Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR BI AL-MA’TSUR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Tafsir Ilmu Qur’an”

Dosen Pengampu:
Adib Khusnul Rois, M.E

Oleh:
Fajriansyah Abdillah ( 21170048 )
Nanda Nur Aysyah ( 21170049 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Corak Tafsir, ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Adib Khusnul Rois, M.E pada mata kuliah Tafsir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang corak tafsir bagi para pembaca serta penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Adib Khusnul Rois, M.E selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir yang telah memberikan tugas ini. Sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Ponorogo, 10 Juni 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Bil-Ma’tsur


B. Kelebihan & Kekurangan Tafsir Bil-Ma’tsur
C. Macam-macam Tafsir Bil-Ma’tsur

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada


Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, dan Nabi Muhammad
SAW menyampaikannya kepada umatnnya. Oleh karena itu para sahabat yang hidup
bersama Nabi tidak kesulitan dalam memahami Al-Qur’an. Disamping karena Al-
Qur’an menggunakan bahasa mereka, juga karena mereka sering mendapatkan
pengajaran dan penjelasan dari Nabi.1Sehingga usaha menafsirkan Al-Qur’an sudah
dimulai semenjak zaman para sahabat Nabi sendiri. Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H),
Abdullah ibn Abbas (w. 68 H), Abdullah Ibn Mas’ud (w. 32 H) dan Ubay ibn Ka’ab
(w. 32 H) adalah di antara para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.

Pada masa pasca Rasulullah persoalan-persoalan umat menjadi lebih banyak dan
komplek,Setelah nabi wafat, dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an para sahabat
pertama-tama menelitinya dalam Al-Qur’an sendiri, karena ayat-ayat Al-Qur’an satu
sama lain saling menafsirkan; Kedua, merujuk kepada penafsiran Nabi Muhammad
SAW, sesuai dengan fungsi beliau sebagai mubayyin terhadap ayat-ayat Al-Qur’an;
Ketiga, apabila mereka tidak menemukan keterangan tentang ayat tertentu dalam Al-
Qur’an dan tidak sempat menanyakannya kepada Rasulullah SAW, para sahabat
berijtihad dengan bantuan pengetahuan bahasa Arab, pengenalan terhadap tradisi arab
dan keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani di Arabia pada waktu ayat turun atau
latar belakang ayat tersebut diturunkan, dan dengan menggunakan kekuatan penalaran
mereka sendiri .

Setelah wafat Rasulullah, para sahabat, mereka terpaksa melakukan ijtihad,


khususnya mereka yang mempunyai kemampuan seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Ibnu
Abbas, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu Mas'ud. Sementara sahabat ada pula menanyakan
beberapa masalah. Kususnya sejarah Nabi atau kisah-kisah yang tercantum kedalam
al-Qur’an, kepada tokoh-tokoh ahlul kitab yang telah memeluk agama Islam, seperti
‘Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, dan lain-lain. Inilah yang merupakan benih
lahirnya Isra’Iliyyat.

Disamping itu para tokoh tafsir, dari golongan sahabat yang disebutkan,
mempunyai murid-murid dari para tabi’in, khususnya di kota-kota tempat mereka
tinggal. Sehingga lahirlah tokoh-tokoh tafsir baru dari kalangan tabi’in di kota-kota
tersbut. Gabungan dari tiga sumber diatas, yaitu penafsiran Rasullah Saw, penafsiran
sahabat-sahabat serta penafsiran tabi’in, dikelompokkan menjadi satu kelompok yang
dinamai Tafsir bil - Ma’tsur.

Mengingat pada zaman modern ini perkembangan IPTEK semakin pesat dan
globalisasi tidak dapat dihindarkan, maka sangat perlu adanya berbagai macam
metode penafsiran yang bisa dijadikan alternatif untuk memahami al-Qur’an secara
kontekstual. Oleh karena itulah, sangat perlu kiranya dipahami salah satu corak
penafsiran yang bersandar pada riwayat dengan nama Tafsir bil-Ma’tsur ini.

B. RUMUSAM MASALAH

Berangkat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
kajian pembahasan dalam makalah ini adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian Tafsir Al-Ma’tsur ?


2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Tafsir bil – Ma’tsur ?
3. Bagaiman macam-macam Tafsir Al-Ma’tsur ?

C. TUJUAN PENULISAN

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep Tafsir Al-Ma’tsur


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Tafsir Al-Ma’tsur
3. Untuk mengetahui macam-macam Tafsir Al-Ma’tsur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Bil-Ma’tsur

Tafsir bil Ma’tsur merupakan salah satu model penafsiran Al-Qur’an. Bentuk
lainnya adalah Tafsir bil- Ra’yi (ijtihad). Dua model penafsiran ini merupakan hasil
pengklarifikasian secara umum yang dilakukan oleh mayoritas ulama.

Sebelum membahas tafsir bil-ma’tsur secara rinci untuk memperjelas


pembahasan, penulis akan menguraikan pengertian tafsir terlebih dahalu. Tafsir secara
tirmonologi adalah isim masdar dari kata Fassara yang berarti Bayan atau
menjelasakan.

Adapun menurut istilah yaitu ilmu yang membahas tentang seluk beluk yang
menyangkut Al-Qur’an baik dari segi memahami dilalah ayat-ayat dari segi
kewahyuannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki manusia. (Ash-Shabuni,
2001: 106). Adapun Tafsir bil-ma’tsur sebagaimana dijelaskan diatas bahwa tafsir
merupakan ilmu yang mempelajari bagai mana memahami Al-Qur’an.

Sementara memahami bil-Ma’tsur berasal dari isim maful atsara yang berarti
manqul atau dinukilkan. Kata bil-Ma’tsur disini mencakup, baik yang di nukilkan dari
Allah melalui Al-Qur’an, yang dinukilkan dari Nabi saw, (Hadist), dan dari para
sahabat ra, dan tabi’in (Ash-Shabuni, 2001: 107). Jadi yang dimaksud dengan tafsir
bil-Ma’tsur adalah keterangan atau penjelasan yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an
yang diambil dari beberapa ayat al-Qur’an itu sendiri, dari nabi Muhammad SAW,
dan dari para sahabat dan tabi’in.

Ibnu Taimiyah berkata , ‘’kita wajib yakin bahwa Nabi telah menjelaskan
kepada para sahabatnya makna – makna al – Qur’an sebagaimana telah
menyampaikan lafadz- lafadznya . Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

‫َّاس َما ُن ِّز َل اِل َْي ِه ْم َول ََعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُر ْو َن‬
ِ ‫الذ ْك َر لِتَُبيِّ َن لِلن‬
ِّ ‫ك‬ ِ
َ ‫الزبُ ۗ ِر َواَْن َزلْنَٓا ال َْي‬ ِ ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ٰت َو‬ َ

44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan


kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar
mereka memikirkan.1

1
Q.S. An-Nahl : 44
Mencakup dua penjelasan itu . Menurut Abu Abdurrahman as – Sulami, orang yang
mengajar al – Qur’an kepada kami seperti Utsman bin Affan , Abdullah bin mas’ud
dan lain – lain bercerita bahwa jika belajar dari Nabi sepuluh ayat , mereka tidak
meneruskannya sampai mengetahui semua ilmu dan amalan yang terkandung
didalamnya .

Jadi, lanjut mereka kami mempelajari al – Qur’an itu berikut ilmu dengan
pengamalannya sekaligus . Oleh karna itu, untuk menghafal satu surat pun mereka
memerlukan waktu cukup lama . Anas berkata , ‘’Jika seorang telah membaca surat al
– Baqoroh dan Ali Imran , ia menjadi mulia dalam pandangan kami .’’ ( H.R. Malik
dalam al – Muawatha ).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
ِ َ‫َّبر ْٓوا ٰايٰتِهٖ َولِيَتَ َذ َّكر اُولُوا ااْل َلْب‬
‫اب‬ ِّ ِ ِ
َ ُ َّ ‫ك ُم ٰب َر ٌك ليَد‬
َ ‫ٰب اَْن َزلْنٰهُ ال َْي‬
ٌ ‫كت‬

29. Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran.2
ۗ ‫اَفَاَل َيتَ َد َّب ُر ْو َن الْ ُق ْر ٰا َن‬

82. Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an.

Tadabbur ( Memperhatikan , merenungkan dan menghayati ) kalam tanpa


memahami maknanya adalah tidak mungkin . Selain itu menurut kebiasaan , tidak
mungkin seseorang membaca sebuah buku tentang ilmu pengetahuan seperti
kedokteran dan matematika misalnya, tanpa mereka pahami dan meminta
penjelasannya. Maka bagaimana lagi dengan Kalamullah yang merupakan pelindung
mereka, kunci keselamatan dan kebahagian serta tonggak bagi tegaknya agama dan
kehidupan dunia mereka ?3

Diantara tabi’in ada yang mengmbil seluruh tafsirnya dari sahabat . Menurut
cerita Mujahid , “Saya membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali,
dari al – Fatihah sampai dengan penutup . Saya berhenti pada setiap ayat unuk
menanyakan hal – hal yang berkaitan dengannya”

Tafsir bil -Ma’tsur biasa disebut juga tafsir riwayat. Dalam hal ini, Prof. Dr.
M. Ali Ash-Shabhunniy memberikan pengertian, bahwa tafsir riwayat (ma’tsur)
adalah rangkaian keterangan yang terdapat dalam al-Qur’an, Sunnah atau kata-kata
sahabat sebagai penjelasan maksud dari firman Allah, yaitu penafsiran al-Qur’an
dengan Sunnah Nabawiyyah. Dengan kata lain, maka tafsir bil-Ma’tsur adalah tafsir

2
Q.S. Shad : 29
3
Manna Khalil al-Qaththan ,Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an,terj ,hal 435
al-Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran Al-Qur’an dengan As-Sunnah atau penafsiran
al-Qur’an menurut atsar yang timbul dari kalangan sahabat.4 Dari sini dapat difahami
bahwa tafsir bil-Ma’tsur merupakan salah satu cara penafsiran ayat al-Qur’an dengan
menggunakan sumber-sumber lain yang telah dipercayai urutan hirarkis
kebenarannya, yaitu al-Qur’an sendiri, as-Sunnah, atsar sahabat dan perkataan para
tabi’in.

B. Kelebihan & Kekurangan Tafsir Bil-Ma’tsur.

Pandangan para ulama bermacam-macam terhadap tafsir bil-Ma’tsur ini. Itu


terjadi tiada lain karena di dalamnya memang banyak sekali terdapat kelebihan dan
kekurangan. Antara lain :5
1. Kelebihan Tafsir Bil-Ma’tsur
a) Dalam mengetengahkan penafsiran, para sahabat Nabi dan kaum
tabi’in selalu disertai dengan Isnad (sumber-sumber riwayatnya)
dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran yang paling
kuat dan tepat.
b) Terdapat kesimpulan-kesimpulan tentang hukum dan diterangkan
juga bentuk-bentuk i’rab (kedudukan kata-kata di dalam
rangkaian kalimat) yang menambah kejelasan makna dari
ayatayat al-Qur’an.
c) Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta
menjelaskan riwayat yang shahih dan yang dha’if.
d) At-Tafsir Bil-Ma’stur, yang terbaik adalah tafsir Ibnu Jarir at-
Thabrani di dalam Jami’ul-Bayaan Fi Tafsiir al-Qur’an dan lain-
lain :
1) Dalam mengetengahkan penafsiran para sahabat Nabi dan
Kaum Tabi’in selalu disertai dengan isnad (sumber
sumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk
memperoleh penafsiran yang paling kuat dan tepat.
2) Terdapat kesimpulan-kesimpulan tentang hukum, dan
diterangkan juga bentuk-bentuk i’rab (kedudukan
katakata di dalam rangkaian kalimat), yang menambah
kejelasan makna dari ayatayat Al-Qur’an.
3) Memaparkan ayat-ayat yang nasikh dan mansukh serta
menjelaskan riwayat yang shahih dan yang dhaif.

2. Kekurangan Tafsir Bil-Ma’tsur

4
Muhammad Ali Ash-Shabunniy,Studi Ilmu al-Qur’an,terj.
5
Abu bakar adnan siregar “TAFSIR BIL-MA’TSUR (KONSEP, JENIS, STATUS, DAN KELEBIHAN SERTA
KEKURANGANNYA)”vol 5, 2 Juli-Desember 2018. Hal 164.
a) Banyak ditemukan riwayat-riwayat yang disisipkan oleh orang-
orang yahudi dan persi dengan tujuan merusak islam melalui
informasi yang tidak dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b) Banyak ditemukan usaha-usaha penyusupan kepentingan yang
dilakukan oleh aliran-aliran yang dianggap menyimpang seperti
kaum Syi’ah.
c) Tercampur aduknya riwayat-riwayat yang shahih dengan
riwayat-riwayat hadits yang sanadnya lemah.
d) Penafsiran Al-Qur’an dengan sebagiannya dan penafsiran Al-
Qur’an dengan Hadist sahih yang disampaikan kepada
Rasulullah Saw, maka tidak diragukan lagi bisa di terima dan
tidak ada perbedaan, ia merupakan tinggkat tafsir tertinggi.
Adapun penafsiran Al-Qur’an dengan Ma’stur dari para sahabat
dan tabi’in terdapat kelemahan-kelemahannya :
1) Terjadinya campur baur antara yang sahih dan tidak sahih
dan banyak pendapat yang dihubungkan kepada sahabat
dan tabi’in, tampa ada isnad dan penelitian yang
mengakibatkan campurannya kebenaran dan kebatilan.
2) Riwayat-riwayat tersebut penuh dengan cerita-cerita
Israiliyat yang memuat banyak kurafat yang bertentangan
dengan aqidah Islam. Hal itu sengaja disusupkan kepada
kaum muslimin dari ahlul kitab.
3) Sebagian majhab memutarbalikkan beberapa pendapat.
Mereka berbuat kebatilan, lalu menyandarkannya kepada
sebahagaian para sahabat seperti para ulama Syi’ah.
4) Sesungguhnya musuh-musuh Islam dari golongan kafir
zindiq bersembinyi dibelakang para sahabat, maka perlu
adanya penelitian yang sungguh-sungguh terhadap
pendapat-pendapat yang disandarkan kepada para sahabat
dan tabi’in.6

C. Macam-macam Tafsir Bil-Ma’tsur

Sebagai garis besar Tafsir bil-ma’tsur dapat diklasifikasikan kepada empat macam,
yaitu sebagai berikut :
1. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Yaitu penafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat
yang ada dalam Al-Qur’an juga. Karna Al-Qur’an pada dasarnya saling
menafsirkan ayat yang ada, ayat yang global yang terdapat dalam Al-
Qur’an ditafsirkan oleh ayat yang ada di tempat lain, dan apa yang
6
ibid
disebut secara ringkas dalam Al-Qur’an ditafsir secara mendetail pada
ayat yang lain.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

ِ ‫ي ٰااَل‬
‫ۤء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبٰ ِن‬ ٌ ‫َم َر َج الْبَ ْح َريْ ِن َيلْتَ ِق ٰي ۙ ِن َب ْيَن ُه َما َب ْر َز‬
ِّ َ‫خ اَّل َي ْب ِغ ٰي ۚ ِن فَبِا‬
“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,
di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-
masing.nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”7.

Dengan Firman Allah Juga dalam Al-Qur’an :

‫ْح اُ َجا ۚ ٌج َو َج َع َل َب ْيَن ُه َما َب ْر َز ًخا َّو ِح ْج ًرا َّم ْح ُج ْو ًرا‬ ِ


ٌ ‫ات َّو ٰه َذا مل‬
ِ
ٌ ‫۞ َو ُه َو الَّذ ْي َم َر َج الْبَ ْح َريْ ِن ٰه َذا َع ْذ‬
ٌ ‫ب ُف َر‬
“ Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini
tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”

Ada juga firman Allah dalam Al-Qur’am ( Q.S. Al-Maidah : 1 dengan ayat 3 )

2. Tafsir Al-Qur’an dengan Sunnah (Al-Hadist)


Yaitu jika ditemukan penjelasan tentang suatu ayat dalam Al-Qur’an
pada Al-Qur’an itu sendiri, maka hendaklah penjelasan atau tafsir
tersebut di cari pada sesuatu yang terdapat pada sunnah atau Hadist
Rasullah Saw, karena fungsi dari Sunnah adalah sebagai penjelas atau
penerang dari Al-Qur’an. Adapun Contohnya sebagai berikut :

‫َّاس َما ُن ِّز َل اِل َْي ِه ْم َول ََعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُر ْو َن‬
ِ ‫الذ ْك َر لِتَُبيِّ َن لِلن‬
ِّ ‫ك‬ ِ
َ ‫الزبُ ۗ ِر َواَْن َزلْنَٓا ال َْي‬ ِ ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ٰت َو‬ َ
44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,

ِ ِ ِ َ ‫هو الَّ ِذي بع‬


َ ‫ث فى ااْل ُِّميّٖ َن َر ُس ْواًل ِّم ْن ُه ْم َي ْتلُ ْوا َعلَْي ِه ْم ٰايٰتهٖ َو ُي َز ِّك ْي ِه ْم َو ُي َعلِّ ُم ُه ُم الْكت‬
‫ٰب‬ ََ ْ َُ
ِ
َ ‫ْح ْك َمةَ َوا ْن َكا ُن ْوا ِم ْن َق ْب ُل ل َِف ْي‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِْي ۙ ٍن‬ ِ ‫وال‬
َ
2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf
dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-
ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka

7
QS.AR-RAHMAN : 19
Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.
Kedua ayat tersebut di atas ditafsirkan dengan Hadist Rasullah Saw:
Dari Miqdam bin’id Yakrib, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
‫اال إيّن أوتيت الكتاب مثله معه‬
Artinya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku diberi wahyu sebuah kita
(Al-Qur’an ) dan sesuatu yang sepertinya (sunnah atau Hadist).”

3. Tafsir Al-Qur’an dengan perkataan para sahabat.


Penafsiran Al-Qur’an dengan perkataan sahabat dilakukan dengan jika
tidak terdapat penjelasan tentang suatu ayat dalam Al-Qur’an atau juga
tidak terdapat dalam suatu sunnah atau dibandingkan dengan kita,
dimana mereka mendapatkan penjelasan langsung tentang makna-makna
tersebut dari nabi dengan cara menjelasakan ayat-ayat yang global
ataupun dengan cara menghilangkan problematikanya. Selain itu merak
(para sahabat) juga hidup dan menyaksikan situasi dan kondisi yang
meliputi turunnya Al-Qur’an, sehingga meraka memiliki pemahaman
bagus, ilmu yang matang, amal yang baik dan hati yang memancarkan
sinar, serta otak yang cerdas. Seperti khalifah yang empat, Abdullah bin
Mas’ut, Ubay bin ka’ab, Zaid bin Sabit, Abdullah bin Abbas dan lain-
lain.

Adapun contohnya sebagai berikut :


Sahabat umar bin Khattab pernah di tanya tentang arti takhawwuf dalam
firman Allah SWT :

‫ف َّر ِح ْي ٌم‬
ٌ ‫ف فَِا َّن َربَّ ُك ْم ل ََرءُ ْو‬
ٍ ۗ ‫اَ ْو يَْأ ُخ َذ ُه ْم َع ٰلى تَ َخ ُّو‬
atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa).
Maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang.

kepada seorang Arab dari Kabilah Huzail, dia menjelaskan bahwa


artinya adalah “pengurangan”. Arti ini berdasarkan penggunaan bahasa
yang dibuktikan dengan syair pra-Islam. Umar ketika itu puas dan
menganjurkan untuk mempelajari syair-syair tersebut dalam rangka
mamahami al-Qur’an. Sahabat yang terkemuka dalam bidang tafsir
adalah: Abu Bakar As-Shiddiq, Umar al-Faruq, Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-‘Asy’ari dan Abdullah bin Zubair

4. Tafsir Al-Qur’an Perkataan Para Tabi’in


Sebagai bahan rujukan dalam penulisan Alquran, penjelasan
tabi’in tetap diperhitungkan untuk dapat menafsirkan Alquran. Sekalipun
mereka bukan generasi sahabat yang langsung mendapat penafsiran dari
Nabi, tetapi mereka memperoleh penjelasan dari para sahabat. Sebagai
contoh diantara Tabi’in ada yang mengambil seluruh tafsir dari sahabat.
Mujahid menceritakan, “Saya membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas
sebanyak tiga kali, dari pembukaan (Fatihah) sampai dengan penutupan.
Saya berhenti pada setiap ayat untuk menanyakan kepadanya hal-hal
yang berkaitan dengannya.

Tabi’in yang termasyhur adalah murid-murid Ibnu Abbas dan


murid-murid Ibnu Mas’ud. Yang meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abbas
antara lain: Mujahid Ibnu Jabir, ‘Atha bin Rabah dan Ikrimah Maula
ibnu Abbas. Sedangkan dari golongan murid Ibnu Mas’ud adalah
‘Alqamah an-Nakh’y, Masyruq ibn al-Ajda’, Al-Hamadany, Ubaidah ibn
Amr as-Silmany dan al-Aswad ibn Yazid an-Nakha’y. Adapun kitab-
kitab tafsir bil-Ma’tsur antara lain:
a) Tafsir Jami’ul Bayan (Ibnu Jarir Ath- Thabary)
b) Tafsir al-Bustan (Abu Laits as-Samaraqandy)
c) Tafsir Baqy Makhlad
d) Tafsir Mu’allimat Tanzil (al-Baghawy)
e) Tafsir al-Qur’anul ‘Adzim (Ibnu Katsir)
f) Tafsir Asbabun Nuzul (al-Wahidy)
g) Tafsir al-Nasikh wa al-Mansukh (Abu Ja’far an-Nahhas).
h) Tafsir Durrul Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur (As-
Sayuthy).
BAB III

KESIMPULAN

Tafsir bil -Ma’tsur adalah tafsir yang berdasarkan pada al-Qur’an atau riwayat yang
shahih. Yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan As-
Sunnah,perkataan sahabat karena merekalah yang mengetahui Kitabullah,atau dengan
pendapat tokoh-tokoh besar tabi’in.

Tafsir Bil-Ma’tsur adalah macam tafsir yang paling agung manakala sanadnya
samapai kepada Rasullah Saw, atau kepada sahabat. Namun demikian tafsir Bil-Ma’tsur tetap
memerlukan riwayat. Al-Hafizh Ibnu Katsir r.a. mengatakan ‚Sesungguhnya banyak tafsir bil
Ma-tsur yang disandarakan kepada para perawi Zindiq Yahudi dan muslim ahli kita. Hal ini
banyak terdapat dalam kisah-kisah para rasul beserta kaumnya sesuatu yang berhubungan
dengan kitab dan mukjizat mereka juga cerita-cerita selain merekam seperti Ash-Habul
Kahfi. Oleh sebab itu, perlu penelitian riwayat.
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna al-Qaththan,2005,Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an,Jakarta:Maktabah Wahbah -Kairo.

Abu Hayyan, (1996). Khalil Al-Qattan, Terj. Muzakkir AS, Jakarta: Litera Antara Nusa.

As-Shalih, Subhi, (1990). Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus. Ibn Khaldun, Abd
Al-Rahman, (1991). Muqadimah Ibn Khaldun, Beirut: Dar al-Fikr. Ibnu Katsir, (1335H).Tafsir Al-
Qur’an, Damaskus: Darul Misry Liltaba’ah

Abu bakar adnan siregar “TAFSIR BIL-MA’TSUR (KONSEP, JENIS, STATUS, DAN
KELEBIHAN SERTA KEKURANGANNYA)”vol 5, 2 Juli-Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai