NIM : 22008404111015
Tugas : UAS
A. AMTSAL AL-QUR’AN
1. Amtsal menurut bahasa artinya, perumpamaan, kisah cerita dan sifat atau keadaan tingkah laku
yang mengherankan. Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yaitu : [1]
a. Menurut ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaaan sesuatu
yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
b. Menurut ahli Bayan, amstal adalah ungkapan mazas yang dasamakan dengan asalnya karena
adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
c. Menurut ahli tafsir amstal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan
yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih
maupun mazas mursal.
2. Landasan pengembangan Ilmu amstal dalam al-qur‟an berdasarkan hadist.[2]
،األِثايٚ ِٗرشاتٚ ُِحىٚ َحشاٚ حالي: ٖٛجٚ خّغح أٍٝ أْ اٌمشأْ ٔضي ع: ي هللا ملسو هيلع هللا ىلصٛعٓ أتي ٘شيشج سظي هللا عٕٗ أْ اٌشع
ا األِثايٚاعرثشٚ ٗا اٌّرشاتِٕٛ اٚ ُا اٌّحىٛاذثعٚ ا اٌحاليٍّٛفاع
3. Macam-macam Amstal beserta contoh. [3]
a. Al-amtsalul musharrahatu yaitu amtsal yang lafal jelas yang didalamnya terdapat lafal yang
menunjukkan persamaan atau perumpamaan. Contohnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 17-20.
b. Al-amstal kaminah yaitu perumpamaan yang terselubung, yang di dalamnya tidak terdapat
lafal tamtsil tetapi artinya menunjukkan kepada arti perumpamaan yang indah, singkat dan
padat. Contohnya pada QS Al-Baqarah ayat 68, QS Al-Furqaan ayat 67 dan QS Al-Isra ayat
29.
c. Al-amstal mursalah yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa lafal tasybih, yakni
beberapa contoh ayat Al-Qur‟an yang berlaku sebagai perumpamaan. Contohnya pada QS
Yusuf ayat 51dan 41, QS Al-Isra ayat 84 dan QS an-Najm ayat 58.
4. Unsur-unsur yang harus ada dari amtsal. [4]
a. Harus ada musyabbah yaitu, sesuatu yang akan diserupakan atau diumpamakan.
b. Harus ada musyabbah bih yaitu, sesuatu yang dijadikan sebagai tempat untuk menyerupakan.
c. Harus ada wajhu Asy-Syabah yaitu, pengertian yang bersama-sama yang ada musyabbah dan
musyabbah bih.
d. Harus ada alat At-Tasybih yaitu, yang digunakan untuk menyerupakan. Misalnya huruf kaf,
mitsil, kaana.
5. Faedah dari mempelajari amtsalul Qur‟an [5]
a. Mengungkapkan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang
tampak.
b. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia
merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.
c. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
d. Untuk memuji orang yang diberi amtsal.
e. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang
banyak.
f. Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikannasihat, lebih kuat dalam
memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
g. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat.
B. Aqsam Al-qur’an
1. Qasam menurut bahasa adalah kata yang mempunyai satu makna yaitu sumpah. Sedangkan
menurut istilah adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah,
baik secara nyata atau secara keyakinan saja. [6]
2. Hal-hal yang digunakan Allah dalam sumpah-Nya di dalam Al-Qur‟an. [7]
Didalam firmannya Allah bersumpah untuk menetapkan pokok-pokok keimanan yang wajib
diketahui makhluk, yaitu bersumpah dengan menjelaskan tauhid, menegaskan bahwa qur‟an itu
hak, menjelaskan bahwa Rasul itu benar, menjelaskan balasan, janji dan ancaman. Dan juga
untuk menerangkan keaadaan manusia.
a. Ibtida‟i yaitu apabila mukhatabnya merupakan orang yang berhati kosong, yang belum
memiliki persepsi akan pernyataan yang diterangkan kepadanya.
b. Thalabi ialah apabila mukhatabnya ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang
disampaikan kepadanya. Perkataan untuk orang seperti ini diperkuat dengan suatu penguat
guna menghilangkan keraguan.
c. Inkari adalah apabila mukhatabnya mengingikari atau menolak isi pernyataan. Perkataan
untuk orang seperti ini harus disertai.
3. Hal-hal yan digunakan aqsam fi‟il qur‟an dalam kedudukan beserta contohnya. [8]
a. Jumlah Khabariyah, (informatif dan terbanyak dalam al-qur‟an), contohnya seperti firman
Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 23.
b. Jumlah Thalabiyah, (kalimat permintaan), contohnya seperti firman Allah dalam surat AlHijr
ayat 92-93.
c. Ungkapan Ghaib, seperti surat Al-hijr ayat 92-93.
d. Ungkapan Nyata, seperti surat Asy-Syams ayat 1-7.
e. Ungkapan tanpa jawaban, seperti surat Al-Buruj ayat 1-4.
f. Ungkapan yang menggunakan jawaban, seperti surat Asy-Syams ayat 1-9 dan surat AtTin
ayat 1-4.
4. Macam-macam Qasam dalam Al-Qur‟an [9]
a. Qasam Zhahir, ialah sumpah di dalamnya disebutkan fi‟il qasam dan muqsam bih. Dan
diantaranya ada yang dihilangkan fi‟il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena
dicukupkan dengan huruf jar berupa ba, wawu, dan ta.Seperti dalam firman Allah SWT yang
artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).” (QS.Al-Qiyamah: 1-2).
b. Qasam Mudhmar ialah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi‟il qasam dan tidak pulamuqsam
bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti
firman Alla yang artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.
dan (juga) kamu sungguh-sungguh.”
Sedangkan dari segi atau materi qasam terdiri dari 5 macam yaitu : [9]
a. Qasam yang menunjukkan pada keesaan Allah, seperti al-Shaffat ayat 1-4.
b. Qasam yang menunjukkan kebenaran al-Qur‟an al-Dukhan ayat 1-3.
c. Qasam yang menunjukkan kebenaran Rasul, Yasin ayat 1-3.
d. Qasam yang menunjukkan adanya balasan, janji, dan ancaman, al-Dzariyat ayat 1-5.
e. Qasam yang menunjukkan sikap manusia atau keadaan manusia, al-Lail ayat1-4.
5. Hikmah atau faedah dari qasam fil qur‟an. [10]
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang mashur untuk mamantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur‟an al-Karim diturunkan untuk seluruh
manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada
yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu
dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan,
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menerapkan hukum dengan cara
paling sempurna.
C. Fawatihus suwar (ayat-ayat pembuka)
1. Fawatihus suwar secara harfiah adalah pembuka surah-surah yang berarti suatu ilmu yang
mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur‟an. [11]
2. Macam-macam beserta contoh Fawatihus suwar [12]
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-tsana‟)
Pembukaan dengan sifat terpuji bagi Allah dengan menggunakan lafadz hamdallah, yang
terdapat dalam 5 surah yaitu al-Fatihah, al-An‟am, al-Kahfi, Saba‟ dan Fatihir. Serta
menggunakan lafal Tabaarok yang terdapat dalam surah al-Furqan dan al-Mulk.
Mensucikan Allah dari sifat-sifat negative dengan menggunakan lafal tasbih yang
terdapat dalam 7 surah yaitu, al-Isra‟. al-A‟la, al-Hadid, al-Hasyr, al-Shaff, al-Jumu‟ah
dan al-Taghabun.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus ( al-Muqath-tha‟at)
Kelompok sederhana, terdiri dari 1 huruf, yang ada 3 rangakaian dan terdapat dalam 3
surah yaitu Surah Shad, Surah Qaaf, Surah al-Qolam.
Kelompok yang tediri dari 2 huruf, terdapat dalam 10 surah, beberapa contohnya pada
surah al-Mukmin, Fushshilat dan asy-Syura.
Kelompok yang terdiri dari 3 huruf, yang terdapat dalm 13 Surah.
Enam Surah di awali Alif Lam Mim salah satunya yaitu Surah al-Baqarah
Lima Surah diawali dengan Alif Lam Ro salah satunya yaitu Surah Yunus
Duan Surah diawali dengan Tha Sin Mim pada surah as-Su‟araa dan Surah al-
Qashash.
Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, yang ada 2 rangkaian dan terdapat dalam 2 surah
yaitu pada Surah al-A‟raf dan Surah ar-Ra‟du.
Kelompok yang terdiri dari 5 huruf yang ada 2 rangkaian yaitu pada surah Maryam
يعصٙو
c. Pembukaan dengan Panggilan (al-Nida‟)
Nida‟ untuk Nabi, yang terdapat dalam 5 Surah yaitu, al-Ahzab, al-Tahrim, al-Thalaq, al-
Muzzammil dan al-Muddatsir.
Nida‟ untuk kaum Mukmin, yang terdapat dalam 3 surah, yaitu al-Maidah, al-Hujurat dan
al-Mumtahanah.
Nida‟ untuk umat manusia, yang terdapat dalam 2 Surah yaitu, an- Nisa dan al-Hajj.
d. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah
Jumlah ismiyah, terdapat dalam 11 surah, beberapa contohnya pada Surah at- Taubah, al-
Nur al-Zumar, Muhammad dan al-Fath.
Jumlah fi‟liyah yang menjadi pembuka surah terdapa dala 12 surah, beberapa contohnya
yaitu dalam Surah al-Anfal, an-Nahl dan al-Anbiya‟.
e. Pembukaan dengan Sumpah (al-qasam)
Surah dengan benda-benda angkasa, yang terdapat dalam 8 Surah beberapa contohnya
pada Surah al-Shaffat. Al-Najm, al-Mursalat dan al-Fajr.
Sumpah dengan benda-benda bumi, yang terdapat pada 4 Surah yaitu, al-Dzariyat, at-
Thur, at-Tin dan al-„Adiyat.
Sumpah dengan waktu, yang terdapat pada 3 Surah, yaitu al-Layl, ad-Duhaa dan al-Asr.
f. Pembukaan dengan syarat (al-Syarth)
Surah yang masuk pada jumlah ismiyah, yang terdapat dalam 3 surah, yaitu at-Takwir, al-
Infithar dan al-inshiqaq.
Syarat yang masuk pada jumlah fi‟liyah, yang terdapat dalam 4 Surah, yaitu al-waqiah,
al-munafiqun, az-Zalzalah dan an-Nashr.
g. Pembukaan dengan kata Kerja Perintah (al-Amr)
Dengan الشأbacalah, yang terdapat dalam surah al-Alaq
Dengan ً لkatakanlah, yang terdapat dalam 5 Surah yaitu al-Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-
Falaq dan an-Nas.
h. Pembukaan dengan Pertanyaan (al-Istifham)
Pertanyaan positif, pertanyan dengan menggunakan kalimat positif, yang terdapat dalam
3 surah, yaitu Surah an-Naba, al-Ghasyiyah, dan al-Ma‟un.
Pertanyaan Negatif, pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif, yang terdapat
dalam 2 surah, yaitu Surah al-Insyirah dan al-Fil.
i. Pembukaan dengan Do‟a (bi al-Du‟a)
Pembukaan surah dengan do‟a atau harapan yang berbentuk isim (kata benda), ada 2
surah, yaitu Surah al-Muthaffifin dan al-Humazah.
Pembukaan surah dengan do‟a atau harapan berbentuk fi‟il ada 1 surah, yaitu Surah al-
Lahab.
j. Pembukaan dengan alasan (bi al-Ta‟lil)
Pembukaan dengan ta‟lil terdapat dalam 1 Surah yaitu Surah al-Quraisy.
D. Nasikh dan Mansukh
1. Nasikh ialah penghilang (izalah), penggantian (tabdil) pengubahan (tahwil), dan pemindahan
(naql). Sesuatu yang menghilangkan, menggantikan, mengubah dan memindahkan. Sedangkan
Mansukh adalah sesuatu yang dihilangkan, digantikan, diubah, dan dipindahkan. [13]
2. Faktor yang melatar belakangi adanya Nasikh dan Mansukh [14]
a) Timbulnya isu nasikh-mansukh dalam as-Sunnah. Para sahabat menggunakan istilah nasikh-
mansukh dalam Al Quran Dan yang dikehendaki adalah pentakhsisan dari yang 'am,
pentaqyidan dari yang mutlaq,dan penafsiran dari yang mujmal.
b) Adanya ayat-ayat yang menurut anggapan mereka salin bertentangan dan tidak dapat
dikompromikan.
3. Macam – macam Nasikh [15]
a. Nasakh tilawah dan hukum. Maksudnya hukumnya nasakh ayatnya juga nasakh. Misalnya
tentang kawin muth‟ah. Rasulullah membolehkan muth‟ah dengan perintah Allah pada
tahun penaklukan Mekah, kemudian melarangnya dengan tegas pada masa perang Khaibar,
yaitu pada bulan Shafar tahun ke-7 hijrah.
b. Nasakh hukum, tilawahnya tetap. Maksudnya, hukumnya nasakh ayatnya masih ada.
Contoh QS.an-Nisā ayat 11.
c. Nasakh tilawahnya. Maksudnya, ayatnya nasakh hukumyamasih ada.
4. Pendapat Ulama tentang Nasikh dan Mansuk.[16]
Terjadi perbedaan dikalangan ulama tentang nasikh dan mansukh. Sumber perbedaan pendapat
tersebut adalah berawal dari pemahaman mereka tentang ayat :
Artinya: Maka Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an? kalau kiranya al-Qur‟an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS. An-
Nisa: 82)
Ayat di atas mengandung prinsif yang diyakinkan kebenarannya oleh setiap muslim namun
mereka berbeda pendapat dalam menghadapi ayat-ayat al-Qur‟an yang secara dzahir
menunjukkan kontradiksi.
Ulama sepakat bahwa dalam al-Qur‟an tidak terdapat wahyu yang bertentangan secara hakiki.
Dalam menghadapi ayat secara sepintas dinilai kontradiksi, ada dua pendapat ulama yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) Nasakh secara logika bukan secara syara
Pendapat ini dianut oleh Abu Muslim al-Asfihani dan kawan-kawan. Menurut kelompok ini
apabila ada ayat yang secara sepintas dinilai kontradiksi tidak diselesaikan dengan jalan
nasakh, tapi dengan jalan takhsis. Menurut Abu Muslim dkk. Al-Qur‟an adalah syari‟at yang
muhkam tidak ada yang mansukh. al-Qur‟an menyatakan :
ََّل ِِ ْٓ خ ٍَْف ِٖٗ ۗذ َ ْٕ ِض ْي ًٌ ِ ِّ ْٓ َح ِىي ٍُْ َحِّ ْي ٍذَٚ ِٗ ََّّل َيأ ْ ِذ ْي ِٗ ْاٌ َثاطِ ًُ ِِ ْۢ ْٓ َتي ِْٓ َيذَ ْي
Artinya :”yang tidak datang kepadanya (al-Qur‟an) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(QS. Fushilat : 42).”
Bagi ulama yang menolak nasakh beranggapan bahwa pembatalan hukum yang telah
diturunkan Allah adalah mustahil. Sebab jika ada pembatalan hukum yang telah
diturunkannya berarti akan muncul dua pemahaman paling kurang,yaitu :
1) Allah tidak tahu kejadian yang akan datang, sehingga dia perlu mengganti/membatalkan
suatu hukum dengan hukum yang lain.
2) Jika itu dilakukan Allah, berarti dia melakukan kesia-siaan dan permainan belaka.
Tegasnya bahwa Abu Muslim al-Asfihani tidak sependapat atau tidak setuju dengan
adanya nasakh, baik secara garis besar maupun secara terperinci.
b) Nasakh secara logika dan syara‟
Antara ulama menyatakan adanya nasakh dan mansukh dalam al-Qur‟an. Pendapat ini dianut
oleh jumhur ulama. Menurut mereka ayat nasakh dan mansukh tetap berlaku, akan tetapi segi
hukum yang berlaku menyeluruh hingga waktu tertentu tidak dapat dibatalkan kecuali oleh
syar‟i. Adapun dalil yang digunakan mereka adalah :
Dalil Naql yaitu firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 106 yang artinya: ayat mana
saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Para mufassirin berlainan pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat al
Qur‟an, dan ada yang mengartikan mukjizat.
Dalil aqli atau rasio
Menurut pendapat segolongan ulama bahwa Allah berbuat secara mutlak. Dia dapat
menyuruh berbuat sesuatu dalam waktu tertentu, kemudian melarangnya dalam waktu
tertentu lainnya. Pendapat lain lagi menyatakan bahwa perbuatan Allah itu mengikuti
kemashalatan dan menghindari kemudharatan. Jika Allah menyuruh pasti di dalamnya
ada kemashalatan dan jika dia melarangnya pasti di sana ada kemudharatan.
Kemashalatan itu dapat berubah karena perubahan masa, oleh karena itu Allah dapat saja
melarang atau menyuruh melakukan sesuatu perbuatan karena ada kemaslahatan.
5. Hikmah yang terkandung adanya nasikh dan mansukh dalam al-qur‟an : [17]
a. Menunjukkan bahwa syariat Islam diajarkan Rasulullah adalah syariat yang paling
sempurna, yang telah menghapus syariat- syariat dari agama sebelumnya. Karena syariat
Islam telah mencakup ajaran-ajaran sebelumnya.
b. Untuk kemaslahatan dan kebaikan umat Islam.
c. Untuk menguji umat Islam dengan perubahan hukum,apakah dengan perubahan ini mereka
masih taat atau sebaliknya.
d. Merupakan salah satu pra-kondisi yang amat penting bagi penafsiran al-Qur‟an.
e. Merupakan salah satu pra-kondisi terpenting untuk memahami dan menerapkan hukum
Islam
f. Menyinari perkembangan hukum Islam dan membantu memahami makna asasi dari ayat-
ayat yang bersangkutan.
E. Muhkam, Mutasyabbih dan Mubham
1. Muhkam berasal dari kata “ihkam” yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Semua pengertian ini pada dasarnya kembali kepada satu makna yakni pencegahan.
Muhkam dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara
informasi yang hak dan yang batil, serta memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat. Itulah
sifat yang dimiliki oleh kalam “muhkam” tersebut. Jadi disini Muhkam adalah ayat-ayat yang
maknanya sudah jelas, tidak samar lagi.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan lainnya,
yang biasanya dapat membawa kepada kesamaran antara kedua hal itu. Maka Mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya tidak jelas, hanya orang-orang yang kuat ilmunya yang memahaminya
dengan pemahaman yang benar.
Mubham berasal dari kata al-ibham yang menunjuk kepada makna tersembunyi dan tertutup.
Misalnya kalimat tariq mubham yaitu jalan tersembunyi dan tidak jelas. Kata al-Mubhamat
berasal juga dari kata abhama yang bermakna samar-samar. Artinya suatu lafaz yang maknanya
tidak jelas, sehingga untuk memahaminya diperlukan dalil lain. Adapun menurut istilah memiliki
makna yaitu semua lafaz yang termaktub dalam Al-Qur‟an tanpa menyebutkannya secara spesifik
atau sesuatu yang tertentu yang dikenal, baik dari manusia maupun selainnya. Dapat disimpulkan
bahwa Mubham adalah suatu lafadz yang maknanya tidak jelas, sehingga untuk memahaminya
diperlukan dalil lain. [18]
2. Landasan yang menjelaskan tentang Muhkam dan Mutasyabbih pada Al-Qur‟an beserta
contohnya [19]
يش
ٍ ِيُ َخ ِث ّ ِ ُا ٌٓش ۚ ِو ٰر َةٌ أُحْ ِى َّدْ َءا ٰ َيرُٗۥ ُ ث ُ َُّ ف
ٍ صٍَدْ ِِٓ ٌَّذ ُْْ َحى
“Inilah sebuah kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan (dikokohkan) serta dijelaskan secara rinci.
Diturunkan dari sisi Allah, Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu” (Q.S Hud:1).
Contoh ayat Mutasyabihat:
ِ ٍُّٰظ
ِ د ْاَّلَ ْس
ََّلَٚ ض ُ ُ َِا ذ َ ْغمَٚ ْاٌ َثحْ ۗ ِشَٚ ْاٌ َث ِ ّشِٝ َي ْعٍَ ُُ َِا فَٚ َُٛ ۗ ٘ ا ٓ ا ََِّّلَٙ ُّ ٍَة ََّل َي ْع
ُ ََّل َح َّث ٍح ِف ْيَٚ اَٙ ُّ ٍَ َسلَ ٍح ا ََِّّل َي ْعَّٚ ْٓ ِِ ط ِ ِع ْٕذَ ٖٗ َِفَا ِذ ُح ْاٌغَ ْيَٚ
ْٓة ِ ِثي ٍ ََّل يَا ِت ٍظ ا ََِّّل فِ ْي ِو ٰرَّٚ ة
ٍ ط ْ َس
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya, kecuali
Dia sendiri” (QS. al-An‟am : 59).
Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab Salaf lebih aman karena tidak
dikhawatirkan dalam penafsiran penakwilan yang menurut Tuhan salah. Sedangkan mazhab
Khalaf lebih selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya dengan argumen aqli.
Kemudian dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin berpikir
kritis dewasa ini, maka keduanya lebih tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasybihat
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan takwil yang dikenal dalam ilmu tafsir. Penyebab
timbulnya perbedaan mazhab diatas, maka pada dasarnya kembali kepada dua masalah. Pertama
masalah pemahaman ayat. Kedua adalah masalah apakah mungkin sebagian ayat al-Qur‟an tidak
diketahui sama sekali atau diketahui hanya orang-orang yang mendalami ilmunya? Menurut
ulama salaf, boleh saja sebagian ayat al-Qur‟an tidak diketahui manusia. Sedangkan menurut
ulama khalaf, hal yang demikian tidak mungkin terjadi. Setidaknya ayat itu dapat dipahami oleh
ulama tertentu.
Referensi Jawaban :
[5] pdf. Amstal Al-Quran Sebuah Kajian Dalam Psikologi Pendidikan Islam Fitriah M. Soud
[7] Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 19, No. 02, Desesmber 2019
[8] as-Suyuthi, Al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi Wa awladuh, 1978.
[9] Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 2 April-Juni 2020 dan Jurnal Substantia, Vol 12, No. 1, April
2011
[10] pdf. Manna (Mabahitsu fi Ulumil Qur‟an) Studi Ilmu-ilmu qur‟an. Jakarta: PT. Halim Jaya. Khalil
Al-Qattan. 2009.
[19] Pdf. Buku Ulum Al-Qur'an Muhkam dan Mutasyabbih, Eep Saefullah, 1977
[20] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018
[21] Pdf. Buku Ulum Al-Qur'an Muhkam dan Mutasyabbih, Eep Saefullah, 1977
[24] pdf. Suswanto, M.pd.I Edu Riligia: Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2018
[25] pdf. Waratsah Al-Qur'an sebagai Mukjizat Terbesar, Huzaemah tahido Yanggo, No.2, Desember
2016
[26] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018
[27] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018
[28] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018
[29] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018
[30] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018