Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

1. Pengertian Amtsal Al-Qur’an

Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal merupakan bentuk jamak dari lafadz matsal.
Sedangkan kata matsal adalah sama dengan kata matsal, mitsil, dan mastsil adalah sama dengan
kata syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.

Menurut bahasa, arti lafadz amtsal ada tiga macam, yaitu :

a. Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.


b. Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
c. Bisa juga berarti sifat, keadaan atau tingkah laku yang mengherankan.

Imam Zamakhsari dalam kitab tafsirnya yang berjudul Tafsir Al-Kasysyaf juga
memberikan arti kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat, dan kisah, tetapi para ulama ahli
ilmu bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu diartikan dengan majaz
murakkab.1

Sedangkan menurut istilah (terminology) ada beberapa pendapat yaitu :

1. Menurut istilah ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan
sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2. Menurut istilah ahli bayan , amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan
asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
3. Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam
bentuk tasybih maupun majaz mursal.2
Amtsal menurut pengertian istilah (terminolgi) yang dirumuskan oleh para ulama dengan
redaksi yang berbeda :

1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya : Dunia Ilmu, 2000), hlm.309.
2
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an, (Bandung, Pustaka Setia, 1997), hlm.35.
1. Imam Mahmud Ali al-Turmudzi mengemukakan perbuatan amtsal sebenarnya
ditujukan kepada mereka yang merasa hatinya tertutup, kemudian Allah membuat
amtsal kepada mereka, selaras dengan keinginan mereka, sehingga mereka dapat
memperoleh kambali apa yang mereka rasakan telah hilang.
2. Ibnu Qayyim sebagaimana yang dijutip oleh Manna al-Qttan mendefinisikan bahwa
bahwa amtsal al-Quran sebagai penyerupa sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam
hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak kepada yang konkret.3
3. Dr. Ahmad Jamal al-Umairy berpendapat bahwa amtsal adalah menyerupakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, dan dari segi hukumnya adalah menggambarkan sesuatu
yang abstrak kepada yang konkrit dengan melebihkan salah satu diantara
kedudukannya.
4. Rasyid Ridha mengungkapkan bahwa amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk
member kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan
menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
5. Muhammad Bakar Ismail berpendapat bahwa amtsal adalah mengungkapkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti’arah,4 kinayah5, atau tasybih.6
Berdasarkan pengertian diatas, baik secara bahasa maupun istilah, dapat disimpulkan
bahwa amtsal Al-Qur’an adalah menampilkan sesuatu yang hanya ada dalam pikiran
(abstrak) dengan deskripsi sesuatu yang dapat diindera (konkret), melalui
pengungkapan yang indah dan mempesona, baik dengan jalan tasybih, isti’arah,
kinayah, atau mursal.

2. Sejarah Amtsal Al-Qur’an

Orang yang pertama kali mengarang Ilmu Amtsal Al-Qur;an adalah syeikh Abdurrahman
Muhammad bin Husein An-Naisaburi (w. 405 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abul Hasan Ali bin
Muhammad al-Mawardi (w. 450 H) . Kemudian dilanjutkan oleh Imam Syamsuddin
Muhammad bin Abi Bashrin Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (w. 754 H).
3
Manna al-Qatthan, Mabahis fi ulum al-Qur’an (cet. XXIV ;Beirut : Muassasah al-Risalah, 1993), hlm. 283.
4
Yaitu peminjaman kata untuk dipakai dalam kata yang lain karena ada beberapa factor. (Ibid, hlm.142).
5
Sebagai penyempurna keindahan ungkapan, hal ini mirip dengan gaya bahasa metonomia, yaitu suatu
gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian
yang sangat dekat. (ibid., hlm. 148 ; dan lihay Gorys Kerat; 2004 :142).
6
Menyerupakan dua perkara atau lebih yang memiliki kesamaan dalam hal tertentu. (Ibid, hlm. 137; dan
lihat Ahmad al-fishmi, 1960:204).
Adapun karya-karya ulama yang secara khusus mengkaji amtsal Al-Qur’an adalah Abu
Hasan al- Mawardi dalam kitabnya Ad-Dunya wa Ad-Din dan Al-Hakam as-Sulthaniyyah, As-
Suyuthi dalam kitab al-Itqan fi ulum al-Qur’an, Ibnu Qayyim dalam kitab Tamtsil al-Qur’an,
Mahmud bin Asy-Syarif dalam al-Amtsal fil Qur’an, dan Muhammad BIN Tirmidzi dalam
manuskripnya yang berjudul al-Amtsal fil Qur’an waal-Hadis.

Anda mungkin juga menyukai