PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Studi atas al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo
dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari
disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Al-Quran adalah
lautan ilmu yang tidak habis-habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan
orientalisnya pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia dibalik teks teks Al-
Quran tesebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksploritasi lewat
perspektif keimanan, historis, bahasa dan satra, Pengkodifikasian , kemukjizatan ,
penafsiran , dan telaah huruf-hurufnya ,sosio cultural dan hermeneutika.
Salah satu pengkajian ,Sekaligus pembuktian kemukjizatan Al-Quran adalah kajian
terhadap kata-kata pembuka dan kata-kata penutup Al-Quran. Surah-surah Al-
Quran yang terdiri atas 114 surah ,ternyata diawali dengan beberapa macam
pembuka ( Fawatih Al-Suwar ) dan diakhiri dengan berbagai macam penutup (
khawatim Al-Suwar ). Pembuka dan penutup ini memiliki maksud dan tujuan yang
semuanya akan berimplikasi pada pengungkapan isi suatu surah.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan refrensi dan semoga bisa bermanfaat bagi pembaca.
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAAN
1) Bentuk yang terdiri dari satu huruf. Bentuk ini terdapat pada tiga surat, yaitu surat
Sad, Qaf, Wa Al-Qalam. Surat pertama dibuka dengan Sad, kedua dengan Qaf, dan
ketiga dibuka dengan Nun.
2) Bentuk yang terdiri dari dua huruf. Bentuk ini terdapat pada sepuluh surat. Tujuh
diantaranya dengan hawamim yaitu surat-surat yang didahului dengan Ha dan Mim.
Surat-suratnya adalah surat Gafir, Fusilat, Asy-Syura, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-
Jatsiyah, dan Al-Ahqaf. Khusus pada surat Asy-Syura pembukaannya bergabung
antara dan . Tiga surat lagi adalah surat dan .
3) Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf terdapat tiga belas tempat. Enam
diantaranya dengan huruf yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-rum,
Luqman dan Al-Sajadah. Lima huruf yaitu pada surat Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim
dan Al-Hijr. Dua susunan hurufnya terdapat peda pembukaan surat Asy-Syura
dan Al-Qashash.
4) Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf, yaitu pada surat Al-Araf dan
pada surat Al-Rad .[3]
Urgensi telaah terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al-
Quran. Pengggalian penggalian makna yang terlebih dahulu melalui karakter bab
ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis
yang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu saja kita
tetap meyakini eksistensi Al-Quran, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia
kemujizatannya.
Banyak sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatih al-Suwar.
Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1. Sebagai Tanbih (peringatan ) dan dapat memberikanperhatian baik bagi nabi,
maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam
fawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah
yang kita tidak dapat mengetahunya.
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
4. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Quran terutama bagi kaum Muslimin
yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan
musuh-musuh islam yang mengatakan bahwa al-quran itu adalah buatan
Muhammad.
Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan
bahasa al-Quran itu sendiri bahwa al-Quran itu datang dari dari Allah SWT.[9]
Artinya :
Demi matahari dan cahayanya di padi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan
siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta
pembinaanya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta
penyempurnaannya ( ciptaannya ) ( Al-syam [91]:1-7)
Al-Qasam bih pada ayat tersebut adalah :matahari, bulan , siang, malam, langit,
bumi, dan jiwa
c. Al-Muqassamalaih
Al-muqassamalaih adalah sesuatu yang karenaya sumpah yang diucapkan yang
dinamakn dengan jawab qasam. Menurut ibnu Al-Qayyim (Al-tibyan Aqsam Al-
Quran, tt: 3), hakikat yang disumpahi ada lima hal ,yaitu :
1. Pokok-pokok keimanan, seperti pada firman allah:
Artinya :
Demi (rombongan )yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Dan demi
rombongan yang melarang dengan sebenar-benarnya ( dari perbuatan perbuatan
maksiat ). Dan demi ( Rombongan ) yang membaca pelajaran .Sesungguhnya
Tuhanmu benar-banar esa (Al-shaffat [37]:1-4)
2. Kebenaran Al-Quran, Seperti pada firman Allah :
Artinya :
Haa miim. Demi kitab Al-Quran) yang menjelaskan.Sesungguhnya kami
menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang
member pringatn . pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
(yaitu ) Urusan yang besar dari kami, sesungguhnya kami adalah yang mengutus
rasul-rasul ( Al-Dhukan[44]:1-5)
3. Allah bersumpah bahwa Rasul itu benar ,seperti pada firman allah :
Artinya :
Yaa siin. Demi Al-Quran yang penu hikmah .Sesungguhnya kamu salah seorang
dari rasul rasul. (yang berada ) Diatas jalan yan lurus . (sebagai wahyu ) yang
diturunkan oleh yang maha perkasa lagi maha penyayang (yasin [36]:1-5)
4. Allah bersumpah bahwa balasan ,janji, dan ancamanitu benar akan terjadi ,seperti
pada firman allah :
Artinya :
Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.Dan awan yang mengandung
hujan .Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah .Dan (malaikat-malaikat) yang
membagi-bagi urusan.Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
Dan sesungguhnya ( hari) pembalasan pasti terjadi. (Alzariyat {51}:1-6)
5. Keadaan manusia sepert pada firman allah
Artinya :
Demi malam apabila menutupi ( cahaya siang ).Dan siang apabila
tarang benderang.Dan penciptaan laki-laki dan perempuan .sesungguhnya usha kamu
memang berbeda-beda (Al-lail[92]: 1-4)
28 .Macam Macam dan Faedah Qasam
Qasam itu adakalanya dzahir ( jelas/tegas) dan ada kalanya mudhmar (tersembunyi
dan tersirat ).
a. Qasam Zahir
Adalah sumpah yang didlamnya disebutkan fiil Al-Qasam dan Al-muqsam bih.
Diantaranya ada yang dihilangkan fiil Al-Qasamnya ,sebagaimana pada umumnya
karena dicukupkan dengan huruf jar berupa huruf ba,wawu, dan ta
b. Qasam mudhmar
Adalah yang didalamnyatidak dijelaskan fiil Al-Qasam dan tidak pula Al-muqsam
bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid (lam penguat )yang mauk kedalam jawab
qasam,seperti pada firman allah :
Artinya :
Kamu sungguh sungguh akan diuji terhadap hartamudan dirimu ,dan ( juga ) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum
kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati( Al-imran [3]: 186)
Al-Quran diturunkan untuk seluruh manusia yang berbeda beda sikap terhadapnya
.Diantaranya ada yang meragukan , ada yang mengingkari dan ada yang pula yang
amat memusuhi. Karena itu pakailah qasam dalam kalamullah , guna
menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman , menegakkan hujjah
,menguatkan kabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Sebagaiamana diterangkan diatas,bahwa pada fawatih al-suwar terdapat qasam
karena yang dihadapi adalah orang orang arab jahiliyah yang notabone
meragukan keesaan allah swt dan kebanaran Nabi Muhammad Saw. Gibb
mengatakan : pada awal Muhammad Saw menyiarkan agama ,wejangan-wejangan
dikeluarkan dalm gaya orakel yang ngotot , berbentuk kalimat pendek bersajak,
kerap kali samar ,dan kadang-kadang didahulukan oleh satu atau beberapa sumpah
menurut adat ( lihat islam dalam lintasan sejarah oleh sir Hamilton Alexander
rosskeen Gibb, 1983). Maka allah Swt memaki sumpah sumpah dengan apa yang
mereka kagumi.
2.9 Kaitan Fawatih Al-suwar, Khawatim Al-Suwar, dan Aqsam dengan pesan surah
Artinya :
Tunjukilah kami jalan yang lurus ( Al-fatiahah [1]:6)
Ayat diatas mengandung permohonan untuk memperoleh hidayah, Dalam surah Al-
Baqarah, Allah Swt mengabulkan permohonan tersebut dengan membuka dengan
tiga huruf yang terpotong-potong disambung dengan ayat keduanya menerangkan
bahwa petunjuk yang dipinta itu adalah Al-Quran yang tidak diragukan
lagi.selanjutnya akan diterangkan berbagai aturan yang harus dijalankan.
Selanjutnya allah menuntun kita, manusia sebagai makhluk yang lemah dengan doa
diakhir surah Al-Baqarah. Doa itu berupa permohonan agar jangan diberi beban
yang terlalu berat, agar dikuatkan dalam melaksanakannya, dan agar diberi
pertolongan dalam mengemban tugas tersebut dari gangguan-gangguan orang-
orang yang tidak menyukai petunjuk allah tegak dimuka bumi ini.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah: Fawatih as-
Suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal surat dalam al-
quran dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun yang
keluar dari sepuluh macam tersebut.
Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah
sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak
berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
Adapun urgensi mempelajari fawatih as-suwar itu secara pokok adalah supaya
bertambah keimanan kita dan keyakinan kita terhadap kebenaran ayat-ayat Allah
swt. Dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita.Khatimah.
Adapun Khatim Al-suwar yaitu: Penutupan-penutupan surah,karena posisinya
terdapat pada akhir surah dalam Al-Quran dan sedikitnya ada enam belas macam
Khawatim Al-suwar.
Dan adapun definisi Aqsam dalam Al-Quran besrta unsure-unsurnya yaitu :Aqsam
Al-Quran adalah sumpah-sumpah yang disampaikan olrh allah Swt untuk
meyakinkan kebenaran risalah yang dibawa oleh utusannya, Muhammad Saw.Unsur-
Unsuryang membentuk Qasam ada tiga macam yaitu : a) fiil Qasam, b) Al-muqsam
,c) dan Al-muqsam alaih. Adakalanya Qasam itu Zhahir (jelas/tegas ) dan
adakalanya mudhmar ( tersembunyi ,tersirat ).
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan misalnya oleh salim bin Abdullah dan Al-
sudi yang bersumber dari ibnu abbas dengan menerangkan bahwa alif lam mim
masing-masing bermakna : Alif adalah ana, Lam adalah Allah ,Mim adalah alamu
(ibnu katsir,ibid ).
Al-razi berpendapat bahwa huruf-huruf itu isyarat mengenai masa keberadaan
kaum yang yang diterangkan dalam surah tersebut.misalnya alif masa satu tahun
,lam msa 30 tahun, mim masa 40 tahun (ibnu katsir, ibid ).
Menurut al-hubbi ,awal surah berupa huruf-huruf terpisah merupakan bentuk
peringatan kepada nabi Saw.Dikatakan bahwa allah mengetahui bagian bagian
waktu nabi sebagai manusia kadang sibuk. Maka dari itu jibril menyampaikan firman
allah seerti alif lam mim dengan suara jibril, supaya nabi menerima dan
memperhatiakannya.
Nashr Hanid menerangkan, apabila pendapat-pendapat mengenai huruf-huruf
muqathaah dikoleksi ,akan dicapai 13 takwil. Masing-masing ulama tidak dapat
memaksakan pendapatnya pada satu pendapat ( mafhum Al-Nash: Dirasah fiulum
Al-quran ,2000: 194).
4.2 Saran
Saran dari pemakalah adalah Semoga dengan makalah ini bisa bermanfaat,
berguna dan bisa menjadi refrensi wawasan pengetahuan bagi pembaca khususnya
bagi kelas D, semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
Desvita Wijayangsi (1420210058)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo
dulu, termasuk para sahabat pada zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari
disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba
mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan historis, bahasa
dan sastra, pengkodifikasian, kemujizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-
hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan tanggung jawab seorang Muslim
untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa
lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan
kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana
Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan
latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagaimana diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan
beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat
yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqathaah. Menurut
Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri
juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang
dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Fawatih As-Suwar?
2. Bagaimana macam-macam Fawatih As-Suwar?
[1]BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, fawatih adalah jama dari kata fatih atau fawatih yang berarti
awalan/pembuka. Sedangkan suwar adalah jama dari kata surah yang berarti
sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang diberi nama tertentu. Jadi, fawatih as-
suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-Quran / beberapa macam
awalan dari surah-surah Al-Quran.
Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush
suwar dibedakan menjadi 10 macam, yaitu: pembukaan dengan pujian kepada Allah
SWT, pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus, pembukaan
dengan Nida/panggilan, pembukaan dengan Jumlah Khabariyah, pembukaan dengan
sumpah/qasam, pembukaan dengan syarat, pembukaan dengan fiil amar, pembukaan
dengan pertanyaan, pembukaan dengan doa, dan pembukaan dengan alasan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syariat
Syariat berati jalan ketempat pengairan atau jalan yang harus diikuti atau tempat
lalu air sungai. Kata Syariat atau yang seakar dengan itu sering muncul beberapa kali dalam
al-Quran seperti dalam surah al-Maidah ayat 48 untuk tiap-tiap umat kami berikan aturan
dan jalan yang terang.
Agama ditetapkan Allah untuk manusia yang disebut syariat dalam arti lughawi, karena
umat islam selalu melaluinya dalam kehidupan di dunia. Diantara para pakar hukum islam
memberikan definisi kepada syariat itu dengan segala titah Allah yang berhubungan dengan
tingkah laku manusia diluar yang mngenai akhlak. Dengan demikian syariat itu adalah nama
bagi hukum-hukum yang amaliah.
Walaupun pada mulanya syariat diartikan agama sebagaimana disinggung Allah dalam
surat al-Syura ayat 13. Kemudian dikhususkan penggunaannya untuk hukum amaliyah.
Karena pada dasarnya agama adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan syariat
berlaku untuk masing-masing umat yang mungkin berbeda dengan umat sebelumnya.
Syariat secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan kepada para nabi
berupa kitab suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Quran, maupun berupa syariat yang
disampaikan kepada para nabi yang tidak berupa kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang
mempunyai nama, misalnya syariat Nabi Adam, syariat Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi
yang lainnya yang diwahyukan kepada mereka untuk membentengi ummat dimana mereka
diutus.
B. Pengertian Fiqih
Kata fiqih secara arti kata berati paham yang mendalam. Fiqih diibaratkan dengan ilmu
karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqih tidak sama dengan ilmu karena
fikih merupakah hasil yang didapat melalui ijtihad para mujahid. Sedangkan ilmu merupakan
suatu yang pasti. Namun karena fiqih kuat, iya mendekat kepada ilmu. Karena ilmu juga
digunakan untuk fiqih.
Hakikat dari fiqih yaitu:
1. Ilmu tenteng hukum Allah
2. Yang dibicarakan adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furuiyah
3. Fikih itu dicari atau ditemukan oleh mujtahid melalui penalaran
Secara singkat fikih itu adalah dugaan yang kuat seorang mujtahid dalam usahanya
menemukan hukum Allah.
Dari pengertian diatas, fiqih dan syariat terlihat kaitan yang sangat erat. Syariat diartikan
ketentuan yang ditetapkan Allah tentang tingkah laku manusia didunia untuk mencapai
kehidupan yang baik diakhirat. Untuk mengetahui keseluruhan yang dikehendaki Allah
tenteng tingkah laku manusia itu, diperlukan pemahaman syariat. Hasil pemahaman tersebuat
tertuang dalam ketentuan terperinci. Ketentuan terperinci tentang tingkah laku manusia
disebut fiqih.
Dengan berbagai defenisi tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa arti Fiqih itu
adalah ilmu mengenai pemahaman tentang hokum-hukum syara yang berkaitan dengan
amaliyah orang mukallaf, baik amaliyah anggota badan maupun amaliyah hati, hokum-
hukum syara itu didapatkan berdasarkan dan ditetapkan berdasarkan dalil-dalil tertentu (Al-
Quran dan al- Hadis) dengan cara ijtihad.
Ushul fiqih adalah pedoman yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus
diikuti oleh seorang faqih (ahli fiqh) dalam usahanya menggali dan mengeluarkan hukum dari
dalilnya. Ushul fiqih merupakan jalan yang terlebih dahulu harus ditempuh oleh seorang
mujtahid dalam rangka mendapatkan hukum.
Dengan kata lain fiqih adalah ilmu tentang hukum itu sendiri, sedangkan ushul fiqh
adalah metodologi untuk mendapatkan hukum tersebut. Fiqh adalah hasil (product),
sedangkan ushul fiqh adalah cara menghasilkannya. Hubungan antara kedua ilmu ini sama
dengan hubungan antara kaidah-kaidah bahasa dengan bahasa itu sendiri. Dengan adanya
keterkaitan definisi tersebut, maka ushul fiqh dan fiqh tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Fiqh tidak dapat dirumuskan tanpa mempergunakan metodologi yang terdapat dalam
ushul fiqh.
D. Hukum islam
Hukum Islam merupakan rangkaian kata hukum dan islam. Secara terpisah hukum
dapat diartikan sebagai seperangkat perturan tentang tingkah laku manusia yang diakui
sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu,
berlaku dan mengikat seluruh anggotanya. Bila kata hukum di gabungkan dengan kata
islam, maka hukum islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunah rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk
semua yang beragama islam.[2]
Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syariat Islam diterjemahkan
dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di
dalam bahasa Indonesia, untuk syariat Islam, sering dipergunakan istilah hukum syariat
atau hukum syara untuk fikih Islam dipergunakan istilah hukum fikih atau kadang-kadang
Hukum Islam.[3]
Hukum Islam merupakan istilah yang lahir sebagai terjemahan dari istilah berbahasa
Inggris Islamic law. Namun, kalau dikaji dari bentukan kata hukum Islam itu sendiri, yakni
gabungan dari kata hukum dan kata Islam, maka dapat dipahami bahwa hukum Islam itu
merupakan hukum yang bersumber dari ajaran Islam.
Istilah hukum Islam tidak ditemukan dalam al-Quran, Sunnah, maupun literatur Islam.
Untuk itu perlu dicari padanan istilah hukum Islam ini dalam literatur Islam. Jika hukum
Islam itu dipahami sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Islam, maka sulit dicari
padanan yang dalam literatur Islam persis sama dengan istilah tersebut. Ada dua istilah yang
dapat dipadankan dengan istilah hukum Islam, yaitu syariat dan fikih. Dua istilah ini,
sebagaimana sudah diuraikan di atas, merupakan dua istilah yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan, karena keduanya sangat terkait erat.
Dengan memahami kedua istilah ini dengan berbagai karakteristiknya masing-masing,
dapatlah disimpulkan bahwa hukum Islam itu tidak sama persis dengan syariat dan sekaligus
tidak sama persis dengan fikih. Tetapi juga tidak berarti bahwa hukum Islam itu berbeda
sama sekali dengan syariah dan fikih. Yang dapat dikatakan adalah pengertian hukum Islam
itu mencakup pengertian syariah dan fikih, karena hukum Islam yang dipahami di Indonesia
ini terkadang dalam bentuk syariah dan terkadang dalam bentuk fikih, sehingga kalau
seseorang mengatakan hukum Islam, harus dicari dulu kepastian maksudnya, apakah yang
berbentuk syariah ataukah yang berbentuk fikih. Hal inilah yang tidak dipahami oleh
sebagian besar bangsa Indonesia, termasuk sebagian besar kaum Muslim, sehingga
mengakibatkan hukum Islam dipahami dengan kurang tepat bahkan salah
E. Tujuan dan Manfaat mempelajari Ilmu Fiqih
1. Tujuan
Di dalam buku ushul fiqh, Amir Syarifuddin mengemukakan sekurangnya ada dua
tujuan mengetahui ushul fiqh yaitu:
a. Apabila kita sudah mengetahui metode atau ushul fiqh yang sudah dirumuskan oleh ulama
terdahulu, jika suatu ketika kita menghadapi masalah baru yang tidak mungkin ditemukan
hukumnya secara nyata dalam kitab-kitab yang terdahulu, kita akan dapat mencari jawaban
terhadap masalah tersebut dengan menerapkan kaedah ushul fiqh.
b. Untuk mengkaji ulang rumusan hukum yang sudah didapat oleh para fuqaha terdahulu
untuk disesuaikan lagi dengan kemaslahatan dan tuntutan kondisi saat ini.
2. Manfaat
Menurut Wahbah al-Zuhaili, kegunaan ushul fiqh:
a. Untuk mengistinbathkan (mengeluarkan) hukum sehingga dapat menyampaikan kepada
pengetahuan tentang hukum syari dengan pengetahuan yang jelas.
b. Untuk menemukan hukum dari dalil-dalilnya.
c. Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan antara mazhab-mazhab tentang berbagai
persoalan yang dibahas dalam mazhab tersebut, sehingga dapat diketahui dasar-dasar yang
mereka gunakan dalam membangun mazhabnya.
d. untuk memahami pokok-pokok hukum syari dan dalil-dalilnya serta memahami bagaimana
sulitnya usaha para ulama dalam mengistinbathkan hukum, muncul keinginan umat untuk
menjalankan ajaran dan perintah agama.
F. Perbedaan dan hubungan Syariat dan Fiqih
Terdapat beberapa perbedaan antara Syariah dan ilmu Fiqih, Perbedaan tersebut antaralain:
Perbedaan Syariah Fiqih
Obyek Syariah meliputi Obyek Fiqih adalah
bukan saja batin peraturan manusia yaitu
Obyek
manusia, akan tetapi hubungan lahir antara
juga sifat lahir manusia manusia dengan manusia,
dengan Tuhannya manusia dengan makhluk
(Ibadah). lain dan alam semesta.
Sumber pokok Syariah Fiqih berasal dari hasil
berasal dari wahtu Illahi pemikiran manusia dan
atau kesimpulan- kebiasaan-kebiasaan yang
Sumber kesimpulan yang terdapat dalam masyarakat
diambil dari wahyu atau hasil ciptaan manusia
seperti Al-Quran dan dalam bentuk peraturan atau
Hadits. Undang-Undang.
Sanksinya adalah Semua norma sanksi bersifat
pembalasan Tuhan di sekunder, dengan menunjuk
Akhirat, tapi terkadang pelaksana negara sebagai
Sanksi tidak terasa oleh pelaksana sanksinya.
manusia di dunia
sanksinya yang tidak
langsung.
Syariah itu Fiqih itu instrumental, ruang
fundamental, ruang lingkupnya terbatas
Ruang
lingkupnya sangat luas (concrito).
lingkup
karena didalamnya
mengatur akhlak dan
akidah (abstracto).
Syariah berlaku abadi Fiqih tidak berlaku abadi
karena merupakan karena merupakan karya
Jangka waktu
ketetapan dari Allah manusia. Fiqih dapat berubah
SWT dan ketentuan sesuai dengan perkembangan
Rasulullah SAW. zaman.
USHUL FIQIH
A.Definisi Ushul Fiqh
1.Definisi Ushul Fiqh dilihat dari sisi dua kata yang membentuknya.
Ushul Fiqh berasal dari bahasa Arab Ushul Al-Fiqh yang terdiri dari 2 kata, yaitu al-
Ushul al-Fiqh.
a.Al-Ushul
Al-Ushul adalah jamak dari kata al-ashl, menurut bahasa berarti
landasan tempat membangun sesuatu. Menurut istilah,
seperti dikemukakan wahbah az-Zahuli, kata al-ashl mengandung beberapa
.pengertian
1)Bermakna dalil, seperti dalam contoh
Pengertian yang lebih kuat dari suatu perkataan adalah pengertian hakikatnya.
4)Bermakna asal, tempat menganalogikan sesuatu yang merupakan salah satu dari rukun qiyas.
Misalnya, khamar merupakan asal (tempat mengkiaskan narkotika).
5)Bermakna sesuatu yang diyakini bilamana terjadi keraguan dalam satu masalah.
Pengertian kata Al-Ashlu yang dimaksud bila dihubungkan dengan makna al-dalil.
Dalam pengertian ini, maka kata ushul al-fiqh berarti dalil-dalil fiqih, seperti al-quran,
sunnah Rasulullah, Ijma, qiyas, dan lain-lain.[1]
b.Al-Fiqh
Kata kedua yang membentuk istilah ushul al-fiqh adalah kata al-fiqh. Kata al-fiqh
menurut bahasa berarti pemahaman.
Fiqh adalah ilmu tentang (himpunan) hukum-hukum syara mengenai perbuatan
manusia ditinjau dari apakah perbuatan itu diharuskan (wajib), sunah, atau haram untuk
dikerjakan.
Menurut istilah, al-fiqh dalam pandangan az-Zuhaili, terdapat beberapa pendapat
tentang definisi fiqh. Abu Hanifah mendefinisikan sebagai berikut :[2]
Pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi hakikatnya, dan apa yang menjadi
kewajibannya atau dengan kata lain, pengetahuan seseorang tentang apa yang
menguntungkan dan apa yang merugikan.
Menurut ulama kalangan Syafiiyah
Pengetahuan tentang hukum syara yang berhubungan dengan amal perbuatan, yang digali
dari satu persatu dalilnya.
Fiqh adalah hukum Islam yang tingkat kekuatannya hanya sampai Zhan, karena di
tarik dari dalil-dalil yang dzannya. Bahwa hukum fiqh itu adalah zhannya sejalan pula dengan
kata al-muktasabdalam definisi tersebut yang berarti diusahakan yang mengandung
pengertian adanya campur tangan akal pikiran manusia dalam penarikannya dari al-quran
dan sunnah Rasulullah.
Objek kajian ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf, ditinjau dari segi hukum syara
yang tetap baginya. Seorang faqih membahas tentang jual beli mukallaf, sewa-menyewa,
pegadaian, perwalian, shalat, puasa, haji, pembunuhan, qazhaf, pencurian, ikrar dan wakaf
yang dilakukan mukalaf, supaya mengerti tentang hukum syara dalam segala perbuatan itu.
Maka tujuan ilmu fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap perbuatan
dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih itu adalah tempat kembali seorang mufti dalam
fatwanya dan tempat kembali seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syara yang
berkenaan dengan ucapan dan perbuatan yang muncul dari dirinya.[3]
Artinyakerjakanlah sholat
Ayat al-Quran yang mengandung perintah mengerjakan sholat itu disebutdalil syara.Untuk
merumuskan kewajiban sholat yang disebut hukum syara dari firmanAllah:
Yang disebut dalil syara itu ada aturanya dalam bentuk kaidah, umpamanya: setiap perintah
itu menunjukkan wajib. Pengetahuan tentang kaidah kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara tersebut, itulah yang disebut ilmu ushul fiqh
.[4]
Sesuatu yang bilamana dipikirkan secara benar akan menyampaikan seseorang kepada
kesimpulan yang di cari.
b)Tentang cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya.
Artinyakerjakanlah sholat
Yang disebut dalil syara itu ada aturanya dalam bentuk kaidah, umpamanya: setiap
perintah itu menunjukkan wajib. Pengetahuan tentang kaidah kaidah yang menjelaskan cara-
cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara tersebut, itulah yang disebut ilmu ushul fiqh
.
Studi ushul fiqih baru terasa penting bilamana dihadapkan kepada masalah-masalah
baru yang hukumnya tidak terdapat dalam perbendaharaan fiqih lama. Disamping itu, dengan
maraknya para peminat hukum islam melakukan perbandingan madzhab bahkan untuk
mengetahui mana yang lebih kuat, serta adanya upaya untuk memperbaharui hukum islam,
akan semakin terasa betapa pentingnya melakukan studi ushul fiqih.[12]
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa manfaat penting studi ushul fiqih.
Beberapa manfaat mempelajari ushul fiqih, yaitu :
1.Dengan mempelajari ushul fiqih akan memungkinkan untuk mengetahui dasar-dasar para
mujtahid masa silam dalam membentuk pendapat fiqihnya.
2.Dengan studi ushul fiqih seorang akan memperoleh kemampuan untuk memahami ayat-ayat
hukum dalam Al-quran dan hadits-hadits hukum dalam sunah Rasulullah, kemudian
mengistinbatkan hukum dari dua sumber tersebut.
3.Dengan mendalami ushul fiqih seseorang akan mampu secara benar dan lebih baik melakukan
muqaramat al mazahib al-fiqhiyah.
D.MATERI TAMBAHAN
Perbedaan antara hukum fiqih dengan hukum syariat:
a.Hukum fiqih merupakan hukum yang ditetapkan dengsn ijma para ulama melalui ijtihad
sedangkan hukum syariat yaitu hukum yang sudah ditentukan oleh Allah dalam Alquran
tanpa adanya ijma para ulama. Misalnya: Didalam Al-quran telah dijelaskan rukun-rukun
wudhu, salah satunya membasuh tangan hal ini merupakan hukum syariat, sedangkan batas
membasuh tangan hingga mana maka hal ini merupakan kajian fiqih yang ditentukan oleh
para imam.
Kalau kita berbicara syariat yang dimaksud adalah wahyu Allah dan Sunah Nabi
Muhammad. Fikih terdapat dalam kitab-kitab fiqih, fiqih : pemahaman manusia yang
memenuhi syarat tentang syariat dan hasil pemahaman itu.
b.Syariat besifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas karena
kedalamnya, oleh banyak ahli, dimasukkan juga akidah dan akhlaq. Fiqih bersifat
instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, yang
biasanya disebut perbuatan hukum.
c.Syariat adalah ketetapan Allah dan ketetapan Rosul-Nya,karena itu berlaku abadi. Fiqih
adalah karya manusia yang tidak berlaku abadi, dapat berubah dai masa ke masa.
d.Syariat hanya satu,sedang fiqih mungkin lebih dari satu seperti(misalnya)terlihat pada
aliran-aliran hukum yang disebut dengan istilah mazahib atau mazhab-mazhab itu.
Syariat : semua ketetapan hukum yang ditentukan langsung oleh Allah yang terdapat
dalam alquran dan penjelasan Nabi Muhammad dalam kedudukan beliausebagai Rosulloh
yang dapat kita baca pada kitab-kitab hadits
Fiqih : ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum
islam.
PENUTUP
Simpulan
Ushul fiqih mempunyai pengertian al-ushul berarti dalil-dalil fiqih, seperti Al-Quran,
Sunnah Rasulullah, Ijma, Qiyas, dan lain-lain. Al-Fiqih berarti pemahaman yang mendalam
yang membutuhkan pengarahan potensi akal.
Objek Kajian Ushul Fiqih menurut Al-Ghazali membahas tentang hukum syara,
tentang sumber-sumber dalil hukum, tentang cara mengistinbatkan hukum dan sumber-
sumber dalil itu serta pembahasan tentang ijtihad.
Ruang lingkup ushul fiqih secara global adalah sumber dan dalil hukum dengan
berbagai permasalahannya, bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut dan
lain-lain.
Sejarah perkembangan ushul fiqih terlihat pada masa ushul fiqih sebelum dibukukan
dan ushul fiqih sesudah dibukukan dan ushul fiqih pasca Syafii.
Tujuan dan urgensi ushul fiqih adalah mengemukakan syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seseorang mujtahid, agar mampu menggali hukum syara secara tepat dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Haroen, H. Nasrun Haroen. 1997. Ushul Fiqih. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
Munir Amin, Samsul dan Jumantoro Totok. 2005. Kamus Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta :
Amzah.
M.Zaeni, Effendi, H.Satria. 2005. Ushul Fiqih. Jakarta : Prenada Media.
Rohayana, Ade Dedi. 2006. Ilmu Ushul Fiqih. Pekalongan : STAIN Press.
Syarifuddin, Amir. 1997. Ushul Fiqih. jakarta : Logos Wacana Ilmu.