DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
A. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5
B. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Tafsir.....................................................................................................................5
B. Sejarah Perkembangan Tafsir................................................................................................7
C. Macam-Macam Tafsir...........................................................................................................10
A. Pengertian Takwil dan pembagiannya.................................................................................13
A. Pengertian Tarjamah............................................................................................................16
B. Sejarah Singkat Perkembangan Tarjamah.........................................................................16
C. Macam-macam Tarjamah.....................................................................................................17
2.2. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah.......................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui
malaikat Jibril yang digunakan sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat
manusia. Oleh karena itu, Al-Qur’an menjadi sangat penting bagi kita, dan bagi siapa yang
membacanya merupakan ibadah. Untuk berpegang teguh pada firman tersebut, yang
dibutuhkan pertama kali tentu memahami kandungannya serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sejak dini seorang Muslim dituntut mengaplikasikan al-Qur’an bukan
hanya sekedar pesan dari Allah tetapi juga pemahaman yang diperlukan untuk
mengaplikasikannya yaitu melalui 3 tahapan, diantaranya:
1. Menerima pesan al-Qur’an setelah mendengar dan membacanya
2. Memahami pesan al-Qur’an setelah merefleksikan dan mengkaji maknanya
3. Mengaplikasikan pesan al-Qur’an sebagai sumber pedoman kehidupan manusia
Al-Qur’an itulah sumber tasyri’ pertama bagi umat Islam. Karena itu orang Islam harus
memahami artinya, mengetahui rahasianya, dan mengamalkan isi Al Qur’an itu untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup dunia akhirat. Tidak semua orang itu dapat memahami
lafaz-lafaz dan ibarat-ibarat, disamping menjelaskan keterangan ayat-ayatnya itu. Cara dan
kemampuan berpikir orang itu berlain-lainan mengenai suatu hal. Pada umumnya orang itu
hanya memikirkan arti-artinya yang kelihatan saja memikirkan ayat-ayat Al-Quran itu hanya
secara global. Oleh karena itu, maka al-Qur’an tersebut harus dipelajari dengan mendalam.
Untuk mempelajari makna al-Qur’an secara mendalam, tidak cukup hanya dengan
mengandalkan al-Qur’an terjemahan saja. Pada faktanya, banyak orang telah menghabiskan
waktu hidupnya untuk mengkaji al-Qur’an guna memahami maknanya.
Untuk memahami maknanya ada beberapa ilmu yang digunakan dalam mempelajari
pengkajian al-Qur’an secara mendalam, diantaranya ilmu Tafsir, Ta’wil, dan Tarjamah.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Tafsir?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Tafsir?
3. Apa saja macam-macam Tafsir?
4. Apakah yang dimaksud dengan Takwil dan pembagiannya?
5. Apakah pengertian dari Tarjamah?
6. Bagaimana sejarah perkembangam Tarjamah?
7. Apa saja macam-macam Tarjamah?
8. Apakah perbedaan Tafsir, Takwil dan Tarjamah?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Tafsir
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Tafsir
3. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir
4. Untuk mengetahui pengertian Takwil dan pembagiannya
5. Untuk mengetahui pengertian Tarjamah
6. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Tarjamah
7. Untuk mengetahui macam-macam Tarjamah
8. Untuk mengetahui perbedaan Tafsir, Takwil dan Tarjamah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Tafsir ialah dari ilmu-ilmu syari’at yang paling mulia dan paling tinggi. Ia adalah ilmu
yang paling mulia, sebagai judul, tujuan, dan kebutuhan, karena judul pembicaraan ialah
kalam atau wahyu Allah SWT yang jadi sumber segala hikmah dan sumber segala
keutamaan. Selanjutnya; bahwa yang menjadi tujuannya ialah berpegang pada tali Allah
yang kuat dan menyampaikan kepada kebahagiaan yang hakikat atau sebenarnya.
Sesungguhnya makin terasa kebutuhan padanya ialah, karena setiap kesempurnaan agama
dan dunia, haruslah sesuai dengan ketentuan syara’. Ia sesuai bila ia sesuai dengan ilmu
yang terdapat dalam kitab Allah SWT.1
Secara etimologi kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsira” yang berarti
keterangan atau uraian. Al-Jurjani berpendapat bahwa kata “tafsir” menurut pengertian
bahasa adalah “Al-Kasf wa Al-izhhar” yang artinya menyingkap (membuka) dan
melahirkan. Pada dasarnya, pengertian “tafsir” berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari
kandungan makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan (menerangkan), Al-kasyf
(mengungkapkan), Al-izhar (menampakkan), dan Al-ibanah (menjelaskan).2 Sedangkan
menurut terminologi tafsir ialah menyingkapkan maksud dari lafaz-lafaz yang sulit dan bias
juga didefinisikan semacam ilmu yang membahas cara mengucapkan lafal Al-Qur’an dan
kandungannya, hukumnya yang berkenaan dengan perorangan dan kemasyarakatan, dan
pengertiannya yang dilingkupi oleh susunan lafalnya.3 Dalam Al-Qur’an dikatakan:
Artinya: “tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (sesuatu) yang ganjil
melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya (Q.S. Al-Furqaan 25:33)
Adapun mengenai pengertian pengertian tafsir berdasarkan istilah, para ulama
mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda-beda.4
a. Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashil
Tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya, dan menjelaskan apa yang
dikehendaki nash, isyarat atau tujuannya.
b. Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahih At-Taujih
1
Drs.H.Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm 163.
2
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm 139.
3
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm 164.
4
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm 141.
Tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafazh yang sukar dipahami oleh pendengar
dengan mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan
jalan mengemukakan salah satu dilalah lafazh tersebut.
c. Menurut Abu Hayyan
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh Al-Qur’an serta cara
mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang
terkandung didalamnya.
d. Menurut Az-Zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna
kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad SAW., serta menyimpulkan
kandungan-kandungan hukum dan hikmahnya.
Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang dikemukakan para ulama tersebut, dapat
ditarik satu kesimpulan bahwa pada dasarnya, tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan,
penalaran, dan ijtihad manusia untuk menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat
didalam Al-Qur’an.
B. Sejarah Perkembangan Tafsir
Menurut Sunnah, Allah mengutus Rasul-rasul-Nya itu dengan bahasa kaumnya sendiri,
supaya pembicaraan mantap antara kedua belah pihak.5 Allah berfirman dalam Al-Qur’an.
Artinya: “Dan
kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka itu”. (Q.S.Ibrahim 14:4)
Kitab yang diturunkan itu adalah dengan bahasa Nabi dan kaumnya. Bahasa Muhammad
sehari-hari adalah bahasa Arab. Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab. Dengan
demikian maka kata-kata yang diucapkan oleh Nabi adalah muhkam. Allah berfirman dalam
Al-Qur’an. Artinya:”Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an itu dalam bahasa Arab,
agar kamu memahaminya”. (Q.S.Yusuf 12:2).
Artinya: “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam. Dibawa
turun oleh
Ruhul
Amin (Jibril).
Ke dalam
hati mu (Muhammad) agar engkau menjadi salah seorang diantara orang-orang yang
memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas”. (Q.S.As-syu’ara 26: 192-195).
5
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm 174.
Lafaz-lafaz Al-Qur’an itu adalah lafaz Arab. Bentuk-bentuk arti Al-Quran itu sesuai dengan
bentuk arti di kalangan orang Arab. Lafaz-lafaz itu hanya sedikit berbeda menurut
penyelidikan para ahli. Apakah dia berasal dari bahasa yang lain yang sudah menjadi bahasa
Arab, atau apakah dia bahasa Arab tapi terambil dari beberapa bahasa. Yang begini tidak
keluar dari Arab Al-Qur’an. Setelah dilakukan penyelidikan maka ternyata kata-kata yang
terdapat dalam Al-Qur’an itu ada yang bersesuaian dengan lafaz beberapa bahasa asing.
Pendapat ini disokong oleh ahli tafsir yang kenamaan yaitu Ibnu Jarir At Thabariy. Juga
terdapat dalam firman Allah.
Ada orang yang mengatakan bahwa sijil itu adalah bahasa Persi yang telah di Arabkan.
Inilah yang dikemukakan oleh At-Thabiriy. Sudah itu dia menerangkan pula bahwa tidak
boleh seseorang itu mengatakan bahwa huruf-huruf dan apa-apa yang serupakan kepadanya
itu bukan lafaz Arab. Ada pula orang yang mengatakan, - huruf ini dalam bahasa Persi
artinya begini. Orang sepakat mengatakan bahwa lahirnya lafaz-lafaz itu berasal dari bahasa
yang berbeda-beda. Seperti dirham, dinar, dawat, kalam, kertas. Apakah pengambilannya itu
dijadikan lafaz. Tidak satupun jenis kata-kata itu yang lebih diutamakan. Karena asalnya itu
menurut jenis. Orang yang beranggapan begini sebenarnya tidak beralasan.
Allah menjamin Al-Qur’an itu dengan hafalan Rasul-Nya dan menerangkannya. Allah
berfirman dalam Al-Quran. Yang artinya:
Nabi memahami Al-Quran itu sekaligus dan juga memberikan penjelasannya. Dialah
yang menerangkan kepada sahabat-sahabatnya.6
Artinya: “Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkannya”.
(Q.S.An-nahl 16:44).
Kecuali diturunkan dalam bahasa Arab yang terang. Ia dapat difahami orang dan
banyak mereka yang masuk islam, hanya semata-mata karena mendengarnya.
Kecuali, pengertian Al-Qur’an tidak dibatasi yang demikian, disebabkan Rasul SAW.
Ialah manusia yang lebih memahami Al-Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan atas
beliau. Diantara keutamaannya yang mendasar ialah, bahwa Beliau harus
menyampaikan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada Beliau.
Adapun para sahabat Rasul SAW. Berlebih-kurang dalam memahami Al-Qur’an,
karena di dalamnya terdapat beberapa kata-kata yang sulit dan pengertiannya tidak
diketahui orang banyak.
Abu ‘Ubaidah memuatkan dalam buku Alfadhaa-il dari Anas, bahwa Umar bin
Khatab pernah membaca di mimbar surat ‘Abasaa:31 yang artinya :
“Dan buah-buahan dan rumput-rumputan. Lalu, dia mengatakan, “Kalau faakihah
sudah kita ketahui. Tapi apakah: abbaa itu?” sudah itu, dia melihat dirinya sendiri.
Lalu, Abu ‘Ubaidah mengatakan: “ini sesuatu yang diberat-beratkan (dibuat-buat), hai
Umar!” (Hr. Ibnu Jarir dan sanadnya sahih). Terdapat pula dalam tafsir Ibnu katsir
dan Mukhtashar Tafsir, oleh Shabuni).
Jawaban Abu Bakar pada waktu dia ditanya oleh seorang laki-laki mengenai suatu
ayat, maka dia mengatakan “Bumi mana yang dapat memikul aku dan langit mana
yang dapat menaungi aku, bila aku mengatakan mengenai kitab Allah sesuatu yang
tidak aku ketahui?”
6
Mana’ul Quthan, Mahabits fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan 2, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm 176.
7
Drs.H.Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm 164.
Ibnu Abas menceritakan, “Dahulu saya tidak tahu apakah maksud: Faathiris
samaawaati, sehingga minta dikisaslah kepada saya dua orang Arab dusun mengenai
suatu sumur. Salah seorang mereka mengatakan “sayalah yang menfatarnya”,
maksudnya ialah: saya yang memulainya. Dengan demikian, maka Ibnu Abas baru
paham, bahwa faathir itu ialah yang mula-mula menciptakan. (KM)(Hr.Bukhari
dalam buku Al-adab).
Rasul SAW pernah menafsirkan bagi mereka sebagian kata-kata dalam ayat-ayat Al-
Qur’an. Bukhari menceritakan dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwa dia mendengar Rasul
SAW berpidato di atas mimbar : surat Al-Anfaal: 60, yaitu :
Siagakah bagi mereka (Umat Islam) apapun yang kamu sanggupi, berupa kekuatan.
Beliau terangkan, bahwa yang dimaksud ialah arramyu atau kepandaian melontarkan
sesuatu alat atau senjata perang.
Rasul pernah pula menerangkan apakah alkawtsar dalam Surat Alkawtsar: yang
dimaksud dengannya ialah telaga kawtsar beliau dalam syurga.
C. Macam-Macam Tafsir
Macam-macam tafsir terbagi menjadi dua, yaitu: (1) macam-macam tafsir berdasarkan
sumber-sumbernya, dan (2) macam-macam tafsir berdasarkan metodenya.9
1. Macam-macam Tafsir berdasarkan sumbernya
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
8
Drs.H.Kahar Masyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm 166.
9
Dr.Rosihon Anwar. M.Ag, Ilmu Tafsir, cetakan 3, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm 143.
Ada empat otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-ma’tsur.
Al-Quran yang dipandang sebagai penafsir terbaik terhadap Al-Quran sendiri.
Otoritas hadis Nabi yang memang berfungsi, diantaranya, sebagai penjelas
(mubayyin) Al-Qur’an.
Otoritas penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui
Al-Qur’an.
Otoritas penjelasan yang disampaikan secara lisan oleh Tabi’in
Mengingat corak tafsir yang merujuk –di antaranya kepada Al-Qur’an dan Hadis- maka
dapat dipastikan bahwa tafsir bi al-ma’tsur memiliki keistimewaan tertentu
dibandingkan corak penafsiran lainnya. Di antara keistimewaan – keistimewaan itu,
sebagaimana dicatat Quraisy Shihab, Yaitu:
b. Tafsir bi ar-ra’yi
Kemunculan tafsir bi ar-ra’yi dipicu pula oleh hasil interaksi umat Islam dengan
peradaban Yunani yang banyak menggunakan akal. Oleh karena itu, dalam tafsir bi ar-
ra’yi ditemukan peranan akal yang sangat dominan. Mengenai keabsahan tafsir bi ar-
ra’yi, pendapat ulama terbagi dalam dua kelompok. (1) Kelompok yang melarangn dan
(2) kelompok yang mengizinkan.
c. Tafsir al-Isyari
Tafsir bil-isyarah atau tafsirul isyari: adalah takwil Al Qur’an berbeda dengan lahirnya
lafal atau ayat, karena isyarat-isyarat yang sangat rahasia yang hanya diketahui oleh
sebagian ulul ‘ilmi yang telah diberi cahaya oleh Allah swt dengan ilhamNya. Atau
dengan kata lain, dalam tafsirul isyari seorang Mufassir akan melihat makna lain selain
makna zhahir yang terkandung dalam Al Qur’an. Namun, makna lain itu tidak tampak
oleh setiap orang, kecuali orang-orang yang telah dibukakan hatinya oleh Allah SWT.
Hukum Tafsir bil-isyarah: Telah berselisih para ulama dalam menghukumi tafsir isyari,
sebagian mereka ada yang memperbolehkan (dengan syarat), dan sebagian lainnya
melarangnya.
Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat
Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.”
Yang mempunyai makna zhahir adalah “……Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih seekor sapi betina…” tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna
dengan“….Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah...”
Metode tafsir ini telah ada sejak masa para sahabat Nabi, sejak zaman klasik
dan zaman pertengahan. Pada mulanya tafsir Tahlili terdiri atas beberapa bagian
ayat saja, kadang kala mencakup penjelasan mengenai kosa katanya. Dalam
perkembangan selanjutnya, para ahli tafsir merasakan kebutuhan untuk menafsirkan
AL Quran seluruhnya.
Dalam menafsirkan ayat Al Quran dengan metode ijmali ini para mufassir ini
juga meneliti, mengkaji, dan menyajikan sabab nuzul atau peristiwa yang melatar
belakangi turunnya ayat, dengan cara meneliti Hadits-hadits yang berhubungan
dengannya.
c. Metode Muqarran
d. Metode Madlui
Metode Madlui ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan pilihan topik-
topik al-Quran. Metode tematik yang memilih persoalan-persoalan social politik,
social ekonomi dan sebagainya. Awalnya untuk kepentingan penelitian tetapi
kemudian berkembang menjadi jenis tafsir kontemporer.
Takwil menurut lughat adalah kembali ke asal. Diambil dari kata “awwala-
yu’awwilu-takwilan.”Takwil dalam istilah mempunyai dua pengertian.
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mandatangkan sebuah kitab (Al-Quran) kapada
mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami. Menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidaklah Kami menunggu-nunggu kecuali
(terlaksananya kebenaran) Al Qurqn itu.Pada hari datangnya kebenaran pembicaraan Al
Quran itu berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu. Sesungguhnya telah
dating Rasul-Rasul Tuhan kami membawa yang hak maka adalah bagi kami atau dapatkan
bagi kami dikembalikan kedunia, sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah
kami amalkan?” (Q.S.Al-A’raf [7]:52-53).
Dalam ayat ini Allah menceritakan Dia telah menjelaskan kitab, dan mereka tidak
menunggu-nunggu kecuali takwil-Nya yaitu datangnya apa yang diberitakan Quran akan
terjadi,seperti hari kiamat dan tanda-tandanya serta segala apa yang ada di akhirat berupa
buku catatan amal(suhuf),neraca amal(mizan),surga,neraka dan lain sebagainya. Maka pada
saat itulah mereka mengatakan: “Sungguh telah datang Rasul-Rasul Tuhan kami membawa
yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberikan syafaat kepada
kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain
dari yang pernah kami amalkan?”
Kedua, takwilul kalam dalam arti menafsirkan dan menerangkan artinya. Pengertian
inilah yang dimaksud oleh Ibn Jarir at-Tabari dalam tafsirnya dengan kata-kata:”pendapat
tentang ‘takwil’ firman Allah ini begini dan begitu…” dan kata-kata:” Ahli ’takwil’ berbeda
pendapat tentang ayat ini”. Jadi yang dimaksud dengan kata “takwil” di sini adalah tafsir.
Inilah arti takwil menurut ulama salaf.10
Takwil menurut pengertian mutakhir yaitu memutar lafaz dari anti yang kuat kepada
arti yang dikuatkan dengan dalil yang dikaitkan kepadanya. Istilah ini tidak disepakati.
10
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Litera Antarnusa, Bogor, 2009, hlm 457-
460
Ringkasnya, pengertian takwil dalam penggunaan istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafaz-lafaz (ayat-ayat) Al-Quran melalui pendekatan memahami arti atau maksud
sebagai kandungan dari lafaz itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan
beberapa alternatife kandungan makna yang bukan makna lahiriahnya, bahkan penggunaan
secara masyhur kadang-kadang diidentikan dengan tafsir.
Sasaran takwil pada lazimya menyangkut ayat yang mutasyabihat atau ayat-ayat yang
mempunyai sejumlah kemungkinan makna yang dikandungnya. Dalam Al-Akhlak wal
Wajibat, Al-Maghraby mengemukakan:
”Adapun takwil ialah bahwa ayat mempunyai sejumlah kemungkinan makna yang
dikandungnya. Maka ketika engkau sebutkan makna demi makna kepada pendengar, ia
menjadi ragu-ragu tidak tahu mana yang harus dipilihnya. Karena itu takwil lebih banyak
digunakan untuk ayat-ayat mutasyabihat”.11
Ayat-ayat mutasyabihat ialah ayat-ayat yang tidak terang maknanya. Menurut ulama
mutakallimin adalah ayat-ayat yang di dalamnya disebutkan Dzat atau Sifat Allah SWT.
Kebalikan ayat ini adalah ayat Muhakamat yakni ayat-ayat yang telah terang maknanya dan
tegas pengertian yang dimaksudnya.
Ta’wil menurut golongan mutaakhirin adalah memalingkan makna lafadz yang kuat
(rajih) kepada makna yang lemah karena ada dalil menghendakinya. Takwil semacam ini
banyak digunakan oleh kebanyakan ulama mutaakhirin, dengan tujuan untuk lebih
memahasucikan Allah SWT keserupaaannya dengan makhluk seperti yang mereka sangka.
Dugaan ini sungguh bathil karena dapat menajtuhkan mereka dalam kekhawatiran yang sama
dengan apa yang mereka takuti, atau bahkan lebih dari itu. Misalnya aliran mu’tazilah yang
menafsirkan ayat-ayat yang memberikan kesan bahwa Tuhan bersifat jasmani secar teoritis.
Dengan kata lain, ayat-ayat alqur’an yang menggambarkan bahwa Tuhan bersifat jasmani
diberi takwil oleh muktazilah dengan pengertian yang layak bagi kebesaran dan keagungan
Allah. Seperti, kata ‘istawa’dalam surat Thaha ayat 5 ditakwilkan dengan al istila wa al
ghalabah (menguasai dan mengalahkan), kata aini ditakwilkan dalam surat Thaha ayat 39
ditakwilkan dengan ‘ilmi’ (pengetahuan). Kata yad dalam surah shad ayat 75 ditakwilkan
dengan al quwwah atau al qudrah. Ayat-ayat alquran yang dijadikan sandaran dalam
mendukung pendapat di atas adalah ayat 103 surah al-an’am ayat 23 surah al qiyamah. Hal
semacam ini mengandung kontradiktif, seperti kata yad ditakwilkan dengan kekuasaan,
11
Ridha Eka Rahayu. 2014. Ulumul Quran, (http://kumpulanmakalah-makalah-agama-
islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-Quran-ilmu-Tafsir-takwil-dan-terjemah.html) diakses pada 15
Oktober 2016
karena memaksa mereka untuk menetapkan sesuatu makna yang serupa dengan makna yang
mereka sangka harus ditiadakan, mengingat makhlukpun mempunyai kekuasaan.
A. Pengertian Tarjamah
Tarjamah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu bahasa ke
bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan kalimat dari suatu
Bahasa ke Bahasa lain.12
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut dengan
Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti:
Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu
Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama
Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain
Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam bahasa yang
lain
Adapun yang dimaksud dengan tarjamah Al-Quran adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
“Memindahkan Al-Quran kepada Bahasa lain yang bukan Bahasa Arab dan mencetak
terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti Bahasa
Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah SWT. dengan perantara terjemahan
ini.”13
C. Macam-macam Tarjamah
Tarjamah terbagi menjadi dua macam
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
Pengertian Tarjamah Harfiyah adalah memindahkan (suatu isi ungkapan) dari satu
bahasa ke bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk atau urutan kata-kata
dan susunan kalimat aslinya atau mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke
dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan
dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dengan susunan dan tertib bahasa
pertama
2. Tarjamah Tafsiriyah atau Tarjamah Ma’nawiyah.
Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah adalah menerangkan sebuah kalimat dan
menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa memepertahankan
susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak mempertahankan semua Ma’na
yang terkandung dalam kalimat aslinya yang diterjemah.
Sebagai contoh adalah رىwwؤّخ ر أخwwّد م رجًال ويwwد يقww زيBila kita artikan dengan
Tarjamah Harfiyah, maka, artinya adalah Zaid mendahulukan satu kakinya dan
mengakhirkan kaki yang satunya lagi, sedangkan bila kita mengartikan dengan
Tarjamah Tafsiriyah, maka, artinya adalah Zaid ragu-ragu ( )يترّد دdalam mengambil
keputusan, misalnya; Dalam istilah bahasa Arab, kata mendahulukan satu kaki dan
mengakhirkan kaki yang lainya, sebagai bentuk Kinayah (Metafora) dari perasaan
ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Dalam menerjemahkan Al-Quran hendaknya mencakupi syarat- syarat sebagai
berikut:
Penerjemah hendaknya mengetahui dua Bahasa (Bahasa asli dan Bahasa
terjemah)
Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan Bahasa yang
diterjemahkan.
Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila dituangkan
kembali ke dalam Bahasa aslinya tidak terdapat kesalahan.
Terjemahan itu harus dapat mewakili semua arti dan maksud Bahasa asli
dengan lengkap dan sempurna.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir bermakna menjelaskan maksud dan tujuan ayat-ayat Al-Quran, baik dari sisi
makna, kisah, hukum, maupun hikmah, sehingga mudah dipahami oleh umat.
Takwil adalah memindahkan lafaz dari makna yang lahir kepada makna lain yang
juga dipunyai lafaz tersebut dan makna tersebut sesuai dengan Alquran dan sunah.
Dengan demikian, takwil berarti mengembalikan sesuatu pada maksud yang
sebenarnya, yakni menerangkan yang dimaksud dari ayat Alquran.
Terjemah adalah memindahkan pembicaraan dari satu bahasa ke dalam bahasa
yang lain dengan mengungkapkan makna dari bahasa itu.
Tafsir menyangkut seluruh ayat, sedangkan takwil hanya berkenaan dengan ayat-
ayat yang mutasyabihat (samar dan perlu penjelasan). Selain itu, tafsir
menerangkan makna-makna ayat dengan pendekatan riwayat, sedangkan takwil
dengan pendekatan dirayat. Tafsir menerangkan makna ayat yang terambil dari
bentuk ibarat (tersurat), sedangkan takwil dari yang tersirat (isyarat-isyarat).
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun keefektifan kalimat. Oleh karena itu, bagi
pembaca harap memberi saran ataupun komentar yang membangun untuk dapat
memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Masyur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://kumpulanmakalah-makalah-agama-islam.blogspot.co.id/2014/03/Ulumul-Quran-ilmu-
Tafsir-takwil-dan-terjemah.html diakses pada 15 Oktober 2016
http://mega-kumpulan-kumpulan-makalah.blogspot.co.id/2014/03/Kumpulan-makalah-
makalah-ulumul-Qur'an.html diakses pada 15 Oktober 2016