Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN TAFSIR

METODE PENELITIAN TAFSIR IJMALI DAN APLIKASINYA


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Dosen Pengampu: Dr.H. Badruddin, M.Ag

Di susun Oleh :

1.Indra Apriansyah ( 191320105 )


2. Deden Ibrahim ( 191320109 )
3. Ahyar (191320102)

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Metode Penelitian Tafsir Ijmali dan Aplikasinya”. Sholawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan
kebaikan dan kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima
kritik dan saran dari semua pihak.

Serang, 14 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Pengertian Tafsir IJMALI. .................................................................................5
B. Metode – metode tafsiir IJMALI........................................................................6
C. Pandangan dan pengaplikasian tafsir Tafsir IJMALI.........................................8

BAB III...........................................................................................................................15
Penutup...........................................................................................................................15
KESIMPULAN..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia dijadikan sebagai hudan,
bayyinah, dan furqan. Al-Qur’an selalu dijadikan sebagai pedoman dalam setiap
aspek kehidupan dan al-Qur’an merupakan kitab suci ummat Islam yang selalu
relevan sepanjang masa. Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk yang
diberikannya kepada umat manusia dalam aspek kehidupan. Inilah sebabnya untuk
memahami al-Qur’an di kalangan ummat Islam selalu muncul di permukaan, selaras
dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi. Allah berfirman:
‫إِ َّن هَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ْق َو ُم‬
“sesungguhnya al-Qur’an memberi petunjuk kepada [jalan] yang lebih lurus”
Footnote1 (Q.S Al Isra' (17) ayat 9)

Agar fungsi al-Qur’an tersebut dapat terwujud, maka kita harus menemukan makna
firman Allah SWT saat menafsirkan al-Qur’an. Upaya untuk menafsirkan ayat-ayat
Qur’an untuk mencari dan menemukan makna- makna yang terkandung di dalamnya.
Muhammad Arkon, seorang pemikir Aljazair kontemporer, menulis bahwa “al-Qur’an
memberikan kemungkinan- kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang diberikan
oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah
mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka [untuk diinterpretasi] baru, tidak pernah
pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal1. Tafsir sebagai usaha untuk memahami
dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci mengalami perkembangan
yang cukup bervariasi. Katakan saja, corak penafsiran al-Qur’an adalah hal yang tak
dapat dihindari. M.Quraish Shihab, mengatakan bahwa corak penafsiran yang dikenal
selama ini, antara lain:
[a] corak sastra bahasa,
[b] corak filsafat dan teologi,

[c] corak penafsiran ilmiah,


1
M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’an.( Bandung: Mizan 1992). hlm. 72.
[d] corak fiqih atau hukum,
[e] corak tasawuf,
[f] bermula
pada masa Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905), corak-corak tersebut mulai
berkembang dan perhatian banyak tertuju kepada corak satra budaya kemasyarakatan.
Yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur’an
yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat …dengan mengemukakan
petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah didengar2

Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap al-Qur‟an dalam


sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan
menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi
sosial sang mufasir. Salah satu metode penafsiran yang telah digunakan oleh sebagian
mufasir dalam sejarah penafsiran umat Islam adalah metode Ijmali, seperti yang akan
diuraikan dalam tulisan ini. Metode tafsir ijmali merupakan salah satu dari 4 metode
penafsiran (maudlu‟i, muqaran dan tahlili) yang pernah berkembang di kalangan umat
Islam dan diterapkan menjadi beberapa kitab tafsir.

B. Rumusan masalah :
1. Apa itu tafsir ijmali ?
2. Apa sajakah metode – metode tafsir ijmali ?
3. Bagai manakah cara pengaplikasian tafsir ijmali ?
C. Tujian penulisan :
1. Mengetahui penertian dari tafsir ijmali.
2. Paham akan metode – metode tafsir ijmali.
3. Tau bagai amana pengaplikasian tafsir ijmali.

BAB II
2
Ibid. hlm. 72-73
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tafsir Ijmali


Tafsir secara bahasa mengikuti wazan taf`il, berasal dari akar kata al-fasr
(f,s,r) yang berarti menjelaskan,menyingkap dan menampakkan atau menerangkan
makna yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan daraba yadribu dan nasara
yansuru. Dikatakan fasara (asy-syai`a) yafsiru dan yafsuru, fasran dan fassarahu
artinya abaanahu (menjelaskannya). Kata at-Tafsir dan al-fasr mempunyai arti
menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam Lisanul Arab dinyatakan kata al-
fasr berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata at- tafsir berarti
menyingkapkan maksud sesuatu lafaz yang musykil, pelik. Tafsir secara Bahasa
berarti menerangkan dan menjelaskan.3 Al-Qaththan menjelaskan bahwa arti tafsir
secara Bahasa adalah menyingkap.4
Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah Ilmu
yang membahas tentang cara pengucapan lafaz- lafaz Al-Qur`an, tentang petunjuk-
petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun
dan makna- makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain
yang melengkapinya. 3 Pengertian tafsir mengandung arti, pengetahuan atau ilmu
yang berkenaan dengan kandungan Al-Qur`an dan ilmu-ilmu yang dipergunakan
untuk memperolehnya, atau sebagai cara kerja ilmiah untuk mengeluarkan pengertian-
pengertian, hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Qur`an.5
Izin menambahkan,Quraish Shihab menerangkan bahwa penggunaan metode
ijmali oleh para penafsir Al-Qur'an bertujuan untuk menghidangkan makna-makna
dalam Al-Qur'an dan menyajikan suasana Qurani, tanpa larut di dalam penjelasan
asbabun an-nuzul atau bahkan munasabah. Islah Gusmian juga berpendapat yang
hampir sama. Meskipun, dalam karyanya tersebut ia lebih cenderung menyebut ijmali
ini sebagai salah satu bentuk penyajian tafsir dengan menjadikan jenisnya yang lain,
lawan dari ijmali, yaitu terperinci (arab: tafshili).

Metode Penafsiran Ijmali Secara harfiah, kata ijmali berasal dari ajmala yang
berarti menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Maka tafsir ijmali dapat diartikan
kepada penjelasan maksud ayat al-Qur‟an secara umum dengan tidak

3
Adib bisri dan Munawir AF, Al Bisri kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999),hlm. 568.
4
Manna Khalil Al-Qaththan, Studi ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm457.
5
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar Nusa, 2013),hlm. 455-456
lihat juga Muhammad Husain Az-Zahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirun, hlm. 12
memperincinya, atau penjelasan singkat tentang pesan-pesan Ilahi yang terkandung
dalam suatu ayat.

Tafsir ijmali yaitu, penafsiran al-Quran dengan uraian singkat dan global,
tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian
singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti
yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Quran, ayat demi ayat dan
surat demi surat, sesuai urutannya dalam mushaf dalam kerangka uraian yang mudah
dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh
dan orang pertengahan keduanya. 6

Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Quran dengan lafazh


al-Quran, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirannya tidak jauh dari konteks
al-Quran. Kadang kala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat,
peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadist Rasulullah atau
pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian, dapatlah diperoleh pengetahuan
yang sempurna dan sampailah ia kepada tujuannya dengan cara yang mudah serta
uraian yang singkat dan bagus.
Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekadar
ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam dan
berwawasan luas, sehingga masih menyisakan sesuatu yang dangkal, karena
penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur‟an, sehingga
membaca tafsir yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca
ayat al-Qur‟an. Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali
tidak jauh berbeda dengan ayat yang ditafsirkan.7

Biasanya,untuk membedakannya dengan metode tahlili, metode ini memiliki


ciri misalnya menafsirkan ayat dengan mengelompokkan kelompok ayat secara
berututan. Misalnya, ayat 1-10. Kemudian, penafsir biasanya langsung fokus kepada
apa saja makna dari sebuah ayat dan korelasinya antara satu ayat dengan ayat lain.
Kemudian, untuk mendukung penafsiran, dihadirkan sejumlah riwayat dengan jumlah
yang tidak terlalu banyak, dan langsung menjelaskan maksud dari ayat/kelompok ayat
6
. Kadar M. Yusuf, Studi al-Quran (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.145.

7
7. Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an (Pustaka Pelajar, Yogyakarta), hlm.1998
tersebut. Kemudian, biasanya diakhiri dengan kesimpulan hukum atau apa pelajaran
yang bisa diambil.8

Tafsir ijmali yaitu menafsirkan Al-Qur`an secara singkat dan global. Dengan
metode ini, mufassir berupaya menjelaskan makna-makna Al-Qur`an dengan uraian
singkat dan bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh semua orang, mulai
dari

orang yang berpengetahuan luas sampai orang yang berpengetahuan sekadarnya. Hal
ini dilakukan terhadap ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan urutannya
dalam mushaf sehingga tampak keterkaitan antara makna satu ayat dan ayat yang lain,
antara satu surat dengan surat yang lain. Dengan metode ini, mufassir berupaya pula
menafsirkan kosa kata Al-Qur`an dengan kosa kata yang ada dalam Al-Qur`an
sendiri, sehingga para pembaca yang melihat uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks
Al-Qur`an, tidak keluar dari muatan makna yang dikandung oleh kosakata serupa
dalam Al-Qur`an, dan adanya keserasian antara bagian Al-Qur`an yang satu dan
bagian yang lain.
Metode ini lebih jelas dan lebih mudah dipahami para pembaca. Ketika
menggunakan metode ini, para mufassir menjelaskan Al-Qur`an dengan bantuan
Asbab Al-Nuzul, peristiwa sejarah, Hadis Nabi, atau pendapat ulama. 9 Para pakar
menganggap bahwa metode ijmali merupakan metode yang pertama kali lahir dalam
sejarah perkembangan metodologi tafsir. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
pada era Nabi SAW.dan para sahabat, persoalan Bahasa, teruatama Bahasa Arab
bukanlah menjadi penghambat dalam memahami al- Qur`an. Tidak saja karena
mayoritas sahabat adalah orang Arab dan ahli Bahasa Arab, tetapi juga mereka
mengetahui secara baik latar belakang turunnya (asbab al-Nuzul) ayat dan bahkan
menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi umat islam ketika ayat
Al-Qur`an turun.
Realitas sejarah yang demikian sangat kondusif dalam menyuburkan
persemaian metode Ijmali, karena sahabat tidak memerlukan penjelasan yang rinci
dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana, sebagaimana yang
dilakukan beliau ketika menafsirkan kata Zulm dengan Syirk. Boleh dikatakan bahwa

8
Sumber : Herlambang, Saiffudin. Pengantar ilmu tafsir, Yogyakarta : Samudera biru, 2020, hlm. 66-67.

9
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu`I (ter), (Bandung: Pustaka setia, 2002), hlm. 38.
pada awal-awal islam metode ijmali menjadi satu-satunya opsi dalam memahami dan
menafsirkan Al-Qur`an. Prosedur metode Ijmali yang praktis dan mudah dipahami
rupanya turut memotivasi ulama tafsir belakangan untuk menulis karya tafsir dengan
menerapkan metode ini. Di antara mereka adalah Jalal al- Din al-Mahalli (w.864H)
dan Jalal al-Din al-Suyuthi (w.911 H) yang mempublikasikan kitab tafsir yang sangat
popular dengan
judul tafsir al-Jalalain. Lebih jauh, akar dari metode penafsiran ini barangkali
merujuk pada karya tafsir yang diatributkan kepada sahabat `Abd Allah bin Abbas,
Tanwir al-Miqbas fi Tafsir ibn Abbas, yang ditulis oleh al-Fairuzzabady (w.1414
M).10
2. Ciri ciri Metode Ijmali
Metode ijmali berbeda jauh dengan metode komparatif maupun metode
tematik. Kedua metode tersebut lebih populer di kalangan dunia tafsir, sementara
metode ijmali tidak sepopuler kedua metode tersebut. Ciri khas metode ijmali, antara
lain:
1. Mufasir langsung menafsirkan setiap ayat dari awal sampai akhir, tanpa
memasukkan upaya perbandingan dan tidak disertai dengan penetapan judul,
seperti yang terjadi pada metode komparatif (muqaran) dan metode maudhu‟i
(tematik).
2. Penafsiran yang sangat ringkas dan bersifat umum, membuat metode ini lebih
sanat tertutup bagi munculnya ide-ide yang lain selain sang mufasir untuk
memperkawa wawasan penafsiran. Oleh karena itu, tafsir ijmali dilakukan secara
rinci, tetapi ringkas, sehingga membaca tafsir dengan metode ini mengesankan
persis sama dengan membaca al-Qur‟an.
3. Dalam tafsir-tafsir ijmali tidak semua ayat ditafsirkan dengan penjelasan yang
ringkas, terdapat beberapa ayat tertentu (sangat terbatas) yang ditafsirkan agak
luas, tetapi tidak sampai mengarah pada penafsiran yang bersifat analitis. Artinya,
walaupun ada beberapa ayat yang ditafsirkan agak panjang, hanya sebatas
penjelasan yang tidak analitis dan tidak komparatif.11

Kelebihan dan Kelemahan Metode Tafsir Ijmali

10
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007),hlm. 47-48.
11
Nashrudih baidan, Metode Penafsiran al-Qur‟an, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hal 6
Metode tafsir ijmali. Metode tafsir Ijmali adalah metode tafsir yang telah
digunakan oleh Nabi Muhammad sebagai al-Mufassir al Awwal untuk
menafsirkan al-Qur`an dengan cara singkat dan global, metode ini digunakan agar
pesan yang tersirat dalam ayat-ayat al-Qur`an dapat dipahami dengan mudah dan
gampang oleh umat Islam.
Kelebihan nya yaitu ;
a. Memiliki karakter yang simplistis dan mudah dimengerti
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israiliyat
c. Lebih mendekati bahasa Al-Qur`an
2. Kelemahan nya ;
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang
memadai.12
Contoh metode ijmali yaitu Tafsir Al-jalalain, karya Jalal al-Din al Suyuthi dan
Jalal al-Din al-Mahally.
Tafsir sebagai produk pemahaman manusia terhadap teks ayat-ayat Al-Qur`an,
tentu tidak lepas dari kelebihan dan kelemahannya, demikian juga dengan metode
tafsir Ijmali, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan yang kalau kita analisa akan
saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut kelebihan dan
kelemahan metode tafsir Ijmali:
1. Kelebihan
a. Memiliki karakter yang simplistis dan mudah dimengerti
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israiliyat
c. Lebih mendekati bahasa Al-Qur`an
2. Kelemahan
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.13
Kitab Tafsir yang menggunakan Metode Tafsir Ijmali

12
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007)hlm. 37

Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar Nusa, 2013),hlm. 462-465.
13

Lihat juga Dr. Thameem ushama, Metodologi Tafsir


Al-Qur`an, 31-33.
Di antara kitab Tafsir yang menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Tafsir Al-jalalain, karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al- Din al-Mahally.
2. Tafsir Al-Qur`an al-Azhim karya Muhammad Farid Wajdi.
3. Shafwah al-bayan li Ma`any Al-Qur`an karya Syaikh Hasanain Muhammad
Makhluf
4. Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibnu Abbas karya Ibnu Abbas yang dihimpun al-
Fairuz abady
5. Tafsir al-Wasith, produk lembaga Pengkajian Universitas al- Azhar Mesir,
karya suatu komite Ulama
6. Al-Tafsir al-Muyassar karya Syaikh Abd al-jalil Isa
7. Al-Tafsir al-Mukhtashar, produk Majelis Tinggi Urusan Umat Islam, karya
suatu komite ulama.14
Contoh penerapan metode Tafsir Ijmali
Langkah-langkah yang ditempuh para mufassir dalam penafsiran metode Ijmali:
1. Membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang tertuang dalam mushaf.
2. Mengemukakan arti global yang dimaksud oleh ayat tersebut
3. Makna yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam
rangkaian ayat (ayat diletakkan di antara dua tanda kurung, sementara tafsirnya
diletakkan di luar tanda kurungtersebut)
Atau menurut pola yang diakui oleh jumhur Ulama dan mudah dipahami semua
orang.

Bahasa yang digunakan, diupayakan lafaznya mirip bahkan sama dengan lafaz yang
digunakan Al-Qur`an (dalam bentuk Sinonim) 15

Contoh penafsiran Ijmali dapat kita lihat pada tafsir al Jalalain, yang hanya
membutuhkan beberapa baris saja saat menafsirkan lima ayat pertama di dalam surat
al Baqarah. Al Jalalain saat menafsirkan Firman Allah QS al-Baqarah :1
memaparkan “‫ ”الم‬misalnya dia berkata Allah Yang Maha Tahu maksudnya.
Demikian pula halnya saat menafsirkan Firman Allah “‫اب‬ll‫ ”الكت‬hanya menyatakan
yang dibaca oleh Muhammad SAW. “‫( ”ال ريب فيه‬la syakka) berfungsi sebagai
predikat dan subjeknya adalah “‫”هدى‬. “‫ ”ذالك‬berfurngsi sebagai predikat kedua bagi “
14
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007)hlm., 48
15
Sumber : Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman,
(Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), 48
‫ ”ذالك‬yang mengandung arti memberi petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Dapat kita
lihat dalam kitab Tafsir Al-Qur`an, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas yang
dihimpun al-Fairuzabady.16

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan:

Pada akhirnya, penulis mengatakan bahwa tafsir ijmali merupakan metode tafsir yang
sebagian besar para ahli tafsir menggunakannya untuk berkhidmat pada kitab Allah ta'ala.
Para ahli tafsir tidak meninggalkan sesuatu yang mempedalam/memperluas ruan
pemahaman ayat melainkan mereka akan menggunakan metode itu atau mengikut

16
Muhammad Mutawali, Tafsir Ijmali Sebagai Metode Tafsir Rasulullah, Artikel tafsir ijmali.pdf Version: 1
Submitted: October 29, 2017 | Last edited: July 02, 2018. hal 10
sertakapenjelasan itu. Akan tetapi ada perbedaan di antara mufassir itu merupakan
sunnatullah.Di antara ahli tafsir ada yang menjelaskan tafsirnya secara luas (komprehensif),
ada pula yang menjelaskan secara ringkas dan padat. Pada zaman kontemporer ini, ada
penambahan dalam bab atau penjelasan dalam tafsir. Zaman ini telah memberikan saham
dalam menjelaskan nash al-Qur'an yang sesuai dengan tabiat zamannya. Muncul di zaman ini
tafsir ilmi, yang merupakan bukti kebenaran firman Allah S.W.T. dalam bidang ilmi.Allahu
a'lam.

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan al-Qur’an.( Bandung: Mizan).

Adib bisri dan Munawir AF, 1999, Al Bisri kamus Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progresif,),

Manna Khalil Al-Qaththan, 2008, Studi ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, ( Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,)
Manna Khalil al-Qaththan, 2013, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar
Nusa,)

Abdul Hayy Al-Farmawi, 2002, Metode Tafsir Maudhu`I (ter), (Bandung: Pustaka
setia,),
Ahmad Syukri Saleh, 2007, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam
pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press )
Hendriadi, Tafsir Al-Qur’an: Kajian Singkat atas Metode Tafsir Ijmali
Manna Khalil al-Qaththan, 2013. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar
Nusa,)
Ahmad Syukri Saleh, 2007, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam
pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press,),

Anda mungkin juga menyukai