Di susun Oleh:
1. Shofi Nuril Izzah (17320027)
2. Erika NurFitriyan (17320045)
3. M. Azharudin (17320060)
4. Nur Laily Tantiasari (17320090)
5. Amalia Rahmawati (17320100)
6. Fina Amilatul Lutfiah (17320154)
SASTRA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir dan Takwil......................................................................... 4
B. Kilas sejarah perkembangan Tafsir dan Takwil............................................. 6
C. Perbedaan Tafsir dan Takwil didalam Al-qur’an.......................................... 8
D. Manfaat Tafsir dan Takwil terhadap ayat muhkamat dan mutasyabihat...... 8
E. Metodologi Tafsir........................................................................................... 9
F. Corak penafsiran............................................................................................ 11
G. Tokoh Mufassir dan Karya.............................................................................. 12
H. Contoh ayat Tafsir / Takwil........................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
BAB I
2
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak habis untuk kita gali.
Mulai dari ilmu tentang pemerintahan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, keimanan, kisah-kisah,
ilmu tentang hal-hal ghaib seperti akhirat dan pembalasan hari akhir dan masih banyak lagi
yang terkandung dalam al-qur’an karena setiap ayatnya adalah ilmu.
Al-qur’an adalah mu’jizat yang sangat besar diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW tidak ada satu orang pun yang sanggup menandinginya. Selain karena bahasa arab
memiliki keistimewaan tersendiri juga bahasa dan redaksi yang digunakan dalam al-qur’an
bermakna luas dan penuh dengan ilmu. Kemampuan setiap orang dalam memahami lafadz
dan ungkapan qur’an tidaklah sama, padahal ayatnya sama dengan semua yang tersurat maka
pada makalah ini akan kami terangkan tentang metode dalam memahami al-qur’an.
Tafsir dan Ta’wil adalah salah satu pokok bahasan dalam menemukan upaya
penyingkapan tabir akan rahasia-rahasia ayat dan makna maka pentingnya diketahui ilmu
tafsir ataupun ta’wil. Memahami al-Qur’an tidak hanya berdasarkan apa yang tertera pada
terjemahan saja, tetapi pemahaman yang lebih dalam lagi yaitu dikaji berdasarkan ilmu tafsir.
Harus diakui, sampai saat ini masih ada usaha gigih dan terus menerus dalam
mengkaji berbagai hal tentang ilmu tafsir. Ada yang dimotivasi karena keinginan utnuk
membuktikan kebenaran al-qur’an ada juga yang beranggapan tentang misteri yang
menyelimuti al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Tafsir dan Takwil?
2. Apa perbedaan antara Tafsir dan Takwil?
3. Apa manfaat dari Tafsir / Takwil?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Tafsir / Takwil?
5. Bagaimana metodologi Tafsir Al-qur’an?
6. Apa saja corak penafsiran?
7. Siapa para tokoh Mufassir dan karyanya?
8. Sebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan Tafsir/Takwil?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas Studi Al-qur’an dan hadits
2. Untuk mengetahui pengertian, perbedaan, dan manfat dari Tafsir dan Takwil
3. Untuk menggetahui sejarah perkembangan tafsir / takwil
4. Untuk memahami metodologi tafsir Al-qur’an
5. Untuk mengetahui ragam corak penafsiran
6. Untuk mengetahui para tokoh mufassir dan karyanya
7. Untuk mengetahui ayat-ayat yang berkaitan dengan tafsir/takwil
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. PENGERTIAN TAFSIR DAN TAKWIL
A. Pengertian Tafsir
1. Menurut Bahasa
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’îl”, berawalkan dari akar kata al-fasr yang
berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakan atau menerangkan makna-makna yang
abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan “daraba – yadribu” dan “nasara – yansuru”.
Dikatakan: “fasara (asy-syai’a) yafsiru” dan “yafsuru, fasran”, dan fassaruhu”, artinya
“abânahu” (menjelaskannya). Kata at-tafsîr dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan
menyingkap yang tertutup. Dalam Lisanul ‘Arab didefinisikan dari kata “al-fasr” berati
menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata “at-tahsir” berarti menyingkapkan maksud
suatu lafazh yang musykil. Dalam Al-Qur’an dinyatakan:
َ ك ِب َم َث ٍل ِٳاَّل َ ِج ْٸ ٰ َن
]٣٣:ك ِب ْٱل َح ِّق َوٲَحْ َس َن َت ْفسِ يرً ا [الفرقان َ َواَل َيٲْ ُتو َن
“Tidaklah mereka datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melaikan kami datangkan
kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik tafsir-nya.” (Al-Furqan: 33). Yaitu penjelasan
dan perinciannya.
2. Menurut Istilah
Dalam buku M.Hasby Ash-Shiddiqy ( Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran /Tafsir)
dijelaskan 4 pendapat ulama tafsir, yakni:
a. Tafsir menurut Al-Kilab dalam at-Tashil adalah menjelaskan al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat atau tujuan.
b. Menurut Syaikh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan kata yang sukar
dipahami oleh pendengar sehingga berusaha mengemukakan sinonimnya atau makna yang
mendekatinya atau dengan jalan mengemukakan salah satu dilalahnya.
c. Menurut Abu Hayyan tafsir adalah mengenai cara pengucapan kata-kata Al-Qur’an serta
cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hokum dan makna yang terkandung
didalamnya.
d. Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan
makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, serta
menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya.
B. Pengertian Takwil
1. Menurut Bahasa
Ta’wil secara bahasa berasal dari kata “a-u-l,” yang berarti kembali ke asal. Dikatakan
“ً”آل إِلَ ْي ِه أَوْ الً َو َمآال artinya
َ kembali kepadanya. “ً ”ٲَ َّو َل ْال َكالَ َم تَأْ ِو ْيالartinya memikirkan,
memperkitakan dan menafsirkannya.
Atas dasar ini, maka tawil al-kalam (penakwilanterhadap suatu kalimat) dalam istilah
mempunyai dua makna :
4
Pertama, ta’wil kalam dengan pengertian, suatu makna yang menjadi tempat
kembalinya perkataan pembicara, atau sesuatu makna yang kepadanya suatu kalam
dikembalikan. Dan kalam itu sendiri biasanya merujuk kepada makna aslinya yang
merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud
Kedua, ta’wil al-kalam atau ta’wilul kalam dalam arti Menafsirkan dan Menjelaskan
maknanya.
2. Menurut Istilah
Dalam terminologi Islam, Ibnu Manzhur menyebutkan dua pengertian Takwil :
a.Lisan Al-Arab yang dikutip Abdurrahman Mardafi, takwil adalah memindahkan makna
zhahir dari tempat aslinya kepada makna lain karena ada dalil.
b.Al-Jurjani dalam kamus istilahnya yang terkenal At-Ta'rifat, bermakna mengalihkan
lafazh dari maknanya yang zhahir kepada makna lain (batin) yang terkandung di dalamnya,
apabila makna yang lain itu sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah".
c.Ibnu Al-Jawzi dalam bukunya Al-Idhah li Qawanin Al-Istilah yang dikutip
Abdurrahman Mardafi yang dikutip Abdurrahman Mardafi mengatakan bahwa, " Takwil
adalah mengalihkan lafazh ambigu ( muhtamal ) dari maknanya yang kuat ( rajih ) kepada
makna yang lemah ( marjuh ) karena adanya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud
oleh pembicara adalah makna yang lemah".
d.Imam Haramain Al-Juwaini dalam bukunya Al-Burhan fi Ushul Al-Fiqh yang dikutip
Abdurrahman Mardafi berkata, " Takwil adalah mengalihkan lafazh dari makna zhahir
kepada makna yang dimaksud (esoteris) dalam pandangan penTakwil".
e. Abu Hamid Al-Ghazali dalam bukunya Al-Mustashfa Min Ilmi Al-Ushul yang dikutip
Abdurrahman Mardafi mengatakan, " Takwil adalah sebuah ungkapan (istilah) tentang
pengambilan makna dari lafazh yang ambigu ( muhtamal ) dengan didukung dalil dan
menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditunjukkan oleh lafazh zhahir".
f.Abu Al-Hasan Al-Amidi Rahimahullah salah seorang ulama ushul dalam Al-Ihkam fi
Ushul Al-Ahkam yang dikutip Abdurrahman Mardafi mengatakan, " Takwil adalah
mengalihkan lafazh yang muhtamal dari makna zhahirnya berdasarkan dalil yang
menguatkannya".
g.Ibnu Taimiyah dalam bukunya Al-Iklil fi Al-Mutashabih wa At-Takwil yang dikutip
Abdurrahman Mardafi menyatakan bahwa ulama mutaqaddimin (salaf) berpendapat bahwa
Takwil merupakan sinonim dari tafsir, sehingga hubungan ( nisbat) diantara keduanya adalah
sama. Abdurrahman Mardafi menambahkan Seperti yang digunakan oleh Ibnu Jarir At-
Thabari dalam tafsirnya Jami' Al-Bayan fi Takwil Ayat Al-Qur'an; kata Takwil yang
dimaksudkan oleh beliau adalah tafsir . Sedangkan Takwil menurut ulama mutaakhkhirin
( khalaf ) dari kalangan ulama ushul, kalam, dan tashawwuf adalah mengalihkan makna
lafazh yang kuat ( rajih) kepada makna yang lemah ( marjuh ), karena ada dalil yang
menyertainya.
5
Penafsiran al-Quran sudah berlangsung sejak zaman nabi Muhammad Saw (571-632
M) dan masih tetap berlangsung hingga sekarang, bahkan pada masa mendatang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab sehingga mayoritas orang Arab mengerti makna
dari ayat-ayat al-Qur’an. Akan tetapi tidak semua sahabat mengetahui makna yang
terkandung dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya sangat variatif dalam
memahami isi dan kandungan al-Qur’an. Jika terdapat kejanggalan yang mereka tidak dapat
pahami, mereka langsung menayakannya kepada nabi Muhammad Saw. Demikianlah tradisi
tafsir ketika itu, sama sekali tidak ada masalah yang besar karena semua permasalahan bisa
langsung ditanyakan kepada Rasulullah Saw.
Pada masa itu tak seorang pun dari para sahabat beliau yang berani menafsirkan al-Quran
karena beliau masih berada di tengah-tengah mereka. Beliau sendirilah yang memikul beban
untuk memberikan penjelasan mengenai ayat-ayat al-Quran sebagaimana mestinya. Firman
Allah SWT menegaskan hal ini:
﴾٤٤ : ﺎﺱ َﻣﺎ ﻧُ ِّﺰ َﻝ ﺇِﻟَ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َﻭﻟَ َﻌﻠَّﻬُ ْﻢ ﻳَﺘَﻔَ َّﻜﺮُﻭﻥَ ﴿ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻨﺤﻞ َ َﻭﺃَ ْﻧﺰَ ْﻟﻨَﺎ ﺇِﻟَ ْﻴ
ِ َّﻚ ﺍﻟ ِّﺬ ْﻛ َﺮ ﻟِﺘُﺒَﻴِّﻦَ ﻟِﻠﻨ
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (Q.S.
Al-Nahl [16]: 44)
B. PERIODE MUTAQADDIMIN
Periode mutaqaddimin sekitar awal abad pertama sampai abad keempat hijriah (abad
1-4 H). Periode ini meliputi masa sahabat, tabi’in, dan tibi’i tabi’in. Sepeninggal Nabi
Muhammad Saw (11 H/632 M) selaku mufassir pertama dan tunggal pada zamannya,
penafsiran al-Quran dilakukan oleh para sahabat. Dari kalangan sahabat, setidak-tidaknya
tercatat sekitar sepuluh orang mufassir yang sangat terkenal, yaitu: Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit,
Abu Musa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair. Namun yang paling banyak menafsirkan dari
mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas.
Sumber tafsir pada masa sahabat ialah, al-Quran, Hadis, Ijtihad, dan informasi dari
ahli al-Kitab. Beberapa ciri tafsir sahabat ialah; penfasiran hanya sebagian dari ayat al-Quran,
melalui pendekatan kosakata secara global, dan penfasiran dilakukan dengan menguraikan
Hadis karena tafsir ketika itu adalah bagian dari Hadis.
Setelah para sahabat, penafsiran selanjutnya dilakukan oleh generasi tabi’in. Metode
penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa sahabat karena
para tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Berbeda dengan sahabat yang secara umum
bermukim di Madinah. Dalam periode ini muncul beberapa madrasah kajian tafsir di
beberapa wilayah, yaitu:
1. Pendiri madrasah ini ialah Abdullah bin Abbas. Para mufassirnya yang terkenal ialah
Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah, Atha bi Abi Rabah, Thawus bin Kisan, dll.
Madrasah tafsir di Mekah,
6
2. Pendirinya adalah Ubay bin Ka’ab. Para mufassirnya yang terkenal ialah Zaid bin
Aslam, Abu Aliyah, Muhammad bin Ka’ab, dll. Madrash tafsir di Madinah,
3. Pendirinya adalah Abdullah bin Mas’ud. Para mufassirnya yang terkenal ialah
Alqamah bi Qais, Masruq, Murrah al-Hamdani, Hasan Basri, Qatadah, dll. Madrasah
tafsir di Madinah
Sumber tafsir pada masa tabi’in ialah al-Quran, Hadis, tafsir para sahabat, informasi
dari ahli al-Kitab, dan ijtihad. Mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa tafsir tabi’in bisa di
ambil karena tabi’in mengambil sebagian besar tafsirnya dari para sahabat. Adapun menurut
Syu’bah dan Ibnu Aqil menyebutkan bahwa tafsir tabi’in tidak bisa dijadikan rujukan karena
mereka tidak menyaksikan turunnya al-Quran secara langsung sebagaimana yang dialami
oleh para sahabat. Ciri tafsir pada masa ini tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya,
hanya saja telah mengarah pada penghimpunan tafsir secara khusus. Secara umum, periode
mutaqaddimin yang terdiri dari masa sahabat, tabi’in, dan tabi’i tabi’in disebut fase
periwayatan dengan lisan. Fase ini tafsir masih menjadi sub bab dari hadis seperti pada masa
sahabat.
C. PERIODE MUTA'AKHHIRIN
Pada periode ini, pengkodifikasian atau pembukuan tafsir mulai dilakukan. Periode ini
ditandai dengan maraknya penulisan tafsir secara khusus dan independen serta
menjadikannya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari Hadis. Secara umum,
perkembangan tafsir pada periode ini melalui 3 tahap:
1. Pemisahan tafsir dari kitab Hadis menjadi disiplin ilmu tersendiri. Beberapa mufassir yang
berjasa pada masa ini ialah Ibnu Majah, Ibnu Jarir al-Thabari, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Hibban,
Al-Hakim, dll. Tahap pertama,
2. Tafsir mulai masuk pada fase yang sama sekali berbeda sebelumnya, yaitu meringkas
isnadnya atau bahkan menghapusnya. Inilah awal mula masuknya pemalsuan dalam tafsir dan
kisah-kisah israiliyyat. Diantara mufassir yang melakukan penghapusan sanad dalam
tafsirnya ialah Abu Ishaq al-Zujaj, Abu Bakar Muhammad bin Hasan, dll. Tahap kedua,
Pada tahap ketiga ini, muncullah beragam metode tafsir yang berbeda-beda. Di
antaranya, Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Razi, Tafsir al-Quran al-Azhim karya Al-Tusturi,
Ahkam al-Quran karya Al-Arabi, Tafsir Kabir karya Fakhr al-Razi, dll.
D. PERIODE KONTEMPORER
7
Periode ini dimulai dari akhir abad ke-19 hingga kini. Yang di pelopori oleh para
tokoh dan pejuang muslim yang berupaya untuk melakukan perbaikan dalam dunia Islam.
Tafsir yang pertama muncul periode ini ialah tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridha di Mesir. Tafsir ini menginspirasi beberapa tafsir setelahnya, yaitu tafsir
Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Mahasin al-Ta’wi karya Al-Qasimi, dan
Tafsir Al-Jawahir karya Thanthawi Jauhari.
Gerakan pembaharuan Islam yang bermula di Mesir tersebut, turut mempengaruhi
daerah-daerah lainnya termasuk di Indonesia. Di antara tafsir-tafsir di Indonesia ialah Tafsir
al-Azhar karya Hamka Tafsir Al-Nur dan Tafsir al-Bayan karya Hasbi Al-Shiddiq, Tafsir
Quran Karim karya Mahmud Yunus, tafsir Al-Misbah karya Qurais Shihab, dll. Pada masa
ini pula, melahirkan metode dan corak yang baru dalam bidang tafsir. Di antara metode yang
dapat dikemukakan ialah metode maudhu’i (tematis), metode muqarin. Adapun coraknya
ialah tafsir corak al-adabi al-ijtima’i.
Tafsir lebih banyak digunakan pada lafas dan mufradat sedangkan takwil lebih banyak
digunakan pada jumlah dan makna-makna.
Tafsir apa yang bersangkutan paut dengan riwayah sedangkan Takwil apa-apa yang
bersangkutan paut dengan dirayah.
Tafsir menjelaskan secara detail sedangkan Takwil hanya menjelaskan secara global
tentang apa yang dimaksud dengan ayat itu.
Takwil menjabarkan kalimat-kalimat dan menjelaskan maknanya sedangkan tafsir
menjelaskan secara dengan sunnah dan menyampaikan pendapat para sahabat dan para
ulama dalam penafsiran itu.
Tafsir menjelaskan lafas yang zahir ,adakalanya secara hakiki dan adakalanya secara
majazi sedangkan Takwil menjelaskan lafas secara batin atau yang tersembunyi yang
diambil dari kabar orang orang yang sholeh.
Muhkamat
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bhs. Arabnya lemah. Sebab
arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
b. Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya serta menghayatinya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-Qur'an sebab
ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umatdalam mempelajari isinya.
e. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.
8
Mutasyabihat
a. Rahmat Allah, sebab sifat dan dzat Allah itu ditampakkan kepada manusia yang lemah,
tidak mengetahui segala sesuatu.
b. Sebagai bagian dari ujian kepada manusia, apakah dia akan tetap beriman terhadap kabar-
kabar yang hak itu, atau malah berpaling.
c. Menampilkan dalil atas keberadaan manusia sebagai makhluk yang lemah dan
menampilkan syahid terhadap kekuasaan Allah.
d. Menegaskan Kemukjizatan al-Qur'an.
e. Memudahkan bacaan, hafalan, dan pemahaman al-Qur'an. Sebab adanya ayat
mutasyabihatmutasyabihat sulit dimengerti, maka orang akan banyak berfikir.
f. Menambah pahala usaha manusia dengan menambah sukarnya memahami ayat – ayat
mutasyabihat.
Al-ma’tsur(riwayat) yaitu proses penafsiran yang menekankan pada data riwayat dari
NabiSAW. dan atau sahabat, sebagai variabel penting dalam proses penafsiran Al-Qur’an.
Al-ra’y(pemikiran), yaitu proses penafsiran yang menekankan pada hasil pemikiran atau
ijtihad.
3. metode muqarin(komparatif)
Secara etimologis adalah membandingkan antara dua hal.
Secara terminologis adalah menafsirkan sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu
dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, atau antara ayat dengan hadis, atau
antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek
yang dibandingkan.
Kelebihan Kekurangan
a. memberi wawasan yang luas a.tidak cocok untuk pemula
b.membuka diri untuk selalu bersikap b. kurang tepat untuk memecahkan
toleran masalah kontemporer
c.dapat mengetahui berbagai penafsiran c.menimbulkan kesan pengulangan
d.membuat mufasir lebih berhati-hati pendapat para mufasir
4.metode maudhu’i(tematik)
Metode maudhu’i adalah metode yang dilakukan dengan cara menafsirkan ayat alqur’an
berdasarkan tema dan topik tertentu. Jadi para mufasir mencari tema-tema atau topik-topik
yang berada di tengah-tengah masyarakat atau berasal dari Al Qur’an itu sendiri atau
dari yang lain-lain.
Tafsir ayat alquran dengan metode ini memiliki 2 bentuk:
1. Menafsirkan satu surat dalam Al Qur’an secara menyeluruh dan utuh dengan
menjelaskan tujuannya yang bersifat umum dan khusus, serta menjelaskan korelasi antara
persoalan yang beragam dalam surat terebut, sehingga satu surat tersebut dengan berbagai
masalahnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
2. Menfasirkan dengan cara menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang membahas satu
masalah tertentu dari berbagai ayat dan surat Al Qur’an yang diurut sesuai dengan urutan
turunnya,kemudian menjelaskan pengertian secara menyeluruh dari ayat-ayat tersebut untuk
menarik petunjuk AL Qur’an secara utuh tentang masalah yang akan dibahas.
Kelebihan Kekurangan
a.dapat menjawab semua persoalan a. Memenggal ayat Al-qur’an
masyarakat sesuai dengan kondisinya b. Membatasi pemahaman ayat
b.lebih praktis dan sistematis
c.sangat dinamis
10
d. menafsirkannya lebih utuh
2. Tafsir bercorak lughawi (adabi)
Tafsir bercorak lughawi ialah kecenderungan tafsir dengan memfokuskan penafsiran pada
bidang bahasa. Penafsirannya meliputi segi i’rab, harakat, bacaan, pembentukan kata,
susunan kalimat dan kesusastraannya. Tafsir semacam ini selain menjelaskan maksud-
maksud ayat-ayat al-Qur’an juga menjelaskan segi-segi kemu’jizatannya.
11
Tafsir bercorak kalam ialah tafsir dengan kecenderungan pemikiran kalam, atau tafsir yang
memiliki warna pemikiran kalam. Salah satu bentuk penafsiran al-Qur’an yang tidak hanya
ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi lebih jauh lagi merupakan tafsir
yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang teologi tertentu. Paling tidak tafsir model
ini akan lebih banyak membicarakan tema-tema teologis dibanding mengedepankan pesan-
pesan pokok al-Qur’an.
(tidak ada keraguan di dalamnya). Jika diartikan, “lâ syakka fîhi(tidak ada kebimbangan di
dalamnya),” maka ini adalah tafsir. Jika diartikan, “tidak ada keraguan di kalangan kaum
yang beriman” maka ini adalah takwil(Al-Qurthubi, Al-Jâmi‘ li Ahkâm al-Qur’ân, IV/15-16).
(Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati). Jika ayat ini diartikan, “Allah
mengeluarkan burung (yang bernyawa) dari telur (yang mati/tidak bernyawa),” maka ini
tafsir. Jika diartikan Allah mengeluarkan orang Mukmin dari orang kafir atau orang
berilmu dari orang bodoh maka ini takwil (Al-Jurjani, At-Ta‘rifât, hlm. 50-51).
Surah al-Fajr ayat 14 yang berbunyi:
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Tafsir dan Ta’wil sendiri merupakan suatu penjelasan dan pendapat yang banyak dipaparkan
beberapa ulama’ yang menerangkan makna-makna al-Qur’an dan mengembalikan sesuatu
kepada tujuan utama dan apa yang dimaksud. Dengan banyak pendapat dari beberapa ulama’
13
kita juga dapat memahami lebih jauh tentang Tafsir. Definisi Tafsir dan Tawil kita juga tidak
terlepas dari banyaknya macam keduanya.
2. Contoh-contoh tentang menfsirkan ta’wil dan tafsir dapat membantu mengurangi ketidak
tahuan kita tentang memahami tafsir.
3. Secara teoritis kembali kepada al qur’an dan hadits boleh dikatakan tidak ada masalah, tetapi
problema muncul lagi dan terasa memberatkan pikiran ketika teori itu diterapkan untuk
memecahkan berbagai kasus yang terjadi di masyarakat. Oleh karena hal itu cara yang
digunakan oleh ulama’ dalam memahami gharib al qur’an, – dan ini disebut juga “Ahsana al
Thuruq”oleh sebagai ulama – adalah sebagi berikut :
a. Menafsirkan al qur’an dengan al qur’an.
b. Jika tidak ditemukan di dalam hadits maka dicari dalam atsar (pendapat)
shahabat.
c. Jika masih belum didapati pemecahannya maka sebagian ulama
memeriksa pendapat tabi’in.
d. Melalui sya’ir
DAFTAR PUSTAKA
Al-Amidi, Saifuddin. 1996. Al-Ihkâm fî Ushûl al-Ahkâm. Juz III. Beirut : Dar al-Fikr.
14
Al-Hasan, M. Ali. 1983. Al-Manâr fî ‘Ulûm al-Qurân. ‘Amman: Mathba’ah Asy-Syuruq wa
Maktabatuha.
Al-Husaini, M. bin Alawi al-Maliki. 1983. Zubdah al-Itqân fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Jeddah: Dar
Al-Syuruq.
Asy-Syaukani, t.t. Irsyâd al-Fuhûl ilâ Tahqîq al-Haqq min ‘Ilm al-Ushûl. Beirut: Dar al-
Fikr.
Az-Zarkasyi, Badruddin, t.t. Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân. Juz II. Beirut: Dar al-Fikr.
https://mafhum.wordpress.com/2009/10/29/antara-tafsir-dan-takwil/
http://dhindahardhinsay.blogspot.com/2013/12/tafsir-dan-tawil.html
http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/04/makalah-tafsir-dan-takwil.html
https://bokuwafauzandesu.blogspot.com/2016/12/makalah-tafsir-dan-takwil.html
15