Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah pedoman ummat petunjuk dari Alloh SWT dan undang-undang Alloh untuk
kepentingan penduduk bumi. Al-Qur’an adalah pancaran Illahy dan petunjuk samawi serta undang-
undang yang integral serta menyeluruh lagi kekal abadi yang dapat menutupi seluruh aspek kehidupan
manusia baik urusan agama maupun urusan dunia. Tidaklah aneh lagi kalau Al-Qur’an adalah suatu kitab
yang lengkap dan fleksibel dan mencakup segala segi kehidupan manusia seutuhnya: segi akidah,
ibadah, akhlak, muamalah, politik dan hukum, untuk situasi damai atau perang, disamping masalah-
masalah perekonmian dan hubungan internasiaonal/antara negara. Al-Qur’an adalah kitab yang integral
diturunkan oleh Alloh sebagai penjelasan apa saja serta sebagai petunjuk rakhmat untuk orang-orang
yang beriman. Yang seluruh isinya tidak terdapat pertentangan ataupun kekurangan. Tidaklah asing lagi
bahwa kebahagiaan hidup tak akan tercapai kecuali dengan petunjuk-Nya, serta mematuhi apa yang
digariskan oleh-Nya. Dia adalah obat penyakit yang bersemayam dalam hati dan pemberantas penyakit
yang meradang pada masyarakat. Firman Allah Q.S. Al-Isra ayat 82:

ِ ‫َّم ْدحُوراً َم ْذ ُموما ً يَصْ الهَا َجهَنَّ َم لَهُ َج َع ْلنَا ثُ َّم نُّ ِري ُد لِ َمن نَشَاء َمافِيهَا لَهُ َعج َّْلنَ ا ْال َع‬
‫اجلَةَ ي ُِري ُد َكانَ َّمن‬

Artinya: “Dan Kami turunkan ddari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rakhmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah mnambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian.”

Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi manusia dalam
membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam Al-Qur'an sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri
yang melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi perubahan untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan, Zhulumat (di bidang akidah, hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya dll) kepada sebuah cahaya, Nur petunjuk ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan
kesentosaan hidup manusia, dunia-akhirat. Dari prinsip yang diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha
manusia muslim dikerahkan untuk menggali format-format petunjuk yang dijanjikan bakal
mendatangkan kebahagiaan bagi manusia. Nah dalam upaya penggalian prinsip dan nilai-nilai Qur'ani
yang berdimensi keilahian dan kemanusiaan itulah penafsiran dihasilkan.

Maka dari diktum itu pulalah, konsep tentang manusia dan identitasnya dalam menjabarkan misi
kekhalifahan dan ubudiyyah di muka bumi menjadi penentu yang determinan dalam proses mengkaji
dan memahami teks suci yang diyakini akan memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.

Tafsir merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita, bahkan di Indonesia sendiri kitab-kitab tafsir telah
dikaji di banyak pondok pesantren, ini merupakan satu tanda bahwa keilmuan tafsir dalan Negara kita
cukup membanggakan, selain itu Tafsir sendiri merupakan salah satu cara dimana kita bias memahami
Al-Qur’an, keberadaan tafsir ini begitu popular dimasyarakat mulai dari zaman Nabi saw sendiri dan
sampai sekarang, maka ini merupakan salah satu warisan ilmu yang perlu mendapatkan perhatian serius
demi kemashlahatan umat Islam dan perlu dikembangkan sesuai dengan tuntutan ilmu pengethuan dan
teknologi zaman. namun apakah sebenarnya tafsir itu? Untuk menjawab itu makalah ini disusun.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengetian tafsir, takwil, dan terjemah?

b. Apa macam-macam tafsir, takwil, dan terjemah?

c. Bagaimana perbedaan tafsir, takwil, dan terjemah?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian tafsir, takwil, dan terjemah

b. Untuk mengetahui macam-macam tafsir, takwil, dan terjemah

c. Mengetahui dan memahami lebih dalam tentang perbedaan tafsir, takwil, dan terjemah

1.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam makalah ini, dengan memaparkan pengertian dan perbedaan dari tafsir,
takwil, dan terjemah serta menjelaskannya. Untuk referensi yang dijadiakan rujukan diambil dari buku-
buku yang berhubungan dengan materi tafsir, takwil, dan terjemah serta artikel dari internet.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

1.4. Metode Penulisan

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah

2.1.1. Tafsir

2.1.2. Takwil

2.1.3. Terjemah
2.2. Macam – macam Tafsir, Takwil dan Terjemah

2.3. Perbedaan Tafsir, Takwil dan Terjemah

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

3.2. Saran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah

2.1.1. Pengertian Tafsir

Tafsir( ‫ ) تفسير‬menurut bahasa adalah penjelasan dan menerangkan, Tafsir berasal dari kata Al-Fasr’yang
berarti membuka dan menjelaskan sesuatu yang tertutup. Oleh karena itu dalam bahsa arab kata tafsir
berarti membuka secara maknawi dengan menjelaskan arti yang tertangkap dari redaksional yang
eksplisit (tersurat).

Tafsir juga diambil dari kata fassara( ‫ ) فَ َّس َر‬yang berarti keterangan atau uraian, Al-jurjani berpendapat
bahwa kata tafsir menurut pengertian bahasa al-kasyf wa al-izhar yang artinya menyingkap dan
melahirkan. Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa tafsir adalah menyingkapkan
maksud dari lafadz yang sulit dalam Al-Qur’an, didalam Al-Qur’an disebutkan tentangmakna tafsir :

َ َ‫ك إِاَّل بِ َمثَ ٍل يَأْتُون‬


‫ك َواَل‬ َ َ‫ق ِج ْئ ٰن‬
ِّ ‫ًاوأَحْ سَنَ بِ ْٱل َح‬
َ ‫تَ ْف ِسير‬

“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu perumpamaan, melainkan Kami
datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (QS. Al-furqaan:33)

Berdasarkan Firman Allah tersebut, Ibnu Abbas berpendapat bahwa makna lafadz tafsir diatas adalah
perincian.Hal ini mengacu pada istilah tafsir yang berarti keterangan dan perincian.

Jadi tafsir secara bahasa adalah menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan, memberikan perincian
atau menampakkan. Dengan kata lain, tafsir Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-
redaksi Al-Qur’an dengan memperhatikan pengertian untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT, sesuai dengan kadar kemampuan manusia.

Adapun tentang pengertian tafsir berdasarkan istilah, para ulama banyak memberikan komentar antara
lain sebagai berikut :
Menrut Al-Kilabidalam At-tashil

Tafsir adalah penjelasan Al-Qur’an dengan menerangkan makna dari apa yang dikehendaki nash, tujuan
(isyarat).

Menurut Syekh Al-Jazari

Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan kata yang sukardipahami oleh pendengar dengan jalan
mengemukakan salah satu lafadz yang bersinonim atau makna yang atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dilalahnya.

Menurut abu Hayyan

Tafsir adalah ilmu yang mengenai cara pengucapan lafazh Al-Qur’an serta cara mengungkapkan
petunjuk kandungan hukum dan makna yang terkandung didalamnya.

Menurut Az-Zarkasyi

Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna Al-Qur’an yang
diturunkan pada pada nabi Muhammad SAW, serta mengumpulkan kandungan dan hukum dan
hikmahnya.

Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang dikemukakan para ulama tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tafsir adalah suatu hasil yang tanggapan dan penalaran manusia untuk menyikapi nilai-nilai
samawi yang terdapt didalam Al-Qur’an.

2.1.2. Pengertian Ta’wil

Secara laughwi (etimologis) ta’wil berasal dari kata al-awl( ‫ أوّل‬- ‫) يؤوّل‬, artinya kembali; atau dari kata al
ma’al artinya tempat kembali; al- iyalah yang berarti al-siyasah yang berarti mengatur. Muhammad
husaya al-dzahabi , mengemukakan bahwa dalam pandangan ulama salaf (klasik), ta’wil memilki dua
pengertian :

Pertama : penafsirkan suatu pembicaraan teks dan menerangkan maknanya, tanpa mempersoalkan
apakah penafsiran dan keterangan itu sesuai dengan apa yang tersurat atau tidak.

Kedua : ta’wil adalah substansi yang dimaksud dari sebuah pembicaraan itu sendiri (nafs al- murad bi al-
kalam). Jika pembicaraan itu berupa tuntutan , maka tak’wilnya adalah perbuatan yang dituntut itu
sendiri. Dan jika pembicaraan itu berbentuk berita. Maka yang dimaksud adalah substansi dari suatu
yang di informasikan.

Sedangkan pengertian Ta’wil, menurut sebagian ulama, sama dengan Tafsir. Namun ulama yang lain
membedakannya, bahwa ta’wil adalah mengalihkan makna sebuah lafazh ayat ke makna lain yang lebih
sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal [As-Suyuthi, 1979: I, 173]. Sehubungan dengan itu,
Asy-Syathibi [t.t.: 100] mengharuskan adanya dua syarat untuk melakukan penta’wilan, yaitu: (1) Makna
yang dipilih sesuai dengan hakekat kebenaran yang diakui oleh para ahli dalam bidangnya [tidak
bertentangan dengan syara’/akal sehat], (2) Makna yang dipilih sudah dikenal di kalangan masyarakat
Arab klasik pada saat turunnya Alquran].

Arti takwil menurut lughat berarti menerangkan, menjelaskan. Adapun arti bahasanya menurut Az-
Zarqoni adalah sama dengan tafsir.

Adapun mengenai arti takwil menurut istilah banyak para ulama memberikan pendapatnya antara lain
sebagai berikut ini :

Ø Menurut Al-Jurzzani

Memalingkan suatu lafazh dari makna d’zamirnya terhadap makna yang dikandungnya apabila makna
alternative yang dipandang sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.

Ø Menurut defenisi lain

Takwil adalah mengenbalikan sesuatu kepada ghayahnya (tujuannya) yakni menerangkan apa yang
dimaksud.

Ø Menurut Ulama Salaf

1). Menafsirkan dan mejelaskan makna suatu ungkapan baik yang bersesuaian dengan makna ataupun
bertentangan.

2). Hakekat yang sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.

Ulama yang berpendapat diantaranya:

a. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa

“Sesungguhnya takwil itu dalah ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat
probabilitas yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditujukan
oleh lafazh zahir.”

b. Imam Al-Amudi dalam kitab Al-Mustasfa:

“Membawa makna lafazh zohir yang memunyai ihtimal (probabilitas) kepada makna lain yang didukung
dalil”.

Ø Menurut Khalaf

Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang rajin kepada makna yang marjun karena ada indikasi
untuk itu.

Ø MenurutUlama Ushul Fiqh

a. Wahab Khalaf, yaitu “memalingkan lafazh dari zahirnya, karena adanyadalil.”


b. Abu Zahra, takwil adalah mengeluarkan lafazh dari artinya yang zahir kepada makna yang lain,
tetapi bukan zahirnya.

Dari pengertian kedua istilah ini dapat disimpulkan, bahwa Tafsir adalah penjelasan terhadap makna
lahiriah dari ayat Alquran yang penegrtiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh
Allah; sedangkan ta’wil adalah pengertian yang tersirat yang diistimbathkan dari ayat Alquran
berdasarkan alasan-alasan tertentu.

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian takwil menurut istilah adalah suatu
usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan pemahaman arti yang
dikandung oleh lafazh itu.

2.1.3. Pengertian Terjemah

Secara etimologi, terjemah adalah menyalin, mengganti atau memindahkan kalimat dari suatu bahasa
ke bahasa lain.

Adapun secara terminologi, seperti yang telah dikemukakan oleh “Ash-Shabuni”, terjemah adalah
memindahkan Al-Quran kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ini
kedalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat
memahami kitab Alah SWT. Dengan perantaraan terjemahan.

2.2. Macam-Macam Tafsir, Ta’wil dan Terjemah

a) Macam-macam tafsir

v Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya

Berdasarkan sumber penafsirannya, tafsir terbagi kepada dua bagian: Tafsir Bil-Ma’tsur dan Tafsir Bir-
Ra’yi. Namun sebagian ulama ada yang menyebutkannya tiga bagian.

1) Tafsir Bilma’tsur adalah tafsir yang menggunakan Alquran dan/atau As-Sunnah sebagai sumber
penafsirannya.

2) Tafsir Bir-Ra’yi adalah Tafsir yang menggunakan rasio/akal sebagai sumber penafsirannya.

3) Tafsir Bil Isyarah, Penafsiran Alquran dengan firasat atau kemampuan intuitif yang biasanya
dimiliki oleh tokoh-tokoh shufi, sehingga tafsir jenis ini sering juga disebut sebagai tafsir shufi.

v Macam-macam Tafsir berdasarkan corak penafsirannya

Corak penafsiran yang dimaksud dalam hal ini adalah bidang keilmuan yang mewarnai suatu kitab tafsir.
Hal ini terjadi karena mufassir memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, sehingga tafsir yang
dihasilkannya pun memiliki corak sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.

Berdasarkan corakm penafsirannya, kitab-kitab tafsir terbagi kepada beberapa macam. Di antara
sebagai berikut:
1) Tafsir Shufi/Isyari, corak penafsiran Ilmu Tashawwuf yang dari segi sumbernya termasuk tafsir
Isyariy.

2) Tafsir Fiqhy, corak penafsiran yang lebih banyak menyoroti masalah-masalah fiqih. Dari segi
sumber penafsirannya, tafsir bercorak fiqhi ini termasuk tafsir bilma’tsur.

3) Tafsir Falsafi, yaitu tafsir yang dalam penjelasannya menggunakan pendekatan filsafat, termasuk
dalam hal ini adalah tafsir yang bercorak kajian Ilmu Kalam. Dari segi sumber penafsirannya tafsir
bercorak falsafi ini termasuk tafsir bir-Ra’yi.

4) Tafsir Ilmiy, yaitu tafsir yang lebih menekankan pembahasannya dengan pendekatan ilmu-ilmu
pengetahuan umum. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak ‘Ilmiy ini juga termasuk tafsir bir-
Ra’yi.

5) Tafsir al-Adab al-Ijtima’i, yaitu tafsir yang menekankan pembahasannya pada masalah-masalah
sosial kemasyara-katan. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak al-Adab al-Ijtima’ ini termasuk
tafsir bir-Ra’yi. Namun ada juga sebagian ulama yang mengkategorikannya sebagai tafsir Bil-Izdiwaj
(tafsir campuran), karena prosentase atsar dan akal sebagai sumber penafsiran dilihatnya seimbang.

v Macam-macam Tafsir berdasarkan metodenya

1) Metode Tahlily (metode Analisis)

Yaitu metode penafsiran ayat-ayat Alquran secara analitis dengan memaparkan segala aspek yang
terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya sesuai dengan bidang keahlian mufassir tersebut.

2) Metode Ijmaly (metode Global)

Yaitu penafsiran Alquran secara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar, tapi mencakup makna
yang dikehendaki dalam ayat.

3) Metode Muqaran (metode Komparasi/Perbandingan).

Tafsir dengan metode muqaran adalah menafsirkan Alquran dengan cara mengambil sejumlah ayat
Alquran, kemudian mengemukakan pendapat para ulama tafsir dan membandingkan kecendrungan
para ulama tersebut, kemudian mengambil kesimpulan dari hasil perbandingannya [al-‘Aridh, 1992: 75].

4) Metode Maudhu’i (metode Tematik).

Yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir untuk menjelaskan konsep Alquran tentang suatu
masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Alquran yang membicarakan tema
tersebut.

b) Macam-macam ta’wil
1) Ta’wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta’wil yang dalam penetapannya tidak mempunyai dalil
yang terendah sekalipun.

2) Ta’wil yang mempunyai relevasi, paling tidak memenuhi standar makna terendah serta diduga
sebagai makna yang benar

c) Macam-macam terjemah

Macam-macam terjemah berdasarkan artinya

1) Terjemah Maknawiyyah atau Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat pembicaraaan
dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
klimatnya, melainkan oleh makna dan tujuan aslinya.

2) Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke dalam lafadz-lafadz yang
serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan
susunan dan tertib bahasa pertama.

§ Terjemah Harfiyyah bi l-misli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli dengan
sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat bahasa aslinya.

§ Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa asli ke dalam
beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan makna dan segi sastranya, menurut kemampuan
bahasa baru serta kemampuan penerjemahnya.

2.3. Perbedaan Tafsir, Takwil dan Terjemah

Adapun perbedaan tafsir, takwil dan terjemah itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.

- Tafsir, menerangkan makna lafazh yang telah diterima selama satu hari, selain itu juga
menetapkan apa yang dikehendaki ayat yang dikehendaki Allah SWT.

- Takwil

ü Menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna karena
didukung oleh dalil.

ü Mengoleksi salah satu makna yang mungkin diterima oleh suatu ayat tanpa menyakinkan bahwa
itulah yang dikehendaki Allah SWT serta menafsirkan batin lafazh.

- Terjemah, mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang berasal dari bahasa arab kedalam bahasa non
arab.
Adapun mengenai tafsir dan ta’wil, banyak para ulama yang berbeda pendapat mengenaikeduanya. Dari
perbedaan-perbedaan tersebut dapatdisimpulkan sebagai berikut:

tafsir lebih banyak digunakan pada lafadz dan mufradat dalam kitab yang diturunkan allah dan kitab
lainnya. sedangkan takwil lebih banyak digunakan pada jumlah dan makna-makna dalam kitab-kitab
allah saja.

Tafsir apa yang bersangkutan paut dengan riwayah sedangkan ta’wil apa-apa yang bersangkutan paut
dengan dirayah.

Tafsir menjelaskan secara detail sedangkan ta’wil hanya menjelaskan secara global tentang apa yang
dimaksud dengan ayat itu.

Tafsirmenjelaskan makna-makna dan menjabarkan kalimat-kalimat yang bersangkutan dengan ayat-ayat


Al-Quran dan hadist shahih, sedangkan ta’wil menjelaskan tentang penjabaran dan penyimpulan dari
suatu ayat oleh para ulama yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan.

Tafsir menjelaskan lafadz yang zahir ,adakalanya secara hakiki dan adakalanya secara majazi sedangkan
ta’wil menjelaskan lafadz secara batin atau yang tersembunyi yang diambil dari kabar orang orang yang
sholeh.

Tafsir adalah pengertian lahiriyah dari ayat Al-Qur’an yang pengertiannya secara tegas mengatakan
maksud yang dikehendaki Allah SWT. Sedangkan ta’wil pengertian-pengertian tersirat yang
diistimbatkan ( diproses ) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang memerlukan perenungan dan perkiraan, serta
merupakan sarana pembuka tabir.

Tafsir sifatnya lebih umum dari takwil. Tafsir menyangkut seluruh ayat, sedangkan takwil hanya
berkenaan dengan ayat-ayat yang mutasyabihat (samar dan perlu penjelasan).

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Tafsir Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi Al-Qur’an dengan memperhatikan
pengertian untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, sesuai dengan
kadar kemampuan manusia.Sedangkan pengertian takwil menurut istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan pemahaman arti yang dikandung
oleh lafazh itu. Adapun pengertian terjemah adalah memindahkan Al-Quran kepada bahasa lain yang
bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ini kedalam beberapa naskah agar dibaca orang yang
tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Alah SWT. Dengan perantaraan
terjemahan.

Tafsir banyak macamnya. Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya, tafsir terbagi kepada dua
bagian: Tafsir Bil-Ma’tsur dan Tafsir Bir-Ra’yi. Namun sebagian ulama ada yang menyebutkannya tiga
bagian, yaituTafsir Bilma’tsur, Tafsir Bir-Ra’yi, dan Tafsir Bil Isyarah. Sedangkan macam-macam Tafsir
berdasarkan corak penafsirannyakitab-kitab tafsir terbagi kepada beberapa macam. Di antaranya
adalahTafsir Shufi/Isyari, Tafsir Fiqhy, Tafsir Falsafi, Tafsir Ilmiy, Tafsir al-Adab al-Ijtima’i. Sedangkan
berdasarkan metodenya macam-macam tafsir yaituMetode Tahlily (metode Analisis), metode Ijmaly
(metode Global), metode Muqaran (metode Komparasi/Perbandingan), dan metode Maudhu’i (metode
Tematik).

Macam-macam ta’wil ada dua, yaitu Ta’wil yang jauh dari pemahaman, yakni ta’wil yang dalam
penetapannya tidak mempunyai dalil yang terendah sekalipun; dan Ta’wil yang mempunyai relevasi,
paling tidak memenuhi standar makna terendah serta diduga sebagai makna yang benar

Macam-macam terjemah berdasarkan artinya ada dua macam, yaitu Terjemah Maknawiyyah atau
Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat pembicaraaan dengan bahasa lain tanpa terikat
dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan klimatnya, melainkan oleh makna dan
tujuan aslinya. Dan Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke dalam
lafadz-lafadz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua
sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

3.2 Saran

Melalui tafsir, takwil dan terjemah kita akan tahu makna ayat-ayat Allah yang terkandung dalam
Al-Quran. Sehingga kita tidak salah dalam memahami makna Al-Quran dan dengan tepat mengamalkan
apa-apa yang terkandung dalam Al-Quran. Walaupun fungsi tafsir, takwil, dan terjemah sama, yaitu
untuk menafsirkan Al-Quran. Tetapi sesungguhnya antara tafsir, takwil, dan terjemah itu berbeda.
Sehingga kita perlu untuk memahami perbedaan-perbedan tafsir, takwil dan terjemah. Agar lebih
memahami makna tafsir, takwil, dan terjemah, diperlukan penkajian lebih lanjut tentang ketiganya.
Karena ketiganya tidak dapat dipahami secara instan.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Ramli Abdul Wahid, UlumulQuran, Rajawali, Jakarta, 1994.

Dr. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1998.

Dr. Hamdani Anwar,Pengantar Ilmu Tafsir (bagian Ulumul Quran),Fikahati Aneska, Jakarta,1995.

Anda mungkin juga menyukai