Anda di halaman 1dari 8

URGENSI ILMU TAFSIR DALAM MEMAHAMI QUR’AN

URGENSI ILMU TAFSIR DALAM MEMAHAMI QUR’AN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“SEJARAH DAN PEMIKIRAN NASKAH TAFSIR”

Dosen Pengampu : Drs. H. Abdur Rokhiem Hasan, M A

Disusun Oleh :
Abdul Aziz

FAKULTAS TARBIYAH (PAI)


INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
2012-2013
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian tafsir

      Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’il”, artinya menjelaskan, menyingkap dan
menerangkan makna-makna rasional. Dalam Lisanul ‘Arab  dinyatakan: Kata “al-fasr”  berarti
menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata “at-tafsir” berarti menyingkapkan maksud suatu
lafadz yang musykil.

            Secara istilah, tafsir menurut pendapat Abu Hayyan adalah ilmu yang membahas tentang cara
pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an, indikator-indikatornya, masalah hukum-hukumnya baik yang
independen maupun yang berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna- maknanya yang
berkaitan dengan kondisi sturktur lafazh.

            Menurut Az-Zarkasyi “ Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada
Muhammad, menerangkan makna- maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-
hikmahnya.”[1]

B.     Kedudukan Al Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dalam Islam, ia adalah wahyu Allah ta’ala yang
diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihih Wasalam. Sebagai
sumber hukum Islam, maka Al-Qur’an harus dipahami oleh seluruh umat Islam.[4] Namun tidak
semua orang bisa memahaminya dengan benar, bisa karena kekurangan akalnya atau keterbatasan
ilmu yang dimilikinya.

Maka, untuk memudahkan dalam memahami Al-Qur’an, para  ulama merumuskan suatu ilmu
yang menjadi alat untuk memahaminya,ilmu tersebut  adalah ilmu Tafsir. Dengan ilmu tafsir akan
diketahui apakah suatu ayat bermakna ‘am atau khas, tekstual atau kontekstual serta  pemahaman
ayat lainnya.[5] 
Secara sederhana tafsir adalah penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an, merincinya dan mengambil
hukum darinya.

Pada masa Rasulullah penafsiran Al-Qur’an dilakukan  langsung oleh beliau, sehingga setiap
ada ayat yang tidak dipahami oleh  para shahabat maka langsung ditanyakan kepada Rasulullah.
Inilah salah satu dari tugas beliau yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an,sebagaimana kalamNya
yang mulia:

ِ َّ‫ٱلزب ُِر ۗ َوَأن َز ْلنَآ ِإلَ ْيكَ ٱل ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬


َ‫اس َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ ِ َ‫بِ ْٱلبَيِّ ٰن‬
ُّ ‫ت َو‬
keterangan-keterangan  (mu’jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan  kepadamu al-Qur’an, agar
kamu menerangkan kepada umat manusia apa  yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka
memikirkan. QS An-Nahl : 44.

Ayat ini menjadi dalil bagi tugas Rasulullah yaitu menjelaskan  Al-Qur’an kepada seluruh umat
manusia. Hadits-hadits yang  menyebutkan beliau memberikan penafsiran berbagai ayat Al-Qur’an
yang tidak dipahami oleh para shahabat sangat banyak jumlahnya

    Demikian juga hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
Rasulullah bersabda tentang Al-Kautsaradalah sungai yang Allah janjikan kepadaku (nanti) di surga.

     Selanjutnya setelah Rasulullah wafat maka setiap pertanyaan yang muncul tentang makna
ayat Al-Qur’an segera ditanyakan kepada beberapa shahabat Nabi semisal Abdullah bin Abbas, Ali
bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab dan beberapa shahabat lainnya.[6] Para shahabat adalah
orang-orang yang sangat memahami makna Al-Qur’an, karena ayat-ayat tersebut turun ketika
mereka berada di sekitarnya. Bahkan beberapa ayat merupakan jawaban bagi pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi,

     Sesungguhnya,Al Quran merupakan tali Allah yang sangat kuat dan jalan-Nya yang lurus,
Allah telah menyebutkandengan sifat yang sangat agung.[7]

                   Allah berfirman :

‫اس قَ ْد َجا َء ُك ْم بُ ْرهَانٌ ِمنْ َربِّ ُك ْم َوَأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْي ُك ْم نُو ًرا ُمبِينًا‬
ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الن‬
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabb-Mu, dan telah
Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang ( Al-Quran ).”( QS. An Nisa’: 174 )
C.     Urgensi Tafsir        

     Tafsir termasuk disiplin ilmu islam yang paling mulia dan luas cakupannya. Paling mulia,
karena kemulian sebuah ilmu itu berkaitan dengan materi yang dipelajarinya, sedangkan tafsir
membahas firman-firman Allah. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang ahli tafsir
membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas akidah, fikih, dan akhlak[8]. Di
samping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-ayatAl-Qur’an, kecuali
dengan mengetahui makna-maknanya.[9]

     Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim harus berusaha mengetahui tafsir Al-Qur’an
agar mampu mengambil manfaat darinya dan mampu mengikuti jejak salafus shalih.[10]

     Dengan urgensi tafsir seperti itu, membawa ulama sepakat bahwa tafsir termasuk fardu
kifayah dan merupakan salah satu dari tiga ilmu syariat yang paling utama setelah hadis dan fikih.  
Keutamaan ilmu tafsir bukan hanya karena ilmu ini membahas pokok-pokok ajaran agama yang
sangat dibutuhkan, akan tetapi mempelajari ilmu ini mengandung tujuan mulia, karena pokok
kajiannya adalah Kalamullah[11]
D.    Metode penafsiran Al Qur’an

     Setelah mengetahui betapa urgennya tafsir, maka sudah seharusnya kita juga mengetahui
metode penafsiran Al-Quran yang benar, agar dalam menafsirkan Al-Quran tidak menimbulkan
pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Secara ringkas, dalam menafsirkan Al-Quran ada
empat metode, yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam Muqadimah tafsir beliau,
“Metode paling tepat dalam menafsirkan Al-Quran adalah menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran,
karena ayat yang masih global akan dijelaskan di ayat lain, apabila kamu tidak mendapatkan
penjelasannya dalam Al-Quran, maka carilah penjelasan dari As- Sunnah, karena As-Sunnah adalah
penjelas Al-Quran, kemudian jika kita tidak mendapatkan penjelasan di Al-Quran dan As Sunnah,
maka kita meruju’ ke perkataan para sahabat, karena mereka lebih mengetahui dan melihat
langsung indikasi-indikasi yang menjelaskan Al-Quran, dan juga mereka memiliki pemahaman yang
sempurna dan ilmu yang benar serta amal solih, terlebih khusus para ulama dan pembesar mereka,
seperti empat khalifah dan para imam yang diikuti seperti Abdullah bin Mas’ud.Dan apabila aku tidak
mendapatkan penjelasan dalam Al-Quran, As Sunnah, dan dari perkataan para sahabat, maka
mayoritas para ulama meruju ke perkataan para tabi’in” (Wajdi Khalid)

E.     Perhatian ulama terhadap tafsir Al Qur’an

     Para ulama sangat memfokuskan perhatian mereka kepada Al Qur'an. Dan salah satu
bentuknya dengan menulis tafsir Al-Qur’an dan menjelaskan makna-makna yang terkandung di
dalamnya. Dengan menarik kesimpulan hukum dan faedah dari ayat-ayatnya sesuai dengan kadar
ilmu, iman, dan takwa yang telah Allah berikan kepada mereka.[12]
     Syeikh Ibnu Utsaimin -semoga Allah merahmatinya-menjelaskan : “Sesungguhnya Al-
Qur’an diturunkan untuk tiga perkara: beribadah dengan membacanya, menghayati makna-
maknanya, dan mengambil pelajaran darinya”. 

     Beliau juga berkata, “Seorang penuntut ilmu seyongyanya berusaha membawakan


sebuah ayat untuk disampaikan tafsirnya dalam setiap kesempatan berkumpul dengan orang
banyak, terutama tafsir ayat yang sering mereka baca, misalnya surat Al-Fatihah. Karena jika anda
tanyakan kepada seorang awam ataupun kepada mayoritas orang awam tentang tafsir surat Al-
Fatihah, mereka tidak akan mengetahui tafsirnya sedikitpun insya’Allah”.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Urgensi berasal dari bahasa latin "urgere" (kata kerja) yang berarti mendorong dalam bahasa
inggris "urgent" (kata sifat), dalam bahasa indonesia "urgensi" (kata benda).Istilah urgensi menunjuk
pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan

Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dalam Islam, ia adalah   wahyu Allah ta’ala yang
diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi        Muhammad Shalallahu Alaihih Wasalam. Sebagai
sumber hukum Islam,   maka Al-Qur’an harus dipahami oleh seluruh umat Islam

Pada masa Rasulullah penafsiran Al-Qur’an dilakukan langsung oleh beliau, sehingga setiap
ada ayat yang tidak dipahami oleh para shahabat maka langsung ditanyakan kepada Rasulullah.
Inilah salah satu dari tugas beliau yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an,

Dalam urgensi tafsir ulama sepakat bahwa tafsir termasuk fardu kifayah dan merupakan
salah satu dari tiga ilmu syariat yang paling utama setelah hadis dan fikih.  Keutamaan ilmu tafsir
bukan hanya karena ilmu ini membahas pokok-pokok ajaran agama yang sangat dibutuhkan, akan
tetapi mempelajari ilmu ini mengandung tujuan mulia, karena pokok kajiannya adalah Kalamullah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, al-Hajj, Yusuf, al-Qur’an Kitab Sains dan Medis, Grafindo Khazanah Ilmu, Jakarta, 2003.
al-Qardawi, Yusuf, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001.
Aly, Noer, Hery & Suparta Munzier, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, CV. Triasco, Jakarta, 2003.
Habib, Zainal, Islamisasi Sains, UIN-Malang Press, Malang, 2007.
Shihab, Quraish, M, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2004.

[1] al-Qardawi, Yusuf. 2001. Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Yogyakarta. PT. Tiara Wacana h 44.

[2] Ahmad, al-Hajj, Yusuf. 2003. al-Qur’an Kitab Sains dan Medis. Jakarta. Grafindo Khazanah Ilmu. h 14.

[3] Ibid. h 15

[4] Habib, Zainal. 2007. Islamisasi Sains. Malang.  UIN-Malang Press, h 32

[5]Shihab, M Quraish. 2004. Membumikan al-Qur’an. Bandung. Mizan. h 21

[6] Aly, Noer, Hery & Suparta Munzier. 2003. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. Jakarta. CV. Triasco. h 32

[7] Opcit. 25

[8] Loccit. h 34
[9] Ibid. h 35

[10] Ahmad, al-Hajj, Yusuf. 2003. al-Qur’an Kitab Sains dan Medis. Jakarta. Grafindo Khazanah Ilmu. h 17.

[11] Shihab, M Quraish. 2004. Membumikan al-Qur’an. Bandung. Mizan. h 25

[12]  Habib, Zainal. 2007. Islamisasi Sains. Malang.  UIN-Malang Press, h 43

Posted in:

http://upi-luthfiahmad.blogspot.com/2012/03/makalah-urgensi-ilmu-tafsir-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai