Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Arab pertama sekali dikenal sebagai bahasa orang-orang di Jazirah
Semenanjung Arabia, kemudian setelah datangnya Agama Islam dikenal pula
sebagai bahasa agama sebab Al-Quran sebagai pedoman hidup kaum muslimin itu
dituliskan dalam bahas Arab yang sangat indah susunan dan rangkaian
kalimatnya.
BahasaArab juga dikenal sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan sebab begitu
banyak ilmu pengetahu di masa perkembangan Islam yang dituliskan dalam
bahasa ini, lalu ditahapan perkembangan selanjutnya bahasa Arab telah menjadi
bahasa Dunia, karena tidak hanya digunakan oleh sekelompok masyarakat Arab
atau pemeluk Islam saja, tetapi telah diakui sebagai bahasa komunikasi di PBB
(PerserikatanBangsa-Bangsa).
Perlu sekali bagi kita (terutama umat Islam) untuk mengetahui secara
singkat tentang ilmu-ilmu Al-Quran dan segala yang terkandung di dalamnya.
Dengan tekun dan bantuan potensi serta analisa yang luas kita kerahkan segalanya
demi bakti terhadap kitab yang muliaini, baik via tangan guru besar terkemuka,
atau para sarjana intelek yang tangguh, yang telah menghabiskan usianya untuk
membela peninggalan yang muliaini.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan uslub Al-Quran?
2. Apa sajakan macam – macam uslub Al-Quran?
3. Apa yang dimaksud amtsal Al-Quran?
4. Apa sajakah pembagian dan manfaat amtsal Al-Quran?
5. Apa yang dimaksud aqsam Al-Quran?
6. Apa sajakah unsur – unsur, pembagian, dan manfaat aqsam Al-Quran?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian uslub Al-Quran
2. Mengetahui macam – macam uslub Al-Quran
3. Mengetahui pengertian amtsal Al-quran
4. Mengetahui pembagian dan manfaat amtsal Al-Quran
5. Mengetahui pengertian aqsam Al-Quran
6. Mengetahui unsur – unsur, pembagian, dan manfaat aqsam Al-Quran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Uslub Dalam al-Qur’an


1. Pengertian Uslub
Uslub berasal dari kata salaba – yaslubu – salban yang berarti merampas,
merampok dan mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang berarti jalan, jalan
di antara pepohonan dan cara mutakallim dalam berbicara (menggunakan
kalimat). Jika dikatakan salaktu usluba fulanin fi kaza, maka artinya adalah aku
mengikuti jalan dan mazhab fulan. Juga jika dikatakan akhazna fi asaliba minal-
qaul,maka artinya aku mengambil seni-seni ucapan yang bermacam-macam.
Sedangkan uslub menurut istilah adalah cara berbicara yang diambil
mutakallim dalam menyusun kalimatnya dan memilih lafaz-lafaznya. Dengan
demikian, uslub merupakan cara yang dipilih mutakallim atau penulis di dalam
menyusun lafaz-lafaz untuk mengungkapkan suatu tujuan dan makna kalamnya.
Dan uslub terdiri dari tiga hal, yaitu cara, lafaz dan makna. Sedangkan dalam
aspek keilmunya tentang studi ilmu uslub/gaya bahasa disebut uslubiyyah atau
kita sering menyebutnya dengan istilah stilistika.
Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah
stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang
atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics
atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya
bahasa.
Uslub dalam bahasa Indonesia disebut gaya bahasa, yaitu
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis,
baik itu kaitannya dengan tulisan sastra maupun tulisan kebahasan (linguistik).
Demikian pula dapat didefinisikan sebagai cara yang khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

Dengan demikian uslub al-Qur’an (stilistika al-Quran) adalah metodenya


yang sempurna dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-

3
lafaznya. Maka tidak aneh jika uslub al-Qur’an berbeda dengan uslub kitab-kitab
samawiyah lainnya. Sebagaimana juga uslub yang dipakai manusia berbeda satu
sama lain sebanyak kuantitas jumlah mereka, bahkan uslub yang dipakai seorang
akan berbeda sesuai dengan tema dan dan konteksnya.
Namun demikian, uslub al-Qur’an bukanlah mufradat (kosa kata) dan
susunan kalimat, akan tetapi metode yang dipakai al-Qur’an dalam memilih
mufradat dan gaya kalimatnya. Oleh karena itu, uslub al-Qur’an berbeda dengan
hadis, syi'ir, kalam dan buku-buku yang ada, meskipun bahasa yang digunakan
sama dan mufradat (kosa kata) yang dipakai membentuk kalimatnya juga sama.
Untuk dapat mengetahui posisi uslub al-Qur’an, maka harus diketahui
klasifikasi uslub yang berlaku di kalangan bangsa Arab. Secara global, uslub
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1) Uslub khitaby (gaya bahasa retorika)
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa Arab yang
mempunyai karakteristik dengan kandungan makna yang kuat, memakai lafaz
yang serasi, argumentasi yang relevan dan kekuatan IQ oratornya. Biasanya
seorang orator berbicara mengenai tema yang relevan dengan realitas kehidupan
untuk membawa audiens mengikuti pemikirannya. Uslub yang indah, jelas, lugas
merupakan unsur yang dominan dalam retorika untuk mempengaruhi aspek psikis
audiens.
2). Uslub ‘Ilmy (gaya bahasa ilmiah)
Uslub ‘ilmy harus jauh dari aspek subyektif dan emotif penuturnya, karena
eksperimen ilmiah itu obyektif dan tidak ada hubungannya dengan aspek psikis,
emotif dan kondisi orang yang melakukannya. Uslub ‘ilmiah membutuhkan
logika yang baik, pemikiran yang lurus serta jauh dari imajinasi dan emosi, karena
sasarannya adalah pikiran dan menjelaskan fakta-fakta ilmiah.
Karakteristik uslub ‘ilmiah adalah jelas dan lugas. Namun juga harus
menampakkan efek keindahan dan kekuatan penjelasan, argumentasi yang kuat,
redaksi yang mudah, rasa yang brilian dalam memilih kosa kata dan informasi
yang dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, uslub ‘ilmiah harus tematik
dan terhindar dari majaz, kinayah dan permainan kata-kata lainnya.

4
3). Uslub Adaby (Gaya bahasa Sastra)
Uslub adaby sangat subyektif, karena ia merupakan ungkapan jiwa
pengarangnya, pemikirannya dan emosinya. Oleh karena itu, uslub adaby sangat
spesifik.
Jadi Uslub al-Qur’an adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif
dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-
Qur’an mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Qur’an
melalui keindahan intonasi al-Qur’an dan keindahan bahasa al-Qur’an, dapat
diterima semua lapisan masyarakat, al-Qur’an menyentuh (diterima) akal dan
perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-Qur’an dan kekayaan seni redaksional.

2. Macam-macam Uslub Al-Quran


Dalam buku-buku ilmu tafsir kita menjumpai beberapa pembahasan yang
apabila kita teliti pembahasan tersebut dapat digolongkan pada pembicaraan
tentang uslub. Karena itu pembahasan uslub-uslub Al-Quran ini meliputi:
1. Amtsalul-Quran (perumpamaan dalam Al-Quran)
2. Jadadul-Quran (pembantahan dalam Al-Quran)
3. Aqsamul-Quran (sumpah-sumpah dalam Al-Quran)
4. Qasasul-Quran (kisah-kisah dalam Al-Quran)
5. Balaghatul-Quran.1

1
Web : http://waldye.blogspot.co.id/2015/04/uslub-al-quranamtsal-aqsam-al-
quran.html diambil 26 februari 2016

5
B. Amtsal Dalam al-Qur’an
1. Pengertian Amtsal

Kata amtsal merupakan jamak dari matsal. Ia berasal dari kata matsala.
Secara harfiah matsal semakna dengan syabah yang berarti serupa, sama, atau
seperti. Dalam bahasa Arab, kata ini selalu digunakan untuk menyamakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain.2

Ada beberapa rumusan amsal menurut para ulama diantaranya adalah:

1. Menurut Ibn al-Qayyim, amsal adalah menyerupakan sesuatu dengan


sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak (ma`qul) dengan yang indrawi (konkret,mahsus) atau
mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan
menganggap salah satunya itu sebagai yang lain.
2. Menurut Muhammad al-Khadr Husain mengemukakan dalam bukunya
“Balaghah al-Qur’an” bahwa amsal al-Qur’an adalah perkataan-
perkataan yang dibuat oleh Allah untuk manusia yang mengandung
keanehan-keanehan, baik dalam bentuk tasybih, isti’arah atau kisah,
termasuk dalam hal ini segala ungkapan yang mengandung penyerupaan
sesuatu dengan sesuatu yang lain.3
3. Menurut As-Suyuthi, seperti yang dikutip oleh Muhammad al-Khadr
Husain, memberikan batasan lebih sempit tentang amsal al-Qur’an. Beliau
lebih cenderung membatasi amsal al-Qur’an pada perumpamaan-
perumpamaan yang komparatif antara dua hal atau keadaan, baik
perumpamaan tersebut dalam bentuk isti’arah maupun dalam bentuk
tasybih.

2
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 58
3
Web : http://lindaintang2.blogspot.co.id/2014/04/amsal-al-quran.html diambil 25
februari 2016

6
4. Menurut Dr. Ahmad Jamal al-Umary, amsal al-Qur’an yaitu
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dari segi hukumnya,
menggambarkan sesuatu yang abstrak dalam bentuk konkret atau
membandingkan dua hal yang konkret dengan melebihkan salah satu di
antara keduanya. Selanjutnya beliau berkata amsal adalah merangkai suatu
makna dalam ungkapan indah dan simpel, serta mempunyai pengaruh
dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun ungkapan yang tidak
ditegaskan lafaz tasybih (mursal).4

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


amsal al-Qur’an adalah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung perumpamaan-
perumpamaan dalam bentuk tasyabih atau istiarah atau dalam bentuk-bentuk
kisah. Bahkan segala yang disebut oleh Allah sebagai amsal meskipun tidak ada
indikasi penyerupaan sesuatu dengan yang lain.
Matsal secara istilah mempunyai beberapa makna, yaitu sebagai berikut.
a. Matsal dalam ilmu bayan bermakna tasybih, seperti yang telah
dijelaskan dalam pengertian etimologis di atas.
b. Matsal adalah suatu ungkapan yang menyerupakan keadaan sesuatu
atau seseorang dengan apa – apa yang terkandung dalam ungkapan itu,
seperti yang terdapat dalam ungkapan (jangan kau tebarkan mutiara di
depan babi – babi itu). Ungkapan ini menggambarkan seseorang yang
memberi nasehat atau perkataan yang mulia kepada orang - orang yang
tidak memahami nasehat itu atau tidak mengamalkannya. Dalam kajian
ilmu balaghah, hal ini disebut dengan isti’arah tamtsiliyyah. Dalam
bahasa Indonesia matsal seperti ini disebut dengan pribahasa.
c. Matsal adalah suatu ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan dan kisah yang menakjubkan. Hal ini banyak terdapat dalam
Alquran, seperti firman Allah SWT:
   
   
   
4
Herlina, STUDI AL-QURAN,( Pekanbaru : Benteng Media, 2013 ) hlm. 110

7
    
   
  
     
   
     
   
   
(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari
air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu
yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat
rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-
buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang
kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong ususnya? (QS. Muhammad (47) : 15)
Kata matsal yang terdapat di awal ayat ini mendeskripsikan keadaan
surga yang sangat mengagumkan, dimana keadaan penghuninya tidak
mungkin sama dengan penghuni neraka.
d. Matsal adalah menggambarkan sesuatu yang abstrak secara konkret,
agar yang abstrak itu mudah dipahami dan berpengaruh kepada jiwa
manusia.hal ini banyak terdapat dalam Alquran, seperti
menggambarkan pahalayang bersifat abstrak – yang akan diberikan
diberikan kepada orang – orang yang berinfak dijalan Allah SWT –
dengan sesuatu yang konkret serta berupa tumbuh – tumbuhan, dimana
satu biji dapat menghasilkan tujuh ratus biji (QS. Al-Baqarah (2) :
261).
Alquran sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia banyak
menggunakan matsal atau perumpamaan – perumpamaan, walaupun

8
amtsal yang digunakannya tidak persis sama dengan amtsal dalam
ilmu balaghah. Allah SWT berfirman:
    
   
   
 
Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia
dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan
manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (Nya). (QS. Al-Isra’ (17)
: 89)

Dari empat macam makna matsal diatas, menurut Al-Qaththan, matsal


alquran lebih cocok diartikan kepada pengertian terakhir, yaitu
menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik dan padat serta
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap jiwa. Ia berpendapat, matsal
Alquran tidak dapat diartikan kepada pengertian etomologis yang terdapat
dalam buku – buku bahasa, dan juga tidak dapat diartikan kepada isti’arah.
Walau bagaimanapun juga, Alquran mengandung makna – makna amtsal
tersebut, tetapi memang sepenuhnya tidak sama dengan makna – makna
itu. Sebab, Alquran bukan buku Balaghah, namun ia mengandung unsur –
unsur balaghah. Maka itulah sebabnya, ilmu balaghah sangat membantu
dalam memahami atau menafsirkan Alquran.5

2. Pembagian Amtsal Al-Quran

As-Sayuti membagi amtsal itu kepada dua macam, yaitu musharrahah


(jelas) dan kaminah (menyimpan).

a) Amtsal musharrahah
Amtsal musharrahah adalah suatu amstal yang di dalamnya
menggunakan lafal matsal atau sesuatu yang menunjukkan kepada tasybih.

5
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 58-60

9
Matsal seperti Ini banyak terdapat dalam Alquran. Setiap ayat yang
menggunakan kata matsal disebut dengan amstal musharrahah. Hal ini
seperti yang terdapat dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 17 dan 19, yang
menggambarkan karakteristik orang – orang munafik.
Amtsal al-Musharrahah adalah amsal yang menunjukkan kepada
tasybih (analogi) secara jelas, baik mempergunakan lafaz masal dan yang
semacamnya atau tidak.
Jenis amsal kategori pertama ini, berdasarkan pengertian yang telah
dikemukakan mencakup amsal dalam bentuk tasybih ataupun istiarah,
ataupun amsal yang mempergunakan la-faz masal tapi tidk mengandung
indikasi tasybih (perumpamaan).
Bentuk amsal seperti ini, banyak ditemukan dalam al-Quran antara lain:
1. Tasybih contoh ( Q.S : al-Jumuah 62:5)
  
   
  
 
Artinya: perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengambil pelajarn
daripadanya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
2. Isti’arah contoh (Q.S Ibrahim 14:1)
  
  
. . .   
Artinya: (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang.
Contoh ayat yang terdapat kata amsal tetapi tidak mengandung makna
tasybih: (Q.S al-Tahrim 66:11)
   
. . .   

10
Artinya: Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-
orang yang beriman,
b) Amtsal kaminah
Amtsal kaminah adalah suatu matsal yang menyimpan makna peribahasa
yang biasa terdapat di kalangan masyarakat Arab dan diungkapkan dengan
bahasa yang indah. Ia tidak menggunakan lafal tasybih atau matsal, tetapi
ia menunjukkan makna – makna yang indah, menarik, dan mempunyai
pengaruh tersendiri. Ayat – ayat yang mengandung matsal kaminah ini
mempunyai makna yang mirip dengan peribahasa yang berkembang
ditengah – tengah masyarakat, sehingga ia dapat diterima dan dapat
menyentuh jiwa. Sebagai contoh. Berikut ini dijelaskan beberapa
peribahasa Arab yang sesuai atau semakna dengan ayat Alquran.
1) (berita itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri). Peribahasa ini
berarti memahami sesuatu dengan menyaksikan secara langsung
akan lebih baik daripada sekedar mendapatkan berita. Hal ini
semakna dengan ungkapan Nabi Ibrahim AS yang terekam dalam
surah Al – Baqarah (2) ayat 260, yaitu
   
     
   


Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau


menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum
yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku”.

2) (orang yang tidak mengetahui sesuatu akan menentang sesuatu itu).


Matsal ini bermakna, orang yang tidak mengetahui suatu hal
biasanya mengingkari atau menetang sesuatu itu. Dalam peribahasa
Jndonesia, hal ini mungkin semakna dengan “tak kenal maka tak

11
cinta, tak cinta maka tak sayang”. Makna peribahasa ini tergambar
pula dalam Surah Yunus (10) ayat 39:
   
  
 
Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka
belum mengetahuinya dengan sempurna Padahal belum datang
kepada mereka penjelasannya.
3) (Sebagaimana kamu telah berpiutang, maka kamu akan dibayar).
Dalam bahasa Indonesia, peribahasa ini semakna dengan “tangan
mencencang, bahu memikul”. Makna peribahasa ini terdapat dalam
surah An – Nisa (4) ayat 123:
     
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu

Selain dari dua macam matsal di atas, Ja’far bin Syams Al-Khilafah
sebagaimana yang dikutip oleh As-Sayuti menyebutkan pula amtsal
lainnya, yang dinamakan dengan amtsal mursalah,

c) Amtsal Mursalah
Amtsal mursalah, yaitu ungkapan – ungkapan bebas yang tidak
menggunakan lafal tasybih dan tidak pula dimaksud sebagai matsal
(peribahasa), tetapi digunakan sebagai peribahasa oleh seseorang atau
masyarakat, seperti orang yang menang dalam suatu perkara mengatakan
“sekarang jelaslah kebenaran itu” (QR. Yunus (12) : 51). Contoh lain
dapat digunakan dalam beberapa penggalan ayat berikut yang selalu
digunakan oleh masyarakat sebagai peribahasa:

 
1) “Katakanlah, setiap orang berbuat

menurut keadaannya” (QR. Al-Isra (17) :84). Ungkapan ini



12
digunakan untuk mengibaratkan tingkah laku dan pekerjaan orang
yang yang berbeda – beda.

 
2)  “tidak ada balasan kebaikan
 (55) : 60). Hal ini dijadikan
kecuali kebaikan pula” (QR. Ar-Rahim

peribahasa oleh seseorang yang bersusah payah dan bekerja keras
berbuat kebaikan, di mana pada akhirnya ia memperoleh manfaat
dari kebaikan yang telah dikerjakannya itu.6

Selanjutnya menurut al-Zarkasyi dari segi muatan amsal dikelompokkan


menjadi empat macam , yaitu:

a) Amsal al-Qishash, seperti dalam Q.S al-Tahrim 66:10


   
  
  
Artinya: “ Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi
orang-orang kafir”. Ayat tersebut mengetengahkan perumpamaan berupa
kisah istri nabi Nuh dan Istri Nabi Luth.
b) Amsal li al-hal (keadaan), seperti dalam Q.S al-Baqarah 2:17
  
  
   
  
   

(Perumpamaan mereka (orang munafik) seperti menyalakan api< maka


setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinarinya) mereka, dan mmbiarkan mereka dalam kegelapan , tidak
melihat.

6
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 60-62

13
c) Amsal al- Wasf (menggambarkan sifat), seperti dalam Q.S al-Rum 30:27
   
   
  

Bagi Allah sifat yang maha tinggi baik di langit maupun di bumi, dan
Dialah yang maha perkasa lagi maha Bijaksana.

d) Amsal li al-I’tibar (renungan dan pelajaran), seperti dalam Q.S al-Zukruf


43:56
  

Ayat tersebut menggambarkan kebinasaan kaum Fir’aun dan menegaskan
untuk dijadikan I’tibar (renungan dan pelajaran) dalam mengarungi
kehidupan.7

3. Manfaat Amtsal Alquran


Penguasaan amtsal mempunyai banyak manfaat, baik dalam rangka
memahami kemukjizatan Alquran maupun isi kandungannya. Kemukjizatan
Alquran itu mencakup aspek makna dan bahasa. Keindahan bahasa Alquran
yang dikombinasikan dengan keindahan dan kepastian maknanya dapat
melemahkan orang yang menantang tau mengingkarinya.
Salah satu keindahan aspek bahasanya terlihat dalam amtsal yang
digunakannya. Ia jauh berbeda dengan amtsal dalam ilmu balaghah yang
selalu dikagumi dalam bahasa Arab, tetapi ia tetap indah didengar dan
mengandung makna yang dalam. Bahkan, ia dapat mengalahkan amtsal yang

7
Herlina, STUDI AL-QURAN,( Pekanbaru : Benteng Media, 2013 ) hlm. 114-115

14
hidup ditengah – tengah bangsa Arab ketika Alquran diturunkan, sehingga ia
tidak dapat ditandingi oleh siapa pun juga.
Jika dilihat dari aspek urgensi manusia memahami dan mengamalkan
isi kandungan Alquran maka amtsal mempunyai banyak manfaat, yaitu
sebagai berikut.
1) Memberikan peringatan dan pelajaran bagi orang – orang yang diberi
amtsal.
2) Mendorong para pembaca melaksanakan suatu pekerjaan, khususnya
jika matsal itu menggambarkan perbuatan baik. Hal ini dapat dilihat
dalam matsal mengenai keadaan orang – orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, yang terdapat dalam surah Al – Baqarah (2)
ayat 256:
  
 
  
 
  
  
 
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.

3) Mendorong para pembaca menghindari suatu perbuatan, khususnya


matsal mengenai perbuatan tercela seperti matsal dalam Surah Al –
Baqarah (2) ayat 264 yang menggambarkan terhapusnya pahala infak
orang – orang riya, yaitu
  
   

15
  

  
  
  
(Terhapunya pahala orang berinfak yang diiringi oleh manni dan aza
adalah) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih
(tidak bertanah).
4) Memudahkan orang yang diberi matsal memahami suatu makna atau
ajaran, seperti amtsal yanh mengkonkretkan sesuatu yang abstrak.8
5) Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan
yang padat, seperti amtsal kaminah, dan amtsal mursalah dalam ayat-
ayat diatas.
6) Untuk memuji orang yang diberi matsal. Seperti firman-Nya tentang
para sahabat,
“Demikianlah perumpamaan (matsal) mereka dalam Taurat dan
perumpamaan (matsal) mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin).” (Al-Fath : 29)9

8
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 64
9
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013)
hlm. 362

16
C. Aqsam dalam Alquran
1. Pengertian Aqsam
Aqsam merupakan bentuk jamak dari qasam. Kata ini semakna
dengan al-yamin dan al-hilf,, yang berarti sumpah. Ketiga kata ini dalam
arti yang sama digunakan dalam Alquran. Maka aqsam Alquran secara
harfiah berarti ungkapan – ungkapan sumpah yang terdapat dalam
Alquran.
Secara istilah, qasam berarti ungkapan sumpah yang bertujuan
untuk menguatkan suatu berita yang terletak setelahnya. Jika suatu berita
yang disampaikan ingin dikuatkan bahwa berita itu benar – benar terjadi,
biasanya digunakan sumpah. Sumpah tidak hanya terdapat dalam bahasa
lainnya, termasuk Indonesia. Hal ini seperti sumpah para pejabat ketika
diangkat menduduki suatu jabatan bahwa ia benar – benar akan
melaksanakan amanah yang diembannya; “Demi Allah, bahwa saya benar
– benar akan menjalankan pemerintahan ini dengan bersih dari korupsi”.
Orang yang bersumpah, ketika bersumpah, sebenarnya
mengagungkan dan memandang utama sesuatu yang dijadikan sumpah

17
(muqsam bih). Maka seorang muslim tidak boleh bersumpah dengan nama
selain Allah, sebab Allah-lah Yang Paling Agung dan utama dari segala –
galanya.10

2. Unsur – Unsur Aqsam (Sumpah)

Untuk keabsahan suatu sumpah, perlu tiga unsur didalamnya, baik


disebutkan secara nyata maupun tidak. Ketiga unsur tersebut adalah fi’il
qasam yang ditransitifkan dengan huruf ba’, muqsam bih dan muqsam
‘alaih, seperti yang terdapat dalam Surah Al-An’am (6) ayat 109:

  


  
  
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,
bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah
mereka beriman kepada-Nya.
Unsur pertama (fi’il qasam) dalam ayat ini adalah aqsamu, kedua
(muqsam bih) lafal jalalah, yaitu Allah dan unsur ketiga (muqsam
‘alaih) ialah penggalan ayat la’in ja’at at-hum ayatun layu’minunna
biha.
1) Fi’il Qasam

Adapun yang dimaksud dengan adapun yang dimaksud dengan fi’il


qasam adlah kata kerja yang berarti sumpah, seperti aqsama atau
ahlafa. Dalam bersumpah, fi’il qasam ini selalu dibuang sehingga
yang tinggal hanya ba . Bahkan,ba sering juga dihilangkan yang
kemudian digantikan dengan waw atau ta . yang terakhir ini
jarang digunakan dalam Alquran, yang sering digunakan ialah
waw, seperti “Demi langit yang mempunyai bintang”. Dalam

10
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 65

18
contoh ini, fi’il qasam-nya tidak disebutkan. Asalnya (Aku
bersumpah, demi langit yang mempunyai bintang). Dalam bahasa
Indonesia, fi’il qasam juga jarang disebutkan ketika bersumpah;
orang hanya mengatakan “demi Allah”, di mana asalnya “aku
bersumpah, demi Allah”.

2) Muqsam Bih
Muqsam bih adalah suatu kata yang dijadikan untuk bersumpah, di
mana kata tersebut mempunyai makna yang maha besar dan agung
bagi orang yang bersumpah, seperti lafal jalalah (Allah) dalam
ungkapan aqsamtu bi Allah. Dalam Islam, yang boleh dijadikan
muqsam bih hanya nama - nama Allah saja ; seorang muslim
dilarang bersumpah dengan selain Allah, seperti yang telah
dijelaskan diatas.
Akan tetapi, dalam Alquran terdapat banyak sumpah dengan nama
makhluk. Allah bersumpah dengan nama – nama itu. Dia Penguasa
Mutlak, di atas segala – galanya, dan tidak ada yang membatasi-
Nya apa pun yang Dia lakukan. Maka tidak ada larangan atas –
Nya bersumpah dengan nama apa saja yang Dia kehendaki.
Sumpah Allah dengan nama suatu makhluk yang mempunyai arti
bahwa makhluk itu mempunyai kelebihan dan atau manfaat yang
besar bagi makhluk lainnya termasuk manusia. Allah bersumpah
dengan makhluk tersebut agar manusia mengambil pelajaran
darinya dan selanjutnya dapat menjadi bahan kajian atau bukti
kemahabesaran – Nya. Dalam sebuah hadis, yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dijelaskan, “Sesungguhnya Allah bersumpah
dengan makhluk yang dikehendaki-Nya. Namun, tidak boleh bagi
seorang pun bersumpah kecuali dengan (nama) Allah”.
Qasam Alquran, kadang – kadang mengandung beberapa muqsam
bih secara berurutan sebelum dijelaskan muqsam ‘alayh-nya,
seperti yang terdapat dalam Surah At-Tin (95) ayat 1-4:

19
  
   
 
   
  
 

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun dan demi bukit Sinai dan demi
kota (Mekah) ini yang aman, Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .

Kata , ,


, dan │
 dalam ayat di atas adalah muqsam bih. Setelah
keempat kata itu baru dijelaskan jawabnya. Hal ini berarti, bahwa
Allah bersumpah beberapa kali untuk menguluhkan bahwa Dia
benar – benar menciptakan manusia dalam bentuk yang paling
baik.

3) Muqsam ‘Alayh (Jawab Qasam)


Muqsam ‘alayh adalah ungkapan yang dikuatkan atau dikukuhkan
dengan sumpah. Dalam istilah lain, ia juga disebut dengan jawab
sumpah. Ia didahului oleh huruf taukid,, seperti:
  
   

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian. (QS. Al-Ashr (103) : 1-2)

kata
 dalam ayat ini merupakan jawab
sumpah (Muqsa ‘Alayh),
  ia didahului oleh huruf tawkid, yaitu inna.


20
Seperti yang terlihat di atas, jawab qasam itu terletak setelah
muqsam bih. Ia selalu disebutkan, bahkan ia tetap ada walaupun
fi’il qasam dan muqsam bih-nya telah dihilangkan. Namun ia juga
kadang – kadang dihilangkan sehingga yang ada hanya fi’il qasam
dan muqsam bih atau muqsam bh-nya saja.

Yang pertama seperti sumpah yang terdapat di awal surah Al-


Qiyamah (75) ayat 1-2, yaitu:

  
   
  

Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa
yang Amat menyesali (dirinya sendiri).

Dan yang terakhir seperti yang terdapat di awal Surah Al-Fajr (89)
ayat 1-5, yaitu

  


  
  
  

    


 

Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang
ganjil, dan malam bila berlalu. pada yang demikian itu terdapat
sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.
 




21
Ungkapan bukanlah jawab
sumpah. Jawabnya telah dihilangkan, karena sudah dimaklumi.
Yaitu sepantasnya manusia menggunakan waktu – waktu yang
disebutkan dalam sumpah itu untuk beramal.

Jawab qasam itu terdiri dari jumlah khabariyah (kalimat berita),


sebagaimana yang terlihat dalam beberapa contoh di atas. Contoh
lain dapat pula dilihat dalam Surah Al-Lail (92) ayat 1-4:

   


  
   
 

   

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila


terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.11

3. Pembagian Qasam Alquran


Jika dilihat dari segi kelengkapan unsur qasam dalam suatu sumpah, ia
dapat dikategorikan kepada dua macam, yaitu zhahir (jelas) dan
mudhmar (tersirat)
1) Qasam Zhahir
Qasam zhahir adalah sumpah yang mengandung dua unsur qasam
atau lebih. Ada qasam yang mengandung ketiga unsur yang telah
disebutkan di atas. Ada sumpah yang mengandung dua unsur saja,
yang terdiri dari muqsam bih dan muqsam ‘alaih, model sumpah
seperti banyak terdapat dalam Alquran. Dan ada pula sumpah yang
11
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 66-69

22
hanya disebutkan padanya fi’il qasam dan muqsam ‘alaih, dimana
muqsam bih-nya tidak disebutkan. Sebagai contoh dapat dilihat
berikut ini.
  
    
  

Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang


sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang
yang mati". (QS. An-Nahl (16) : 38)

Unsur qasam dalam ayat ini adalah 


sebagai fi’il qasam,  sebagai muqsam bih, dan
  muqsam ‘alaih.
sebagai

    
 
  
 
 

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman


hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan. (QS. An-Nisa’ (4) : 65)

Kata  sebagai muqsam bih dan 


  muqsam ‘alaih dan fi’il qasam-nya
tidak disebutkan.

  
  

Sesungguhnya mereka bersumpah: "Kami tidak menghendaki


selain kebaikan." (QS. At-taubah (9) : 107)

23
Kata  dalam ayat ini sebagai fi’il
qasam dan sebagai

muqsam ‘alaih.

 dan
Penjelasan contoh di atas menunjukkan bahwa qasam zhahir

terbagi kepada tiga macam, yaitu sumpah yang disebutkan secara
lengkap 
semua unsurnya, seperti yang terlihat dalam contoh
pertama. Sumpah yang dihilangkan fi’il qasam-nya, yang ada
hanya muqsam bih dan muqsam ‘alaih. Sumpah yang dihilangkan
muqsam bih-nya, yang ada hanya fi’il qasam dan muqsam ‘alaih,
seperti yang terlihat dalam contoh terakhir.

2) Qasam Mudhmar
Qasam mudhmar (tersembunyi) adalah ungkapan sumpah yang
tidak disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih-nya secara jelas.
Yang terlihat hanya muqsam ‘alaih-nya. Hal ini ditandai dengan
“lam tawkid” yang mengawali suatu kalimat (jumlah), seperti yang
terdapat dalam firman Allah SWT:
  
 
  
   
  
 
kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.
dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah. (QS. Ali ‘Imran (3) : 186)

Huruf lam dan nun tawkod pada kata 


dan  yang terdapat dalam ayat di

24
atas ialah suatu isyarat yang menujukkan bahwa kata tersebut
jawab qasam (muqsam ‘alaih). Dengan demikian, ayat ini
menggunakan uslub sumpah, di mana fi’il qasam dan muqsam bih-
nya telah dihilangkan.12

4. Manfaat Penguasaan Qasam Alquran


Sumpah adalah salah satu uslub Alquran, dimana ia juga digunakan
ditengah – tengah masyrakat Arab. Ia berfungsi menguatkan ungkapan
yang terdapat setelahnya. Karena Alquran menggunakan uslub
sumpah, maka ia harus dikuasai dalam rangka memahami Kitab Suci
tersebut. Penguasaan aqsam Alquran dapat membantu pembaca
memahaminya. Ayat – ayat yang mengandung sumpah tidak akan
dapat dipahami tanpa menguasai hal – hal yang berkaitan dengannya.
Ketika menafsirkan ayat – ayat yang mengandung sumpah, perlu
ditentukan dahulu secara pasti kata yang berfungsi sebagai fi’il qasam,
muqsam bih, dan muqsam ‘alaih. Kesalahan dalam menetukannya
dapat menibulkan pemahaman yang salah pula.
Selain itu, uslub sumpah Alquran menggambarkan keindahan
bahasanya. Ia dengan uslub yang digunakannnya terasa begitu sangat
menarik, tentu saja bagi orang – orang yang memahami uslub sumpah.
Maka menguasai aqsam Alquran dapat pula membuat orang merasa
keindahan bahasanya, sehingga diharapkan orang selalu mendengar
dan membacanya. Melalui pendengaran dan pembacaan itu diharapkan
pula orang dapat menghayati dan mengamalkannya.13
Singkatnya Qasam (sumpah) di dalam Al-Qur’an berfaedah untuk:
1) Tauhid, yaitu untuk meyakinkan sesuatu yang masih di ragukan
oleh pandangan (lithalabi)

12
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 70-72

13
Kadar M. Yusuf, STUDI ALQURAN, ( Jakarta : Amzah, 2014 ) hlm. 72-73

25
2) Tahkik, yaitu untuk membuktikan kesesuaian sehingga orang tidak
dapat menolaknya dan akan mempercayainya (ingkar).14

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik konklusi, bahwa uslub al-
Quran adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif dalam
menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-
Quran mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Quran melalui
keindahan intonasi al-Quran dan keindahan bahasa al-Quran, dapat
diterima semua lapisan masyarakat, al-Quran menyentuh (diterima) akal
dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-Quran dan kekayaan seni
redaksional.

14
Herlina, STUDI AL-QURAN,( Pekanbaru : Benteng Media, 2013 ) hlm. 132

26
Amtsal al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak
dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik
dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas), Macam-
macam amtsal al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan
lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa
menggunakan lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa
ada adat tasybih.
Faedah mempelajari amtsal al-Qur’an yang terpenting adalah
mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya
melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal
abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap
dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari
al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang
buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Amtsal al-
Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Aqsamul Qur’an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an
yang membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan,
serta manfaat (faedah) sumpah-sumpah Allah, dalam menegaskan suatu
pernyataan tertentu, yang terdapat di dalam al-Qur’an, dimana sumpah-
sumpah dalam al-Qur’an itu menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya
sebagai Muqsam bih.
Text Box: 19Aqsamul Qur’an mempunyai tujuan untuk memberikan
penegasan atas suatu informasi yang disampaikan dalam al-Qur’an atau
untunuk memperkuat informasi kepada orang lain yang mungkin sedang
mengingkari suatu kebenarannya, sehingga informasi itu dapat
diterimanya dengan penuh keyakinan.

B. SARAN
Dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi materi maupun bahasa atau tulisan yang salah dalam penyampaian

27
makalah kami. Maka kami harapkan sekalian saran yang bersifat
membangun untuk para penulis, karena materi ini masih jauh dari yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Kadar M. 2014. STUDI ALQURAN. Jakarta : Amzah

Herlina. 2013. Studi Al-Quran. Pekanbaru : Benteng Media

Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2013. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta :


Pustaka Al – Kautsar

Teungku, Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. 2002. Ilmu – Ilmu Al – Quran.


Semarang : Pustaka Rizki Putra

28
Dardi, Ahmad. 2011. ULUM AL-QURAN. Pekanbaru : Suska Press

Web:http://waldye.blogspot.co.id/2015/04/uslub-al-quranamtsal-aqsam-al-
quran.html diambil 26 februari 2016

Web : http://lindaintang2.blogspot.co.id/2014/04/amsal-al-quran.html diambil 25


februari 2016

29

Anda mungkin juga menyukai