Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASPEK PENAFSIRAN AL-QURAN SEBAGAI UPAYA MEMAHAMI AYAT-AYAT AL-


QURAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Studi Al-quran

Dosen Pengampu : Fairuzah, S. Th. I, MA

Semester : I (Satu)

Oleh : Khoirun Nisa’

Mamluatul Hasanah Mahsun

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT ILMU KEISLAMAN AN-NUQAYAH (INSTIKA)

GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Ucapan syukur yang tidak bertepi kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
luar biasa yaitu sebuah ilmu pengetahuan kepada makhluknya, sehingga mampu menyelesaikan
berbagai tugas kehidupan. Tidak lupa pula utusan akhir zaman yang telah menuntun kaumnya ke
jalan yang penuh dengan cahaya islam dan ilmu pengetahuan, berkat beliaulah kita dapat
membedakan kebenaran dan kesalahan, yakni nabi Muhammad SAW

Terima kasih kepada semua pihak baik dosen pengampu Studi Al-quran yang sudah
berbagi ilmu mengenai mengenai kepenulisan, dan tidak lupa pula teman senasib dan
seperjuangan yang telah berbagi pendapat untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aspek Penafsiran Al-quran Sebagai Upaya Memahami Ayat-Ayat Al-quran” tepat waktu.

Penulis menyadari, bahwa keterbatasan ilmu pengetahuan masih banyak kekurangan.


Oleh karenanya dengan tidak melupakan akan keterbatasan kemampuan yang ada, maka penulis
mohon koreksi, kontribusi, pendapat dan kritik konstruktif dari berbagai pihak atas berbagai
kelemahan yang terdapat dalam makalah ini.

Penulis

Khoirun Nisa’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir dan Takwil.


Istilah tafsir merujuk kepada al-quran sebagaimana tercantum dalam Qs. al-furqan
ayat 33.
‫ق َوَأحْ َسنَ تَ ْف ِسيرًا‬ َ َ‫ك بِ َمثَ ٍل ِإاَّل ِجْئ ٰن‬
ِّ ‫ك بِ ْٱل َح‬ َ َ‫َواَل يَْأتُون‬
Tiadalah kaum kafir itu datang kepada mu membawa sesuatu yang ganjil seperti
meminta al-quran di turunkan sekaligus dalam sebuah kitab/melainkan
kami/mengalahkannya/menganugrahkan sesuatu yang benar dan penjelasan tafsir yang
terbaik. Pengertian ini yang di maksud dalam lisan al-arab dengan “Kasyk Al-mugattha”,
Membuka sesuatu yang tertutup. Sedangkan tafsir tulis ibnu manzhur “ialah penjelasan
maksud yang sukar dari suatu lafal” dengan demikian, menafsirkan al-quran ialah
menjelaskan atau menerangkan makna-makna yang sulit pemahamannya dari ayat-ayat
al-quran tersebut.1
Kata ta’wil terambil dari kata (‫ )اؤل‬aul atau kembali dan maal yakni kesudahan
menta’wilkan berarti menjadikannya berbeda dari semula. Dengan kata takwil adalah
mengembalikan makna kata atau kalimat ke arah yang bukan arah, maka harfiyah nya

1
Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016), hlm 67
yang di kenal secara umum. Bila dideteksi proses penta’wilan maka ia (pengembalian
tersebut) terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama, pengembalian kata atau kalimat ke
dalam benak untuk mengetahui maknanya yang populer, lalu terjadi pengembalian.
Tahap kedua, yaitu makna yang telah tergambar dalam benak itu di kembalikan lagi ke
makna lain, sehingga lahir makna kedua yang bersumber dari makna pertama.
Sedangkan perbedaan tafsir dan takwil ialah :
Tafsir adalah apa yang telah jelas di kitabullah atau tertentu (pasti) dalam sunnah
yang shahih karena maknanya jelas dan gamblang. Sedangkan ta’wil adalah apa yang
disimpulkan para ulama’ karena sebagian ulama’ mengatakan “tafsir adalah tanpa yang
berhubungan dengan riwayat, sedangkan ta’wil adalah apa yang berhubungan dengan
dirayah.2
Pendapat lain mengatakan mengenai perbedaan tafsir dan ta’wil adalah apa yang
berhubungan dengan dirayah (pengetahuan).

No Tafsir Ta’wil
1 Menurut abu ubaidah baik antara
tafsir dan ta’wil mempunyai makna
yang sama, tetapi pendapat ini tidak
di terima oleh sebagian ulama’
diantaranya ialah abu bakar ibnu
habib an-naisabury.
2 Menurut ar-raghit al-asfihani bahwa Menurut ar-raghit al-asfihani, ta’wil
tafsir lebih umum, selain itu tafsir lebih banyak digunakan untuk makna
lebih banyak digunakan untuk lafadz dan kalimat didalam al-quran.
dan kosa kata didalam al-quran.
3 Menurut sebagian ulama’ tafsir Menurut sebagian ulama’, ta’wil
menerangkan makna lafadz yang menetapkan makna yang dikehendaki
tidak menerima selain dari satu arti. oleh suatu lafal yang dapat menerima
banyak makna lantaran ada dalil-dalil
yang menghendaki.
4 Menurut al-maturdy, tafsir adalah Menurut al-maturdy, ta’wil menyeleksi
2
Qurais Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), hlm 219
menetapkan apa yang di kehendaki salah satu makna yang mungkin di
oleh ayat atau lafadz yang benar- terima oleh ayat atau lafadz dengan
benar dikehendaki oleh Allah swt. tidak meyakini bahwa itu yang
Kalau ada dalil yang membenarkan, dikehendaki oleh Allah swt.
maka disebut tafsir shahih jika tidak
ada dalil maka tafsir itu tidak di
benarkan.
5 Menurut thalib as-tsalabi, tafsir Menurut abu thalib as-tsalabi, ta’wil
menerangkan makna lafadz baik menafsirkan bathin lafadz.3
haqiqi atau majazi seperti makna
shirot dengan jalan.

B. Sejarah Perkembangan Tafsir Al-quran.


Sejarah tafsir al-quran berlnagsung melalui berbagai tahap dan kurun yang panjang
sehingga mencapai bentuknya yang kita saksikan sekarang ini, maka dalam
perkembangan penafsiran ayat-ayat al-quran sebenarnya dapat diklarasifikasikan menjadi
tiga (3), yaitu :
1. Tafsir Klasik.
Sesungguhnya penafsiran al-quran sudah berlangsung sejak zaman nabi
Muhammad Saw. Dan masih tetap berlangsung hingga sekarang, bahkan sampai masa
mendatang. Penafsiran al-quran sungguh telah menghabiskan waktu yang sangat
panjang dan melahirkan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu
al-quran khususnya tafsir al-quran. Upaya menelusuri sejarah penafsiran al-quran
yang sangat panjang dan tersebar luas di segenap penjuru dunia islam itu tentu saja
bukan perkara mudah.
Al-quran menegaskan bahwa tugas utama nubuwah nabi Muhammad Saw.
Adalah menyampaikan muatan al-quran. Berbarengan dengan itu berdasarkan al-
quran pula, nabi Muhammad Saw. Diberi otoritas untuk menerangkan atau
menafsirkan al-quran. Atas dasar itu, para ahli tafsir dan ilmu al-quran seperti qari’,

3
Manna Khalil Al-qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Jakarta: PT pustaka Litera Antarnusa, 2010) hlm
hafizh, dan para mufassir pertama dalam sejarah ilmu tafsir al-quran menobatkan nabi
Muhammad Saw sebagai mufassir pertama.
Tugas-tugas penyampaian tabligh, penghafalan (tahfidz), pembacaan (tilawah)
dan penafsiran al-quran yang ditetapkan Allah kepada nabi Muhammad. Dalam hal
ini nabi Muhammad melaksanakan tugas-tugasnya dengan prima dan berhasil baik
sebagai pembaca dan mengahafal al-quran maupun sebagai penyampai (mubaligh)
risalah dan penjelas (mubayyin) al-quran. Lebih dari itu, beliau juga menyelesaikan
seluruh tugas sucinya untuk mengamalkan dan mempraktekakn ajaran-ajaran al-quran
selama kurang lebih 23 tahun (610-632 m).
Penafsiran al-quran yang telah dibangun oleh rasulullah ialah penafsiran al-quran
dengan al-quran atau penafsiran al-quran dengan pemahaman beliau sendiri yang
kemudian dikenal dengan sebutan as-sunnah atau hadis. Jika al-quran itu sifatnya
murni karena semata-mata wahyu Allah, baik teks atau naskah lafal dan maknanya.
Hadis, kecuali hadis qudsi merupakan hasil pemahaman hasil beliau dari ayat-ayat al-
quran. Jadi, sumber tafsir al-quran pada masa rasulullah Saw. Adalah al-quran itu
sendiri dan hadis, sedangkan mufassir atas ayat-ayat al-quran itu pada masa nabi
Muhammad Saw. Hanyalah beliau lah sendiri sebagai mufassir tunggal. Dalam hal
ini, para sahabat yang tergabung dalam periode mutaqadimin baru penafsiran al-quran
setelah nabi Muhammad wafat.
2. Tafsir Kontemporer di Dunia Islam.
Periode pertama adalah periode nabi dan sahabat, periode ini berakhir pada masa
meninggalnya sahabat yang berakhir bernama abu tafair allays pada tahun 100 H di
mekkah.
Setelah itu mulai lah periode kedua yaitu tabi’in-tabi’in kira-kira dari tahun 100
H/732 M sampai dengan 181 H/812 M yang ditandai dengan wafatnya tabi’in terakhir
halaf bin hulaifat, sedangkan generasi tabi’in berakhir pada tahun 220 H.
a. Sumber-sumber tafsir al-quran
Dengan demikian sumber-sumber penafsiran pada zaman ini meliputi lima (5)
macam, yaitu:
1. Al-quran
2. Hadis-hadis nabi
3. Tafsir dari para sahabat
4. Cerita-cerita dari para ahli kitab (isra’iliyat)
5. Rakyu (ijtihat)

Kegiatan tafsir dikalangan tabi’in ini merupakan kelanjutan dari tafsir yang
telah dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya.

b. Metode para tabi’in


Secara umum tafsiran mareka memakai metode ijmali, metode ini lebih luas
jika di bandingkan dengan tafsir para sahabat, tetapi masih belum masuk kategori
tahlili (analisis).
Setelah itu, pada periode mutakhirin ialah zaman para ulama’ mufasir
gelombang ke-empat atau disebut juga generasi ke-dua yang menuliskan tafsir
terpisah dari hadis. Generasi ini muncul pada zaman kemunduran islam, yaitu
sejak jatuhnya bagdad pada tahun 656 H/1258 M sampai timbulnya gerakan
kebangkitan islam pada tahun 1286 H/1888 M.
Usaha keras yang dilakukan oleh ulama’ mutaqaddimin dalam menafsirkan
ayat al-quran telah menghasilkan kitab tafsir yang cukup lengkap, banyak, dan
besar.
Keadaan seperti itu menyebabkan orang-orang yang datang kemudian
merasa puas dengan tafsir yang telah ada. Akibatnya, tidak banyak ulama’ yang
mau berusaha menafsirkan sendiri di samping karena mereka memenuhi beberapa
syarat sebagai seorang mufassir tidak sebanyak pada periode mutaqaddimin. Oleh
sebab itu, pada zaman mutaakhirin ini produksi baru kitab tafsir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Akan tetapi, syarah, ulasan, atau
komentar terhadap penafsiran atau pemikiran ulama’-ulama’ mutaqaddimin ada
yang menonjol.4
3. Tafsir kontemporer di dunia barat
Kontemporer berarti zaman atau waktu titik di dalam kamus Oxford Learner’s
Pocket Dictionary dijelaskan, Ada dua pengertian dari comtemporary. Pertama
Belonging to the some time(termeasuk waktu yang sama), Dan yang kedua of the

4
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung:Humaniora, 2015) hlm 19
present time modern (waktu sekarang atau modern).Sedangkan dalam bahasa
Indonesia Kontemporer adalah Pada masa ini atau dewasa ini.
pada dasarnya tidak ada kesepakatan yang jelas tentang arti istilah kontemporer.
misalnya Apakah istilah kontemporer yang meliputi abad ke-19 atau hanya merujuk
pada abad ke-20 sampai 21. yang dimaksud dengan periode Kontemporer adalah
yaitu sejak abad ke-13 Hijriah atau akhir abad ke-19 masehi sampai sekarang ini.
sebagian pakar berpandangan bahwa kontemporer identik dengan modern keduanya
saling digunakan secara bergantian titik dalam konteks peradaban Islam keduanya
dipakai saat terjadi kontak intelektual pertama dunia Islam dengan Barat. Dengan
dengan demikian dapat bahwa tafsir Kontemporer adalah tafsir atau penjelasan ayat
Alquran yang disesuaikan dengan kondisi kekinian atau saat ini. pengertian seperti ini
sejalan dengan pengertian tajdid yakni usaha untuk menyesuaikan ajaran agama
dengan kehidupan kontemporer dengan jalan mentakwilkan Atau menafsirkan Sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta kondisi sosial masyarakat.
adapun yang muncul dihadapan adalah seperti masalah kemiskinan pengangguran,
kesehatan, ketidakadilan hukum, ekonomi politik budaya,Diskriminasi,sensitifitas
gender dan HAM. Sehingga dengan demikian metodologi tafsir Kontemporer adalah
kajian di sekitar metode metode tafsir yang berkembang pada era kontemporer.
Secara terperinci maksud dari tafsir modern Kontemporer adalah Merekonstruksi
kembali produk-produk tafsir klasik yang sudah tidak memiliki relevansi dengan
situasi modern. Seperti yang sudah di singgung diatas bahwa tafsir Kontemporer
adalah tafsir atau penjelasan ayat Alquran yang disesuaikan dengan kondisi kekinian
atau saat ini yang tentunya berbeda dengan tafsir klasik.
Kemunculan tafsir kontemporer kaitannya dengan mulai muncul istilah pembaharuan
yang dipopulerkan oleh beberapa ulama modern yang menginginkan pendekatan dan
metodologi baru dalam memahami Islam. Persepsi para pembaharuan memandang
bahwa pemahaman Alquran yang terkesan jalan di tempat mereka memandang bahwa
metodologi klasik telah menghilangkan ciri khas Alquran sebagai kitab yang sangat
sempurna dan kompleks sekaligus dapat menjawab segala permasalahan klasik
maupun modern.5

5
Ahmad syukri, Metodologi Tafsir Al-quran Kontemporer, (Jambi: Sulton Thaha Press, 2007) hlm
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut,
1. Tafsir adalah penjelasan maksud yang sukar dari suatu lafal. Sedangkan ta’wil adalah
mengembalikan makna kata atau kalimat ke arah yang bukan arah. Adapun perbedaan
tafsir dan ta’wil ialah, kalau tafsir apa yang telah jelas di kitabullah atau tertentu
(pasti) dalam sunnah yang shahih karena maknanya telah jelas dan gamblang.
Sedangkan ta’wil ialah apa yang di simpulkan para ulama’.
2. Adapun sejarah perkembangan tafsir al-quran meliputi ; tafsir klasik, tafsir
kontemporer di dunia islam dan tafsir kontemporer di dunia barat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-qattan, Manna Khalil. 2010. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera
Antarnusa.
2. Baidan, Nasruddin. 2016. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
3. Izzan, Ahmad. 2015. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Humaniora.
4. Shihab, M Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Tanggerang: Lentera Hati.
5. Syukri, Ahmad. 2007. Metodologi Tafsir Al-quran Kontemporer. Jambi: Sulton Thaha
Press.

Anda mungkin juga menyukai