Dosen Pengampu;
Kelompok 1;
1. Ahmad Syarif
2. Aziz Abdul Ghofar
3. Imam Bogi Gustaman
4. Juhriah
1444 H/2023 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir untuk umat manusia yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman utama kehidupan sehari-
harinya. Namun tidak semua umat manusia memahami pesan-pesan isi
kandungannya, karena tidak semua isi Al-Qur’an mudah difahami secara mentah-
mentah. Sebagian ayat memang cukup gamblang ketika menjelaskan sesuatu, tak
sedikit pula ayat Al Qur’an yang sulit untuk difahami. Di perlukan sebuah
penafsiran untuk menangkap pesan-pesan Al Qur’an secara jelas. Penafsiran Al
Qur’an pada masa pertama dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad, karena
pada saat masih hidup para sahabat langsung menanyakan maksud dan tujuan Al
Qur’an kepada sumbernya ketika menemukan sebuah kesulitan tentang Al Qur’an.
Namun setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, penafsiran Al Qur’an
dilanjutkan oleh para sahabat yang belajar langsung kepada sumbernya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa Rasul?
2. Bagaimana perkembangan tafsir pada masa Sahabat?
3. Bagaimana Perkembangan tafsir pada masa tabi’in?
4. Bagaimana Perkembangan tafsir pada masa kontemporer?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa rasul.
2. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa sahabat.
3. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa tabi’in.
4. Mengetahui dan memahami perkembangan tafsir pada masa
kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Secara bahasa kata tafsir adalah bentuk masdar dari kata‚ fassaraa - yufassiru-
tafsiran, yang mengikuti wazan‚ taf’iilan yang mempunyai arti penjelasan dan
keterangan. Kata tafsir dapat pula berarti ( اإلبانةmenjelaskan makna yang masih
samar), ( كشف المغطىmenyingkap makna yang masih tersembunyi), dan إظهار المعنى
( المعقولmenampakan makna yang belum jelas). Allah Ta’ala Berfirman:
علم يبحث عن كيفية النطق بألفاظ القرأن ومدلوالتها وأحكامها اإلفرادية والتركيبية ومعانيها
التى تحمل عليها حالة التركيب وتتمات لذلك
1
Manna’ Qathan, (1995) Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Maktabah Wahbah, Kairo hal. 316
2
Idem, hal. 317
“Menjelaskan peletakan sebuah lafadz, baik secara hakikat atau majazi
(kiasan)3
علم يفهم به كتاب هللا المنزل على نبيه محمد ص وبيان معانيه واستخراج أحكامه وحكمه
3
As Suyuthi, (2008), Al Itqon Fii Ulumil Qur’an, Muassasah Ar Risalah, Beirut, hal. 758
4
Idem, hal 759
5
Az Zarkasyi, (2006) Al Burhan Fii ‘Ulumil Qur’an, Darul Hadits, Kairo, hal. 22
ini, Nabi Muhammad SAW. memainkan peran utama dalam mengajarkan
makna dan pesan dari ayat-ayat Al-Qur'an kepada para sahabat. Allah
SWT berfirman
ِ ّي لِلن
)44 : َّاس َما نُِِزَل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرو َن﴾ )النحل ِ ِ ﴿وأَنزلْنا إِلَي
َ َِِك ال ِذ ْكَر لتُب
َ ْ ََ َ
6
Abd Muin Salim. (1990). Beberapa Aspek Metodologi Tafsir Al-Qur’an. Ujung Pandang: Lembaga
Study Kebudayaan Islam. hal. 59-60.
7
Idem, hal. 61-62
Al-Qur'an. Hadis-hadis tersebut ditulis dan disampaikan secara lisan oleh
para sahabat kepada generasi berikutnya.
Penafsiran Al-Qur’an yang dibangun Rasulullah saw. ialah
penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan Al-Qur’an dengan dengan
hadis atau sunah beliau. Apabila Al Qur’an sifatnya murni semata-mata
dari Allah, baik teks atau naskah lafalnya, maka hadis - kecuali hadis
Qudsi- merupakan hasil pemahaman beliau dari ayat-ayat Al-Qur’an.8
Menurut Musthafa al-Maraghi, penafsiran Nabi Muhammad dapat
berupa sunah qauliyah (perkataan) atau sunah fi‘liyah (perbuatan). 9 Pada
dasarnya, apa yang disabdakan Rasulullah yang berkaitan dengan Al-
Qur’an merupakan wahyu dari Allah bukan semata hawa nafsunya. Allah
Ta’ala berfirman:
ِ
َ ُ﴿وَما يَنط ُق َع ِن ا ْْلََوى إِ ْن ُه َو إََِّّل َو ْح ٌي ي
)4-3 : وحى﴾ (النجم َ
8
Ahmad Izzan. (2007). Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur. hal. 17.
9
Ahmad Musthfa al-Maraghi. (t.th). Tafsir al-Maraghi. Bairut: Darul Ihya at-Turats al-‘Arabi, juz 1.
Hal. 5
مسعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وهو على:عن عقبة بن عامر اجلهين يقول
ِ َّ
َ ِين َآمنُوا َوََلْ يَْلبِ ُسوا إِميَ َاَنُم بِظُْلم أُولَئ
) 82 : ك َْلُُم ْاأل َْم ُن َوُهم ُّم ْهتَ ُدو َن﴾ (األنعام َ ﴿الذ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” ( Q.S. Al-An'am: 82)
10
Ibid h. 76
7. Abdullah bin Zubair
8. Anas bin Malik
9. Abdillah Ibn Umar
10. Jabir bin Abdullah
11. Abdullah Ibn Umar Ibn Ash
12. dan Aisyah.11
11
Manna’Al-Qathan, Mabahis Fi ulum al-Qur’an, Riyadh: Mansyuratul Ishril
Hadis, 1973, h.
336.
12
Muhammad Ali Ash Shabuni, Al-Tibyan fi Ulum Qur’an, (Beirut:Dar al-Irsyad,
1970) h. 98
13
Ibid
Bahrul Ilm (lautan Ilmu) kecuali Ibnu Abbas), dan sederetan predikat yang
diberikan kepadanya seperti Habrul Ummah (ulama ummat) dan
turjumanul qur’an (juru tafsir al-Qur’an) .Ali pernah berkata bahwa Ibnu
Abbas seolah-olah melihat rahasia ghaib dari tirai yang tipis. Sementara
Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa ia memang seorang penafsir al-Qur’an.14
Dengan berbagai pernyataan dari sahabat tersebut, maka dapat
dibayangkan betapa banyak ilmu dan pengetahuan yang dimiliki Ibnu
Abbas.
Abdullah bin Abas, salah seorang sahabat yang banyak bersama
Rasulullah sejak kecil sehingga suatu ketika jibril menemui Rasulullah dan
mendapatkan Abdullah bin Abbas lalu berwasia kepada Rasulullah saw.
Bahwa dia adalah pembimbing umat ini maka wasiatkanlah kepadanya
kebaikan, sehingga Nabi pernah mendoakannya: 15
الهم فقه في الدين و علمه تاويله
sahabat, misalnya Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib,
dan Zaid bin Tsabit.
Metode yang diterapkan Abdullah bin Abbas dalam tafsir al-
Qur’an adalah merujuk kepada al-Qur’an itu sendiri, tafsir Nabi, sahabat-
sahabat senior dan selanjutnya melakukan ijtihad.16
Dalam melakukan ijtihad, selain kaedah-kaedah bahasa Arab,
Asbāb al- Nuzul, juga adat kebiasaan masyarakat arab, syair-syair jahiliy,
14
Ahmad Asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir al-Qur’an , (Cet. 3 Pustaka Firdaus, 1994). h.
75.
15
Abdullah Muhammad Salqiny, Abdullah bin Abbas wa Madrasatuhu fi tafsir bi
maktabahMukarramah (Dārus Salām), h. 16
16
Ibid, h. 90-91
untuk membantu memahami kata-kata asing yang terdapat dalam al-Qur’an
sesuatu yang sulit dimengerti maknanya, maka hendaklah kamu melakukan
penelitian (melihat) pada syair-syair, karena syair-syair itu adalah sastra
arab kuno. Selain itu, beliau juga sering berkonsultasi dengan ahli kitab
seperti Ka’ab al-Ahbar dan Abdullah binSalam.
Kalaupun Ibnu Abbas dikenal sebagai tokoh yang banyak
mengetahui tentang adat istiadat masyarakat Arab, memahami berbagai
peristiwa dalam sejarah kehidupan bangasa Arab, namun beliau tidak
terpengaruh pada pikiran dan pendapatnya dalam menafsirkan al-Qur’an.
Dalam menafsirkan al-Qur’an beliau lebih mengutamakan riwayat dan
nash-nash dari Nabi Muhammad saw.
17
Muhammad Ali As-Shabuni dalam At-Tibyan fi Ulum Al-Qur'an (Beirut, Libanon, tt)
menyebutnya dengan Thabaqaat: Thabaqah Makkah, Thabaqah Madinah dan Thabaqah Iraq.
Menurut beliau, ahii tafsir dari paratabi'in terbilang sangat banyak bila dibandingkan dengan
sahabat. Karena menurutnya mufassir yang masyhur dari golongan sahabat hanya berjumlah
sepuluh orang, sebagaimana menurut Imam Suyuti dalam Al-Itqan hal 376 Juz II.
18
Lihat Mukaddimah Ibnu Taimiyyah Fi Ushul Al-Tafsir hal 15, sebagaimana yang dikutip Ad-
Dzahabi, Ibid,hal 101. Lihat juga Zubdah al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Dr. Muhammad bin Alawi
al-Maliki al-Husni (Dar as-Suruq: Makkah: 1983) hal 154
b. Madrasah Tafsir di Madinah
Di kota ini terdapat banyak sahabat yang bermukim. Lalu mereka
membuat majlis untuk para pengikutnya dan di tempat itu pula mereka
mengajarkan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah saw. Maka dengan
demikian, berdirilah madrasah tafsir. Pada madrasah-madrasah tafsir
tersebut banyak para tabi'in yang belajar kepada sejumlah tokoh mufassir
terkenal dari kalangan Shahabat. Yang Paling terkenal dan paling banyak
sampai kepada kita adalah riwayat tafsir dari madrasah yang didirikan oleh
seorang sahabat yang bemama Ubay bin Ka'ab.
Diantara murid-murid dari madrasah Ubay bin Ka'ab ini, yang
cukup terkenal diantaranaya adalah tiga orang, yaitu: Zaid bin Aslam,
Abul 'Aliyah, dan Muhammad bin ka'ab al-Qurdi. Berikut adalah
keterangan singkat ketiga tokoh mufassirtabi'in dari darul Hijrah.
19
Jurnal al-Munir Vol.2 No.1, Juni 2020, 29.76
Daftar Pustaka
Ibnu Taymiyyah, Muqaddimah fi Ushul Tafsir, Darr Ibnu Hazm, Beirut 1994
Imam As-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur 'an, Maktabah Darr al-Baz, Makkah
al-Mukarramah, 2000 Juz II
Manna’ Qathan, (1995) Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Maktabah WAhbah, Kairo.
Abd Muin Salim. (1990). Beberapa Aspek Metodologi Tafsir Al-Qur’an. Ujung
Pandang: Lembaga Study Kebudayaan Islam.
Ahmad Mushfa al-Maraghi. (t.th). Tafsir al-Maraghi. Bairut: Darul Ihya at-Turats
al-‘Arabi, juz 1.