Pendapat ini dikemukakan misalnya , oleh salim bin
Abdullah dan Al-sudi yang bersumber dari ibnu abbas dengan menerangkan bahwa
alif lam mim masing msing bermakna : alif adalah ana , lam adalah allah, dan lam
adalah alamu ( ibnu kasir , ibid ).
Al-razi berpendapat bahwa huruf-huruf itu isyarat mengenai masa keberadaan kaum
yang yang diterangkan dalam surah tersebut.misalnya alif masa satu tahun ,lam msa
30 tahun, mim masa 40 tahun (ibnu katsir, ibid ).
Menurut al-hubbi ,awal surah berupa huruf-huruf terpisah merupakan bentuk
peringatan kepada nabi Saw.Dikatakan bahwa allah mengetahui bagian bagian
waktu nabi sebagai manusia kadang sibuk. Maka dari itu jibril menyampaikan firman
allah seerti alif lam mim dengan suara jibril, supaya nabi menerima dan
memperhatiakannya.
Nashr Hanid menerangkan, apabila pendapat-pendapat mengenai huruf-huruf
muqathaah dikoleksi ,akan dicapai 13 takwil. Masing-masing ulama tidak dapat
memaksakan pendapatnya pada satu pendapat ( mafhum Al-Nash: Dirasah fiulum
Al-quran ,2000: 194).
Dalam kitab Al-Qawaid Al-Hisan fi tafsir Al-Quran ( juz 1,halaman 49, CD Al-
maktabah Al-syamilah ) disebutkan bahwa Allah Swt. Menutup ayat-ayatnya dengan
al-asma al-husna dengan tujuan menjelaskan bahwasanya hukum yang disebutkan
dalam surah tersebut berkaitan dengan namnya. Selanjutnya didalam kitab tresebut
bahwa disebutkan kalau kita mencermati ayat-ayat diakhiri dengan Al-Asma, Al-
husna, kita akan mendapati bahwasanya syariat ,perintah dan makhluk semuanya
berasal dari nama-nama allah dan sifat sifatnya.ada keserasian yang mendalam
antara pembukaan,ayat setelahnya bahkan dengan penutup surah yang
bersangkutan .sebagai contoh:

Artinya :
Tunjukilah kami jalan yang lurus ( Al-fatiahah [1]:6)
Ayat diatas mengandung permohonan untuk memperoleh hidayah, Dalam surah Al-
Baqarah, Allah Swt mengabulkan permohonan tersebut dengan membuka dengan
tiga huruf yang terpotong-potong disambung dengan ayat keduanya menerangkan
bahwa petunjuk yang dipinta itu adalah Al-Quran yang tidak diragukan
lagi.selanjutnya akan diterangkan berbagai aturan yang harus dijalankan.
Selanjutnya allah menuntun kita, manusia sebagai makhluk yang lemah dengan doa
diakhir surah Al-Baqarah. Doa itu berupa permohonan agar jangan diberi beban
yang terlalu berat, agar dikuatkan dalam melaksanakannya, dan agar diberi
pertolongan dalam mengemban tugas tersebut dari gangguan-gangguan orang-
orang yang tidak menyukai petunjuk allah tegak dimuka bumi ini.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah: Fawatih as-
Suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal surat dalam al-
quran dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun yang
keluar dari sepuluh macam tersebut.
Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah
sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak
berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
Adapun urgensi mempelajari fawatih as-suwar itu secara pokok adalah supaya
bertambah keimanan kita dan keyakinan kita terhadap kebenaran ayat-ayat Allah
swt. Dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita.Khatimah.
Adapun Khatim Al-suwar yaitu: Penutupan-penutupan surah,karena posisinya
terdapat pada akhir surah dalam Al-Quran dan sedikitnya ada enam belas macam
Khawatim Al-suwar.
Dan adapun definisi Aqsam dalam Al-Quran besrta unsure-unsurnya yaitu :Aqsam
Al-Quran adalah sumpah-sumpah yang disampaikan olrh allah Swt untuk
meyakinkan kebenaran risalah yang dibawa oleh utusannya, Muhammad Saw.Unsur-
Unsuryang membentuk Qasam ada tiga macam yaitu : a) fiil Qasam, b) Al-muqsam
,c) dan Al-muqsam alaih. Adakalanya Qasam itu Zhahir (jelas/tegas ) dan
adakalanya mudhmar ( tersembunyi ,tersirat ).
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan misalnya oleh salim bin Abdullah dan Al-
sudi yang bersumber dari ibnu abbas dengan menerangkan bahwa alif lam mim
masing-masing bermakna : Alif adalah ana, Lam adalah Allah ,Mim adalah alamu
(ibnu katsir,ibid ).
Al-razi berpendapat bahwa huruf-huruf itu isyarat mengenai masa keberadaan
kaum yang yang diterangkan dalam surah tersebut.misalnya alif masa satu tahun
,lam msa 30 tahun, mim masa 40 tahun (ibnu katsir, ibid ).
Menurut al-hubbi ,awal surah berupa huruf-huruf terpisah merupakan bentuk
peringatan kepada nabi Saw.Dikatakan bahwa allah mengetahui bagian bagian
waktu nabi sebagai manusia kadang sibuk. Maka dari itu jibril menyampaikan firman
allah seerti alif lam mim dengan suara jibril, supaya nabi menerima dan
memperhatiakannya.
Nashr Hanid menerangkan, apabila pendapat-pendapat mengenai huruf-huruf
muqathaah dikoleksi ,akan dicapai 13 takwil. Masing-masing ulama tidak dapat
memaksakan pendapatnya pada satu pendapat ( mafhum Al-Nash: Dirasah fiulum
Al-quran ,2000: 194).
4.2 Saran
Saran dari pemakalah adalah Semoga dengan makalah ini bisa bermanfaat,
berguna dan bisa menjadi refrensi wawasan pengetahuan bagi pembaca khususnya
bagi kelas D, semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan,Acep. 2011. Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
http://aliyahalhuda.blogspot.com/2008/05/fawatih-al-suwar-dan-khawatim-al-suwar.html
FAWATIH AS-SUWAR
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Quran
Dosen Pengampu : Shobirin, S.ag, M.ag

Disusun Oleh :
Desvita Wijayangsi (1420210058)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN SYARIAH


(EKONOMI SYARIAH) TAHUN AKADEMIK
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo
dulu, termasuk para sahabat pada zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari
disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba
mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan historis, bahasa
dan sastra, pengkodifikasian, kemujizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-
hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan tanggung jawab seorang Muslim
untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa
lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan
kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana
Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan
latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagaimana diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan
beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat
yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqathaah. Menurut
Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri
juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang
dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Fawatih As-Suwar?
2. Bagaimana macam-macam Fawatih As-Suwar?
[1]BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatih As-Suwar


Menurut bahasa, fawatih adalah jama dari kata fatih atau fawatih yang berarti
awalan/pembuka. Sedangkan suwar adalah jama dari kata surah yang berarti
sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang diberi nama tertentu.
Jadi, fawatih as-suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-Quran /
beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Quran. Sebab, seluruh surah Al-Quran
yang berjumlah 114 buah itu dibuka dengan 10 pembukaan, dan tidak ada satu
surahpun yang keluar dari 10 pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu
mempunyai rahasia/hikmah sendiri-sendiri. Diantara pembukaan itu ada yang
berbentuk al-muqathaah1, kata, maupun kalimat.
Istilah fawatih as-suwar sering dijumbuhkan orang dengan al-hurufull
muqathaah.Diantaranya adalah Dr. Shubhi Ash-Shalih dalam kitabnya Mabahits Fi
Ulumil Quran. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa fawatih as-suwar itu berbeda
dengan hurufull muqathaahyang hanya mempunyai salah satu macam dari fawatih as-
suwar yang ada 10 macam itu.2

B. Macam-macam Fawatih As-Suwar


Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush
suwar dibedakan menjadi 10 macam, yaitu:
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaai)
a. Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaabu Sifaatil Maddhi) dengan menggunakan:
1. hamdalah, yang terdapat pada 5 surah, yaitu:
- Surah Al-Fatihah dengan lafal
- Surah Al-Anam dengan lafal

- Surah Al-Kahfi dengan lafal

- Surah Saba dengan lafal
- Surah Fathir dengan lafal



2. tabaaraka, yang terdapat dalam 2 surah, yaitu:
- Surah Al-Furqan dengan lafal
- Surah Al-Mulk dengan lafal


b. Mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat negatif (Tanziihu An Shifatin Nuqshaan)
dengan menggunakan lafadz tasbih yang terdapat dalam 7 surah, yaitu:
- Surah Al-Isra dengan lafal

maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam.
- Surah Al-Ala dengan lafal


sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi.
- Surah Al-Hadid dengan lafal


semua yang ada dilangit dan yang ada dibumi bertasbih pada Allah ( menyatakan
kebesaran Allah.
- Surah Al-Hasyr dengan lafal

telah bertasbih kepada Allah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi.
- Surah Al-Shaff dengan lafal

telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi.
- Surah Al-Jumah dengan lafal


telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi.
- Surah Al-Taghabun dengan lafal

telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi.
2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus (Istiftaahu Bil Huruufi Al-
Muqaththaati).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 209 surah dengan memakai
14 huruf dengan tanpa diulang, yakni: hamzah, ha, ro, sin, shod, tho, ain, qaf, kaf,
lam, mim, nun, ha, ya.
Pembukaan dengan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-
Quran disusun dalam 14 rangkaian, terdiri dari 5 kelompok, yaitu:
a. Terdiri atas satu huruf, terdapat pada 3 tempat; Shad (surah Shad), Qaf(surah Qaf),
dan Nun (surah Al-Qalam).
b. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sembilan tempat; ( Q.S. Al Mumin, Q.S. As
Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al
Ahqaf); ( Q.S. Thaha); ( Q.S. An Naml); dan ( Q.S. Yaasin).
c. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada tiga belas tempat; ( Q.S. Al Baqoroh, Q.S. Ali
Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); ( Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S.
Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan ( Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As
Syuara).
d. Terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat; yakni ( Q.S. Ar Radu)
dan ( Q.S. Al Araf).
e. Terdapat atas lima huruf, terdapat pada dua tempat; ( Q.S. Maryam) dan
( Q.S. As Syura).
3. Pembukaan dengan Nida/panggilan (Al-Istiftaahu Bin Nidaa).
a. Nida untuk Nabi , yang terdapat dalam Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At
Thalaq. dalam Q.S. al Muzammil dan dalam Q.S. Al Mudatsir.
b. Nida untuk kaum mukminin dengan lafadz terdapat dalam Q.S. Al
Maidah, Q.S. Al Mumtahanah dan Al Hujurat.
c. Nida untuk umat manusia terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al Hajj.
4. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati).
Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :
a. Jumlah Ismiyyah, terdapat 11 surat, yaitu:
- Surah At-Taubah dengan lafal
- Surah An-Nur dengan lafal

- Surah Az-Zumar dengan lafal
- Surah Muhammad dengan lafal
- Surah Al-Fath dengan lafal
- Surah Ar-Rahman dengan lafal
-
Surah Al-Haqqah dengan lafal
- Surah Nuh dengan lafal
- Surah Al-Qadr dengan lafal

- Surah Al-Qaqiah dengan lafal
- Surah Al-Kautsar dengan lafal

b. Jumlah Filiyyah, terdapat dalam 12 surat, yaitu :
- Surah Al-Anfal dengan lafal
- Surah An-Nahl dengan lafal

- Surah Al-Anbiya dengan lafal
- Surah Al-Muminun dengan lafal
- Surah Al-Qamar dengan lafal
- Surah Al-Mujadilah dengan lafal
- Surah Al-Maarij dengan lafal
- Surah Al-Qiyamah dengan lafal

- Surah Al-Balad dengan lafal
- Surah Abas dengan lafal
- Surah Al-Bayyinah dengan lafal

- Surah At-Takatsur dengan lafal
5. Pembukaan dengan sumpah/qasam (Al-Istiftaahu Bil Qasami).
Terdapat dalam 15 surah, yaitu:
a. Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surah yaitu:
- Surah Ash-Shaaffat dengan lafal
- Surah An-Najm dengan lafal
- Surah Al-Mursalaat dengan lafal
- Surah An-Naziat dengan lafal
- Surah Al-Buruj dengan lafal
- Surah Ath-Thariq dengan lafal
- Surah Al-Fajr dengan lafal
- Surah Asy-Syams dengan lafal
b. Sumpah dengan benda-benda bawah, terdapat dalam 4 surah yaitu:
- Surah Adz-Dzariyat dengan lafal
- Surah Ath-Thur dengan lafal
- Surah At-Tin dengan lafal
- Surah Al-Adiyat dengan lafal
c. Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surah yaitu:
- Surah Al-Lail dengan lafal
- Surah Adh-Dhuha dengan lafal
- Surah Al-Ashr dengan lafal
6. Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi).
Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan surah-surah Al-Quran
ada 2 macam dan digunakan dalam 7 surah, sebagai berikut:
a. Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah, dipakai diawal 3 surah diantaranya:
- Surah At-Takwir dengan lafal
- Surah Al-Infithar dengan lafal
- Surah Al-Insyiqaq dengan lafal
b. Syarat yang masuk pada jumlah filiyah, dipakai diawal 4 surah, diantaranya:
- Surah Al-Waqiah dengan lafal
- Surah Al-Munafiqun dengan lafal
- Surah Az-Zalzalah dengan lafal

- Surah An-Nashr dengan lafal

7. Pembukaan dengan fiil amar (Al-Istiftaahu Bil Amri).
Ada 6 fiil amar yang dipakai untuk membuka surah-surah al-Quran, yang
terdiri dari 2 lafal dan digunakan untuk membuka 6 surah-surah sebagai berikut:
a. Dengan fiil Amar yang hanya untuk membuka satu surah yaitu Surah Al-Alaq.
b. Dengan fiil amar , yang digunakan dalam 5 surah sebagai berikut:
- Surah Al-Jinn dengan lafal
- Surah Al-Kafirun dengan lafal
- Surah Al-Ikhlash dengan lafal
- Surah Al-Falaq dengan lafal

- Surah An-Nas dengan lafal
8. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu Bil Istifhaami).
a. Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang
dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Terdapat dalam 4 surah yaitu:
- Surah Ad-Dahru, dengan lafal:


bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa.
- Surah An-Naba, dengan lafal:
.
tentang apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang besar.
- Surah Al-Ghasyiyyah, dengan lafal:

sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan.
- Surah Al-Maun, dengan lafal:


tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama.
b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan yang dalam kalimat negatif. Diantaranya:
- Surah al-Insyirah dengan lafal
- Surah Al-Fiil dengan lafal
9. Pembukaan dengan doa (Al-Istiftaahu Bid Duaai).
a. Doa atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Duaaul Ismiyyu)ada di 2 surat
yaitu:
- Surah Al-Muthaffifin, dengan lafal:

kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
- Surah Al-Humazah, dengan lafal:

kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela
b. Doa atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Duaaul Filiyu) membuka satu
surah saja yaitu surah Al-Lahab
10. Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu Bit-Talili).
Hanya terdapat dalam surah Al-Quraisy, dengan lafal:



karena kebiasaan orang-orang Quraisy
BAB III
SIMPULAN

Menurut bahasa, fawatih adalah jama dari kata fatih atau fawatih yang berarti
awalan/pembuka. Sedangkan suwar adalah jama dari kata surah yang berarti
sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang diberi nama tertentu. Jadi, fawatih as-
suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-Quran / beberapa macam
awalan dari surah-surah Al-Quran.
Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush
suwar dibedakan menjadi 10 macam, yaitu: pembukaan dengan pujian kepada Allah
SWT, pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus, pembukaan
dengan Nida/panggilan, pembukaan dengan Jumlah Khabariyah, pembukaan dengan
sumpah/qasam, pembukaan dengan syarat, pembukaan dengan fiil amar, pembukaan
dengan pertanyaan, pembukaan dengan doa, dan pembukaan dengan alasan.

DAFTAR PUSTAKA

Rosihon Anwar, Ulumul Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2013.


Teuku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Quran(Ulum Al-
Quran), Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2013.
Abu Djalal, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya, 2012.
Acep Hermawan, Ulumul Quran, Rosda, Bandung, 2011.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan salah satu ruang ekspresi pengalaman agama
yang amat penting dalam kehidupan orang muslim, sampai-sampai seorang
pengkaji mengatakan Hukum Islam adalah ikhtishar pemikiran Islam, manifestasi paling
tipikal dari cara hidup muslim, dan merupakan inti dan saripati Islam itu sendiri. [1]
Sebagaimana telah disepakati oleh ulama, meskipun mereka berlainan mazhab, bahwa
segala ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia, baik berupa ibadah, muamalah,
pidana, perdata, atau berbagai macam perjanjian, atau pembelajaran, maka semua itu
mempunyai hukum di dalam syariat Islam. Hukum-hukum ini sebagian telah dijelaskan oleh
berbagai nash yang ada didalam Al-Quran dan As Sunnah, akan tetapi syariat telah
menegakkan dalil dan mendirikan tanda-tanda bagi hukum itu, di mana dengan perantaran
dalil dan tanda itu seorang mujtahid mampu mencapai hukum itu dan menjelaskannya.
Dari kumpulan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan ucapan dan per
buatan yang timbul dari manusia, baik yang diambil dari nash dalam berbagai kasus yang ada
nashnya, maupun yang dinisbathkan dari berbagai dalil syarI lainnya dalam kasusu-kasus
yang tidak ada nashnya, terbentuklah fiqh.
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian syariat?
B. Apa pengertian fiqih?
C. Apa pengertian Ushul Fiqih?
D. Apa pengertian Hukum Islam?
E. Apa tujuan dan manfaat mempelajari Ushul Fiqih?
F. Perbedaan dan hubungan Syariat dan Fiqih?
G. Perbedaan dan hubungan Fiqih dan Ushul Fiqih?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariat
Syariat berati jalan ketempat pengairan atau jalan yang harus diikuti atau tempat
lalu air sungai. Kata Syariat atau yang seakar dengan itu sering muncul beberapa kali dalam
al-Quran seperti dalam surah al-Maidah ayat 48 untuk tiap-tiap umat kami berikan aturan
dan jalan yang terang.
Agama ditetapkan Allah untuk manusia yang disebut syariat dalam arti lughawi, karena
umat islam selalu melaluinya dalam kehidupan di dunia. Diantara para pakar hukum islam
memberikan definisi kepada syariat itu dengan segala titah Allah yang berhubungan dengan
tingkah laku manusia diluar yang mngenai akhlak. Dengan demikian syariat itu adalah nama
bagi hukum-hukum yang amaliah.
Walaupun pada mulanya syariat diartikan agama sebagaimana disinggung Allah dalam
surat al-Syura ayat 13. Kemudian dikhususkan penggunaannya untuk hukum amaliyah.
Karena pada dasarnya agama adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan syariat
berlaku untuk masing-masing umat yang mungkin berbeda dengan umat sebelumnya.
Syariat secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan kepada para nabi
berupa kitab suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Quran, maupun berupa syariat yang
disampaikan kepada para nabi yang tidak berupa kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang
mempunyai nama, misalnya syariat Nabi Adam, syariat Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi
yang lainnya yang diwahyukan kepada mereka untuk membentengi ummat dimana mereka
diutus.

B. Pengertian Fiqih
Kata fiqih secara arti kata berati paham yang mendalam. Fiqih diibaratkan dengan ilmu
karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqih tidak sama dengan ilmu karena
fikih merupakah hasil yang didapat melalui ijtihad para mujahid. Sedangkan ilmu merupakan
suatu yang pasti. Namun karena fiqih kuat, iya mendekat kepada ilmu. Karena ilmu juga
digunakan untuk fiqih.
Hakikat dari fiqih yaitu:
1. Ilmu tenteng hukum Allah
2. Yang dibicarakan adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furuiyah
3. Fikih itu dicari atau ditemukan oleh mujtahid melalui penalaran
Secara singkat fikih itu adalah dugaan yang kuat seorang mujtahid dalam usahanya
menemukan hukum Allah.
Dari pengertian diatas, fiqih dan syariat terlihat kaitan yang sangat erat. Syariat diartikan
ketentuan yang ditetapkan Allah tentang tingkah laku manusia didunia untuk mencapai
kehidupan yang baik diakhirat. Untuk mengetahui keseluruhan yang dikehendaki Allah
tenteng tingkah laku manusia itu, diperlukan pemahaman syariat. Hasil pemahaman tersebuat
tertuang dalam ketentuan terperinci. Ketentuan terperinci tentang tingkah laku manusia
disebut fiqih.
Dengan berbagai defenisi tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa arti Fiqih itu
adalah ilmu mengenai pemahaman tentang hokum-hukum syara yang berkaitan dengan
amaliyah orang mukallaf, baik amaliyah anggota badan maupun amaliyah hati, hokum-
hukum syara itu didapatkan berdasarkan dan ditetapkan berdasarkan dalil-dalil tertentu (Al-
Quran dan al- Hadis) dengan cara ijtihad.

C. Pengertian Ushul Fiqih


Secara etimologi ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fiqh. Kata ushul adalah
akar, atau juga diartikan dasar. Jika fiqih adalah paham mengenai sesuatu sebagai hasil dari
kesimpulan pemikiran manusia. Maka ushul fiqih adalah dasar yang dipakai oleh pikiran
manusia untuk membentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat.
Dasar ialah bahan-bahan yang dipergunakan oleh pikirn manusia untuk membuat hukum
fiqih. Yang menkjadi dasarnya ialah:
1. Al-Quran
2. Sunnah Nabi Muhammad saw.(hadist)
3. Rayu atau akal, seperti qiyas dan ijma

Ushul fiqih adalah pedoman yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus
diikuti oleh seorang faqih (ahli fiqh) dalam usahanya menggali dan mengeluarkan hukum dari
dalilnya. Ushul fiqih merupakan jalan yang terlebih dahulu harus ditempuh oleh seorang
mujtahid dalam rangka mendapatkan hukum.
Dengan kata lain fiqih adalah ilmu tentang hukum itu sendiri, sedangkan ushul fiqh
adalah metodologi untuk mendapatkan hukum tersebut. Fiqh adalah hasil (product),
sedangkan ushul fiqh adalah cara menghasilkannya. Hubungan antara kedua ilmu ini sama
dengan hubungan antara kaidah-kaidah bahasa dengan bahasa itu sendiri. Dengan adanya
keterkaitan definisi tersebut, maka ushul fiqh dan fiqh tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Fiqh tidak dapat dirumuskan tanpa mempergunakan metodologi yang terdapat dalam
ushul fiqh.

D. Hukum islam
Hukum Islam merupakan rangkaian kata hukum dan islam. Secara terpisah hukum
dapat diartikan sebagai seperangkat perturan tentang tingkah laku manusia yang diakui
sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu,
berlaku dan mengikat seluruh anggotanya. Bila kata hukum di gabungkan dengan kata
islam, maka hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunah rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk
semua yang beragama islam.[2]
Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syariat Islam diterjemahkan
dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di
dalam bahasa Indonesia, untuk syariat Islam, sering dipergunakan istilah hukum syariat
atau hukum syara untuk fikih Islam dipergunakan istilah hukum fikih atau kadang-kadang
Hukum Islam.[3]
Hukum Islam merupakan istilah yang lahir sebagai terjemahan dari istilah berbahasa
Inggris Islamic law. Namun, kalau dikaji dari bentukan kata hukum Islam itu sendiri, yakni
gabungan dari kata hukum dan kata Islam, maka dapat dipahami bahwa hukum Islam itu
merupakan hukum yang bersumber dari ajaran Islam.
Istilah hukum Islam tidak ditemukan dalam al-Quran, Sunnah, maupun literatur Islam.
Untuk itu perlu dicari padanan istilah hukum Islam ini dalam literatur Islam. Jika hukum
Islam itu dipahami sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Islam, maka sulit dicari
padanan yang dalam literatur Islam persis sama dengan istilah tersebut. Ada dua istilah yang
dapat dipadankan dengan istilah hukum Islam, yaitu syariat dan fikih. Dua istilah ini,
sebagaimana sudah diuraikan di atas, merupakan dua istilah yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan, karena keduanya sangat terkait erat.
Dengan memahami kedua istilah ini dengan berbagai karakteristiknya masing-masing,
dapatlah disimpulkan bahwa hukum Islam itu tidak sama persis dengan syariat dan sekaligus
tidak sama persis dengan fikih. Tetapi juga tidak berarti bahwa hukum Islam itu berbeda
sama sekali dengan syariah dan fikih. Yang dapat dikatakan adalah pengertian hukum Islam
itu mencakup pengertian syariah dan fikih, karena hukum Islam yang dipahami di Indonesia
ini terkadang dalam bentuk syariah dan terkadang dalam bentuk fikih, sehingga kalau
seseorang mengatakan hukum Islam, harus dicari dulu kepastian maksudnya, apakah yang
berbentuk syariah ataukah yang berbentuk fikih. Hal inilah yang tidak dipahami oleh
sebagian besar bangsa Indonesia, termasuk sebagian besar kaum Muslim, sehingga
mengakibatkan hukum Islam dipahami dengan kurang tepat bahkan salah
E. Tujuan dan Manfaat mempelajari Ilmu Fiqih
1. Tujuan
Di dalam buku ushul fiqh, Amir Syarifuddin mengemukakan sekurangnya ada dua
tujuan mengetahui ushul fiqh yaitu:
a. Apabila kita sudah mengetahui metode atau ushul fiqh yang sudah dirumuskan oleh ulama
terdahulu, jika suatu ketika kita menghadapi masalah baru yang tidak mungkin ditemukan
hukumnya secara nyata dalam kitab-kitab yang terdahulu, kita akan dapat mencari jawaban
terhadap masalah tersebut dengan menerapkan kaedah ushul fiqh.
b. Untuk mengkaji ulang rumusan hukum yang sudah didapat oleh para fuqaha terdahulu
untuk disesuaikan lagi dengan kemaslahatan dan tuntutan kondisi saat ini.
2. Manfaat
Menurut Wahbah al-Zuhaili, kegunaan ushul fiqh:
a. Untuk mengistinbathkan (mengeluarkan) hukum sehingga dapat menyampaikan kepada
pengetahuan tentang hukum syari dengan pengetahuan yang jelas.
b. Untuk menemukan hukum dari dalil-dalilnya.
c. Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan antara mazhab-mazhab tentang berbagai
persoalan yang dibahas dalam mazhab tersebut, sehingga dapat diketahui dasar-dasar yang
mereka gunakan dalam membangun mazhabnya.
d. untuk memahami pokok-pokok hukum syari dan dalil-dalilnya serta memahami bagaimana
sulitnya usaha para ulama dalam mengistinbathkan hukum, muncul keinginan umat untuk
menjalankan ajaran dan perintah agama.
F. Perbedaan dan hubungan Syariat dan Fiqih
Terdapat beberapa perbedaan antara Syariah dan ilmu Fiqih, Perbedaan tersebut antaralain:
Perbedaan Syariah Fiqih
Obyek Syariah meliputi Obyek Fiqih adalah
bukan saja batin peraturan manusia yaitu
Obyek
manusia, akan tetapi hubungan lahir antara
juga sifat lahir manusia manusia dengan manusia,
dengan Tuhannya manusia dengan makhluk
(Ibadah). lain dan alam semesta.
Sumber pokok Syariah Fiqih berasal dari hasil
berasal dari wahtu Illahi pemikiran manusia dan
atau kesimpulan- kebiasaan-kebiasaan yang
Sumber kesimpulan yang terdapat dalam masyarakat
diambil dari wahyu atau hasil ciptaan manusia
seperti Al-Quran dan dalam bentuk peraturan atau
Hadits. Undang-Undang.
Sanksinya adalah Semua norma sanksi bersifat
pembalasan Tuhan di sekunder, dengan menunjuk
Akhirat, tapi terkadang pelaksana negara sebagai
Sanksi tidak terasa oleh pelaksana sanksinya.
manusia di dunia
sanksinya yang tidak
langsung.
Syariah itu Fiqih itu instrumental, ruang
fundamental, ruang lingkupnya terbatas
Ruang
lingkupnya sangat luas (concrito).
lingkup
karena didalamnya
mengatur akhlak dan
akidah (abstracto).
Syariah berlaku abadi Fiqih tidak berlaku abadi
karena merupakan karena merupakan karya
Jangka waktu
ketetapan dari Allah manusia. Fiqih dapat berubah
SWT dan ketentuan sesuai dengan perkembangan
Rasulullah SAW. zaman.

Syariah menunjukan Fiqih menunjukan


kesatuan dalam Islam, keragaman, dimungkinkan
Sifat
dan hanya ada satu. melenihi dari satu aliran
hukum/madzhab.
Walaupun terdapat beberapa perbedaan antara Syariah dan Fiqih, kedua hal tersebut
mempunyai persamaan yaitu Syariah dan Fiqih merupakan dua hal yang mengarahkan
manusia ke jalan yang benar.

G. Perbedaan Fiqih dan Ushul Fiqih


Obyek fiqih adalah perbuatan mukallaf, sedangkan obyek ushul fiqih adalah dalil-dalil
syari. Contoh : mengambil bunga tabungan di bank konvensional adalah riba. Ini adalah
obyek bahasan fiqh, karena mengambil bunga tabungan adalah perbuatan mukallaf.
Sedangkan dalil keharaman tersebut adalah dalil Alquran 2;275. Allah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Ketika sesorang membicarakan dalil keharaman bunga,
sebenarnya ia telah masuk kepada wilayah ushul fiqh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqih, Syariat, dan Hukum Islam, sebenarnya adalah satu pengertian yang sama. Hanya
ada sedikit perbedaan pada penerapan dan pembagiannya. Ketiganya juga memiliki peran
masing-masing dalam penerapannya di kehidupan manusia.
Setiap agama pasti ada aturan. Seperti syariat, fiqih dan ushul fiqih serta hukum islam itu
sendiri. Syariat berdasarkan al-Quran, untuk mencapai syariat tersebut dibutuhkan
pemahaman-pemahaman yang disebut fiqih. Dalam memahami fiqih perlu adanya sumber
hukum, yaitu yang disebut ushul fiqih.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifuddin. Amir. 2003.Garis-Gars Besar Fiqih. Jakarta: Kenxana Prenadamedia Group
Karim. Syafii. 1997. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung. CV. Pustaka Setia
http://www.suduthukum.com/2015/06/hubungan-antara-hukum-islam-syariah-dan.html
https://dekoapriyantoblog.wordpress.com/2013/05/16/syariah-fiqh-dan-ushul-fiqh/
http://olah-olahmakalah.blogspot.co.id/2014/03/makalah-studi-hukum-islam-fiqh-
syariah.html
PENDAHULUAN
Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjauhi apa yang tidak diridhoi Allah.
Untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah kita harus mengetahui hukum Islam
yang telah ada. Namun, hukum Islam menghadapi tantangan lebih serius, terutama pada abad
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjawab berbagai permasalahan baru
yang berhubungan dengan hukum Islam, para ahli yang sudah tidak bisa lagi sepenuhnya
mengandalkan ilmu tentang fiqih, hasil ijtihad di masa lampau. Alasannya, karena ternyata
warisan fiqih yang terdapat dalam buku-buku klasik, bukan saja terbatas kemampuannya
dalam menjangkau masalah-masalah baru yang belum ada sebelumnya. Oleh karena itu, umat
Islam perlu mengadakan penyegaran kembali terhadap warisan fiqih.
Dalam konteks ini, ijtihad menjadi sebuah kemestian dan metode ijtihad mutlak harus
dikuasai oleh mereka yang akan melakukannya. Metode ijtihad itulah yang dikenal dengan
ushul fiqih.

USHUL FIQIH
A.Definisi Ushul Fiqh
1.Definisi Ushul Fiqh dilihat dari sisi dua kata yang membentuknya.
Ushul Fiqh berasal dari bahasa Arab Ushul Al-Fiqh yang terdiri dari 2 kata, yaitu al-
Ushul al-Fiqh.
a.Al-Ushul
Al-Ushul adalah jamak dari kata al-ashl, menurut bahasa berarti
landasan tempat membangun sesuatu. Menurut istilah,
seperti dikemukakan wahbah az-Zahuli, kata al-ashl mengandung beberapa
.pengertian
1)Bermakna dalil, seperti dalam contoh

Dalil wajib sholat adalah al-quran dan sunnah


2)Bermakna kaidah umum satu ketentuan yang bersifat umum yang berlaku pada seluruh
cakupan. Seperti contoh :

Islam di bangun di atas lima kaidah umum.


3)Bermakna Al-Rajih (yang lebih kuat dari beberapa kemungkinan). Contoh

Pengertian yang lebih kuat dari suatu perkataan adalah pengertian hakikatnya.
4)Bermakna asal, tempat menganalogikan sesuatu yang merupakan salah satu dari rukun qiyas.
Misalnya, khamar merupakan asal (tempat mengkiaskan narkotika).
5)Bermakna sesuatu yang diyakini bilamana terjadi keraguan dalam satu masalah.
Pengertian kata Al-Ashlu yang dimaksud bila dihubungkan dengan makna al-dalil.
Dalam pengertian ini, maka kata ushul al-fiqh berarti dalil-dalil fiqih, seperti al-quran,
sunnah Rasulullah, Ijma, qiyas, dan lain-lain.[1]

b.Al-Fiqh
Kata kedua yang membentuk istilah ushul al-fiqh adalah kata al-fiqh. Kata al-fiqh
menurut bahasa berarti pemahaman.
Fiqh adalah ilmu tentang (himpunan) hukum-hukum syara mengenai perbuatan
manusia ditinjau dari apakah perbuatan itu diharuskan (wajib), sunah, atau haram untuk
dikerjakan.
Menurut istilah, al-fiqh dalam pandangan az-Zuhaili, terdapat beberapa pendapat
tentang definisi fiqh. Abu Hanifah mendefinisikan sebagai berikut :[2]

Pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi hakikatnya, dan apa yang menjadi
kewajibannya atau dengan kata lain, pengetahuan seseorang tentang apa yang
menguntungkan dan apa yang merugikan.
Menurut ulama kalangan Syafiiyah


Pengetahuan tentang hukum syara yang berhubungan dengan amal perbuatan, yang digali
dari satu persatu dalilnya.
Fiqh adalah hukum Islam yang tingkat kekuatannya hanya sampai Zhan, karena di
tarik dari dalil-dalil yang dzannya. Bahwa hukum fiqh itu adalah zhannya sejalan pula dengan
kata al-muktasabdalam definisi tersebut yang berarti diusahakan yang mengandung
pengertian adanya campur tangan akal pikiran manusia dalam penarikannya dari al-quran
dan sunnah Rasulullah.
Objek kajian ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf, ditinjau dari segi hukum syara
yang tetap baginya. Seorang faqih membahas tentang jual beli mukallaf, sewa-menyewa,
pegadaian, perwalian, shalat, puasa, haji, pembunuhan, qazhaf, pencurian, ikrar dan wakaf
yang dilakukan mukalaf, supaya mengerti tentang hukum syara dalam segala perbuatan itu.
Maka tujuan ilmu fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap perbuatan
dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih itu adalah tempat kembali seorang mufti dalam
fatwanya dan tempat kembali seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syara yang
berkenaan dengan ucapan dan perbuatan yang muncul dari dirinya.[3]

2.Definisi Ushul al-Fiqh sebagai suatu disiplin ilmu.


Ushul al-fiqh adalah ilmu tentang( pemahaman) kaidah kaidah dan pembahasan yang
dapat menghantarkan kepada diperolehnya hukum-hukumsyara mengenai perbutan manusia
dari dalil-dalilnya yang rinci.
Ushul fiqih secara istilah teknik hukum adalah: ilmu tentang kaidah-kaidah yang
membawa kepada usaha merumuskn hukum syara dari dalilnya yang terinci atau dalam arti
sederhana adalah: kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum-hukum
dari dalil-dalilnya.
Umpamanya dalam kitab-kitab fiqih ditemukan ungkapan, mengerjakan sholat itu
hukumnya wajib. wajibnyanya melakukan sholat itu disebut hukum syara.
Tidak pernah tersebut dalam Al-Quran maupun hadits bahwa sholat itu hukumnya
wajib.yang tersebut dalam Al-Quran hanyalah perintah mengerjakan sholat yang berbunyi.


Artinyakerjakanlah sholat
Ayat al-Quran yang mengandung perintah mengerjakan sholat itu disebutdalil syara.Untuk
merumuskan kewajiban sholat yang disebut hukum syara dari firmanAllah:


Yang disebut dalil syara itu ada aturanya dalam bentuk kaidah, umpamanya: setiap perintah
itu menunjukkan wajib. Pengetahuan tentang kaidah kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara tersebut, itulah yang disebut ilmu ushul fiqh
.[4]

Perbedaan Fiqih dan Ushul fiqih


Dari penjelasan diatas dapat diketahui perbedaan ushul fiqih dan fiqih.Ushul fiqih
adalah pedoman atau aturan - aturan yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus
diikuti oleh seorang faqih dalam usahanya menggali dan mengeluarkan hukum syara dan
dalilnya, sedangkan fiqih ialah hukum-hukum syara yang telah digali dan dirumuskan dari
dalil-dalil menurut aturan yg sudah ditentukan itu.[5]
Berbagai hal yang menjadi pembahasan seperti yang ditunjukkan oleh definisi
tersebut adalah:
a)Tentang dalil-dalil fiqh secara global
Menurut istilah ushul fiqh, dalil berarti


Sesuatu yang bilamana dipikirkan secara benar akan menyampaikan seseorang kepada
kesimpulan yang di cari.
b)Tentang cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya.

Ayat al-Quran yang mengandung perintah mengerjakan sholat itu disebutdalil


syara.Untuk merumuskan kewajiban sholat yang disebut hukum syara dari firmanAllah:


Artinyakerjakanlah sholat
Yang disebut dalil syara itu ada aturanya dalam bentuk kaidah, umpamanya: setiap
perintah itu menunjukkan wajib. Pengetahuan tentang kaidah kaidah yang menjelaskan cara-
cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara tersebut, itulah yang disebut ilmu ushul fiqh
.

d)Tentang cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya.


Metode istinbat dibahas secara keseluruhan, membahas istinbat bilamana dalam
pandangan mujtahid terjadi pertentangan antara satu dalil dengan dalil yang lain.
e)Tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melakukan ijtihad, tentang ijtihad
itu sendiri dan hal-hal yang menjadi lapangannya.

Objek Kajian Ushul Fiqh


Dari definisi Ushul Fiqh menurut Abdullah bin Al-Baidlawi, dapat dipaparkan tiga
masalah pokok yang akan dibahas dalam ushul fiqh, yaitu tentang sumber dan dalil hukum,
tentang metode istinbat dan tentang ijtihad. Berpegang pada pendapat Al-Ghazali, objek
pembahasan ushul fiqh ada 4 bagian:
1.Pembahasan tentang hukum syara dan yang berhubungan dengannya, seperti hakim,
mahkumfih, dan mahkum alaih.
2.Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum.
3.Pembahasan tentang cara mengistinbatkan hukum dari sumber-sumber dalil itu.
4.Pembahasan tentang ijtihad.
Meskipun yang menjadi objek bahasan ushul fiqh ada 4, namun wahbah az-Zuhaili
menjelaskan bahwa yang menjadi inti objek kajian ushul Fiqh adalah tentang dua hal yaitu
dalil-dalil secara global dan tentang al-ahkam (hukum-hukum syara) yang menjadi objek
bahasan ushul fiqh adalah sifat-sifat esensial dari berbagai macam dalil dalam kaitannya
dengan penetapan sebuah hukum dan sebaliknya segi sebagaimana tetapnya suatu hukum
dengan dalil.

B.Ruang Lingkup Ushul Fiqh


Berdasarkan kepada beberapa definisi di atas, terutama definisi yang dikemukakan
oleh al-Baidhawi dalam kitab Nihayah al-Sul, yang menjadi ruang lingkup kajian (maudhu).
Ushul fiqh, secara global adalah sebagai berikut :[7]
1.Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.
2.Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
3.Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
4.Syarat syarat orang yang berwenang melakukan istinbat ( mujtahid ) dengan berbagai
permasalahannya.
Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa ( tanpa tahun, 1 : 8 ) ruang lingkup
kajian Ushul fiqh ada 4, yaitu :[8]
1.Hukum-hukum syara, karena hukum syara adalah tsamarah (buah / hasil ) yang dicari oleh
ushul fiqh.
2.Dalil-dalil hukum syara, seperti al-kitab, sunnah dan ijma, karena semuanya ini adalah
mutsmir (pohon).
3.Sisi penunjukkan dalil-dalil ( wujuh dalalah al-adillah ), karena ini adalah thariq al-istitsmar (
jalan / proses pembuahan ). Penunjukkan dalil-dalil ini ada 4, yaitu dalalah bil manthuq (
tersurat ), dalalah bil mafhum ( tersirat ), dalalah bil dharurat ( kemadharatan ), dan dalalah
bil mana al-maqul ( makna rasional ).
4.Mustamtsir (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum berdasarkan dugaan
kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang wajib mengikuti mujtahid, sehingga
harus menyebutkan syarat-syarat muqallid dan mujtahid serta sifat-sifat keduanya.

C.Tujuan dan Urgensi Ushul Fiqih


Para ulama ushul fiqih sepakat bahwa ushul fiqih merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan hukum-hukum Allah sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya,
baik yang berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, muamalah, uqubah (hukuman) maupun
akhlak. Dengan kata lain, ushul fiqih bukanlah sebagai tujuan melainkan hanya sebagai
metode, sarana atau alat. (Syafei, 1999 : 24).[9]
Tujuan ilmu ushul fiqih adalah menerapkan kaidah-kaidah nya dan teori-teorinya
terhadap dalil-dalil yang rinci untuk menghasilkan hukum syara yang ditunjukki dalil itu.
Jadi berdasarkan kaidah kaidahnya dan bahasan-bahasanya,maka nash-nash syara
dapat dipahami dan hukum yang menjadi dalalahnya dapat diketahui, serta sesuatu yang
dapat menghilangkan kesamaran lafal, yang samar dapat diketahui.
Bahkan tujuan utama dari ushul fiqih adalah untuk mencapai dan mewujudkan
sesuatu yang dimaksud syara. Ada ulama Yng berkata: Barang siapa yang memelihara
ushul, tentulah dia akan sampai kepada maksud. Dan barang siapa memelihara Qawaid,
tentulah dia akan mencapai maksud.[10]
Menurut Khudhari Bek (1994:15) dalam kitab ushul fiqihnya merinci tujuan ushul
fiqih sebagai berikut :
1.Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid, agar mampu
menggali hukum syara secara tepat.
2.Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syara melalui bermetode yang
dikembangkan oleh para mujtahid, sehinggga dapat memecahkan berbagai persoalan baru
yang muncul.
3.Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan dalil hukum. Ushul fiqih
menjadi tolak ukur validitas kebenaran sebuah ijtihad.
4.Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil yang mereka gunakan.
5.Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang digunakan
dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum Islam dapat melakukan tarjih (penguatan)
salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan mengemukakan pendapatnya.[11]

Studi ushul fiqih baru terasa penting bilamana dihadapkan kepada masalah-masalah
baru yang hukumnya tidak terdapat dalam perbendaharaan fiqih lama. Disamping itu, dengan
maraknya para peminat hukum islam melakukan perbandingan madzhab bahkan untuk
mengetahui mana yang lebih kuat, serta adanya upaya untuk memperbaharui hukum islam,
akan semakin terasa betapa pentingnya melakukan studi ushul fiqih.[12]
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa manfaat penting studi ushul fiqih.
Beberapa manfaat mempelajari ushul fiqih, yaitu :
1.Dengan mempelajari ushul fiqih akan memungkinkan untuk mengetahui dasar-dasar para
mujtahid masa silam dalam membentuk pendapat fiqihnya.
2.Dengan studi ushul fiqih seorang akan memperoleh kemampuan untuk memahami ayat-ayat
hukum dalam Al-quran dan hadits-hadits hukum dalam sunah Rasulullah, kemudian
mengistinbatkan hukum dari dua sumber tersebut.
3.Dengan mendalami ushul fiqih seseorang akan mampu secara benar dan lebih baik melakukan
muqaramat al mazahib al-fiqhiyah.

D.MATERI TAMBAHAN
Perbedaan antara hukum fiqih dengan hukum syariat:
a.Hukum fiqih merupakan hukum yang ditetapkan dengsn ijma para ulama melalui ijtihad
sedangkan hukum syariat yaitu hukum yang sudah ditentukan oleh Allah dalam Alquran
tanpa adanya ijma para ulama. Misalnya: Didalam Al-quran telah dijelaskan rukun-rukun
wudhu, salah satunya membasuh tangan hal ini merupakan hukum syariat, sedangkan batas
membasuh tangan hingga mana maka hal ini merupakan kajian fiqih yang ditentukan oleh
para imam.
Kalau kita berbicara syariat yang dimaksud adalah wahyu Allah dan Sunah Nabi
Muhammad. Fikih terdapat dalam kitab-kitab fiqih, fiqih : pemahaman manusia yang
memenuhi syarat tentang syariat dan hasil pemahaman itu.
b.Syariat besifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas karena
kedalamnya, oleh banyak ahli, dimasukkan juga akidah dan akhlaq. Fiqih bersifat
instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, yang
biasanya disebut perbuatan hukum.
c.Syariat adalah ketetapan Allah dan ketetapan Rosul-Nya,karena itu berlaku abadi. Fiqih
adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi, dapat berubah dai masa ke masa.
d.Syariat hanya satu,sedang fiqih mungkin lebih dari satu seperti(misalnya)terlihat pada
aliran-aliran hukum yang disebut dengan istilah mazahib atau mazhab-mazhab itu.
Syariat : semua ketetapan hukum yang ditentukan langsung oleh Allah yang terdapat
dalam alquran dan penjelasan Nabi Muhammad dalam kedudukan beliausebagai Rosulloh
yang dapat kita baca pada kitab-kitab hadits
Fiqih : ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum
islam.

PENUTUP

Simpulan
Ushul fiqih mempunyai pengertian al-ushul berarti dalil-dalil fiqih, seperti Al-Quran,
Sunnah Rasulullah, Ijma, Qiyas, dan lain-lain. Al-Fiqih berarti pemahaman yang mendalam
yang membutuhkan pengarahan potensi akal.
Objek Kajian Ushul Fiqih menurut Al-Ghazali membahas tentang hukum syara,
tentang sumber-sumber dalil hukum, tentang cara mengistinbatkan hukum dan sumber-
sumber dalil itu serta pembahasan tentang ijtihad.
Ruang lingkup ushul fiqih secara global adalah sumber dan dalil hukum dengan
berbagai permasalahannya, bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut dan
lain-lain.
Sejarah perkembangan ushul fiqih terlihat pada masa ushul fiqih sebelum dibukukan
dan ushul fiqih sesudah dibukukan dan ushul fiqih pasca Syafii.
Tujuan dan urgensi ushul fiqih adalah mengemukakan syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seseorang mujtahid, agar mampu menggali hukum syara secara tepat dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Haroen, H. Nasrun Haroen. 1997. Ushul Fiqih. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
Munir Amin, Samsul dan Jumantoro Totok. 2005. Kamus Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta :
Amzah.
M.Zaeni, Effendi, H.Satria. 2005. Ushul Fiqih. Jakarta : Prenada Media.
Rohayana, Ade Dedi. 2006. Ilmu Ushul Fiqih. Pekalongan : STAIN Press.
Syarifuddin, Amir. 1997. Ushul Fiqih. jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai