Prodi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah(STIT) Makrifatul Ilmi
Bengkulu Selatan
Bungamas386@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Takwil, interpretation, and translation are disciplines that explain the contents of the
Qur'an. Takwil focuses more on explaining the meaning of the Qur'an, while interpretation
focuses more on explaining its pronunciation. And translation transfers words from one language
that are synonymous with another. From a historical point of view, a thorough interpretation of
the Koran was only carried out at the beginning of the fourth century. After that, other
interpretation of the Koran with a new approach. One of these scientists is Abdullah Saeed. In
this regard Saeed sees that today there has been a significant change in human history.
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tema dalam Ulum Al-Qur’an yang amat urgen bagi para da’i atau mubaligh para
pelajar dan mahasiswa muslim pada khususnya dalam menyampaikan risalah Allah swt adalah
kewajiban faham akan bahasa arab, yang merupakan satu alat yang mempunyai fungsi
untuk memahami apa yang terkandung atau pesan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Kita tidak
akan mampu memahami pesan yang terkandung bahkan rahasia-rahasia yang terdapat dalam Al-
Qur’an kalau kita tidak mengerti bahasa arab.
Disamping itu, kita harus bisa memahami akan kaidah-kaidah cara memahami bahasa arab
tersebut supaya orang yang membaca karya kita atau yang mendengarkan informasi yang kita
fahami dalam Al-Qur’an kita kita sampaikan mereka dapat dipahami oleh para pembaca maupun
para mustami’. Lebih jauhnya kalau kita memahami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an perlu
ilmu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, itu merupakan gambaran kecil mengenai
beberapa masalah yang sedang kita hadapi sekarang-sekarang ini. Al-Qur’an adalah mukjizat
Allah yang amat besar yang diberikan kepada rosul-Nya yang mempunyai kandungan, pesan,
bahkan rahasia-rahasia yang tersirat yang hanya dapat difahami kalau kita tahu akan ilmunya.
Pemahaman seseorang dalam memahami jelas tidak sama meskipun mungkin mereka sama-
sama hafal Al-qur’an, hafal berbagai hadits dan kaidah-kaidah ushul fiqih dan bahasa. Apalagi
kalau temanya mengenai penafsiran dan penakwilan, disitu akan jelas kelihatan mana yang
masih dalam keadaan umi dan mana orang yang sudah bisa mencapai dzakiyang sudah faham
dan mengerti kandungan dan rahasia-rahasia Al-Qur’an. Oleh karenanya penulis khususnya
merasa amat penting mengetengahkan tema mengenai Tafsir, Ta’wil dan Terjemah beserta
otoritasnya agar kita bisa memahami dan tau sedikit banyaknya mengenai isi dan rahasia-rahasia
yang terkandung didalamnya.sehingga di makalah ini terdapat focus pembahasan :
B. Fokus pembahasan
1. Pengertian Tafsir, Ta’wil Dan terjemahan Al-Qur’an
BAB IIPEMBAHASAN
Kata tafsir dalam al-qur’an diungkapkan pada satu surat dan hanya dan hanya terdapat
dalam satu ayat, diamana kata tersebut dalam ayat itu artinya al-‘idlah atau al-
bayan ( penjelasan ) . ayat yang dimaksud adalah :
ِArtinya : Tidaklah ( orang-orang kafir itu ) datang kepadamu ( membawa ) sesuatu yang
ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik
penjelasanya. ( QS: Al Furqon : 33 )
Ibnu Abbas berpendapat, bahwa makna dari kata تفس^^ير pada ayat tersebut adalah “
perinci “.
Secara Terminologi Menurut al-Kilabi dalam At-Tashil, tafsir adalah menjelaskan Al-
Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya, atau
dengan isyaratnya atau dengan tujuannya.
Menurut Syeh Al-Jazairi dalam shohib At-Taujih, tafsir pada hakikatnya adalah
dijelaaskan lapadz yang sukar difahami oleh pendengar, dengan mengemukakan lapadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah
lafadz tersebut.
Menurut Az-Zarkasyi dalam Mabahis Fi Ulumil Qur’an, tafsir adalah ilmu yang
digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada
nabi-Nya, Muhammad saw serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya
Ada yang mendevinisakan ilmu tafsir dengan: Artinya: suatu ilmu yang dibahsakan
didalamnya tentang keadaan-keadaan Al-Qur’an dan segi turunnya, segi sanadnya, segi cara
menyebutnya, segi lafadznya dan dan segi makna-maknanya yang berpautan dengan lafadz dan
hokum.
Dari rumusan-rumusan pengertian tafsir tersebut ada beberapa unsur pokok yang dapat
dikemukakakn, Yaitu :
a). pada hakekatnya, tafsir itu adalah menjelaskan maksud ayat-ayat al-qur’an yang sebagian
besar masih dalam bentuk yang sangat global.
b). Tujuanya adalah untuk memperjelas makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-
qur’an, sehingga apa yang dikehendakai allah SWT. Dalam firmanya dapat dihayati atau
diamalkan.
c). Sasranya adalah agar al-qur’an sebagai pedoman hidup dan hidayah dari Allah benar-benar
berfungsi sebagaimana tujuan al-qur’an diturunkan.
d). Sarana pendukung dalam menafsirkan al-qur’an meliputi berbagai ilmu yang berhubungan
dengan yang lain.
e). Upaya menafsirkan al-qur’an bukan untuk menafsirkan, bahwa secara pasti begitulah yang
dikehendaki Allah dalam firmanya itu, namun pencarian makna itu hanyalah semaya-mata untuk
memperoleh kebenaran menurut kemampuan manusia dengan segala keterbatasan ilmu yang
dimilikinya.
Menurut klasifikasinya tafsir itu ada dua klasifikasi yaitu adalah :
a). Tafsir bi al-ma’tsur menurut manna’ Khlil al-Qaththan adalah tafsir yang menjelaskan
riwayat-riwayat yang shohih menurut urutan yang telah disebutkan di dalam syarat-syarat
mufassir, diantaranya menafsirkan al-qur’an dengan al-qur’an atau dengan al sunnah, karena ia
merupakan penjelas bagi kitabnAllah atau dengan riwayat-riwayat yang diterima dari para
sahabat, sebab mereka lebih mengetahui tentang kitab Allah atau dengan riwayat-riwayat dari
para tabi’in krena mereka telah menerimanya dari para sahabat.
b). Tafsir bi al-ra’yi adalah suatu tafsir diamana mufassir dalam menjelaskan makna ayat
berdasarkan pada pemahaman dan istimbatnya dengan akal semata mata bukan didasarkan pada
pemahaman yang sesuai dengan ruh syariat.
Namun dimakalah kami tidak akan menerangkan secara detail tentang ini karena nanti
akan diterangkan pada makalah setelah kami.
2. Takwil
Secara etimologi takwil adalah menerangkan, menjelaskan, diambil dari kata awaala
yuawwilu ta’wilan. Al-Qathan dan Al-Jurjani berpendapat bahwa arti takwil menururt etimologi
adalah arruju ila ashli, yang mengandung arti kembali kepada pokoknya. Sedangkan ari
bahasanya menurut Al-Jarqoni sama dengan arti tafsir.
Secara terminologi takwil ialah memalingkan lafal dari maknanya yang tersurat kepada
makna lain ( batin ) yang dimiliki lafal itu, jika makna lain tersebut dipandang sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an dan al-Sunnah.
Adapun takwil secara etimologi dalam hal ini banyak para alim memberikan pendapatnya, antara
lain:
MenurutAl-Zurjani:
Artinya: memalingkan suatu lafadz dari makna lahirnya terhadap makna yang
dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan ketentuan Al-kitab
dan As-sunnah.
Ta’wil Adlah memendang kuat dari sebagian makna-makna tertentu yang terkadang
didalam ayat al-Qur’an dari sekian banyak makna yang ada.
Artinya: takwil adalah mngembalikan sesuatu pada tujuannya. Yakni menerangakan apa
yang telah dimaksud.
Menurut ulama salaf takwil sama dengan tafsir ialah menafsirkan dan menjelaskan makna
suatu ungkapan baik bersesuai dengan makna lahirnya ataupun bertentangan.
Sedangkan menurut para ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafadz dari
maknanya yang rojih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
Ringkasnya pengertian takwil dalam penggunaaan istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafadz-lafadz atau ayat-ayat Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau
maksud sebagai kandungan dalam maksud itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan
beberapa alternatif kandungan makna yang bukan mana lahiriahnya, bahkan penggunaan secara
mahsyur diidentikan dengan tafsir.
Bagi para ulama’ salaf, ayat-ayat mutasyabihat tidaklah begitu banyak, sebab mereka
mempunyai kemampuan untuk memahaminya dengan kedalaman bahasa arab yang dimilikinya.
Nemun setelah itu, lebih-lebih setelah kemampuan memahami bahasa arab semakin lenmah,
maka jumlah atau bilangan ayat-ayat mutasyabihat menjadi semakin banyak. Sehubungan
dengan itu, T. M. Hasbi al-Shiddieqiy mengatakan, bahwa memang kebanyakan ayat-ayat yang
disebut mutasyabihat itu oleh ulama’-ulama’ yang muncul belakangan disebabkan oleh lemahnya
dalam memahami bahasa arab.
` Perlu ditegaskan, bahwa ayat-ayat mutasyabihat itu lebih banyak menyangkut persoalan
kepercayaan atau keyakinan, yang didalamnya berhubungan dengan esktologi ( hal yang ghoib,
Akhirat ) . jadi, ayat-ayat mutasyabihat umumnya menyangkut soal akhidah.
3. Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau mengganti,
menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan terjemah al-qur’an adalah seperti yang dikemukakan oleh ash-shabuni; memindahkan al-
qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah dalam beberapa naskah
untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa arab, sehingga ia dapat memahami kitab Allah.
b). Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke dalam lafadz-
lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua
sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
“Terjemah Harfiah adalah mentransfer suatu perkataan dari bahasa satu kebahasa lain dengan
memperhatikan segi-segi kesesuain dalam hal aturan dan susunan serta menjaga orisinalitas
semua makna lafal yang terdapat pada bahasa asli yang deterjemahkan”.
Terjemah harfiyyah dibagi menjadi dua:
(1). Terjemah Harfiyyah bi l-misli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli
dengan sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat bahasa aslinya.
(2). Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa
asli ke dalam beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan makna dan segi sastranya,
menurut kemampuan bahasa baru serta kemampuan penerjemahnya.
Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik tarjamah harfiyah maupun
tarjamah tafsiriyah adalah:
a). Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik bahasa pertama
maupun bahasa terjemahnya;
b). Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari kedua
bahasa tersebut;
c). Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang dikehendaki oleh
bahasa pertama;
d). Hendaknya bentuk (sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah tidak
ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.
Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan ta’wil adalah sama
kata Al-Maturidy tafsir adalah menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat dan dengan
sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki Allah, maka ada dalil yang
membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang shohih. Kalau tidak dipandanglah tafsir
yang berdasarkan pikiran yang tidak dibenarkan, ta’wil ialah mentarjihkan salah satu makna
yang mungkin diterima ayat ,yakini salah satu mutamilad, dengan tidak menyakini bahwa
demikianlah yang sungguh-sungguh dikehendaki Allah.
Dikatakan tafsir yaitu apa yang terjadi jelas didalam kitabullah atau jelas didalam hadist
sohih, artinya itu jelas tampak, ta’wil yaitu apa yang disimpulkan oleh ulama, dalam hal ini ada
yang mengatakan bahwa tafsir itu istilah apa yang bersangkut dengan ayat sedangkan ta’wil
yaitu, apa yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan.
Adapun perbedaan tafsir dan ta’wil itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut;
TAFSIR TA’WIL
Kesimpulannya tafsir adalah pengertian lahiriyah dari ayat Al-Qur’an yang pengertiannya secara
tegas mengatakan maksud yang dikehendaki Allah… Azza wa jala… Sedangkan ta’wil
pengertian-pengertian tersirat yang diistimbatkan ( diproses ) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
memerlukan perenungan dan perkiraan, serta merupakan sarana pembuka tabir.
Terjemah baik harfiah maupun tafsiriyah bukanlah atau tidaklah sama dengan tafsir. Atau
dengan kata lain terjemah adalah bukan identik dengan tafsir. Antar keduanya terdapat sebuah
kesamaan. Persamaanya adalah bahwa baik tafsir maupun terjemahan tafsiriyah bertujuan untuk
menjelaskan. Tafsir menjelaskan suatu maksud yang semula sul;it dipahami, sedangkanm
terjemah adalah menjelaskan suatu makna dari suatu bahasa melalui suatu bahasa yang dapat
dipahami. Walaupun terdapat keasamaan diantara keduanya tetapi buka berarti persamaan itu
trerjadi secara mutlak. Oleh karena itu perlu diketahui inti-inti perbedaan diantara keduanya.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud adalah :
a). Bahasa tafsir sering keterkaitan dengan bahasa aslinya. Selain itu dalam tafsir tidak terjadi
peralihan bahasa, sebagaimana dalam terjemahan yaitu pemindahan bahasa dari bahasa yang satu
kebahasa yang lain. Dalam bahsa ini tidak lagi melekat lafal atau kosa kata bahasa pertama.
Bentuk bhasa pertama lepas sama sekali dari bahasa peretama yang diterjemahkan.
b). Dalam bahasa tafsir diutamakan adalah menyampaikan penjelasan dan pesan dari bhasa asli
yang pertama. Sedangkan dalam terjemahan tidak terdapat istithrad, yakni mencari uraian
melebihi kadar mencari padaan kata.
c). Dalam bahasa tafsir yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya penjelasan tepat
sasaran baik secara global maupun terperinci. Tidak demikian dengan terjemahan pada lezimnya
mengandung tun tuna terpenuhinya semua makna yang yang dikehendaki oleh bahasa pertama.
d). Dalam dunia penafsiran soal pengakuan sangatlah relatif, tergantung pada tafsir dan
kredibilitas mufassir ( orang ahli tafsir ). Dan dalam menafsirkan harus ditopang oleh argumen –
argumen al- quran Tetapi berbeda dengan terjemahan pada lazimnya mengandung adanya
tuntutan adanya pengakuan pengakuan yang dimaksud disisini adalah bahwa makna yang
dimaksud yang telah dialih bahasakan ke dalam bahasa kedua oleh penerjemah adalah makna
yang ditunjuk oleh pembicara bahasa pertama.
Sedangkan ta’wil adalah suatu ilmu yang berada dalam al-Qur’an yang dapat membantu
seseorang dalam memahami isi kandungan dan rahasia suatu ayat. Dengan adanya ilmu tersebut
seseorang dapat menjangkau sesuatu dengan ilmu pengetahuannya. Tidak sembarang orang
dapat menta’wilkan al-Qur’an melainkan orang-orang yang dapat menguasai ilmu bahasa dan
sastra Arab. Baik dalam ilmu nahwu sharaf badi’ ma’ani maupun bayannya.
Dan terjemah adalah suatu alat atau media yang dapat memberikan suatu pesan kepada
orang lain uantuk dia mengerti dari apa yang telah diterjemahkan dari al-Qur’an itu sendiri.
Degan terjemah tersebut akan membantu orang-orang yang kurang faham tentang bahasa Arab
yang notabene adalah bahasa al-Qur’an akan mengerti dan sedikitnya tau maksud atau pesan
yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut.
BAB IIIKESIMPULAN
Tafsir adalah ilmu al-Qur’an yang berfungsi sebagai pembuka hijab dari ketidak jelasan,
yang semula gelap akan menjadi terang dan yang telah terang menjadi lebih terang lagi. Rahasia-
rahasia yang ada dibalik ayat-ayatnya ditemukan dengan menggunakan ilmu tafsir.
Perbedaan antara ketiganya yaitu :Takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang dituntut itu sendiri dan
takwil dari khabar adalah esensi yang diberitakan.
Dikatakan tafsir adalah apa yang telah jelas didalamnya kitabullah atau tertentu (pasti)
dalam sunnah yang sohih karena maknanya telah jelas dan gamblang.
Sedangkan terjemah hanya merupakan pengalihan bahasa dari bahasa arab yang digunakan al-
qur’an kedalam bahasa lain.
Perbedaan yang amat jelas sekali dari kedua tafsir ini dibedakan atas sumbernya. Tafsir bi
al-ma’sur adalah metode penafsiran al-qur’an dengan menggunakan al-Qur’an, hadist, ataupun
perkataan sahabat rosul. Sedangkan tafsir bi al-ra’yi menggunakan akal pada umum penafsiranya
dan hanya sedikit pengambilan dalil dari qur’an dan hadis tapi lebih menekan pada pemikiran
dengan jalan berijtihad.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,1998.
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.
14