STUDI AL QUR’AN
Disusun Oleh :
Runjai Wangsa Laksana
NIM : 18.011.787
Dosen Pengampu :
Prof. DR. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA
2018-2019
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT
2018/2019
َ ْق َوأَح
)33 :سنَ تَ ْف ِس ْيرًا (الفرقان َ ََوالَ يَأْتُوْ ن
ِّ ك بِ ِم ْث ٍل إِالَّ ِج ْئنَكَ بِ ْال َح
Artinya: “Tidaklah mereka datang kepadamu membawa sesuatu yang
ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
paling baik tafsir-nya. (al-Furqan: 33)
Demikianlah pengertian tafsir dari segi etimologi. Sedangkan
pengertian tafsir dari segi terminologi adalah sebagaimana diungkapkan oleh
beberapa tokoh, diantaranya:
Abu Hayyan mendefinisikan tafsir sebagai, “Ilmu yang membahas tentang
cara pengucapan lafadz-lafadz al-Qur’an, indikator-indikatornya, masalah
hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan
yang lain, serta makna-makna yang berkaitan dengan kondisi struktur lafadz
yang melengkapinya.”
Menurut Az-Zarkasyi, “Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah (Al-
Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, memerangkan makna-
maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-hikmahnya.”Dari kedua
definisi yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh diatas, kita dapat mendefinisikan
bahwa tafsir adalah: “Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengungkap
berbagai hal yang dikandungnya, baik dari segi balagoh, munasabah ayat,
asbabun nuzul dan yang lainnya untuk menyingkap makna ubstansi yang
dikandungnya dan untuk menetapkan hukum serta mengambil faidah-faidah di
dalamnya dengan mengguakan berbagai macam metode dan pendekatan.
Sebagai ilmu, tafsir berisi perangkat metodologi untuk mengungkap
petunjuk-petunjuk, hukum-hukum maupun hikmah di dalam al-Qur’an. Sebagai
produk, tafsir berupa petunjuk-petunjuk, hukum-hukum maupun hikmah di
dalamnya. Tafsir mengkaji makna al-Qur’an dari aspek historis-fenomenologis,
sementara ta’wil dari segi filosofisnya. Al-Qur’an sendiri memandang tafsir
sebagai instrumen untuk memahami maknanya secara lebih mudah dan
sistematis, dan ta’wil memiliki pengertian yang bervariasi. Urgensi tafsir ada
pada posisi strategisnya melalui produknya untuk mencapai kesempurnaan
hidup dan kebahagiaan hakiki. Meski demikian, tafsir tetap berhadapan dengan
pola kontrol normatif maupun metodologis, yang di dalamnya ada empat prinsip
yang penting diperhatikan bagi tafsir, yakni aspek prosedur kerja, ilmu-ilmu
yang diperlukan, kriteria/kualifikasi personalitas, dan etika.
Dalam hal klasifikasi, tafsir terbagi ke dalam empat kelompok yang lahir
dari paduan Tafsir bi al-Riwayah dan Tafsir bi al-Dirayah. Keempat kelompok
tersebut mempunyai beberapa macam corak yang ditentukan oleh perbedaan
metode dan pendekatan seiring orientasi substansialnya.Perkembangan tafsir,
mulai Nabi, sahabat, sampai tabi’in, masih didominasi oleh pendekatan bi al-
Ma’tsur, yang menekankan pada aspek sumber-sumber riwayah dan kebahasaan.
Masuknya pemikiran israiliyyat.
a) Pengertian mufassir
وراض نفسه علي, قدر الطاقة, بتالوتهOالمفسّر هو من له أهلية تا ّمة يعرف بها مراد هللا تعالى بكالمه المتعبّد
ومارس التفسير عمليا ً بتعليم أو تأليف, مع معرفته جمال كثيرة من تفسير كتاب هللا,مناهج المفسرين
“Mufassir adalah orang yang memiliki kapabilitas sempurna yang
dengannya ia mengetahui maksud Allah ta‘ala dalam Al-Quran sesuai
dengan kemampuannya. Ia melatih dirinya di atas manhaj para mufassir
dengan mengetahui banyak pendapat mengenai tafsir Kitâbullâh. Selain
itu, ia menerapkan tafsir tersebut baik dengan mengajarkannya atau
menuliskannya.”
b) Adab yang harus dimiliki mufasir menurut Syaikh Thahir Mahmud
Muhammad Ya‘kub juga mengemukakan syarat yang berkaitan dengan
sifat-sifat mufassir. Syarat-syarat terpenting tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Akidah yang shahih dan pemikiran yang bersih
2. Maksud yang benar dan niat yang ikhlas
3. Mentadabburi dan mengamalkan Al-Quran secara mendalam
4. Mengetahui pokok-pokok ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran Al-
Karim dan tafsirnya, seperti ilmu qiraah, asbâb an-nuzûl, nâsikh dan
mansûkh
5. Bersandar pada naql (penukilan) yang benar
6. Mengetahui bahasa Arab dan uslubnya
7. Tidak segera menafsirkan berdasarkan bahasa sebelum menafsirkan
berdasarkan atsar
8. Ketika terdapat beragam makna i‘rab, wajib memilih makna yang
sesuai dengan atsar yang shahih sehingga i‘rab mengikuti atsar
9. Mengetahui kaidah-kaidah yang dikemukakan salafush shalih untuk
memahami dan menafsirkan Al-Quran
10. Mengetahui kaidah-kaidah tarjîh menurut para mufassir
11. Tidak membicarakan secara panjang lebar perkara-perkara yang hanya
diketahui oleh Allah, misalnya asma’ dan sifat-Nya, serta tidak terburu-
buru dalam menetapkan sifat Allah ta‘ala dari Al-Quran Al-Karim.
12. Berlepas diri dari hawa nafsu dan ta‘ashub madzhabi
13.Tidak mengambil tafsir dari ahli bid’ah, seperti Mu‘tazilah, Khawarij,
para pentakwil sifatAllah, dan sebagainya.
14.Menghindari israiliyat
15.Menjauhi masalah-masalah kalamiah dan pemikiran-pemikiran filsafat
yang jauh dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta berkontradiksi dengan
keduanya
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ْسقَ ُموا أَبَدًا َوإِنَّ لَ ُك ْم أَنْ ت َْحيَ ْوا فَاَل تَ ُموتُوا أَبَدًا َوإِنَّ لَ ُك ْم أَن ْ ََص ُّحوا فَاَل ت ِ يُنَا ِدي ُمنَا ٍد إِنَّ لَ ُك ْم أَنْ ت
َْ { َونُودُوا أن:سوا أَبَدًا فَ َذلِكَ قَ ْولُهُ َع َّز َو َج َّل ُ ت َِشبُّوا فَاَل تَ ْه َر ُموا أَبَدًا َوإِنَّ لَ ُك ْم أنْ تَ ْن َع ُموا فاَل تَ ْبأ
َ َ َ
} َتِ ْل ُك ْم ا ْل َجنَّةُ أُو ِر ْثتُ ُموهَا بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون
Penafsiran al- Qur’an oleh sahabat dengan menggunakan al- Qur’an sangat
banyak contohnya. Salah satu contoh sahabat menafsirkan menggunakan al-
Qur’an adalah:
سمعت خالد بن: قال، عن سماك بن حرب، ثنا شعبة: قال، ثنا محمد بن جعفر: قال،حدثنا ابن المثنى
( َو َج َع ْلنَا ال َّس َما َء: قال، هو السماء: والسقف المرفوع: سمعت عليًّا يقول:قال ،عُرْ عرة
) َْرضُون ْ ً ُ
ِ َمحْ فوظا َوهُ ْم عَن آيَاتِهَا ُمع ً ْ
َسقفا
“Ibnu Matsna bercerita kepadaku, dia berkata: Muhammad bin Ja’far bercerita
kepadaku, dia berkata: dari Samak bin harb, dia berkata: saya mendengar dari
Khalid bin ‘Ur’Urah, dia berkata: Aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata:
al- saqf dalam ayat wa al- saqf al- marfū` memiliki arti al- samā’ yaitu
langit.Kemudian Ali membaca surat al- Anbiya ayat 32.”
c) Tafsir Tabi’in
Artinya: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa"Penafsiran kata muttaqin dalam ayat di atas, dengan
menggunakan kandungan ayat berikutnya menjelaskan bahwa yang dimaksud
adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun
maupun diwaktu sempit, dan orang-orang yang memaafkan.
Pada ayat berikutnya, “ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mempunya
pikiran” (QS Sha’d ayat 29).
Berkaitan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil Al Jamali
menjelaskan hakekatnya al-Qur’an merupakan khazanah yang besar untuk
kehidupan dan kebudayaan manusia terutama bidang kerohanian. Ia pada
umumnya meruapakan pedoman Pendidikan kemasyarakatan, moral dan
spiritual (kerohanian).
)من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل هللا حتى يرجع (رواه الترمذى
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk
golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia
sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi)
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan
hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah
laku.Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT
dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai
khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang
sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun
juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban,
terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi
manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk
menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya berikut, “…’Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” [Q.S Al-Baqarah(2):
30]. Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan
dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya
kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang memiliki tugas
sebagai pemimpin dibumi Allah.
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan
hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan
filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan
maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan
sifat-sifat utama dan takwa.
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para
ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk
beribadah kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem pendidikan nasional,
pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam
justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar
diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa,
tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin
bagi orang beriman dan bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama).
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa,
maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri.Inti dari makna takwa ada
dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang
dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti
aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah
adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan
profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang
yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil
sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi
pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang
yang bertaqw
b. Pendidik
Dalam Al Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 67 :
يا أيها الرسول بلغ ما أنزل اليك من ربك وان لم تفعل فما بلغت رسالته وهللا يعصمك من الناس ان هللا ال يهدى
القوم الكفرين
ون باهللOOOOر وتؤمنOOOOون عن المنكOOOOالمعروف وتنهOOOOأمرون بOOOOاس تOOOOرجت للنOOOOة اخOOOOير امOOOOكنتم خ
Artinya :“Kami adalah umat terbaik yang dipersembahkan buat manusia,
mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka berbuat tidak baik
serta beriman kepada Allah.” (QS Al-Imran : 110)
Teladan itu akan tetap lestari selama langit dan bumi ini lestari,
kepribadian Rosululloh SAW sesungguhnya bukanlah hanya teladan buat
suatu masa, satu generasi satu bangsa, satu golongan atau satu lingkungan
tertentu. Ia merupakan teladan universal buat seluruh manusia dan seluruh
generasi.
Beliau diutus buat seluruh makhluk dan seluruh manusia kapan pun ia lahir,
buat seluruh generasi dan buat seluruh tempat. Teladan yang abadi, yang
tidak akan habis-habis berkurang atau rusak.
C. Muatan Kurikulum
Selain komponen tujuan dan pendidik dalam Al-Qur’an terdapat juga muatan
kurikulum yang harus disajikan menurut kala’mullah. Contoh kisah Luqman
dalam memberi pengajaran kepada anaknya sangat jelas materi/muatan yang
diajarkan berupa:
2. Pendidikan Akhlak ( Berbuat baik terhadap kedua orang tua dan dan
melakukan kebaikan terhadap sesama tidak berbuat sombong
( ْمةَ أ َِن ا ْش ُك ْر لِلَّ ِه َو َم ْن يَ ْش ُك ْر فَِإمَّنَا يَ ْش ُكُر لَِن ْف ِس ِه َو َم ْن َك َفَر فَِإ َّن اللَّهَ َغيِن ٌّ مَحِ ي ٌد ِ
َ َولََق ْد آ َتْينَا لُْق َما َن احْل ك
ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
)١٣( يم ٌ ) َوإ ْذ قَ َال لُْق َما ُن البْنه َو ُه َو يَعظُهُ يَا بُيَنَّ ال تُ ْش ِر ْك باللَّه إ َّن الش ِّْر َك لَظُْل ٌم َعظ١٢
Terjemah Surat Luqman Ayat 12-13
12. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang
siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi
Maha Terpuji.”
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat 14-15: Pentingnya seorang bapak memperhatikan
pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami,
dan perintah menaati kedua orang tua selama isinya bukan
maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْصالُهُ يِف َع َامنْي ِ أ َِن ا ْش ُك ْر يِل َول َوال َدي
َّك إِيَل َ صْينَا اإلنْ َسا َن بَِوال َديْه مَحَلَْتهُ أ ُُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف
َّ َو َو
ِ ك بِِه ِع ْلم فَال تُ ِطعهما وص ِ
ُّ احْب ُه َما يِف
الد ْنيَا َ َ َ ُْ ٌ َ َس ل ِ يِب َ ) َوإِ ْن َج١٤( ُالْ َمصري
َ اه َد َاك َعلى أَ ْن تُ ْشر َك َما لَْي
)١٥( اب إِيَلَّ مُثَّ إِيَلَّ َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأَُنبِّئُ ُك ْم مِب َا ُكْنتُ ْم َت ْع َملُو َن ِ ِ
َ َم ْعُروفًا َواتَّب ْع َسب
َ َيل َم ْن أَن
Terjemah Surat Luqman Ayat 14-15
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada
Aku kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat 16-19: Penjelasan tentang luasnya ilmu Allah Subhaanahu wa Ta'aala,
pentingnya menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi Allah Subhaanahu
wa Ta'aala) ke dalam diri anak, pentingnya mengajarkan anak akhlak yang
mulia dan mengingatkan kepadanya agar menjauhi akhak tercela.
ال َحبَّ ٍة ِم ْن َخْر َد ٍل َفتَ ُك ْن يِف َ ك ِم ْث َق ُ َيَا بُيَنَّ إِنَّ َها إِ ْن ت
ات أَو يِف األر ِ ِ هِب ِ السماو
( ٌيف َخبِري ٌ ض يَأْت َا اللَّهُ إِ َّن اللَّهَ لَ ِط ْ ْ َ َ َّ ص ْخَر ٍة أ َْو يِف َ
) يَا بُيَنَّ أَقِ ِم١٦ اصرِب ْ َعلَى َما و ِ
ر ك
َ ن مْل ا ِ
ن
ْ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َّ
ْ ع ه ن
ْ ا و وفِ الصال َة وأْمر بِالْمعر
ش ِ َّْاس َوال مَتِ َّك لِلنَ ص ِّع ْر َخد ت ال و ) ١٧ ( ِ
ر و األم مِأَصابك إِ َّن ذلِك ِمن عز
َ َ ُ ُ َْ ْ َ َ َ َ َ
َ ِص ْد يِف َم ْشي ِ ْ)واق١٨( ب ُك َّل خُمْتَ ٍال فَخو ٍر ِض مرحا إِ َّن اللَّه ال حُي
ك َ ُ ُّ َ ً َ َ ِ األر ْ يِف
)١٩( ت احْلَ ِم ِري و ص ل
َ ِ ك إِ َّن أَنْ َكَر األصو
ات ِوا ْغضض ِمن صوت
ُ َْ َْ َ َْ ْ ْ ُ َ
Terjemah Surat Luqman Ayat 16-19
16. (Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah
akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti.
17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang
ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri.
19. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.