Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN TASFIR TA’WIL DAN TERJEMAH AL-QUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jurnalistik Ilmu Tafsir

Dosen Pengampu: Syahirul Alim M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Nabila Ahsanun Nadya 11230511000085


Nur Kamila Utami 11230511000112
Alfath Syawal Ridho Putra 11230511000115
Alra Salsabilla 11230511000116

Jurnalistik 1C

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023
TAFSIR TA’WIL DAN TERJEMAH AL-QUR’AN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci dalam agama islam sebagai sumber utama yang
Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam Bahasa Arab. Al-
Qur’an mengandung ajaran, pedoman, dan petunjuk bagi umat muslim dalam
berbagai aspek kehidupan. Namun, pemahaman terhadap isi Al-Qur’an tidaklah
sederhana, memiliki makna yang sangat luas karena ayatnya yang berbahasa Arab
dan mengandung berbagai dimensi makna yang beragam, maka sangat
diperlukannya suatu keilmuan untuk mengupas lafadzh dalam Al-Qur’an. Oleh
karena itu, ada tiga konsep penting yang digunakan untuk memahami Al-Qur’an,
yaitu Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah.
Tafsir merupakan upaya untuk menguraikan dan menjelaskan makna dari
lafadzh Al-Qur’an berdasarkan pemahaman para ulama’ dan ahli tafsir. Tafsir juga
membantu umat muslim untuk memahami konteks sejarah, budaya, serta hukum
yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
Sedangkan Ta’wil adalah pendekatan interpretatif yang mendalam terhadap Al-
Qur’an. Ta’wil melibatkan pemahaman tersembunyi atau makna yang lebih dalam
terhadap ayat Al-Qur’an dan tak jarang pula menggunakan simbolisme. Ini
merupakan pendekatan yang digunakan dalam tradisi filsafat dan mistisme islam,
seperti tasawwuf untuk mencari makna spiritual di balik ayat Al-Qur’an.
Dan Terjemah adalah proses menerjemahkan ayat Al-Qur’an dari Bahasa Arab
kedalam bahasa lain. Terjemah Al-Qur’an juga membantu umat muslim yang tidak
dapat berbicara Bahasa Arab untuk memahami pesan-pesan dari ayat Al-Qur’an
dalam bahasa mereka sendiri. Namun, terjemah sering kali memiliki keterbatasan
dalam menangkap semua nuansa makna asli dalam teks Bahasa Arab, sehingga
Tafsir dan Ta’wil tetap diperlukan untuk pemahaman yang lebih mendalam.
Perbedaan antar Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah Al-Qur’an mencerminkan
keragaman pendekatan dalam memahami ayat dari kitab suci ini. Dalam makalah
ini, kita akan menjelaskan dan mengeksplorasi lebih lanjut tentang perbedaan,
metode, dan relevansi ketiga konsep ini untuk memahami Al-Qur’an secara lebih
mendalam.

1|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu definisi dari Tafsir Al-Qur’an?
b. Apa itu definisi dari Ta’wil Al-Qur’an?
c. Apa itu definisi dari Terjemah Al-Qur’an?
d. Apa perbedaan dari Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah Al-Qur’an?

B. PEMBAHASAN
1. Tafsir Al-Qur’an
Tafsir secara etimologi berarti ‫ح َوالت َّ ْبيِيْن‬
ُ ‫ضا‬
َ ‫اال ْي‬
ِ yaitu menjelaskan dan
menerangkan. Arti ini dapat di kita lihat dalam kalamullah QS. Al-Furqan : 33
Allah SWT berfirman,
‫سنَ ت َ ْف ِس ْي ًرا‬ ِ ‫ۗ َو َال يَأْت ُ ْونَكَ بِ َمث َ ٍل ا َِّال ِجئْ ٰنكَ بِ ْال َح‬
َ ْ‫ق َواَح‬
Artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir) tidak datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan
yang paling baik”.1
Kata Tafsir pada ayat tersebut menunjukan makna penjelasan, artinya Tafsir
merupakan suatu upaya untuk menjelaskan. Hal ini sejalan dengan makna tafsir
secara bahasa, dilihat dari aspek lafadzh, Tafsir itu bisa berbentuk masdar ‫ تفسير‬,
lafadzh ini secara ilmu shorof sesuai dengan kata taf’iilan yang menunjukan
beberapa makna, bisa menunjukan makna Taksir, makna Ta’diyah, makna Tawajuuh,
makna Nisbah, makna Sulbi, karna itulah wajar jikalau pengertian Tafsir sangatlah
beragam. Dilihat dalam qomus atau mu’jam, pengertian Tafsir secara bahasa dalam
kitab ‫ معجم مقاييس اللغه‬menyebutkan:
‫بيان الشيء وايضاحه‬
Artinya: “Menjelaskan sesuatu dan menerangkannya”.2
Sedangkan pengertian Tafsir secara istilah , yang paling cocok adalah apa yang
dikutip oleh As-Suyuthi dari Az-Zarkasyi, “Ia adalah ilmu untuk memehami kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan
penjelasan makna-makna serta kesimpulan hikmah dan hukum-hukum.3

1
Ayyub, ‘Ulum Al-Qur’an wa Al-Hadist, (Kairo: Darus Salam, 2004), hal 132.
2
Rahman Taufiq, Jurnal Iman dan Spiritual, (Bandung: UIN Sunan Gunung Jati, 2022), hal 206.
3
Tahkik Muhammad Abu Al-Fadhl Ibrahim, Al-Itqaann fi Ulummul-Qur’an, (4/169).

2|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
Sebagian ulama’ juga memberikan definisi yang hampir sama, “ia adalah ilmu
yang membahas redaksi-redaksi Al-Qur’an, dengan memperhatikan pengerian-
pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang dikehendaki oleh
Allah, sesuai dengan kadar kemampuan manusia”.
Secara garis besar, ada beberapa bentuk metode Tafsir yang selama ini
digunakan oleh para mufassir, yaitu sebagai berikut.4
 Tafsir bir Riwayah atau bil Ma’tsur
 Tafsir bid Dirayah atau bir Ra’yi
 Tafsir bil Isyarah atau Tafsir Al-Isyari
 Tafsir Al-Qur’an dengan Ilmu Modern
Itulah sebabnya manusia membutuhkan ilmu tafsir sehingga mereka dapat
memahami Al-Qur’an dengan baik dan mengamalkannya dengan baik pula. Allah
SWT memerintahkan mereka untuk mentadaburi Al-Qur’an. Makna Tadabur adalah
melihat akibat dari sesuatu, atau apa yang terjadi di kemudian. Hal ini merupakan
kegiatan akal yang dibantu oleh hati dengan meresapi, mengingat, dan mengambil
ibrah.5 Sebagaima firman Allah dalam QS.Muhammad : 24
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an, ataukah hati mereka
yang terkunci?” (Qs. Muhammad : 24)
Ayat-ayat sejenis ini sebenarnya guna mendorong kita untuk memahami Al-
Qur’an dengan sebaik-baiknya dan dapat mengambil ibrah sehingga setiap mukmin
dapat mengamalkan isinya, mencegah larangannya, mengajak manusia kepadanya,
dan menjalankan kehidupan berdasarkan petunjuknya.

2. Ta’wil Al-Qur’an
Kata Ta’wil merupaka masdar dari ‫ ت َاء ِويْل‬-‫ يوا َ ِولُو‬-‫ ا َ َّو َال‬Awwala, Yuawwilu,
Ta’wil. Secara bahasa berarti Ruju’ (kembali) kepada asal. Al-Jarjani mengartikan
Ta’wil itu kepada Tarji’ (mengembalikan). Selain makna ini Ta’wil juga berarti
penjelasan. Dalam arti dari ayat ini misalnya, terdapat dalam firman Allah SWT
dalam QS. Al-A’raf : 53
ِ ِّۚ ‫س ُل َر ِبنَا بِ ْال َح‬
‫ق‬ ُ ‫ت ُر‬ ُ َ‫ظ ُر ْونَ ا َِّال ت َأ ْ ِو ْيلَهٗۗٗ يَ ْو َم يَأ ْ ِت ْي ت َأ ْ ِو ْيلُهٗ يَقُ ْو ُل َّال ِذيْنَ ن‬
ْ ‫س ْوهُ ِم ْن قَ ْب ُل قَ ْد َج ۤا َء‬ ُ ‫ه َْل يَ ْن‬

4
Ayyub, ‘Ulum Al-Qur’an wa Al-Hadist, (Kairo: Darus Salam, 2004), hal 136-161.
5
Qaradawi Yusuf, Berinteraksi dan Al-Qur’an, (Indonesia: Gema Insani, 1999) hal 286.

3|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
Artinya: “Tidaklah mereka menanti-nanti kecuali (terlaksananya kebenaran) Al-
Qur’an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur’an itu, berkatalah
orang-orang yang melupakannya sebelum itu. Sesungguhnya telah datang Rasul
Tuhan kami membawa kebenaran”.
Ta’wil menurut istilah berarti “Memalingkan suatu lafadzh dari makna dzahir
kepada makna yang tidak dzahir yang juga oleh lafadzh tersebut, jika kemungkinan
makna itu sesuai dengan Al-Kitab dan sunnah” ta’wil menurut mutaakhirin adalah
memalingkan makna suatu lafadzh dari yang rajih kepada yang majruh, karena ada
dalil yang menunjukan perlunya makna itu dipalingkan.
Menurut ulama’ salaf, Ta’wil itu mempunyai dua arti. Pertama, menafsirkan
suatu ungkapan dan menjelaskan maknanya, baik sesuai dengan makna dzahir
ataupun tidak. Maka Ta’wil dalam arti ini semakna dengan tafsir, ia merupakan dua
istilah yang muradif (sama). Dan makna kedua adalah sesuatu yang dikehendaki oleh
suatu ungkapan, jika ungkapan itu perintah untuk melakukan sesuatu maka
Ta’wilnya adalah perbuatan itu sendiri, dan jika ungkapan itu dalam bentuk berita,
maka Ta’wilnya adalah berita yang disampaikan itu.6
Para Mufassir berbeda pendapat mengenai pengertian Ta’wil. Terdapat lebih
dari 10 pendapat tentang hal itu, diantaranya dua pendapat berikut adalah pendapat-
pendapat yang terkenal:
ٰ ‫َو َما يَ ْعلَ ُم ت َأ ْ ِو ْيلَهٗ ٓٗ ا َِّال‬
ُ‫ّللا‬
Artinya: “Tidak ada yang mengetahui Ta’wilnya melainkan Allah SWT”.
QS. Ali ‘Imran : 7
Berdasarkan ayat ini, maka yang mengetahui ayat-ayat mutasyabih hanyalah
Allah SWT. Karena itu, sebagian ulama’ klasik berpendapat bahwa ayat-ayat
mutasyabih adalah singkatan-singkatan pada permulaan beberapa surat, karena tidak
ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang maknanya tidak diketahui oleh semua
manusia selain singkatan-singkatan yang terletak di permulaan beberapa surat itu.7
Kata Ta’wil secara lughowi (etimologis) berasal dari kata ‫ اَالَ َّول‬Al-Awwal, yang
berarti kembali (Ar-Ruju’) atau dari kata Al-Ma’al yang artinya tempat kembali (Al-
Mashir) dan Al-Aqibah yang berarti kesudahan.

6
Yusuf, Studi Al-Qur’an, Hal 121.
7
A. Madaniy dan Hamim Ilyas, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997, hal 52.

4|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
Ulama’ kontemporer (Khalaf) yang didukung oleh kalangan Fuqoha’ (ahli
hukum islam), Mutakallim (para teolog), Muhadditsin (ahli hadist), dan kelompok
sufi mengartikan Ta’wil sebagai pengalihan lafadzh dari makna (pengertian) yang
kuat (rajih) kepada makna lain yang dikuatkan atau di anggap kuat (majruh) karena
ada dalil lain yang mendukung. Misalnya kata “yadun” dalam firman Allah SWT
dalam QS. Al-Fath : 10
‫ّللاِ فَ ْوقَ اَ ْي ِد ْي ِه ْم‬
ٰ ُ‫يَد‬
Artinya: “Tangan (kekuasaan) Allah SWT diatas tangan (kekuasaan mereka)”.
Arti yang kuat (rajih) dari kata yadun adalah tangan, sedangkan makna yang
dikuatkan (majruh) nya adalah kekuasaan. Ketika memahami ayat tersebut, para
Mufassir menggunakan Ta’wil, yakni mengalihkan makna rajih (tangan) kepada
makna yang majruh (kekuasaan) karena ada alasan (dalil) bahwa kemustahilan bagi
Allah SWT memiliki tangan dalam arti indrawi.

3. Terjemah Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang di dalamnya terdapat banyak sekali ilmu
pengetahuan. Telah kita ketahui bahwa Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab
sedangkan dalam keseharian kita menggunakan Bahasa Indonesia. Inilah salah satu
faktor yang membuat kebanyakan orang menjadi sulit mengerti, apalagi memahami
kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Secara harfiah terjemah berarti memindahkan
suatu pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan terjemah berarti
salinan bahasa atau alih bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain.8
Seorang penerjemah juga harus mengerti metode penerjemahan, karena
penerjemah merupakan salah satu mediator bagi proses perkembangan keilmuan di
dunia. Penerjemahan merupakan peralihan makna dari bahasa sumber kedalam
bahasa sasaran, pengalihan ini dilakukan dari bahsa pertama kedalam bentuk bahasa
kedua. Proses menerjemahkan berusaha untuk mengalihkan pesan dalam bahasa
sumber tanpa merubah maksud dan pesan tersebut. Begitu pula dalam bentuk kalimat
kedalam bahasa sasaran haruslah jelas.9
Usaha penerjemahan pada hakikatnya mengandung makna memproduksi
amanat atau pesan didalam bahasa sumber dengan padanan yang paling pantas dan

8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal
1047.
9
Hanafi Nurrahman, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah 1986), hal 24.

5|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
yang paling dekat dengan bahasa penerima baik dari segi gaya. 10 Kegiatan
menerjemahkan tidak semudah apa yang diperkiraan orang, karena menerjemahkan
identik dengan mengkomunikasikan keterangan pesan atau gagasan yang ditulis oleh
pengarang asli didalam bahasa terjemahan. Untuk menganalisis terjemahan
hendaknya penerjemah memiliki pengetahuan tentang model terjemahan yang
umum digunakan yaitu terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiyah, dan
terjemahan bebas. Masing-masing metode penerjemahan memiliki kekurangan dan
kelebihan. Metode terjemahan kata demi kata yaitu suatu metode yang sering kali
digambarkan sebagai terjemahan antar baris dengan bahasa target berada langsung
dibawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahsa
sumber, dan sangat terkait pada tataran kata.11
Terjemahan Al-Qur’an menggunakan metode penerjemahan yang setia pada
bahasa sumber. Maksudnya ialah lafadzh yang bisa diterjemahkan secara harfiyah,
maka akan diterjemahkan dengan harfiyah. Namun jika tidak bisa, penerjemahan
dilakukan dengan tafsiriyah. Yakni dengan memberikan catatan tambahan, baik
dalam bentuk footnote ataupun penjelasan dalam kurung. Banyak metode yang
dikembangkan oleh para ahli. Berikut beberapa metode penerjemahan dari para ahli
teori terjemahan yang sering digunakan dan di jadikan rujukan oleh para penerjemah
dan pecinta terjemahan, diantaranya sebagai berikut:
a. Penerjemahan Kata Demi Kata
Metode penerjemahan ini pada kata-kata bahasa sumber diterjemahkan
diluar konteks dan sangat terkait dalam tatanan kata. Penerjemah hanya
mencari padanan kata bahas sumber kedalam bahasa sasaran tanpa
mengubah susunan kata bahasa sasaran.12
b. Penerjemahan Harfiyah
Kategori ini melingkupi terjermahan yang sangat setia terhadap teks
sumber. Akibat yang sering muncul dalam terjemahan kategori ini
adalah, hasil terjemahannya menjadi kaku karena penerjemah
memaksakan aturan-aturan tata Bahas Arab kedalam Bhasa Indonesia.13

10
Moelino Anton, Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan kedalam Bahasa Indonesia dalam Kembara Bahasa,
Kumpulan Karangan Terbesar, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hal 195.
11
Alfarizi Zaka, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2011), hal 53.
12
Syarif Moh, Diklat Teori dan Permasalahan Terjemahan, (Jakarta: tlp 2007), hal 14.
13
Burdah Ibnu, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab, (Yogyakarta: Tiara
Kencana, 2004), hal 16.

6|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
c. Penerjemahan Setia
Penerjemahan setia adalah memproduksi makna kontekstual. Kata-kata
yang bermuatan budaya dialihkan tetapi penyimpangan dari segi tata
bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan, sehingga agak kaku dan terasa
asing.
d. Penerjemahan Semantis
Dibandingkan dengan Penerjemahan Harfiyah, Penerjemahan Semantis
lebih lentur. Karena penerjemahan semantis dapat dikompromikan
dengan struktur gramatikan bahasa sasaran.14
e. Penerjemahan Adaptasi
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan
paling dekat dengan bahasa sasaran.15
f. Penerjemahan Bebas
Metode ini lebih mengutamakan isi dengan mengorbankan bentuk tewks
bahasa sumber. Terjemahan Bebas pada umumnya lebih diterima di
bandingkan dengan Terjemahan Harfiyah, karena dalam terjemahan
Bebas biasanya tidak terjadi penyimpanan makna maupun pelanggaran-
pelanggaran bahasa sumber.16
g. Penerjemahan Ideomatik
Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks bahasa sumber,
tetapi sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan ideomatik
yang tidak didapati pada versi aslinya.17
h. Penerjemahan Komunikatif
Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi. Metode ini
banyak digunakan dalam penerjemahan. Dalam metode ini yang
dipentingkan adalah penyampaian pesannya.18

14
Syarif Moh, Diklat Teori dan Permasalahan Terjemahan, (Jakarta: tlp 2007), hal 16.
15
Hoedoro Benny Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), hal 64.
16
Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation The New Millenium Publication,
(Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), hal 52-53.
17
Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, hal 54.
18
Syarif Moh, Diklat Teori dan Permasalahan Terjemahan, (Jakarta: tlp 2007), hal 5.

7|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
4. Perbedaan Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah Al-Qur’an
Pengertian Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah sudah dibahas di halaman sebelumnya.
Ketiganya tentu mrmiliki perbedaan dan juga hal yang membedakannya. Beberapa
ulama’ bahkan menyebutkan bahwa Tafsir adalah penjelasan yang berdasarkan
riwayah, sedangkan Ta’wil adalah penjelasan yang didasarkan atas dirayah. Aspek
yang membekannya adalah cara atau materi penjelasan itu sendiri.19
Secara lebih spesifik, Tafsir menjelaskan ayat dengan lengkap dan disertai
penjelasan hukum-hukum serta hikmah yang dapat diambil pada ayat tersebut
bahkan sering kali dijabarkan tentang kesimpulan kandungan dari ayat tersebut. Ada
pula Ta’wil, menurut ulama’ salaf Ta’wil memiliki dua arti; Pertama, menafsirkan
suatu ungkapan dan menjelaskan maknanya, baik sesuai makna dzahir ataupu tidak.
Makna yang kedua adalah sesuatu yang dikendaki oleh suatu ungkapan, jika
ungkapan itu perintah melakukan sesuatu maka Ta’wilnya adalah perbuatan itu
sendiri, dan jika ungkapan itu berupa berita maka Ta’wilnya adalah berita yang
disampaikan. Sedangkan Terjemah adalah mengubah kata-kata Bahasa Arab
kedalam Bahasa Lain tanpa memberikan penjelasan terhadap setiap kandungan dari
ayat tersebut, dan tidak menyimpulkan isi kandungannya. Jadi terjemah hanyalah
sebatas menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa lain.
Adapula perbedaan antara Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah menurut para
ulama’ialah sebagai berikut:
1. Tafsir menerangkan makna lafadzh melalui pendekatan riwayah, sedangkan
Ta’wil melalui pendekatan dirayah (kemampuan ilmu) dan berpikir rasional.
2. Tafsir menerangkan tentang makna-makna yang diambil dari bentuk yang
tersurat (Bil Ibarah) sedangkan Ta’wil dari makna yang tersirat (Bil
Isyarah).20
3. Ta’wil mengalihkan lafadzh-lafadzh ayat Al-Qur’an dari arti yang lahir dan
rajih kepada arti lain yang samar dan majruh.
4. Terjemah hanya mengubah kata dari Bahasa Arab kedalam bahasa lain tanpa
memberikan penjelasan arti kandungan secara panjang lebar, dan tidak
menyimpulkan dari isi kandungannya.

19
Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara Group, 2018), hal 192.
20
Suprapno dkk, Tafsir Ayat Tarbawi: Kajian Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini, 2022) hal 250.

8|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
C. KESIMPLUAN
Al-Qur’an sebagai “Hudan-Linnas” dan “Hudan-Lilmuttaqin”, maka untuk
memahami kandungan Al-Qur’an agar mudah untuk diterapkan dalam pengalaman
hidup sehari-hari sangat diperlukannya pengetahuan untuk mengetahui arti sekaligus
makna, ta’wil, dan tafsirannya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW,
sehingga kehendak serta tujuan ayat Al-Qur’an tersebut tepat pada sasarannya.
Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah sangat diperlukan dalam memahami isi kandungan
ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia. Pengertian Terjemah lebih simple dan ringkas karena
hanya merubah arti dari bahasa satu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan istilah Tafsir
lebih luas dari kata Ta’wil dan Terjemah dimana segala sesuatu yang berhubungan
dengan ayat, surat, asbabun nuzul dan lain sebagainya dibahas dalam tafsir yang
bertujuan untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat tersebut,
sehinggamengetahui maksud serta firman-firman Allah SWT.

9|I l m u Ta f s i r - K e l o m p o k 0 1
DAFTAR PUSTAKA

A. Madaniy dan Hamim Ilyas, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.
Alfarizi Zaka, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2011).
Ayyub, ‘Ulum Al-Qur’an wa Al-Hadist, (Kairo: Darus Salam, 2004).
Burdah Ibnu, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
(Yogyakarta: Tiara Kencana, 2004).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997).
Hanafi Nurrahman, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah 1986).
Hoedoro Benny Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006).
Moelino Anton, Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan kedalam Bahasa Indonesia dalam
Kembara Bahasa, Kumpulan Karangan Terbesar, (Jakarta: PT Gramedia, 1989).
Qaradawi Yusuf, Berinteraksi dan Al-Qur’an, (Indonesia: Gema Insani, 1999).
Rahman Taufiq, Jurnal Iman dan Spiritual, (Bandung: UIN Sunan Gunung Jati, 2022).
Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah.
Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation The New Millenium
Publication, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006).
Suprapno dkk, Tafsir Ayat Tarbawi: Kajian Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2022).
Syarif Moh, Diklat Teori dan Permasalahan Terjemahan, (Jakarta: tlp 2007).
Tahkik Muhammad Abu Al-Fadhl Ibrahim, Al-Itqaann fi Ulummul-Qur’an.
Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara Group, 2018).

10 | I l m u T a f s i r - K e l o m p o k 0 1

Anda mungkin juga menyukai