Ilmu Tafsir"
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Dosen Pengampu :
Riza Wardefi S.Th.I, M.Th.I
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang turun melalui malaikat Jibril kepadaMuhammad
SAW dan mengandung banyak pokok ajaran islam. Al-Qur‟an memilikisebuah
keistimewaan yaitu, Al-Qur‟an dapat memecahkan masalah-masalahkemanusiaan dalam
berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi,maupun politik dengan
pemecahan yang bijaksana, karena diturunkan oleh yangMahabijaksana dan
Mahaterpuji. Pada setiap pemecahan masalah tersebut, Al-Qur‟an meletakkan
sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum, yang dijadikanlandasan
untuk langkah-langkah manusia, dan yang sesuai untuk setiap zaman."
Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana pada QS. Al-Isra‟/17:9
yang artinya “Sungguh, Qur‟an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang palinglurus..” (al-
Isra‟/17:9). Sehingga Al-Qur‟an berfungsi sebagai petunjuk maupun pedoman bagi
manusia. Qur‟anul Karim adalah sumbertasyri‟ pertama bagi umat Nabi
MuhammadSAW. Dengan pemahaman makna, peengetahuan rahasia-rahasianya, dan
pengamalanapa yang terkandung di dalam Al-Qur‟an maka setiap manusia dapat
memperoleh petunjuk-petunjuk dalam menjalani kehidupan, sehingga dengan Al-
Qur‟an manusia akandibimbing ke jalan yang benar dalam mencapai kebahagiaan di
dunia mupun di akhirat.
1
Oleh karena itu munculah para mufassir yang mempermudah cara kita untuk
memahami Al-Qur'an, Dalam KBBI mufasir diartikan sebagai orang yang menerangkan
makna (maksud) ayat Al-Qur'an atau disebut sebagai ahli tafsir (terutama penafsiran).
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penjelasan pembagian tafsir dari segi corak lughawy, Ilmiy, fiqhiy,
falsafy, shuffy dan adaby?
b. Bagaimana klasifikasi dan urgensi dari tafsir tersebut?
c. Bagaimana corak dan karakter tafsir tersebut?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui penjelasan dari pembagian tafsir dari segi corak lughawi,
Ilmiy, fiqhiy, falsafy, shuffy dan adaby.
b. Untuk mengetahui klasifikasi dan urgensi dari Pembagian tafsir
c. Untuk mengetahui corak dan karakter tafsir
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Tafsir
a. Tafsir Tahlili mengkaji Al-Qur'an dari segala aspek dan maknanya. Tafsir
ini memuat beberapa macam, yakni: (1)Tafsir bi al-Ma'thur, (2)Tafsir bi al
Ra'yi, (3)Tafsir Sufiy, (4)Tafsir Ishariy, (5)Tafsir Fighiy, (6)Tafsir
Falsafiy, (7)Tafsir Ilmiy, (8)Tafsir Adabiy, dan (9)Tafsir Isra'iliyyat.
b. Tafsir Ijmaliy menafsirkan Al-Qur'an secara singkat dan global, tanpa
penjelasan panjang lebar, untuk konsumsi berbagai tingkatan
intelektualitas. Yang ditafsirkan disesuaikan urutan mushaf, dari ayat ke
ayat, dari surat ke surat berikutnya.
c. Tafsir Muqaran adalah metode tafsir dengan megambil sejumlah ayat,
kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir yang metode dan
kecenderungannya legitimasi kemahzabannya masing-masing
d. Tafsir Mawdu' iy (tematik) ialah metode tafsir dengan cara menghimpun
seluruh ayat yang berbicara mengenai masalah atau tema tertentu serta
mengarah pada suatu pengertian dan tujuan tertentu, meskipun ayat-ayat
3
itu turunnya baik segi cara, waktu maupun tempatnya berbeda, tersebar
dalam berbagi surat. Sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas.
Selebih penjelas di atas, ada juga yang mengklasifikasikan tafsir ke dalam dua
golongan besar, yakni (1)Tafsir Jaf dan (2)Tafsir Mujawiz. Tafsir Jaf merupakan tafsir
yang terbatas pada segi kebahasaan, bersifat denotatif. Tafsir Jaf dikembangkan secara
serius diantaranya oleh Muhammad Abduh. Prinsip teoritik tafsirnya adalah "al-ibrah bi
Umum al-Lafz la bi khusus al-sabab Model tafsir Jaf ini benar-benar memperhatikan
unsur balaghah, keharmonisan uslub (gaya bahasa), dan sistemasi rasional alquran.
Sedangkan tafsir mujawiz yang bergerak secara luas (berlebihan), bersifat konotatif.
2. Urgensi Tafsir
Al-Qur'an adalah undang-undang umat islam dan petunjuk dari Allah SWT. Al-
Qur'an merupakan syariat Allah untu seluruh penghuni bumi. Al-Qur'an adalah cahaya
ilahi yang merupakan petunjuk samawi. Al-Qur'an menampilkan hukum yang abadi dan
menyiapkan segala yang diperlukan manusia baik yang berkaitan dengan dunia spiritual
maupun material. Al-Qur'an penuh hikmah, harapan, nasihat, dalam alquran tidak
terdapat kontradiksi, ketidaksesuaian, ketidakmungkinan, dan perbedaan. Tdak heran
kalau dikatakan bahwa manusia tidak akan pernah mencapai kebahagiaan tanpa adanya
percikan hidayah dan ketaatan kepada ajaran-ajaran. Al- Qur'an merupakan penawar
segala macam penyakit hati dan mengatasi krisis yang dialamai oleh masyarakat
modern.
Urgensi tafsir terkait dengan kedudukan, sistem, tujuan, serta keutamaannya, juga
kaitannya dengan kompetensi praktis-religius maupun pragmatis. Kedudukan tafsir
dapat dipahami sebagai kunci representatif untuk membuka tabir rahasia makna Al-
4
Qur'an. Kedudukan tersebut, dalam sistem ajaran Islam berfungsi sebagai media
(tariqoh) untuk menggapai tujuan yang dikehendaki dalam memahami makna Al-
Qur'an, yakni memperoleh mutiara dan permata-sebagai simbol makna tertinggi di
dalamnya.
a. Tafsir Lughawy
Tafsir lughawi terdiri dua kata yaitu tafsir dan lughawi. Tafsir yang akar katanya
berasal dari فسرbermakna keterangan atau penjelasan. Kemudian lafal tersebut diikutkan
wazan فعلyang berarti menjelaskan atau menampakkan sesuatu. Dengan demikian,
tafsir adalah membuka dan menjelaskan pemahaman kata-kata dalam al-Qur‟an.
Sedangkan lughawi berasal dari akar kata لغيyang berarti gemar atau menetapi sesuatu.
Manusia yang gemar dan menetapi atau menekuni kata-kata yang digunakannya, maka
kata-kata itu disebut lughah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan lughawi adalah
kata-kata yang digunakan, baik secara lisan maupun tulisan.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud
dengan tafsir lughawi adalah tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur‟an
dengan menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan. atau lebih simpelnya tafsir lughawi
adalah menjelaskan al-Qur‟an al-karim melalui interpretasi semiotik dan semantik yang
meliputi etimologis, morfologis, leksikal, gramatikal dan retorikal. Pada abad XIV
Hijriah lahir tafsir dengan corak baru yang tidak memberi perhatian kepada segi nahwu,
bahasa, istilah-istilah dalam balaghah dan perbedaan-perbedaan madzhab.
5
-Sebelum menjelaskan jenis-jenis, perlu diketahui bahwa tafsir lughawi dengan
berbagai macam penyajian dan pembahasannya tidak akan keluar dari dua kelompok
besar yaitu:
- Tafsir lughawi yang murni atau lebih banyak membahas hal-hal yang terkait
dengan aspek bahasa saja, seperti tafsir Ma‟an al-Qur‟an karya al-Farra‟, Tafsir al-
Jalalain karya al-Suyuthi dan al-Mahally. Dll.
Untuk lebih jelasnya tentang jenis dan macam-macam tafsir lughawi, akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tafsir nahwu atau i‟rab al-Qur‟an yaitu tafsir yang hanya pokus
membahas i‟rab (kedudukan) setiap lafal al-Qur‟an, seperti kitab al-
Tibyan fi I‟rab al-Qur‟an karya Abdullah bin Husain al-„Akbary (w.
616 H)
2. Tafsir Sharaf atau morpologi (semiotik, dan semantik yaitu tafsir
lughawi yang pokus membahas aspek makna kata, isytiqaq dan korelasi
antarkata seperti Tafsir al-Qur‟an Karim karya Quraish Shihab, Konsep
Kufr dalam al-Qur‟an karya Harifuddin Cawidu.
3. Tafsir Munasabah yaitu tafsir lughawi yang lebih menekankan pada
aspek korelasi antarayat atau surah, seperti Nazhm al-Durar fi Tanasub
al-Ayat wa al-Suwar karya Burhanuddin al-Buqa‟y (w. 885), Mafatih
al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razy (w. 606), Tafsir al-Mishbah karya
Quraish Shihab, dll.
6
4. Tafsir al-amtsal (alegori) yaitu tafsir yang cenderung mengekspos
perumpamaan-perumpamaan dan majaz dalam al-Qur‟an seperti kitab
al-Amtsal min al-Kitab wa al-Sunnah karya Abdullah Muhammad bin
Ali al-Hakim al-Turmudzi (w. 585 H), Amtsal al-Qur‟an karya al-
Mawardi (w. 450 H), Majaz al-Qur‟an karya Izzuddin Abd Salam (w.
660 H)
5. Tafsir Balaghah yang meliputi tiga aspek yaitu:
Tafsir al-Qur‟an melalui pendeketan bahasa tentu tidak akan lepas dari nilai
positif atau negatif. Di antara nilai positifnya adalah:
7
d. Mengikat mufassir dalam bingkai teks ayat-ayat al-Qur‟an sehingga
membatasinya dari terjerumus ke dalam subjektivitas yang berlebihan.
e. Mengetahui makna-makna sulit dengan pengatahuan uslub (gaya) bahasa
arab.
f. Melestarikan keselamatan, kehidupan dan kontinuitas bahasa arab dalam
sejarah, melestarikan bahasa al-Qur‟an dengan bahasa arab yang jelas,
bukan dengan bahasa pasaran.
g. Mengungkap berbagai konsep seperti etika, seni dan imajinasi al-Qur‟an
sehingga akan melahirkan dimensi psikologis dan signifikansi interaksi
dalam jiwa.
Namun demikian, sebagai salah satu metode penafsiran yang bersifat ijtihadi,
tafsir lughawi juga memiliki beberapa nilai negatif, antara lain:
Tafsir al-Ilmi adalah metode penafsiran al-Qur'an yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan dilengkapi dengan teori-teori sains. Ayat-ayat Al-Qur'an yang
ditafsirkan dengan tafsir ilmi adalah ayat-ayat kauniyalı (kejadian alam). Salah satu
tujuan tafsir ini adalah memberikan penguatan kepada kemukjizatan Al-Qur'an.
Beberapa karya dikategorikan sebagai tafsir al-ilmi adalah: Magatih al- Ghalib
karya Fakhr al-Din al-Razy, Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan ilmu-ilmu Agama) dan
8
Jawahir al-Quran (Mutiara-mutiara Al-Qur'an) karya Imam al-Ghazali. Al-Itgan fi-
Ulum al-Quran (Elaborasi ilmu-Ilmu Al-Qur'an) karya Jalal al-Din al- Syuyuthi, Al-
Islam Yatahadda (Islam Menantang) karya Wahid al-Din al-Khan, Sunan Allah al-
Kawniyyah (Hukum Allah pada Alam) karya Dr. Muhammad Ahmad al-Ghamrawi, Al-
Ghidza wa al-Dawa (Gizi dan Obat) karya Dr. Jamal al-Din al- Fandi, Al-Quran wa
alilm Hadits (Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan Modern) karya Abd al-Razzaq Naufal,
Al-Tafsir al-Ilm li al-Ayat al-Kawniyyah fi al-Quran al-Karim (Tafir Ilmiah bagi Ayat-
ayat tentang Alam dalam Alquran) karya Hanafi Ahmad. Dapat diketahui bahwa corak
penafsiran ini muncul seiring dengan berkembang dan kemajuannya ilmu pengetahuan
saat ini dan terdapat suatu usaha bagi para pengkaji tafsir untuk memahami ayat-ayat
Al-Qur'an yang sejalan dengan perkembangan ilmu.
Kata sufi secara etimologis dinyatakan sebagai isim mushtaq dari kata "shuf" yang
berarti bulu domba. Mayoritas para ahli sufi seringkali menggunakan pakaian dari kulit
bulu domba yang kasar sebagai manifestasi dari sifat zuhud mereka. Kata mushtaq,
secara tidak langsung menolak asal kata dasar sufi yang lain seperti suffah yang berarti
tempat pojok masjid yang dipakai oleh para Sahabat Nabi SAW untuk berdomisili di
sana, shaf berarti barisan paling depan di hadapan Allah SWT,shafwah berarti orang-
orang pilihan Allah SWT, dan lain sebagainya. Secara terminologis, kata sufi diartikan
sebagai orang yang menjalani ritual tasawuf. Tasawuf mengandung makna tiga hal,
pertama, sesuatu yang berkaitan dengan akhlak. Kedua, sesuatu yang berkaitan dengan
ibadah dan bentuk-bentuknya. Ketiga, sesuatu yang berhubungan dengan ma'rifah dan
musyahadah
Menurut Abd Hayyi al-Farmawi tafsir sufi hanya dapat diterima apabila:
9
2. Adanya syahid syar'i yang menguatkannya
3. Tidak bertentangan dengan syariat dan akal sehat
4. Mufassirnya tidak menganggap bahwa penafsirannya itu merupakan satu-
satu tafsir yang benar, tetapi harus mengakui terlebih dahulu pengertian
zhahir ayat.
Tafsir al-Fikhi adalah tafsir yang dilakukan dengan cara pendekatan kepada
fikih (hukum Islam). Biasanya para mufassir dalam tafsir ini kental dengan para ahli
fikih menafsirkan ayat dengan bentuk ayat-ayat hukum (avat ahkam). Kemunculan
tafsir ini bersamaan dengan munculnya tafsir bi al-matsur. Hal ini tidak terlepas dari
peran Nabi di Madinah, ketika Nabi menjawab berbagai persoalan hukum yang muncul.
Jawaban-jawaban Nabi tersebut kemudian secara lisan diriwayatkan satu generasi ke
generasi berikutnya. Begitu juga para sahabat setelah wafatnya Rasulullah banyak
melakukan ijtihad dalam menjawab persoalan-persoalan hukum berkaitan dengan
persoalan baru. Sampai kepada masa tabiin juga melakukan hal sama melakukan ijtihad
setiap menjawab persoalan hukum baru yang muncul yang tidak ditemukan jawabannya
melalui Al-Qur'an dan hadist. Artinya kondisi ini menjadi dasar tumbuh dan
berkembangnya tafsir al-fikih.
10
mazhab tersebut. Pengaruh mazhab cukup besar dalam menafsirkan ayat Al- Qur'an
untuk membenarkan pandangan mazhab yang mereka anut dengan mencoba
menyesuaikan Al-Qur'an dengan pendapat mazhab mereka sendiri.
1. Tafsir Ahkam Alquran (Hukum Alquran) karya Abu Bakar Ahmad Ibn Ali
Razy, dikenal dengan al-Jashshash (w.370 H/980 M)
2. Tafsir Ahkam Alquran (Hukum Alquran) karya Ibn al-Arabi (w.543
H/1148 M)
3. Tafsir al-Kasyaf (Penyelidikan) karya al-Zamakhsyarı.
4. Tafsir Ruh al-Ma'ani (Semangat Makna) karya al-Alusi.
5. Tafsir al-Nasafi (tafsir Nasafi) karya al-Nasafi (mazhab Hanafi)
6. Tafsir al-Jami' li Ahkam Alquran (Himpunan Hukum-hukum Alquran)
karya Abu Abd Allah Muhammad Ibn Ahmad Abi Bakar Ibn Farh al-
Qurtubi (w. 671 H/1273 M) (Mazhab Maliki)
7. Tafsir al-Kahir (Tafsir Besar) atau Mafatih al-Ghaib (Kunci Kegaiban)
karya Fakhr al-Din al-Razy (mazhab Syafii)
11
penafsiran itu tidak bertentangan dengan norma-norma dalam Islam, sehingga berusaha
menggabungkan antara agama dan filsafat serta menghilangkan pertentangan antara
keduanya, maka tidak ada salahnya melakukan penafsiran tersebut. Cara
menggabungkan keduanya adalah dengan melakukan takwil terhadap nash-nash yang
sesuai dengan teori-teori filsafat". Adapun tafsir yang menggunakan corak ini adalah:
Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Imam Fakhr al-Din Razi dan Tahafut al-Tahafut karya
Ibnu Rusyd.
Al-Adabiy merupakan bentuk mashdar dan kata kerja dari aduba berarti tatakrama
dan sopan santun. Sementara kata al-Ijtima 'iy berarti menyatukan sesuatu dan juga
dapat diterjemahkan kemasyarakatan. Maka, secara etimologi al-adabi al- ijtima'iy
adalah penafsiran yang lebih menekankan kepada sastra budaya dan kemasyarakatan.
Tokoh dipandang sebagai pelopor dari kebangkitan tafsir ini adalah Muhammad
Abduh dengan karyanya berjudul "al-Manar" ditulis bersama muridnya Rasyd Ridha.
Kemudian tercatat pula tafsir dikategorikan tafsir ini adalah Tafsir Al- Quran (Tafsir
Alquran) karya al-Maraghi, Tafsir al-Quran al-Karim (Tafsir Al- Qur'an yang Mulia)
karya Mahmud Syaltut dan Tafsir al-Wadhih (Tafsir yang Terang) Karya Muhammad
Mahmud Baht al-Hijazy".
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir Al-Qur'an memiliki beragam corak, seperti tafsir lughawi, ilmi, sufi isvari,
al-fiqhi, falsafi, dan adabi ijtima'i. Masing-masing corak memberikan pendekatan unik
dalam menjelaskan makna dan aplikasi Al-Qur'an. Tafsir lughawi menekankan
kebahasaan, tafsir ilmi berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tafsir sufi isvari
mengandalkan isyarat tersembunyi, tafsir al-fiqhi berkaitan dengan hukum Islam, tafsir
falsafi menggunakan logika filsafat, dan tafsir adabi ijtima'i menyoroti sastra budaya
dan masyarakat. Keseluruhan, keragaman corak tafsir mencerminkan usaha memahami
dan menerapkan ajaran Al-Qur'an dalam berbagai konteks kehidupan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya
untuk membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis begitu juga pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shalih, Subhi. 1977. Mahabiths Fi Ulum al-Qur'an". Beirut: Dar al Ilm Ii Malayin
Anwar, Rosihon. 2005. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia
Farmawy, "Abd al-Hay. 1977. al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu' iy. Mesir: al-
Jumhuriyyah al-Misriyyah
Farmawi, Abd al-Hayy. 2002. Metode Tafsir Maudu'i dan Cara Penerapannya, terj.
Rosihan Anwar. Bandung: Pustaka Setia
Jibril, Muhammad al-Sayyid. 1987. Madkhal ila Manāhij al-Mufassirin. Kairo: al-Risa
lah Jonwari, dkk. 2020. Konsep Tafsir dan tafsir dalam Prespektif As-Syaitibi.
Jurnal Lisan Al- Hal Volume 14. No. 2
14