Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU AL-QUR’AN

TAFSIR, TA’WIL, DAN TERJEMAH

Dosen Pengampu: Baharuddin, S.Pd.I.,M.Pd.,I

Disusun oleh:

Kelompok X

Andi Dwi Magfirah 70300122045

Rahmi Nurfadilani 70300122051

Kelas: Keperawatan B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Penyang, Maha Pengasih dan
Maha Pemberi Pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Tafsir, Ta’wil, dan Terjemah”. Shalawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang orang yang mengikuti
ajaranya.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Ustadz Baharuddin, S.Pd.I.,M.Pd.,I
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Al-Qur’an serta semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.

Gowa, November 2022

Kelompok X
PEMBAHASAN

A. Tafsir
1. Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa diambil dari kata fassara-yufassiru yang berarti
menjelaskan, atau dari kata fasrun yang berarti membuka, membedah sesuatu
yang rumit, secara linguistic tafsir dapat diartiakan usaha membedah problem
yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain. Pada dasrnya penertian tafsir
menurut bahasa tidak lepas dari kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-
bayan ( menerangkan), al-kasyf ( mangungkapkan).
Sedangkan menurut istilah:
a. Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat
keaaannya, kisahnya, dan sebab yang karenanya ayat  diturunkan,
dengan lafat yang menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali.
b. Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu  pengetahuan yang dengan
pengetahuan itu dapat dipahamkan kibullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksud-maksudnya
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.
c. Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan
nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya.
d. Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan lafad yang sukar
difahamkan oleh pendengan dengan uraian yang menjelaskan
maksud dengan menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya
atau ia mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan
(petunjuk)

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para Ulama diatas, bisa disimpulkan
tafsir berarti keterangan mengenai makna yang dimaksudkan dalam alqur’an baik dalam
kerangka pemikirnya masing-masing atau berpatokan pada riwayat dan pengetahuan seseorang.
Ilmu tafsir didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara mengungkapkan lafadz-
lafadz al-Qur’an, dalil-dalil yang dikemukakannaya, hukum-hukumnya baik yang bersifat
spesifik maupun sistematik serta makna-maknanya yang diungkapakn dengan bahasa yang
mudah dimengerti.

2. Pembagian Tafsir
Secara umum para ulama telah membagi tafsir menjadi dua bagian yaitu:
Tafsir bi al-riwayah, atau disebut juga dengan tafsir bi al-ma’tsur, dan tafsir bi al-
dirayah atau disebut juga dengan tafsir bi al-ra’y.
 Tafsir bi al-Ma’tsur
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
yang bersumber dari nash-nash, baik nash al-Qur’an, sunnah Rasulullah
saw, pendapat (aqwal) sahabat, ataupun perkataan (aqwal) tabi’in. Dengan
kata lain yang dimaksud dengan tafsir bi al-ma’tsur adalah cara
menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an, menafsirkan ayat Al
Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat al-Qur’an dengan pendapat para
sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in.
Tafsir bi Al ma'tsur secara umum terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Misalnya dalam surat Al-Hajj: 30

Artinya: Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa


mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu
adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan
kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala
yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
Kalimat ‘diterangkan kepadamu’ ditafsirkan dengan surat
al-Maidah:3

Artinya “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging


babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.“

a. Tafsir Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits


Contoh Surat Al-An’am ayat 82:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman , mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An'am
ayat 82).
Kezaliman yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah syirik sesuai
dengan hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan ahli-ahli
hadis yang lain.
b. Tafsir Al-Qur’an dengan Pendapat Para Sahabat
Contoh surat an-Nisa’ ayat 2
Mengenai penafsiran sahabat terhadap Alquran ialah diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Halim dengan Sanad yang saheh dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas yang menerangkan ayat ini:

Artinya: “Berikanlah harta anak-anak yatim itu kepada mereka. Jangan


kalian tukar harta yang haram dengan harta yang halal. Janganlah kalian
makan harta mereka (dengan cara dicampurkan) pada harta kalian.
Sungguh hal itu adalah dosa yang besar.”

Kata ”huub” ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan dosa besar.


Tafsir bil ma’tsur inilah yang wajib diikuti, diambil dan dipegangi,
karena tafsir inilah jalan ma’rifah yang sahih dan metode yang dikenal.
Inilah tafsir yang tidak mungkin menyelewengkan dalam kitabullah.

 Tafsir Bi Al-Dirayah/ Tafsir Bi Al-Ra’yi


Cara penafsiran bil ma’qul atau lebih populer lagi bir ra`yi
menambahkan fungsi ijtihad dalam proses penafsirannya, di samping
menggunakan apa yang digunakan oleh tafsir bil ma`tsuur. Penjelasan-
penjelasannya bersendikan kepada ijtihad dan akal dan berpegang
teguh kepada prinsip-prinsip bahasa Arab dan adat-istiadat orang Arab
dalam mempergunakan bahasanya.

Corak Tafsir dengan ra’yi (pikiran) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

 Tafsir dengan pikiran yang tercela (madzum/mardud)

Ialah bila mufassir dalam memahami pengertian kalimat yang


khas dan ministimbatkan hukum hanya dengan menggunakan
pikirannya saja dan tidak sesuai dengan ruh syari’at.

 Tafsir dengan menggunakan pikiran yang terpuji


(mahmudah/maqbul)

Para Ulama bersepakat bahwa persyaratan yang harus dipenuhi


bagi seorang mufassir adalah sebagai berikut:

 Ilmu Bahasa; untuk mengetahui kosa kata dan maknanya


 Ilmu Nahwu; untuk mengetahui perubahan suatu kata
 Ilmu Tashrif; untuk mengetahui perubahan bentuk kata dan
maknanya.
 Ilmu Isytiqaq; untuk mengetahui dasar pembentukan akar kata
 Ilmu Balaghah; untuk mengetahui keistimewaan susunan kalimat
 Ilmu Qira’ah untuk menentukan qiraat yang lebih sesuai dengan
arti
 Ilmu Ushuluddin ; untuk mengetahui dalil-dalil sebagai
pembuktian dari al-Qur’an
 Ushul Fiqh; untuk mengistimbathkan hukum dari dalil-dalilnya.
 Asbabun an-Nuzul; untuk mengetahui maksud ayat dalam sejarah
turunnya
 Ilmu Nasikh Mansukh; untuk mengetahui ayat-ayat yang
muhkam
 Ilmu Fiqh; untuk mengetahui pandangan-pandangan para fuqaha.
 Ilmu Hadis
B. Ta’wil

1. Pengertian Ta’wil

Menurut bahasa Ta’wil di ambil dari kata Awwala – Yuawwilu – Ta’wilan : kembali
kepada asalnya. Ada pula yang mengatakan bahwa ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu” yang
berarti “Ar Ruyu”, yaitu “kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata “Al-Ayalah”,
yang berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur kalimat, menimbang-
nimbangnya, membolak-balikannya untuk memperoleh arti dan maksudnya. Adapun Ta’wil
menurut istilah ulama salaf yaitu menegaskan yang dimaksud ada dua macam, yaitu:

1. Ta’wil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti tersebut sama
dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.

2. Ta’wil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat. Maka apabila kalimat
itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah esensi dari perbuatan yang dituntut, dan jika
berupa rangkaian kalimat berita maka ta’wilnya adalah esensi dari suatu yang diberitakan

Singkatnya, ta’wil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafadz (ayat-ayat)
melalui proses pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafadz itu. Dengan kata lain
berarti menerangkan lafadz dengan alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna
lahirnya.
C. Terjemah
1. Pengertian Terjemah

Secara lafazh tarjamah dalam bahasa Arab memiliki arti mengalihkan pembicaraan
(kalam) dari satu bahasa ke bahasa lain. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam Kamus
Lisan Al Arab : 

Yang dimaksud dengan turjuman (dengan menggunakan dhammah) atau tarjuman


(dengan fathah) adalah yang menterjemahkan kalam (pembicaraan), yaitu
memindahkannya dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Sedangkan pengertian terjemah secara terminologis, sebagaimana didefinisikan


oleh Muhammad ‘Abd al-’Azhim al Zarqani sebagai berikut: Terjemah ialah
mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam suatu bahasa
dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa
pertama), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya. Terjemah
dibedakan menjadi dua macam yaitu : Terjemah Harfiyah dan Terjemah Tafsiriyah.

 Terjemah Harfiyah
Terjemah harfiyah yaitu memindah perkataan atau ungkapan dari satu
bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosakata Al-
Quran. Seperti misalnya menterjemahkan ayat :

Artinya : ”Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya Karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal.” (Al-Isra :29)

Jika diterjemahkan dengan terjemahan Harfiyah adalah : “larangan


menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai melebarkan tangan
selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari makna Al-Qur’an. Kalau kita
menerjemahkan ayat diatas secara harfiyah maka kita tidak akan memahami
maksudnya, karena hanya berpatokan kepada makna harfiyahnya saja.
 Terjemah Tafsiriyah/Ma’anawiyah

Terjemahan yang dilakukan penerjemahmutarjim dengan lebih


mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di
terjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya
bahasa yang diterjemahkan.

Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu


mengetahui bahwa terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak
mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua
maknanya tetap dipertahankan. Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu
dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya.

2. Syarat-syarat Terjemah

Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik


tarjamah harfiyah maupun tarjamah tafsiriyah adalah:

1) Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik


bahasa pertama maupun bahasa terjemahnya;
2) Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau
karakteristik dari kedua bahasa tersebut;
3) Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang
dikehendaki oleh bahasa pertama;
4) Hendaknya bentuk terjemahan lepas dari bahasa pertama. Seolah-olah
tidak ada lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsir berarti keterangan mengenai makna yang dimaksudkan dalam alqur’an baik dalam
kerangka pemikirnya masing-masing atau berpatokan pada riwayat dan pengetahuan seseorang.
Ilmu tafsir didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara mengungkapkan lafadz-
lafadz al-Qur’an, dalil-dalil yang dikemukakannaya, hukum-hukumnya baik yang bersifat
spesifik maupun sistematik serta makna-maknanya yang diungkapakn dengan bahasa yang
mudah dimengerti. Secara umum para ulama telah membagi tafsir menjadi dua bagian yaitu:
Tafsir bi al-riwayah, atau disebut juga dengan tafsir bi al-ma’tsur, dan tafsir bi al-dirayah atau
disebut juga dengan tafsir bi al-ra’y.

Ta’wil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafadz (ayat-ayat) melalui
proses pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafadz itu. Dengan kata lain berarti
menerangkan lafadz dengan alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna lahirnya.

Terjemah ialah mengungkapkan makna kalam (pembicaraan) yang terkandung dalam


suatu bahasa dengan kalam yang lain dan dengan menggunakan bahasa yang lain (bukan bahasa
pertama), lengkap dengan semua makna-maknanya dan maksud-maksudnya. Terjemah
dibedakan menjadi dua macam yaitu : Terjemah Harfiyah dan Terjemah Tafsiriyah.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang tafsir, ta’wil dan terjemah. Makalah
inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun
kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai