Anda di halaman 1dari 14

Pengertian amstal

Secara bahasa amtsal adalah bentuk jamak dari matsal yang memiliki beragam
arti, yaitu keserupaan, keseimbangan, kadar sesuatu, yang mengherankan,
peribahasa dan pelajaran yang dapat dipetik.1
Bagi Manna’ al- Qathan persamaan penggunaan kata-kata matsal, mitsl dan matsil
dengan syabah, syibh dan syabih terletak pada makna dan penggunaan lafaznya.2
Namun al-Jurjani berpendapat bahwa keserasian antara amtsal dan tasybih adalah
kata syibh yang terdapat dalam al-Qur’an memiliki makna perumpamaan,
penyerupaan, dan adanya kesamaan antara dua hal, sehingga tasybih memiliki
sifat yang lebih umum dibandingkan dengan amtsal yang lebih bersifat khusus.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap amtsal adalah tasysbih dan tidak
setiap tasybih merupakan amtsal.3
Secara istilah, amtsal didefinisikan oleh para ahli sastra sebagai ucapan yang
umum dan popular digunakan oleh orang dengan tujuan untuk menyamakan suatu
keadaan yang diceritakan dengan suatu keadaan lain yang dituju. Penggunaan
perumpamaan atau amtsal tersebut dimaksudkan agar pesan yang terkandung di
dalam amtsal tersebut pengaruhnya menyentuh qalbu hingga ke lubuk hati.4
Amtsal ini merupakan salah satu cara penyampaian pesan yang bersifat singkat,
mudah dan konkret sehingga mampu menembus sasaran yang ditujunya.5
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa amtsal adalah kalimat yang dibuat
untuk memberikan kesan yang mendalam serta menyentuh hati Nurani.
Sedangkan istilah amtsal dalam al-Qur’an diartikan sebagai suatu metode
penyampaian pesan tang bersifat abstrak ke dalam bentuk yang konkret namun
dengan bahasa yang singkat, jelas, mudah, dan indah.
Sehingga dengan begitu tujuan amtsal dalam al- Qur’an pada dasarnya adalah
untuk menjadikan makna suatu keadaan yang sulit dipahami menjadi mudah
untuk dicerna dan dimengerti.

1
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), hal. 263.
2
Manna’ Al- Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hal 401.
3
Ahmad Haromaini, Studi Perumpamaan Al-Qur’an, hlm. 28
4
Supiani dan Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hal. 253.
5
Abd Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir (Tafsir Ayat-Ayat Metafora), (Jakarta: Al-Huda, 2007),
hal. 7.
Karakter dan unsur amtsal dalam al-Qur’an
Suatu keadaan yang sulit untuk dicerna dan dipahami oleh manusia tidak akan
pernah bisa menyentuh perasaan jika tidak disampaikan dengan cara yang mudah
sehingga bisa dipahami oleh akal. Oleh sebab itu, amtsal sangat berguna dalam
rangka menjadikan suatu keadaan yang sulit dipahami menjadi mudah untuk
dimengerti. Tanpa adanya amtsal atau perumpamaan maka sulit untuk
menemukan suatu hikmah dan makna yang tersembunyi dari suatu kejadian atau
keadaan.
Namun untuk dapat memahami makna yang samar dan perumpamaan maksud
yang terdapat di dalam al-Qur’an, tentunya ada karakteristik khusus pada amtsal
tersebut, yaitu:
1. Amtsal mengandung penjelasan dari makna yang bersifat samar menjadi
makna yang bersifat jelas serta berkesan.
2. Amtsal hendaknya bersifat singkat dan padat makna sehingga ayat yang
sedikit mengandung makna yang mendalam.
3. Makna dan sasaran yang dituju langsung mengena kepada yang
dimaksudkan sehingga tidak ada keraguan dan sangsi dari pihak objek
lawan bicara.
4. Terdapat kesejajaran antara situasi pada perumpamaan dengan keadaan
yang menjadi padanannya.
5. Pengungkapan perumpamaan menggunakan kalimat yang indah dan
menawan sehingga berpengaruh kuat pada jiwa dan mudah diterima oleh
akal.
6. Adanya keseimbanagan antara perumpamaan dan keadaan yang
dianalogikan.6
Sedangkan menurut Quraish Shihab,7 ada tiga ciri yang menjadi tolak ukur apakah
suatu kalimat bermakna perumpamaan atau tidak, yaitu:

6
Muhammad Chirzin, Al-Qur’an Dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta:Dana Bhakti Prima Yasa, 1998),
hal 131.
7
M Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an (Kajian Kosa Kata) Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati, 2007),
hal. 612-613.
1. Kata yang bermakna amtsal didahului atau dirangkaikan dengan kata
d’raba, seperti pada Qs. ar-Ra’d:17, yaitu:
2. Kata mas’ala yang mengandung pengertian perumpamaan pada biasanya
muncul di dalam susunan bahasa atau kata yang di antara Kedua kata
tersebut disisipi huruf kaf sebagai media pembanding. Contohnya terdapat
pada Qs. al-Baqarah: 264,yaitu:
3. Pada perumpamaan tersebut banyak dijumpai unsur yang berfungsi
sebagai penjelas dari maksud yang dikehendaki. Di dalam Ulumul Qur’an,
terdapat tiga macam amtsal, yaitu amtsal mus’arrahah, amtsal kaminah
dan amtsal mursalah. Sesuai dengan penjelasan terdahulu bahwa tasybih
bermakna lebih umum dibandingkan dengan amtsal maka tidak setiap
tasybih merupakan amtsal, namun setiap amtsal sudah pasti merupakan
tasybih. Oleh sebab itu, sesuatu bisa dikatakan sebagai amtsal apabila
terdapat beberapa unsur,8 yaitu:
1. Musyabbah (yang diserupakan), yaitu sesuatu yang hendak
diserupakan atau diumpamakan.
2. Musyabbah bih (asal penyerumpamaan), yaitu sesuatu yang bisa
dijadikan sebagai tempat untuk menyerupakan.
3. Wajh al-Syabah (segi persamaan), yaitu adanya sifat-sifat atau
persamaan yang terdapat pada dua keadaan yang diserupakan (antara
musyabbah dan musyabbah bih).
4. Adat al-tasybih, yaitu alat atau kata yang digunakan untuk
menyerupakan suatu keadaan. Contohnya seperti huruf kaf dan kana,
kata amtsal atau matsal atau bisa juga berupa isim seperti matsala,
syibh atau sejenisnya yang bermakna penyerumpamaan dan
perumpamaan.
Macam-macam bentuk Amtsal
Jika dilihat secara bahasa yang digunakan dan alamat yang dituju, amtsal dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Macam-macam amtsal dari segi bentuk bahasa yang digunakan:

8
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, Jilid II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 35.
a. Amtsal Musharrahah
Amtsal musharrahah yaitu perumpamaan yang jelas menggunakan
lafadz matsal atau sesuatu yang menunjukkan adanya tasybih
(penyerupaan) di dalamnya.9 Amtsal jenis ini sangat banyak ditemukan
di dalam al-Qur’an seperti di dalam surah al-Baqarah ayat 261, yaitu:
b. Amtsal kaminah
Amtsal kaminah merupakan amtsal yang di dalamnya tidak terdapat
lafadz matsal, namun menunjukkan makna yang menarik serta indah,
yang jika sangat berpengaruh pada jiwa dan mengena bila
disangkutkan atau dihubungkan dengan hal-hal atau kondisi yang
hampir serupa.10Amtsal yang seperti ini dapat ditemukan dalam surah
al-Furqan ayat 67:
Dilihat dari ayat di atas maka kita tidak akan menemukan lafadz
khusus yang menunjukkan sebuah perumpamaan, namun kandungan
yang tersirat di dalamnya menunjukkan pada sebuah perumpamaan
seperti makna peribahasa.
c. Amtsal mursalah
Amtsal mursalah adalah perumpamaan yang kalimat-kalimatnya bebas
serta tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas, namun kalimat
tersebut berfungsi sebagai amtsal.11 Hanya orang-orang yang benar-benar
memahami bidang sastra Arab yang dapat mengetahui ayat tersebut
termasuk ke dalam amtsal mursalah. Contoh ayatnya terdapat pada surah
al-Isra ayat 84:
Terkait penggunaan amtsal mursalah, sebagai matsal, terdapat dua
pendapat dari para ulama,12 pertama, pendapat yang menyatakan bahwa
penggunaan amtsal mursalah sebagai matsal telah menyelisihi adab
terhadap al-Qur’an. Alasan dari pendapat ini adalah karena Allah Swt
menurunkan al-Qur’an sebagai bahan renungan dan untuk diamalkan
9
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang, Pustaka Rizki Putra, , 2009),
hal 167
10
Al-Qathan, Pengantar Studi…, hal. 406.
11
Al-Qathan, Pengantar Studi…, hal. 407.
12
Al-Qathan, Pengantar Studi…, hal. 360.
isinya. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa diperbolehkannya
seseorang menggunakan amtsal mursalah sebagai matsal apabila
seseorang tersebut tidak bermaksud menjadikannya sebagai bahan candaan
atau gurauan. Seperti apabila ada seseorang yang diajak untuk mengikuti
agama selain Islam, maka ia bisa menjawab “bagimu agamamu dan
bagiku agamaku.” Sebagaimana firman Allah:
Sehingga dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwasanya amtsal di dalam
al-Qur’an adalah suatu kalimat yang bentuk dan isinya jelas, nyata serta
mengandung keindahan susunan kata, serta mengandung makna dan nasihat yang
mendalam. Amtsal ini dimaksudkan agar pesan-pesan yang disampaikan mudah
untuk dipahami. Namun di sisi lain penggunaan al-Qur’an sebagai matsal yang
bertujuan untuk memamerkan kehebatan merupakan suatu perbuatan tercela
meskipun hanya dalam keadaan bercanda atau bersenda gurau.
2. Jika dilihat dari segi alamat yang dituju
a. Amtsal yang baik
Yang dimaksud dengan amtsal yang baik adalah amtsal yang
menjelaskan keadaan-keadaan yang baik sebagai akibat dari perbuatan
yang baik.13 Amtsal yang baik ini dibedakan pula menjadi lima bagian,
yaitu:
1) Amtsal sifat-sifat Allah
Amtsal jenis ini cukup banyak ditemukan dalan ayat-ayat al-Qur’an
seperti ayat mengenai Nur (cahaya) Allah Swt, kemahaesaannya,
Maha kuasa, Maha pengampun, Maha pemurah. Amtsal jenis ini
dapat dilihat pada surah al- Kahfi ayat 109, yaitu:
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan,14 bahwa Allah Swt berfirman sekiranya air
laut dijadikan tinta untuk menulis kalam Allah, hikmah-hikmahnya, ayat-ayatnya,
maka air laut itu habis bahkan sebelum semua kalam-kalam Allah dituliskan,

13
Dudung, Abdullah Harun, Tamsil dalam al-Qur’an Membina Orang Beriman, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1990), hal 77.
14
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Penerj M. Abdul ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam
Syafi’i, 2008), hal 108.
bahkan jika didatangkan tambahan air laut sebanyak itu pula maka itu belum
mampu menulis semua kalam-kalam Allah.
Sementara itu Mahmud Yunus dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa ilmu
Allah itu sangat luas dan perkataannya dalam menciptakan alam semesta dan
mengaturnya sangat banyak. Jika semua perkataan Allah dituliskan dengan tinta
yang terbuat dari air laut, niscaya akan kering air laut tersebut sementara itu
perkataan Allah belum selesai dituliskan, bahkan jika didatangkan air laut dengan
jumlah yang sama belum juga akan mampu menuliskan semua kalimat Allah. Hal
ini sangat bisa dipahami mengingat dunia yang saat ini kita tinggali sangat kecil
sekali bila dibandingkan matahari dan berjuta-juta bintang di alam semesta.
Bahkan bintang tersebut ada yang seukuran matahari dan ada pula yang besarnya
berkali lipat dibandingkan matahari. Maka tentunya air laut ini tidak lebih dari
setetes jika dibandingkan dengan alam semesta yang sangat luas ini.15
Betapa luasnya ilmu Allah dan kalimat-Nya, sehingga apabila diibaratkan air laut
sebagai tinta untuk menulis kalimat Allah maka air laut tersebut tidak akan
mencukupinya bahkan jika didatangkan sebanyak itu lagi tetap tidak akan mampu
menulis kalimat-kalimat Allah.
2) Amtsal tentang para rasul dan nabi serta orang-orang yang telah
lulus dalam ujian.
Dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa surga merupakan tempat untuk
orang-orang yang menempuh berbagai macam ujian dan dia pun lulus dari
ujian tersebut. Terkadang ujian tersebut ditempuh bahkan dengan
mengorbankan harta dan jiwa.16
Amtsal ini juga menggambarkan bahwa manusia tidak mudah untuk
membanggakan diri dengan amal-amalnya. Jangan bangga dengan ibadah
shalat, puasa dan dengan ibadah-ibadah lain, bahkan jangan sampai ia
menjadi merasa pantas untuk menjadi ahli surga. Harusnya ia juga
memperhatikan bagaimana kesabarannya dalam menghadapi ujian dan

15
Mahmud Yunus,Tafsir al-Qur’anul Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1988), hal 436.
16
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid I, (Jakarta: Pustaka Panjimas), Hal 173
cobaan yang berat di dalam kehidupannya. Apakah ia telah mengorbankan
harta, jiwa dan raganya secara ikhlas untuk Allah semata?.
3) Amtsal tentang keagungan al-Qur’an
Keangungan dari al-Qur’an ini dijelaskan dalam surah al-Hasyr
ayat 21
Dalam tafsir al azhar dijelaskan bahwa gunung itu tidak hancur
karena merasa berat menerima al-Qur’an, namun gunung tersebut
hancur justru karena jika seandainya al-Qur’an itu diturunkan
kepada gunung, niscaya gunung itu tunduk merendahkan diri
kepada Allah dan hancur lebur karena sangat takut kepada-Nya.17
4) Amtsal nafkah yang dikelurkan di jalan Allah
Infak atau semua pemberian yang dikeluarkan di jalan Allah atau
diniatkan ikhlas karena Allah diumpamakan seperti biji yang
ditanam di tanah yang subur, seperti yang dijelaskan di dalam
surah al-baqarah ayat 261:
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa perumpamaan orang
yang menafkahkan harta di jalan Allah dan ikhlas karena Allah
maka Allah akan melipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat
hingga tujuh ratus kali lipat.18
5) Amtsal surga
Surga yang merupakan sebagai tempat kembali bagi orang-orang
yang beriman dan bertakwa digambarkan Allah pada firmannya
surah Muhammad ayat 15:
Dalam tafsir ibnu Katsir dijelaskan bahwa orang-orang yang
bertakwa yang menghuni surga akan mendapat ampunan, rahmat
dan segala kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan oleh akal
dari Allah Swt. Sedangkan para penghuni neraka akan merasakan
azab dan siksaan yang sangat pedih tanpa henti-hentinya. Mereka
diberikan minum dari air yang sangat mendidih hingga

17
Hamka, Tafsir Al-Azhar, … hal 80.
18
Ibnu Katsir, tafsir Ibnu Katsir, …jilid 1, hal 318.
memutuskan usus-usus mereka. Lain halnya dengan para penghuni
surga, mereka diberikan minuman dari susu dan khamar yang tidak
memabukkan.19
b. Amtsal yang buruk (Amtsal Qabih)
Amtsal Qabih (amtsal yang buruk) adalah amtsal yang menjelaskan
keadaan-keadaan yang buruk sebagai hasil perbuatan yang buruk.20
Amtsal ini dibedakan pula menjadi lima bagian, yaitu:
1) Amtsal orang munafik
Seburuk-buruk makhluk ialah orang-orang yang tidak ingin
mengatakan, mendengar, dan memahami kebenaran, dan mereka
itulah orang-orang yang munafik. Sebagaimana firman Allah
dalam surah al-Anfal ayat 21-22:
Mahmud Yunus menjelaskan bahwa seorang mukmin hendaknya
tidak seperti orang yang berkata: “kami telah mendengar, namun
sebenarnya ia tidak mendengar karena tidak tunduk dan
mengamalkan pengajaran yang ia dengar”.21
Orang munafik merupakan golongan yang sangat berbahaya. Hal
ini karena menyatakan apa yang keluar di lisan mereka berbeda
dengan apa yang ada di dalam hati mereka.
Sifat orang-orang munafik tersebut digambarkan dengan:
menyukai kebatilan, berusaha untuk membudayakan kebatilan,
benci terhadap kebenaran dan menghalangi manusia dari kebenaran
serta kikir dan lupa terhadap tuhannya.
2) Amtsal orang-orang kafir
Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah baik ayat al-Qur’an
maupun semua bukti kekuasaan Allah maka hidupnya akan
cenderung kepada dunia dan hawa nafsunya Sedangkan kepada
akhirat mereka lupa dan masa bodoh. Firman Allah dalam surah al-
A’raf ayat 176-177, yaitu:
19
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, … Jilid IV, hal 175.
20
Abdullah Harun, Tamsil dalam …, hal 77.
21
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur’anul Karim, … hal 249.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ayat ini bercerita
mengenai Bal’am. Bal’am adalah seorang yang alim dan
mengetahui tentang ayat-ayat Allah namun pada akhirnya ia
menjadi kafir. Bal’am meskipun mengetahui ayat-ayat Allah
namun ia malah membantu kaum musyrikin untuk mendurhakai
Allah. Ayat ini mengingatkan manusia bahwa orang yang telah
memahami ilmu agama dengan mendalam namun pada akhirnya
cenderung terhadap dunia, maka ia diibaratkan seperti anjing yang
mengulur-ulurkan lidahnya dan selalu menjilat segala hal. Tidak
ada gunanya iman dan ilmu pengetahuan bagi mereka.22
Amtsal bagi orang-orang kafir adalah bagaikan anjing yang ketika
dihalau ataupun tidak dihalau akan tetap menjulurkan lidahnya.
Artinya mereka tahu ataupun tidak tahu dengan ajaran Islam
mereka akan tetap dengan kesesatan hawa nafsu mereka.
3) Amtsal orang-orang musyrik
Adapun amtsal bagi orang-orang musyrik yang menggantungkan diri
kepada selain Allah Swt adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah. Diibaratkan seperti laba-laba yang membuat rumah karena
rumah laba-laba merupakan jaring yang kecil serta rapuh dan mudah
rusak. Meskipun laba-laba menganggap rumahnya kuat dan kokoh
namun tetap saja rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan
rapuh. Rumah tersebut tidak mampu melindungi pemiliknya dari
ancaman apapun. Seperti yang dijelaskan di dalam surah al-Ankabut
ayat 41, yaitu:
4) Amtsal amalan-amalan yang jahat
Yang dimaksud dengan kelompok amalan-amalan jahat ialah
amalan-amalan yang tidak Sesuai dengan petunjuk al-Qu’ran dan
Hadits. Diantara amalan-amalan jahat itu seperti riya’, membunuh,
mencuri, berzina, ingkar janji, memakan harta haram dan lain
sebagainya. Dan bagi amalan-amalan yang jahat tersebut Allah

22
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, … Jilid II, hal 274
sediakan balasan yang setimpal. Hal ini telah dijelaskan dalam
surah al-Maidah ayat 32, yaitu:
Menurut Buya Hamka, ayat ini menjelaskan khusus bagi yang
membunuh tanpa alasan yang syar’i, seperti membunuh karena
ingin merampas harta orang tersebut. Sehingga apabila
pembunuhan itu dilakukan maka pelaku pembunuhan tersebut
dianggap seperti telah membunuh semua orang. Alasannya karena
perbuatan tersebut menimbukan keresahan dan perasaan tidak
aman pada diri manusia. Sedangkan setiap pribadi berkewajiban
dan bertanggungjawab untuk menjaga keamanan bersama.23
Sedangkan Ibnu Katsir menyatakan bahwa dalam ayat ini, Allah
menyatakan bahwa pembunuhan secara keji tanpa ada alasan yang
syar’I merupakan suatu penganiayaan dan kezholiman terhadap
hak-hak orang lain sehingga Allah langsung menetapkan hukum
syariatnya atas perbuatan tersebut. Barangsiapa yang memulai
pembunuhan atau membuat kerusuhan di dunia ini maka ia telah
membuka jalan penyebaran pembunuhan dan barangsiapa yang
memperhatikan dan menghargai hak hidup manusia maka seolah-
olah ia telah memelihara hidup seluruh manusia.
Pembunuhan merupakan perbuatan yang tercela dan termasuk dosa
besar. Akibat yang ditimbulkan oleh pembunuhan ini berdampak
sangat besar sehingga Allah mengumpamakan seseorang yang
telah melakukan pembunuhan terhadap satu orang seakan-akan
telah membunuh semua orang. Pembunuhan tanpa alasan yang
syar’i akan meresahkan masyarakat selain itu suatu pembunuhan
bisa jadi menjadi satu pengajaran bagi yang lain sehingga mereka
mencontoh kejahatan tersebut bahkan mungkin lebih sadis.
5) Amtsal kehidupan dunia
Kehidupan dunia hanya sementara, Sedangkan akhirat sebagai
tujuan dan tempat kembali adalah kekal. Sehingga orang yang

23
Ibnu Katsir, tafsir ibnu Katsir, …jilid II, hal 46.
termasuk ke dalam golongan yang lalai adalah yang tidak
menyadari bahwa dunia ini sementara. Firman Allah dalam surah
al-Kahfi ayat 45, yaitu:
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia, kehidupan
dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka
menjadi subur tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian
tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan angin,
dan adalah Allah, maha kuasa atas segala sesuatu.”
Di dalam ayat ini, kehidupan dunia diibaratkan seperti sebuah
pohon subur yang disirami air hujan dari langit yang kemudian
seiring waktu pohon tersebut mengering dan diterbangkan angin
kemudian jatuh ke tanah. Seperti itu pula kehidupan dunia yang
sementara ini, dimana tidak ada yang kekal, semua hanya titipan
dan semua akan kembali kepada Allah.
Masih banyak terdapat ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang memberikan amtsal-
amtsal yang keberadaan amtsal-amtsal tersebut adalah sebagai salah satu metode
pengajaran dan penjelasan Allah agar manusia mau menggunakan akal mereka
dan agar manusia mampu memahami pesan-pesan dari al-Qur’an.
Macam-macam lafadz amtsal
Memang secara umum bentuk lafadz amtsal hanya bisa diketahui jika terdapat
kata matsala atau kaf, namun di sisi lain ada lafadz tertentu yang bisa merujuk
kepada lafadz amsal, 24seperti:
1. Tasybih sarih (perumpamaan yang berbentuk jelas) yang ada di dalam
istilah Ulumul Qur’an disebut amtsal musarrahah. Seperti yang terdapat
dalam surah al-baqarah ayat 17, yaitu:
2. Tasybih dimmi, (perumpamaan yang tidak tampak) dalam istilah Ulumul
Qur’an disebut amtsal kaminah, atau tasybih yang kedua belah pihak
(musyabbah dan musyabbah bih) tidak dirangkai dalam suatu bentuk
tasybih yang sudah dikenal namun dapat dipahami dari konteks kalimat.
Biasanya di dalam tasybih dimmi ini terdapat dua kalimat yang berdiri

24
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hal. 320-323.
sendiri dan tidak ada kaitan antara keduanya secara langsung, namun
biasanya kalimat yang kedua merupakan argument untuk
merasionalisasikan kalimat pertama.25 Contoh tasybih ini ada dalam surah
al-Baqarah ayat 68:
3. Majaz mursal yaitu kata-kata yang apabila digunakan tidak bermakna
seperti maknanya yang asli/makna yang sebenarnya yang disebabkan oleh
hubungan keserupaan ataupun qarinah (kata pengikat/alasan/bukti)
sehingga menghalangi pemahaman dengan makna asli atau bisa juga
disebut dengan perumpamaan bebas. Contohnya seperti yang terdapat
dalam surah al-Hajj ayat 73 yaitu:
4. Majaz murakkab (perumpamaan ganda) yaitu lafadz yang digunakan pada
kalimat musyabbahnya dengan arti asal wajh al syabahnya tersusun dari
beberapa tingkat dengan menunjukan persamaan yang diambil dari adanya
hubungan dan bukan karena adanya penyerupaan, seperti yang terdapat
pada surah al-Jumu’ah ayat 5,26 yaitu:
5. Isti’arah ma’niyah adalah isti’arah yang telah dihilangkan musyabbah
bihnya (sesuatu yang diserupai) lalu disiratkan dengan sesuatu dari
sifatnya yang khas. Seperti pada surah Yunus ayat 24, yaitu:
6. Isti’arah tamsiliyah adalah suatu bentuk susunan kalimat yang tidak
digunakan pada makna aslinya karena terdapat kesamaan antara makna
asli dan makna majazi serta adanya qarinah yang menghalangi
pemahaman kalimat tersebut terhadap makna aslinya. Perumpamaan ini
dibuat dengan mengaitkan bentuk makna asal dengan makna yang terkait
dengannya. Contohnya seperti dalam surah an-Nahl ayat 112, yaitu:
Manfaat amtsal
Amtsal merupakan salah satu dari gaya bahasa al-Qur’an yang
Menampilkan sisi keindahan bahasa al-Qur’an. Bahkan selain sisi
keindahan, amtsal juga mampu memberikan menjadikan pesan dari al-

25
Mustafa Usman, Al-Balaqah Al Wadihah, terj. Mujiyo Nurkholis Dkk, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000), hal 61
26
Hifni Bek Dayyab (Dkk), Kaidah Tata Bahasa Arab, Nahwu Saraf, Balagah, Bayan, Badi’, terj.
(Jakarta: Chatibul Umam, Darul ‘Ulum, 1990). Hal 495.
Qur’an membekas secara mendalam terhadap jiwa manusia dan
menjadikan akal berpikir secara mendalam. Perumpamaan al-Qur’an
membicarakan hal yang bersifat duniawi dan juga hal yang terkait dengan
akhirat yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia. Oleh sebab itu,
bahasa amtsal terangkai indah, padat, dan mudah dipahami.
Bentuk kata-kata yang menggunakan analogi menjadikan pesan yang ingin
disampaikan mudah untuk dimengerti karena seakan-akan memberikan
gambaran nyata sehingga orang yang mendengar atau membaca seolah-
olah berhadapan dengan kenyataan yang sesungguhnya, baik itu pesan
yang berisi nasihat, peringatan maupun motivasi. Berikut manfaat amtsal
bagi manusia:27
1. Menuangkan sesuatu hal ke dalam suatu bentuk gambaran yang nyata
yang dapat dirasakan oleh indera manusia. Tujuannya adalah agar
konsep tersebut mudah dimengerti oleh akal. Sesuatu yang abstrak
sangat sulit untuk dipahami sehingga timbullah suatu keraguan.
Contohnya seperti perumpamaan harta yang diinfakkan karena riya’ di
dalam surah al-Baqarah ayat 264:
2. Menunjukkan makna yang sebenarnya dengan cara mengungkapkan
sesuatu yang jauh dari pikiran menjadi sesuatu yang dekat dengan
pikiran atau sesuatu yang ghaib menjadi tampak dengan jelas. Seperti
dalam surah al-Baqarah yata 275, yaitu:
3. Sebagai motivasi bagi orang-orang yang mendengarnya sehingga
muncul perasaan gembira dan semangat. Perumpamaan ini dapat
dijumpai di dalam surah al-Baqarah ayat 261:
4. Mengumpulkan makna-makna yang indah kepada suatu bahasa yang
padat dan menarik seperti pada amtsal Kaminah dan mursalah.
5. Sebagai filter atau penyaring agar seseorang menjauhkan diri dari
sesuatu yang tercela. Perumpamaan ini terdapat pada surah al-Hujurat
ayat 12:

27
6. Memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang telah dilakukan.
Seperti dalam surah al-Fath ayat 29, yaitu:
7. Menunjukkan sesuatu yang memiliki sifat yang tidak disukai oleh
orang lain seperti pada surah al-A’raf ayat 175-176
Sedangkan menurut Quraish Shihab,28 manfaat amtsal dapat dilihat pada beberapa
sisi, yaitu:
1. Nasihat, seperti dalam surah ar-Ra’d ayat 17

2. Peringatan seperti dalam surah Ibrahim ayat 45, yaitu:

3. Anjuran agar manusia berfikir dan mempelajari sejarah atau peristiwa


masa lalu seperti pada surah al-Furqan ayat 39:

28
Shihab, Ensiklopedia …, hal 613

Anda mungkin juga menyukai