Anda di halaman 1dari 16

Nama : Salvadora Erik Presica

NIM : 22008404111015

Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Mata Kuliah : Studi Al-Qur‟an

Tugas : UAS

A. AMTSAL AL-QUR’AN
1. Amtsal menurut bahasa artinya, perumpamaan, kisah cerita dan sifat atau keadaan tingkah laku
yang mengherankan. Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yaitu : [1]
a. Menurut ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaaan sesuatu
yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
b. Menurut ahli Bayan, amstal adalah ungkapan mazas yang dasamakan dengan asalnya karena
adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
c. Menurut ahli tafsir amstal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan
yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih
maupun mazas mursal.
2. Landasan pengembangan Ilmu amstal dalam al-qur‟an berdasarkan hadist.[2]
،‫األِثاي‬ٚ ٗ‫ِرشات‬ٚ ُ‫ِحى‬ٚ َ‫حشا‬ٚ ‫ حالي‬: ٖٛ‫ج‬ٚ‫ خّغح أ‬ٍٝ‫ أْ اٌمشأْ ٔضي ع‬: ‫ي هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬ٛ‫عٓ أتي ٘شيشج سظي هللا عٕٗ أْ اٌشع‬
‫ا األِثاي‬ٚ‫اعرثش‬ٚ ٗ‫ا اٌّرشات‬ِٕٛ‫ ا‬ٚ ُ‫ا اٌّحى‬ٛ‫اذثع‬ٚ ‫ا اٌحالي‬ٍّٛ‫فاع‬
3. Macam-macam Amstal beserta contoh. [3]
a. Al-amtsalul musharrahatu yaitu amtsal yang lafal jelas yang didalamnya terdapat lafal yang
menunjukkan persamaan atau perumpamaan. Contohnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 17-20.
b. Al-amstal kaminah yaitu perumpamaan yang terselubung, yang di dalamnya tidak terdapat
lafal tamtsil tetapi artinya menunjukkan kepada arti perumpamaan yang indah, singkat dan
padat. Contohnya pada QS Al-Baqarah ayat 68, QS Al-Furqaan ayat 67 dan QS Al-Isra ayat
29.
c. Al-amstal mursalah yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa lafal tasybih, yakni
beberapa contoh ayat Al-Qur‟an yang berlaku sebagai perumpamaan. Contohnya pada QS
Yusuf ayat 51dan 41, QS Al-Isra ayat 84 dan QS an-Najm ayat 58.
4. Unsur-unsur yang harus ada dari amtsal. [4]
a. Harus ada musyabbah yaitu, sesuatu yang akan diserupakan atau diumpamakan.
b. Harus ada musyabbah bih yaitu, sesuatu yang dijadikan sebagai tempat untuk menyerupakan.
c. Harus ada wajhu Asy-Syabah yaitu, pengertian yang bersama-sama yang ada musyabbah dan
musyabbah bih.
d. Harus ada alat At-Tasybih yaitu, yang digunakan untuk menyerupakan. Misalnya huruf kaf,
mitsil, kaana.
5. Faedah dari mempelajari amtsalul Qur‟an [5]
a. Mengungkapkan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang
tampak.
b. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia
merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.
c. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
d. Untuk memuji orang yang diberi amtsal.
e. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang
banyak.
f. Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikannasihat, lebih kuat dalam
memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
g. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat.
B. Aqsam Al-qur’an
1. Qasam menurut bahasa adalah kata yang mempunyai satu makna yaitu sumpah. Sedangkan
menurut istilah adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah,
baik secara nyata atau secara keyakinan saja. [6]
2. Hal-hal yang digunakan Allah dalam sumpah-Nya di dalam Al-Qur‟an. [7]
Didalam firmannya Allah bersumpah untuk menetapkan pokok-pokok keimanan yang wajib
diketahui makhluk, yaitu bersumpah dengan menjelaskan tauhid, menegaskan bahwa qur‟an itu
hak, menjelaskan bahwa Rasul itu benar, menjelaskan balasan, janji dan ancaman. Dan juga
untuk menerangkan keaadaan manusia.
a. Ibtida‟i yaitu apabila mukhatabnya merupakan orang yang berhati kosong, yang belum
memiliki persepsi akan pernyataan yang diterangkan kepadanya.
b. Thalabi ialah apabila mukhatabnya ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang
disampaikan kepadanya. Perkataan untuk orang seperti ini diperkuat dengan suatu penguat
guna menghilangkan keraguan.
c. Inkari adalah apabila mukhatabnya mengingikari atau menolak isi pernyataan. Perkataan
untuk orang seperti ini harus disertai.

3. Hal-hal yan digunakan aqsam fi‟il qur‟an dalam kedudukan beserta contohnya. [8]
a. Jumlah Khabariyah, (informatif dan terbanyak dalam al-qur‟an), contohnya seperti firman
Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 23.
b. Jumlah Thalabiyah, (kalimat permintaan), contohnya seperti firman Allah dalam surat AlHijr
ayat 92-93.
c. Ungkapan Ghaib, seperti surat Al-hijr ayat 92-93.
d. Ungkapan Nyata, seperti surat Asy-Syams ayat 1-7.
e. Ungkapan tanpa jawaban, seperti surat Al-Buruj ayat 1-4.
f. Ungkapan yang menggunakan jawaban, seperti surat Asy-Syams ayat 1-9 dan surat AtTin
ayat 1-4.
4. Macam-macam Qasam dalam Al-Qur‟an [9]
a. Qasam Zhahir, ialah sumpah di dalamnya disebutkan fi‟il qasam dan muqsam bih. Dan
diantaranya ada yang dihilangkan fi‟il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena
dicukupkan dengan huruf jar berupa ba, wawu, dan ta.Seperti dalam firman Allah SWT yang
artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat
menyesali (dirinya sendiri).” (QS.Al-Qiyamah: 1-2).
b. Qasam Mudhmar ialah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi‟il qasam dan tidak pulamuqsam
bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti
firman Alla yang artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.
dan (juga) kamu sungguh-sungguh.”

Sedangkan dari segi atau materi qasam terdiri dari 5 macam yaitu : [9]

a. Qasam yang menunjukkan pada keesaan Allah, seperti al-Shaffat ayat 1-4.
b. Qasam yang menunjukkan kebenaran al-Qur‟an al-Dukhan ayat 1-3.
c. Qasam yang menunjukkan kebenaran Rasul, Yasin ayat 1-3.
d. Qasam yang menunjukkan adanya balasan, janji, dan ancaman, al-Dzariyat ayat 1-5.
e. Qasam yang menunjukkan sikap manusia atau keadaan manusia, al-Lail ayat1-4.
5. Hikmah atau faedah dari qasam fil qur‟an. [10]
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang mashur untuk mamantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur‟an al-Karim diturunkan untuk seluruh
manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada
yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu
dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan,
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menerapkan hukum dengan cara
paling sempurna.
C. Fawatihus suwar (ayat-ayat pembuka)
1. Fawatihus suwar secara harfiah adalah pembuka surah-surah yang berarti suatu ilmu yang
mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur‟an. [11]
2. Macam-macam beserta contoh Fawatihus suwar [12]
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-tsana‟)
 Pembukaan dengan sifat terpuji bagi Allah dengan menggunakan lafadz hamdallah, yang
terdapat dalam 5 surah yaitu al-Fatihah, al-An‟am, al-Kahfi, Saba‟ dan Fatihir. Serta
menggunakan lafal Tabaarok yang terdapat dalam surah al-Furqan dan al-Mulk.
 Mensucikan Allah dari sifat-sifat negative dengan menggunakan lafal tasbih yang
terdapat dalam 7 surah yaitu, al-Isra‟. al-A‟la, al-Hadid, al-Hasyr, al-Shaff, al-Jumu‟ah
dan al-Taghabun.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus ( al-Muqath-tha‟at)
 Kelompok sederhana, terdiri dari 1 huruf, yang ada 3 rangakaian dan terdapat dalam 3
surah yaitu Surah Shad, Surah Qaaf, Surah al-Qolam.
 Kelompok yang tediri dari 2 huruf, terdapat dalam 10 surah, beberapa contohnya pada
surah al-Mukmin, Fushshilat dan asy-Syura.
 Kelompok yang terdiri dari 3 huruf, yang terdapat dalm 13 Surah.
 Enam Surah di awali Alif Lam Mim salah satunya yaitu Surah al-Baqarah
 Lima Surah diawali dengan Alif Lam Ro salah satunya yaitu Surah Yunus
 Duan Surah diawali dengan Tha Sin Mim pada surah as-Su‟araa dan Surah al-
Qashash.
 Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, yang ada 2 rangkaian dan terdapat dalam 2 surah
yaitu pada Surah al-A‟raf dan Surah ar-Ra‟du.
 Kelompok yang terdiri dari 5 huruf yang ada 2 rangkaian yaitu pada surah Maryam
‫يعص‬ٙ‫و‬
c. Pembukaan dengan Panggilan (al-Nida‟)
 Nida‟ untuk Nabi, yang terdapat dalam 5 Surah yaitu, al-Ahzab, al-Tahrim, al-Thalaq, al-
Muzzammil dan al-Muddatsir.
 Nida‟ untuk kaum Mukmin, yang terdapat dalam 3 surah, yaitu al-Maidah, al-Hujurat dan
al-Mumtahanah.
 Nida‟ untuk umat manusia, yang terdapat dalam 2 Surah yaitu, an- Nisa dan al-Hajj.
d. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah
 Jumlah ismiyah, terdapat dalam 11 surah, beberapa contohnya pada Surah at- Taubah, al-
Nur al-Zumar, Muhammad dan al-Fath.
 Jumlah fi‟liyah yang menjadi pembuka surah terdapa dala 12 surah, beberapa contohnya
yaitu dalam Surah al-Anfal, an-Nahl dan al-Anbiya‟.
e. Pembukaan dengan Sumpah (al-qasam)
 Surah dengan benda-benda angkasa, yang terdapat dalam 8 Surah beberapa contohnya
pada Surah al-Shaffat. Al-Najm, al-Mursalat dan al-Fajr.
 Sumpah dengan benda-benda bumi, yang terdapat pada 4 Surah yaitu, al-Dzariyat, at-
Thur, at-Tin dan al-„Adiyat.
 Sumpah dengan waktu, yang terdapat pada 3 Surah, yaitu al-Layl, ad-Duhaa dan al-Asr.
f. Pembukaan dengan syarat (al-Syarth)
 Surah yang masuk pada jumlah ismiyah, yang terdapat dalam 3 surah, yaitu at-Takwir, al-
Infithar dan al-inshiqaq.
 Syarat yang masuk pada jumlah fi‟liyah, yang terdapat dalam 4 Surah, yaitu al-waqiah,
al-munafiqun, az-Zalzalah dan an-Nashr.
g. Pembukaan dengan kata Kerja Perintah (al-Amr)
 Dengan ‫ الشأ‬bacalah, yang terdapat dalam surah al-Alaq
 Dengan ً‫ ل‬katakanlah, yang terdapat dalam 5 Surah yaitu al-Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-
Falaq dan an-Nas.
h. Pembukaan dengan Pertanyaan (al-Istifham)
 Pertanyaan positif, pertanyan dengan menggunakan kalimat positif, yang terdapat dalam
3 surah, yaitu Surah an-Naba, al-Ghasyiyah, dan al-Ma‟un.
 Pertanyaan Negatif, pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif, yang terdapat
dalam 2 surah, yaitu Surah al-Insyirah dan al-Fil.
i. Pembukaan dengan Do‟a (bi al-Du‟a)
 Pembukaan surah dengan do‟a atau harapan yang berbentuk isim (kata benda), ada 2
surah, yaitu Surah al-Muthaffifin dan al-Humazah.
 Pembukaan surah dengan do‟a atau harapan berbentuk fi‟il ada 1 surah, yaitu Surah al-
Lahab.
j. Pembukaan dengan alasan (bi al-Ta‟lil)
 Pembukaan dengan ta‟lil terdapat dalam 1 Surah yaitu Surah al-Quraisy.
D. Nasikh dan Mansukh
1. Nasikh ialah penghilang (izalah), penggantian (tabdil) pengubahan (tahwil), dan pemindahan
(naql). Sesuatu yang menghilangkan, menggantikan, mengubah dan memindahkan. Sedangkan
Mansukh adalah sesuatu yang dihilangkan, digantikan, diubah, dan dipindahkan. [13]
2. Faktor yang melatar belakangi adanya Nasikh dan Mansukh [14]
a) Timbulnya isu nasikh-mansukh dalam as-Sunnah. Para sahabat menggunakan istilah nasikh-
mansukh dalam Al Quran Dan yang dikehendaki adalah pentakhsisan dari yang 'am,
pentaqyidan dari yang mutlaq,dan penafsiran dari yang mujmal.
b) Adanya ayat-ayat yang menurut anggapan mereka salin bertentangan dan tidak dapat
dikompromikan.
3. Macam – macam Nasikh [15]
a. Nasakh tilawah dan hukum. Maksudnya hukumnya nasakh ayatnya juga nasakh. Misalnya
tentang kawin muth‟ah. Rasulullah membolehkan muth‟ah dengan perintah Allah pada
tahun penaklukan Mekah, kemudian melarangnya dengan tegas pada masa perang Khaibar,
yaitu pada bulan Shafar tahun ke-7 hijrah.
b. Nasakh hukum, tilawahnya tetap. Maksudnya, hukumnya nasakh ayatnya masih ada.
Contoh QS.an-Nisā ayat 11.
c. Nasakh tilawahnya. Maksudnya, ayatnya nasakh hukumyamasih ada.
4. Pendapat Ulama tentang Nasikh dan Mansuk.[16]
Terjadi perbedaan dikalangan ulama tentang nasikh dan mansukh. Sumber perbedaan pendapat
tersebut adalah berawal dari pemahaman mereka tentang ayat :

‫اخر َِالفًا َوثِي ًْشا‬


ْ ِٗ ‫ا فِ ْي‬ُْٚ ‫ َجذ‬َٛ ٌَ ِ‫ّٰللا‬ َ ‫ َواَْ ِِ ْٓ ِع ْٕ ِذ‬ْٛ ٌََٚ ۗ َْ‫َْ ْاٌمُ ْش ٰا‬ْٚ ‫اَفَ َال َيرَذَت َُّش‬
‫غي ِْش ه‬

Artinya: Maka Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an? kalau kiranya al-Qur‟an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS. An-
Nisa: 82)
Ayat di atas mengandung prinsif yang diyakinkan kebenarannya oleh setiap muslim namun
mereka berbeda pendapat dalam menghadapi ayat-ayat al-Qur‟an yang secara dzahir
menunjukkan kontradiksi.
Ulama sepakat bahwa dalam al-Qur‟an tidak terdapat wahyu yang bertentangan secara hakiki.
Dalam menghadapi ayat secara sepintas dinilai kontradiksi, ada dua pendapat ulama yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) Nasakh secara logika bukan secara syara
Pendapat ini dianut oleh Abu Muslim al-Asfihani dan kawan-kawan. Menurut kelompok ini
apabila ada ayat yang secara sepintas dinilai kontradiksi tidak diselesaikan dengan jalan
nasakh, tapi dengan jalan takhsis. Menurut Abu Muslim dkk. Al-Qur‟an adalah syari‟at yang
muhkam tidak ada yang mansukh. al-Qur‟an menyatakan :

‫ ََّل ِِ ْٓ خ ٍَْف ِٖٗ ۗذ َ ْٕ ِض ْي ًٌ ِ ِّ ْٓ َح ِىي ٍُْ َحِّ ْي ٍذ‬َٚ ِٗ ‫ََّّل َيأ ْ ِذ ْي ِٗ ْاٌ َثاطِ ًُ ِِ ْۢ ْٓ َتي ِْٓ َيذَ ْي‬
Artinya :”yang tidak datang kepadanya (al-Qur‟an) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(QS. Fushilat : 42).”
Bagi ulama yang menolak nasakh beranggapan bahwa pembatalan hukum yang telah
diturunkan Allah adalah mustahil. Sebab jika ada pembatalan hukum yang telah
diturunkannya berarti akan muncul dua pemahaman paling kurang,yaitu :
1) Allah tidak tahu kejadian yang akan datang, sehingga dia perlu mengganti/membatalkan
suatu hukum dengan hukum yang lain.
2) Jika itu dilakukan Allah, berarti dia melakukan kesia-siaan dan permainan belaka.
Tegasnya bahwa Abu Muslim al-Asfihani tidak sependapat atau tidak setuju dengan
adanya nasakh, baik secara garis besar maupun secara terperinci.
b) Nasakh secara logika dan syara‟
Antara ulama menyatakan adanya nasakh dan mansukh dalam al-Qur‟an. Pendapat ini dianut
oleh jumhur ulama. Menurut mereka ayat nasakh dan mansukh tetap berlaku, akan tetapi segi
hukum yang berlaku menyeluruh hingga waktu tertentu tidak dapat dibatalkan kecuali oleh
syar‟i. Adapun dalil yang digunakan mereka adalah :
 Dalil Naql yaitu firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 106 yang artinya: ayat mana
saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Para mufassirin berlainan pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat al
Qur‟an, dan ada yang mengartikan mukjizat.
 Dalil aqli atau rasio
Menurut pendapat segolongan ulama bahwa Allah berbuat secara mutlak. Dia dapat
menyuruh berbuat sesuatu dalam waktu tertentu, kemudian melarangnya dalam waktu
tertentu lainnya. Pendapat lain lagi menyatakan bahwa perbuatan Allah itu mengikuti
kemashalatan dan menghindari kemudharatan. Jika Allah menyuruh pasti di dalamnya
ada kemashalatan dan jika dia melarangnya pasti di sana ada kemudharatan.
Kemashalatan itu dapat berubah karena perubahan masa, oleh karena itu Allah dapat saja
melarang atau menyuruh melakukan sesuatu perbuatan karena ada kemaslahatan.
5. Hikmah yang terkandung adanya nasikh dan mansukh dalam al-qur‟an : [17]
a. Menunjukkan bahwa syariat Islam diajarkan Rasulullah adalah syariat yang paling
sempurna, yang telah menghapus syariat- syariat dari agama sebelumnya. Karena syariat
Islam telah mencakup ajaran-ajaran sebelumnya.
b. Untuk kemaslahatan dan kebaikan umat Islam.
c. Untuk menguji umat Islam dengan perubahan hukum,apakah dengan perubahan ini mereka
masih taat atau sebaliknya.
d. Merupakan salah satu pra-kondisi yang amat penting bagi penafsiran al-Qur‟an.
e. Merupakan salah satu pra-kondisi terpenting untuk memahami dan menerapkan hukum
Islam
f. Menyinari perkembangan hukum Islam dan membantu memahami makna asasi dari ayat-
ayat yang bersangkutan.
E. Muhkam, Mutasyabbih dan Mubham
1. Muhkam berasal dari kata “ihkam” yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Semua pengertian ini pada dasarnya kembali kepada satu makna yakni pencegahan.
Muhkam dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara
informasi yang hak dan yang batil, serta memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat. Itulah
sifat yang dimiliki oleh kalam “muhkam” tersebut. Jadi disini Muhkam adalah ayat-ayat yang
maknanya sudah jelas, tidak samar lagi.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan lainnya,
yang biasanya dapat membawa kepada kesamaran antara kedua hal itu. Maka Mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya tidak jelas, hanya orang-orang yang kuat ilmunya yang memahaminya
dengan pemahaman yang benar.
Mubham berasal dari kata al-ibham yang menunjuk kepada makna tersembunyi dan tertutup.
Misalnya kalimat tariq mubham yaitu jalan tersembunyi dan tidak jelas. Kata al-Mubhamat
berasal juga dari kata abhama yang bermakna samar-samar. Artinya suatu lafaz yang maknanya
tidak jelas, sehingga untuk memahaminya diperlukan dalil lain. Adapun menurut istilah memiliki
makna yaitu semua lafaz yang termaktub dalam Al-Qur‟an tanpa menyebutkannya secara spesifik
atau sesuatu yang tertentu yang dikenal, baik dari manusia maupun selainnya. Dapat disimpulkan
bahwa Mubham adalah suatu lafadz yang maknanya tidak jelas, sehingga untuk memahaminya
diperlukan dalil lain. [18]
2. Landasan yang menjelaskan tentang Muhkam dan Mutasyabbih pada Al-Qur‟an beserta
contohnya [19]
‫يش‬
ٍ ‫ِيُ َخ ِث‬ ّ ِ ُ‫ا ٌٓش ۚ ِو ٰر َةٌ أُحْ ِى َّدْ َءا ٰ َيرُٗۥ ُ ث ُ َُّ ف‬
ٍ ‫صٍَدْ ِِٓ ٌَّذ ُْْ َحى‬
“Inilah sebuah kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan (dikokohkan) serta dijelaskan secara rinci.
Diturunkan dari sisi Allah, Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu” (Q.S Hud:1).
Contoh ayat Mutasyabihat:
ِ ٍُّٰ‫ظ‬
ِ ‫د ْاَّلَ ْس‬
‫ ََّل‬َٚ ‫ض‬ ُ ُ‫ َِا ذ َ ْغم‬َٚ ‫ ْاٌ َثحْ ۗ ِش‬َٚ ‫ ْاٌ َث ِ ّش‬ِٝ‫ َي ْعٍَ ُُ َِا ف‬َٚ َُٛ ۗ ٘ ‫ا ٓ ا ََِّّل‬َٙ ُّ ٍَ‫ة ََّل َي ْع‬
ُ ‫ ََّل َح َّث ٍح ِف ْي‬َٚ ‫ا‬َٙ ُّ ٍَ‫ َسلَ ٍح ا ََِّّل َي ْع‬َّٚ ْٓ ِِ ‫ط‬ ِ ‫ ِع ْٕذَ ٖٗ َِفَا ِذ ُح ْاٌغَ ْي‬َٚ
ْٓ‫ة ِ ِثي‬ ٍ ‫ ََّل يَا ِت ٍظ ا ََِّّل فِ ْي ِو ٰر‬َّٚ ‫ة‬
ٍ ‫ط‬ ْ ‫َس‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya, kecuali
Dia sendiri” (QS. al-An‟am : 59).

Contoh ayat Muhkam:


َ ٰ ‫ش ْي‬
َُْٛ‫ُٖ ٌَعٍََّ ُى ُْ ذ ُ ْف ٍِح‬ُٛ‫ط ِٓ فَٲجْ رَِٕث‬ َّ ٌ‫ع َّ ًِ ٱ‬ ٌ ‫ٱ ْأل َ ْص ٌَٰ ُُ ِس ْج‬َٚ ُ‫صاب‬
َ ْٓ ِّ ِ ‫ظ‬ َ َٔ‫ٱ ْأل‬َٚ ‫ٱ ٌْ َّ ْيغ ُِش‬َٚ ‫ ۟ا إَِّٔ َّا ٱ ٌْ َخ ّْ ُش‬ٛٓ َُِٕ ‫ا ٱٌَّزِيَٓ َءا‬َٙ ‫ٰ ٓيَأَي‬
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Surah Al-Ma'idah ayat 90).
3. Penjelasan kedua pendapat Ulama yang berpendapat bahwa semua ayat dalam al-Qur‟an adalah
muhkam dan Mutasyabbih. [20]
Shubhi as-Shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua mazhab. Yakni :
a. Mazhab Salaf, Mazhab Salaf yaitu orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat
Mutasyabihat itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka mensucikan
Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah dan mengimaninya
sebagaimana yang diterangkan al-Qur‟an serta menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya
kepada Allah itu sendiri.
b. Mazhab Khalaf yaitu Ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada
makna yang lain dengan zat Allah. karena itu mereka disebut pula Muawwilah atau mazhab
Takwil. Mereka memaknakan istiwa„ dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengendalian
Allah terhadap Alam ini tanpa merasa kepayahan.

Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab Salaf lebih aman karena tidak
dikhawatirkan dalam penafsiran penakwilan yang menurut Tuhan salah. Sedangkan mazhab
Khalaf lebih selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya dengan argumen aqli.
Kemudian dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin berpikir
kritis dewasa ini, maka keduanya lebih tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasybihat
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan takwil yang dikenal dalam ilmu tafsir. Penyebab
timbulnya perbedaan mazhab diatas, maka pada dasarnya kembali kepada dua masalah. Pertama
masalah pemahaman ayat. Kedua adalah masalah apakah mungkin sebagian ayat al-Qur‟an tidak
diketahui sama sekali atau diketahui hanya orang-orang yang mendalami ilmunya? Menurut
ulama salaf, boleh saja sebagian ayat al-Qur‟an tidak diketahui manusia. Sedangkan menurut
ulama khalaf, hal yang demikian tidak mungkin terjadi. Setidaknya ayat itu dapat dipahami oleh
ulama tertentu.

4. Dua goolongan yang dibolehkan menta‟wilkan ayat-ayat mutasyabbihat. [21]


Madzhab Muffawidah atasu tajwid dan Madzhab Khalaf Yaitu orang-orang yang mentaqwilkan
(menaggulkan) lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah agar
lebih mudah di pahami. Dalam memaahami QS. Ali Imran ayat 7 mazhab ini mewakafkan bacaan
mereka pada lafal “Warrasikhuna fil Ilmi”. Madzhab ini juga madzhab Mu‟awwilah atau
Madzhab Takwil.
F. I’jaz Al-Qur’an
1. I‟jaz secara adalah memperlihatkan kebenaran Nabi di dalam menyampaikan dakwah risalah-Nya
dengan memperlihatkan ketidak mampuan orang Arab dalam menentang mu‟jizat Rasulullah yang
abadi Alquran dan melemahkan generasi sesudahnya. [22]
2. Syarat-syarat dari Mukjizat [23]
a. Sesuatu yang tidak sanggup dilakukan siapapun selain Allah.
b. Tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
c. Mu‟jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seorang yang mengaku membawa risalah
ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
d. Tidak bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu‟jizat
tersebut.
e. Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam perbandingan
tersebut.
3. Bidang-bidang yang terbagi dari beberapa Ulama beserta contohnya, bidang tentang mukjizat. [24]
a. Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I‟jaz Lughowi)
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya al-Qur-an telah mencapai
tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada di dunia ini, baik sebelum
dansesudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Contohnya terdapat pada
bangsa Arab yang telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena
sebab itulah al-Quran menantang mereka.
b. Segi isyarat ilmiah ( I‟jaz Ilm)
 Dorongan serta stimulasi al-Qur-an kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas
dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.
 Al-Qur-an memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu
pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang
malah cenderung restriktif.
 Al-Qur-an dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah,
menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom,
planet dan penaklukan angkasa luar.
c. Segi Sejarah dan pemberitaan yang ghaib (I‟jaz tarikhiy)
Surah-surah dalam al-Qur-an mencakup banyak berita tentang hal ghaib. Contohnya yaitu:
 Sejarah / Keghaiban masa lampau. Al-Qur-an sangat jelas dan fasih seklai dalam
menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti
jalannya cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah tersebut yang tidak terbukti
kebenarannya. Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa dan Firaun, Ibrahim, Nabi Yusuf,
bahkan percakapan antara anak-anak Adam as.
 Kegaiban Masa Kini. Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik di masa
rasulullah. Allah SWT berfirman: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu,dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al-Baqoroh:
204).
 Ramalan kejadian masa mendatang. Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas
Persia di awal surat ar-Ruum.
d. Segi petunjuk penetapan hukum ( I‟jaz Tasyri‟i)
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa
Al-Qur-an adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari‟at paling ideal bagi umat manusia,
undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Qur-an untuk mengatur
kehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Meskipun memang
banyak aturan hukum dari Al-Qur-an yang secara „kasat mata‟ terlihat tidak adil, kejam dan
sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.
4. Sebab Al-qur‟an disebut sebagai Mukjizat Nabi Muhammad yang paling agung beserta
argumennya. [25]
Al-Qur‟an adalah mukjizat yang paling besar dari segala mukjizat yang pernah diberikan Allah
Swt kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya karena al-Qur‟an bukan saja untuk mematahkan segala
bantahan dan argumen kaum musyrikin kepada kebenaran wahyu yang dibawah Rasulullah
Muhammad Saw, tetapi ia juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Kemukjizatan al-Qur‟an
pada dasarnya berpusat pada dua segi: pertama, segi isi atau kandungan al-Qur‟an, dan kedua, segi
bahasa al-Qur‟an. Berkenaan dengan isi al-Qur‟an telah dikemukakan bahwa al-Qur‟an yang
diwahyukan oleh Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW, 14 abad yang telah lalu itu, banyak
membawa ayat-ayat ilmiah yang kemudian diakui kebenarannya oleh ilmu pengetahuan modern
dewasa ini.
G. Tujuh Huruf (Ahruf Al-Sab’ah) Al-Qur’an
1. Ahruf Sab‟ah dapat diartikan dengan tujuh bahasa, tujuh Ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan
tujuh bentuk (awjuh) dan lain sebagainya. Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan
makna tujuh huruf tersebut. Menurut Imam As-Suyuthi makna tersebut tidak kurang dari 40
Penafsiran. Diantaranya adalah Tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang terkenal dikalangan bangsa
Arab, yaitu bahasa Quraisy, bahasa Huzail, bahasa Tsaqif, bahasa Hawazin, bahasa Kinanat,
bahasa Tamim dan bahasa Yaman. Menurut sebagian ulama yang lain, bahwa tujuh huruf itu
adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab yang ada, artinya bahwa kata-kata dalam Al-
Qur‟an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa Arab yaitu bahasa yang paling
fasih dikalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy, sedangkan
sebagian yang lain dalam bahasa huzail, Tsaqif, hawazin, Kinanah, Tamim atau Yamamah. [26]
2. Landasan al-Qur‟an atau hadist Nabi yang menjelaskan Tujuh Huruf. [27]
‫ عثعح أحشف‬ٌٝ‫ ا‬ٝٙ‫ أر‬ٝ‫ يضيذٔي حر‬ٚ ٖ‫ف فشاجعد فٍُ أصي أعرضيذ‬ٚ‫ حش‬ٍٝ‫عٍُ ألشأٔي جثشيً ع‬ٚ ٗ‫ هللا عٍي‬ٍٝ‫ي هللا ص‬ٛ‫لاي سع‬
Artinya : “Rasulullah bersabda “Malaikat Jibril telah membacakan (al-Qur‟an) kepadaku atas
beberapa huruf. Lalu, aku berulang kali meminta kepadanya agar ditambahkan bacaan tersebut.
Jibril pun menambah bacaan itu sehingga sampai tujuh huruf (macam)”. (HR. Muslim)
Dalam Hadist lain dijelaskan juga :
ْ‫ ا‬:‫ فأذاٖ جثشيً فماي‬:‫ لاي‬,‫ غفاس‬ٕٝ‫عٍُ واْ عٕذ أظاءج ت‬ٚ ٙ‫ هللا عٍي‬ٍٝ‫ أْ إٌثي ص‬:‫عٓ اتي اتٓ وعة لاي‬
ُ‫ ث‬,‫ َّلذطيك رٌه‬ٝ‫أْ أِر‬ٚ ٙ‫ِغفشذ‬ٚ ٙ‫ أعأي هللا ِعافاذ‬:‫ فماي‬, ٓ‫ حشفي‬, ٍٝ‫أْ أِره اٌمشاْ ع‬ٚ ,ٙ‫ ِغفشذ‬ٚ ٙ‫ أعاي هللا ِعافاذ‬:‫فماي‬
‫ َّل ذطيك‬ٝ‫أْ أِر‬ٚ ,ٙ‫ِغفشذ‬ٚ ٙ‫ أعاي هللا ِعالاذ‬:‫ فماي‬,‫ ثالثح أحشف‬ٍٝ‫أِره اٌمشاْ ع‬, ‫ اْ هللا يأِشن أْ ذمشئ‬:‫جاء اٌثاٌثح فماي‬
‫ص‬ٛ‫ فمذ أصات‬ٙ‫ا عٍي‬ٚ‫ فأيّا حشف لشا‬,‫ أحشف‬,‫ عثعرح‬ٍٝ‫ اْ هللا يأِشن أْ ذمشئ أِره اٌمشاْ ع‬: ‫فماي‬. ٨١‫ ثُ جاء اٌشاتعح‬,‫رٌه‬
Artinya : “Ketika Nabi berada di dekat parit Bani Ghaffar, ia didatangi Jibril seraya mengatakan:
Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur‟an kepada umatmu dengan satu huruf. Ia
menjawab “aku memohon kepada Allah ampunan dan Maghfirah-Nya, karena umatku tidak dapat
melaksanakan perintah itu”.
Kemudian Jibril datang lagi untuk yang kedua kalinya dan berkata: Allah memerintahkanmu agar
membacakan al-Qur‟an kepada umatmu dengan dua huruf. Nabi menjawab: aku memohon
kepada Allah ampunan dan Maghfirah-Nya, umatku tidak kuat melaksanakannya. Jibril datang
lagi untuk yang ketiga kalinya, lalu mengatakan: Allah memerintahkan agar membacakan al-
Qur‟an kepada umatmu dengan tiga huruf. Nabi menjawab: aku memohon ampunan dan
Maghfirah-Nya, sebab umatku tidak dapat melaksanakannya. Kemudian Jibril datang lagi untuk
yang keempat kalinya seraya berkata: Allah memerintahkan kepadamu agar membacakan al-
Qur‟an kepada umatmu dengan tujuh huruf, dengan huruf mana saja mereka baca, mereka tetap
benar”. (HR. Muslim)
3. Pendapat Ulama tentang tujuh huruf al-Qur‟an. [28]
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami Ahruf Sab‟ah. Sebagian ulama berpendapat
bahwa Ahruf Sab‟ah adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna.
Artinya jika bahasa mereka berbeda dalam mengungkapkan satu makna, maka alquran diturunkan
dengan sejumlah lafaz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan
jika tidak terdapat perbedaan, maka al-Qur‟an hanya mendatangkan satu lafaz atau lebih saja.
Mereka juga berbeda pendapat terhadap tujuh bahasa yaitu bahasa Quraisy, Hudzail, Tsaqif,
Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Abu Hatim al-Sijistani, mengatakan bahwa al-Qur‟an
diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Rabiah, Hawazin dan Sa‟ad bin Abi
Bakar. Selain itu ada juga berpendapat bahwa Ahruf Sab‟ah adalah tujuh macam hal yang
didalamnya terdapat perbedaan. Yaitu ikhtilaf al-asma‟(perbedaan kata benda), segi I‟rob, tashrif,
taqdim, ibdal, perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan, dan perbedaan
lahjah dengan bacaan tafkhim dan tarqiq. Dan ada juga yang mengatakan bahwa tujuh huruf itu
adalah tujuh segi yaitu amr, nahyu, wa‟ad, jadal, qashash, dan matsal atau amr, nahyu, halal,
haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.
4. Tempat perubahan tujuh huruf beserta contohnya, menurut dari sebagian Ulama. [29]
a. Keragaman yang berkenaan dengan ( ُ‫) اَّلع‬ atau kata benda seperti mufrad, jamak,
mudzakkar dan muannas, sebagai contoh dalam Al-Qur‟an surat Al mukminun:
ْٛ‫ذُ٘ سع‬ٙ‫ع‬ٚ ُٙ‫اٌّزيٓ ُ٘ ألِٕر‬ٚ
Lafaz ُٙ‫ألِٕر‬dalam ayat tersebut dapat dibaca dalam bentuk mufrad yaitu ُٙ‫ألِا ٔر‬dan dapat
juga dalam bentuk jamak yaitu ُٙ‫ألِأاذ‬.
b. Keragaman yang berkenaan dengan Fiil. Yaitu Fiil Madhi, Mudhari‟ dan Fiil Amar. Seperti :
ّ ً‫ُ و‬ٕٙ‫ِضل‬ٚ
ّ ‫ِّضق‬
‫س‬ٛ‫إْ في رٌه أليد ٌى ًّ صثاس شى‬ ّ ‫ُ أحاديث‬ٍٕٙ‫ُ فجع‬ٙ‫ا أٔفغ‬ٍّٛ‫ظ‬ٚ ‫ا ستّٕا تعذ تيٓ أعفاسٔا‬ٌٛ‫فما‬
Kalimat ‫تاعذ‬dalam ayat tersebut dapat dibaca ‫تاعذ‬, sehingga menjadi
‫ا ستٕا‬ٌٛ‫ تاعذ تيٓ أعفاسٔا فما‬ragam pertama berbentuk fiil amar sementara ragam kedua berbentuk
fiil Madhi.
c. Keragaman dalam bentuk Ibdal ‫اَّلتذاي‬Penggantian suatu huruf atau lafaz tertentu dengan
huruf atau lafaz lain yang maknanya sama. Contohnya: Surah Al-Baqarah: 259
َ َ‫ا ۖ فَأ َ َِاذَُٗ ٱ َّّللُ ِِ اْئَح‬َٙ ‫ ِذ‬ٛۡ َِ َ‫ۦ ٰ َ٘ ِز ِٖ ٱ َّّللُ َتعۡ ذ‬ٝ
َُۡ ‫ع ٍاَ ث ُ َُّ َت َعثَٗۥ ُ ۖ لَا َي و‬ َ ٌ‫ َيح‬ِٚ ‫ خَا‬ِٝ
ِ ‫ ي ُۡح‬ٰٝ ََّٔ‫ا لَا َي أ‬َٙ ‫ ِش‬ٚ‫ ع ُُش‬ٰٝ ٍَ‫ع‬ َ ‫ َِ َّش‬ِٜ‫ َوٲٌَّز‬ٚۡ َ ‫أ‬
َ َ٘ٚ ‫ لَ ۡش َي ٍح‬ٰٝ ٍَ‫ع‬
َ‫ ٌِٕ َۡج َعٍَه‬َٚ َ‫اسن‬ ُ ٔ‫ٱ‬َٚ ۖ ٗۡ َّٕ‫غ‬
ِ َّ ِ‫ ح‬ٰٝ ٌَ‫ظ ۡش ِإ‬ َ َ ‫ش ََشا ِتهَ ٌَ ُۡ يَر‬َٚ َ‫ط َعاِِ ه‬ َ ٰٝ ٌَ‫ظ ۡش ِإ‬ ُ ٔ‫ع ٍاَ فَٲ‬ َ َ‫ ٍَ ۖ لَا َي تًَ ٌَّ ِث ۡثدَ ِِ اْئَح‬ٛۡ َ‫ط ي‬
َ ۡ‫ تَع‬ٚۡ َ ‫ ًِا أ‬ٛۡ َ‫ٌَ ِث ۡثدَ ۖ َلا َي ٌَ ِث ۡثدُ ي‬
‫ءٍ َلذِيش‬َٝۡ ‫ ُو ًِّ ش‬ٰٝ ٍَ ‫ع‬ َ َ‫َ٘ا ٌَ ۡح ًّا ۚ فٍََ َّّا ذَثَيََّٓ ٌَٗۥُ لَا َي أ َ ۡعٍَ ُُ أ َ َّْ ٱ َّّلل‬ٛ‫غ‬ُ ‫ف ُٕٔش ُِضَ٘ا ث ُ َُّ ٔ َۡى‬ َ ‫ ٱ ٌۡ ِع‬ٌَِٝ‫ظ ۡش إ‬
َ ‫ظ ِاَ و َۡي‬ ُ ٔ‫ٱ‬َٚ ۖ ‫اط‬ ِ ٌٍَِّّٕ ً‫َءايَح‬
d. Keragaman dalam bentuk Taqdim dan takhir yaitu mendahulukan dan mengakhirkan.
Contohnya :
ُ‫خ تاٌحك ران ِا وٕدَ ِٕٗ ذ َحيذ‬ٌّٛ‫جاءخ عىشج ا‬ٚ
e. Keragaman dari segi I‟rob( ‫ )اَّلعشاب‬yaitu kedudukan atau status suatu lafaz tertentu dalam
suatu kalimat, seperti yang terdapat dalam firman Allah :
ٚ‫اٌّجيذاٌعشػ ر‬
Lafaz ‫اٌّجيذ‬dalam ayat tersebut berkedudukan sebagai sifat dari ٚ‫ ر‬dan dapat juga
berkedudukan sebagai sifat dari ‫ اٌعشػ‬bunyi ayat tersebut .
f. keragaman dalam bentuk penambahan ‫ اٌضيادج‬atau pengurangan ‫ إٌمص‬maksudnya adanya
penambahan atau pengurangan pada lafaz-lafaz tertentu dalam suatu kalimat seperti dalam
firman Allah:
‫ِا‬ٚ ٛ‫ اٌزوش خٍم‬ٝ‫األٔث‬ٚ
Kalimat ٝ‫اَّلٔث‬ٚ ‫ِا خٍماٌزوش‬ٚ dapat dibaca dengan mengurangi lafaz ‫ِا خٍك‬sehingga bunyi ayat
tersebut menjadi ٝ‫األٔث‬ٚ ‫اٌزوش‬ٚ .
g. Keragaman yang berkenaan dengan lahjah seperti Idzhar, idgham, tafkhim, tarqiq, imalah,
dan lain-lain yang terdapat dalam firman Allah :
ً٘ٚ ‫عي حذيث أذه‬ِٛ
5. Pendapat ulama yang menjelaskan Tujuh huruh al-Qur‟an yang dinilai paling mendekati dal
paling dha‟if. [30]
a. Menurut Imam As-Suyuthi makna tersebut tidak kurang dari 40 Penafsiran. Diantaranya
adalah Tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang terkenal di kalangan bangsa Arab, yaitu bahasa
Quraisy, bahasa Huzail, bahasa Tsaqif, bahasa Hawazin, bahasa Kinanah, bahasa Tamim dan
bahasa Yaman.
b. Menurut sebagian ulama yang lain, bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh macam bahasa dari
bahasa-bahasa Arab yang ada, artinya bahwa kata-kata dalam Al-Qur‟an secara keseluruhan
tidak keluar dari ketujuh macam bahasa Arab yaitu bahasa yang paling fasih di kalangan
bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy, sedangkan sebagian yang
lain dalam bahasa huzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yamamah. Dengan
demikian, secara keseluruhan Al Qur‟an mencakup ke tujuh bahasa tersebut. Namun
bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan setiap bahasa, tetapi tujuh bahasa itu tersebar dalam
Al-Qur‟an.
c. Diantara Ulama yang lain mengatakan bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh aspek hukum yaitu
perintah, larangan, halal, Haram, Muhkam, Mutasyabih, dan Amtsal. Selain itu ada juga
yang menjelaskan tujuh aspek hukum tersebut adalah Muhkam, mutasyabih, Nasikh,
mansukh, khas, „am dan qashash.

Referensi Jawaban :

[1] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[2] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[3] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[4] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[5] pdf. Amstal Al-Quran Sebuah Kajian Dalam Psikologi Pendidikan Islam Fitriah M. Soud

[6] Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 2 April-Juni 2020

[7] Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 19, No. 02, Desesmber 2019

[8] as-Suyuthi, Al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi Wa awladuh, 1978.

[9] Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 2 April-Juni 2020 dan Jurnal Substantia, Vol 12, No. 1, April
2011

[10] pdf. Manna (Mabahitsu fi Ulumil Qur‟an) Studi Ilmu-ilmu qur‟an. Jakarta: PT. Halim Jaya. Khalil
Al-Qattan. 2009.

[11] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[12] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[13] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[14] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[15] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[16] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[17] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[18] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[19] Pdf. Buku Ulum Al-Qur'an Muhkam dan Mutasyabbih, Eep Saefullah, 1977
[20] pdf Buku Ulumul Qur‟an (Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an) Ajahari, M. AG 2018

[21] Pdf. Buku Ulum Al-Qur'an Muhkam dan Mutasyabbih, Eep Saefullah, 1977

[22] Jurnal Analytica Islamica, Vol. 4, No. 2, 2015: 217-230

[23] pdf Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Quran, Bandung, 2007

[24] pdf. Suswanto, M.pd.I Edu Riligia: Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2018

[25] pdf. Waratsah Al-Qur'an sebagai Mukjizat Terbesar, Huzaemah tahido Yanggo, No.2, Desember
2016

[26] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018

[27] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018

[28] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018

[29] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018

[30] pdf. Ahruf Sab'ah dan Qiraat Sab'ah, Al- Mu'Ashirah Vol. 15, No. 2, Suarni. Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai