I
KATA PENGANTAR
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
Mushaf Alquran yang ada di tangan kita sekarang ternyata telah melalui
perjalanan panjang yang berliku-liku selama kurun waktu lebih dari 1400 tahun
yang silam dan mempunyai latar belakang sejarah yang menarik untuk diketahui.
Selain itu jaminan atas keotentikan Alquran langsung diberikan oleh Allah SWT
yang termaktub dalam firman-NyaQS.ALHijr-(15):9:
Usaha pengumpulan dan kodifikasi Alquran telah dimulai sejak masa Rasulullah
saw. Secara resmi kodifikasi Alquran dimulai pada masa khalifah Abu Bakar bin
Khattab. Pada masa khalifah Utsman, Alquran kemudian diseragamkan tulisan
dan bacaannya demi menghindari beberapa hal. Korpus yang diseragamkan inilah
yang kemudian dikenal dengan mushaf Utsmani. Mushaf Utsmani kemudian
diberi harakat dan tanda baca pada masa Ali bin Abi Thalib. Ada beberapa
perbedaan tentang urutan ayat maupun surah seperti yang dicantumkan dalam
mushaf Utsmani, hal ini dikarenakan perbedaan pendapat para penghapal Alquran
dan karena turunnya Alquran memang tidak berurutan seperti yang terdapat dalam
mushaf Utsmani.
Rumusan masalah :
b. Sebutkan sejarah kodifikasi dan pengumpulan Al Qur’an pada zaman Nabi dan
Khulafaur Rasyidin ?
IV
BAB II
َ ثُ َّم إِ َّن َعلَيْنا,ُ فَا ِء َذا قَ َر ْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ انَه,ُ إِ َّن َعلَيْنا َ َج ْم َعهُ َوقُرْ انَه,ْج َل بِ ِه
َ ِّك بِ ِه لِساَنكَ لِتَع
ْ الت َحر
ُبَياَنَه.
V
menurunkannya kepadamu’ maka ikutilah bacaan itu; maksudnya. ‘dengarkan dan
perhatikanlah ia.’ Kemudian, atas tanggungan Kamilah penjelasannya, yakni ‘
menjelaskannya dengan lidahmu.‘ Dalam lafal yang lain dikatakan: ‘Atas
tanggungan Kamilah membacakannya.’ Maka setelah ayat ini turun bila jibril
datang, Rasulullah diam. Dalam lafal lain: ‘ia mendengarkan. ‘Dan bila jibril telah
pergi, barulah ia membacanya sebagaimana diperintahkan Allah’’.
VI
Pengumpulan Al Quran dalam Arti Penulisannya pada Masa Nabi.
Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul para sahabat dalam
menuliskan Quran. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka, selai sarana-
sarana tersebut. Dan dengan demikian, penulisan Quran ini semakin menambah
hafalan mereka.
“Rasulullah adalah orang paling pemurah, dan puncak kemurahannya pada bulan
Ramadhan ketika ia ditemui oleh Jibril. Ia ditemui Jibril pada setiap malam bulan
Ramadhan; Jibril membacakan Qur’an kepadanya ,dan ketika Rasulullah ditemui
oleh Jibril ia sangat pemurah sekali.”
VII
selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Disamping itu terkadang
terdapat ayat yang me-nasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumya.
Susunan penulisan Al Qur’an tidak menurut tertib nuzulnya,tetapi setiap ayat
yang turun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi. Andai
kata (pada masa Nabi) Al Qur’an itu seluruhnya dikumpulkan diantara dua
sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan
bila wahyu turun lagi.
VIII
cacatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran (kumpulan) itu
disimpan ditangan Abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun tiga belas Hijri,
lembaran-lembaran itu berpindah ke tangan Umar dan tetap berada di tangannya
hingga ia wafat. Kemudia mushaf itu berpindah ke tangan Hafsah, putri Umar.
Pada permulaan kekhalifahan Usman, Usman memintahnya dari tangan Hafsah.
Zaib bin Sabit berkata: “Abu Bakar memanggilku untuk menyampaikan berita
mengenai korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada di sana. Abu Bakar
berkata: ‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan, bahwa perang di
Yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan qurra dan ia khawatir
kalau-kalau terbunuhnya para qurra itu juga akan terjadi di tempat-tempat lain,
sehingga sebagian besar Qur’an akan musnah. Ia menganjurkan agar aku
memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Quran. Maka aku katakan
kepadanya, bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah? Tetapi Umar menjawab dan bersumpah, Demi allah,
perbuatan tersebut baik. Ia terus menerus membujukku sehingga Allah
membukakan hatiku untuk menerima usulnya, dan akhirnya aku sependapat
dengan Umar.”Zaid berkata lagi:”Abu Bakar kepadaku Engkau seorang pemuda
yang cerdas dan kami tidak meragukan kemampuanmu. Engkau telah menuliskan
wahyu untuk Rasulullah. Oleh karena itu carilah Qur’an dan kumpulkanlah.’’’
‘’Demi Allah’’, kata Zaid lebih lanjut, “sekiranya mereka memintaku
memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku daripada menggumpulkan
Qur’an. Karena itu aku menjawab: ‘Mengapa anda berdua inggin melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Abu Bakar menjawab: ‘Demi
Allah, itu baik.’ Abu Bakar tetap membujukku sehingga Allah membukakan
hatiku sebagaimana Ia telah membukakan hati Abu Bakar dan Umar. Maka aku
pun mulai mencari Qur’an. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, kepingan-
kepingan batu dan hapalan para penghapal, sampai akhirnya aku mendapatkan
akhir surah Taubah berada pada Abu Khuzaimah al-Ansari, yang tidak
kudapatkan pada orang lain, Sesungguhnya telah datang kepadamu seseorang
rasul dari kaummu sendiri... hingga akhir surah. Lembaran-lembaran (hasil
kerjaanku) tersebut kemudian disimpan ditangan Abu Bakar hingga wafatnya.
IX
Sesudah itu pindah ketangan Umar sewaktu masih hidup, dan selanjutnya berada
di tangan Hafsah binti Umar.”
Zaid bin Sabit bertindak sangat teliti, hati-hati. Ia tidak mencukupkan pada
hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam keterangan di
atas: “Dan aku dapatkan akhir dari surah Taubah pada Abu Kuzaimah al-Ansari,
yang tidakaku dapatkan pada orang lain” tidak menghilangkan arti keberhati-
hatian tersebut dan tidak pula berarti akhir surah Taubah itu tidak mutawatir.
Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang
meriwayatkan: “Umar datang lalu berkata: ‘Barang siapa menerima dari
Rasulullah sesuatu dari Qur’an, hendaklah ia menyampaikannya.’ Mereka
menuliskan Qur’an itu pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah kurma, dan
Zaid tidak mau menerima dari seseorang mengenai Qur’an sebelum disaksikan
oleh dua orang saksi.” Ini menunjukkan bahwa Zaid tidak merasa puas hanya
dengan adanya tulisan semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang
menerimanya secara pendengaran (langsung dari Rasul), sekalipun Zaid sendiri
hafal. Ia bersikap demikian ini karena sangat berhati- hati. Dan diriwayatkan pula
oleh Ibn Abu Daud melalui Hasyim bin ‘Urwah, dari ayahnya, bahwa Abu Bakar
berkata kepada umar dan Zaid: “ Duduklah kamu berdua di pintu mesjid. Bila ada
yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas semua dari Kitab Allah,
maka tulislah.” Pada perawi hadis ini orang-orang terpercaya, sekalipun hadist
munqati’ (terputus). Ibn Hajar mengatakan: “Yang dimaksudkan dengan dua
orang saksi adalah hafalan dan catatan.”
Penyebaran Islam bertambah luas dan para qurra tersebar di berbagai wilayah, dan
penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qari yang dikirim
kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qira’at) Qur’an yang mereka bawakan
berbeda-beda sejalan dengan perbedaan “huruf” yang dengannya Qur’an
diturunkan. Apa bila mereka berkumpul di suatu pertemuan atau disuatu medan
peperangan, sebagian mereka merasa heran akan adanya perbedaan qira’at ini.
X
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, di antara
orang yang ikut menyerbu kedua tempat iu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia
melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Qur’an. Sebagian bacaan itu
bercampur dengan kesalahan; tetapi masing-masing mempertahankan dan
berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi
bacaanyan dan bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataannya
demikian Huzaifah segera menghadap Usman dan melaporkan kepadanya apa
yang telah di lihatnya.
XI
Muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa keenam
huruf lainnya. Usman hanyalah berusaha menyatukan umat pada satu macam
(wajah) qiraat. Itu pun atas dasar kesepakatan antara dia dengan kaum Muhajirin
dan Ansar yang hadir di hadapannya, setelah ada kekhawatiran timbulnya kemelut
karena perbedaan yang terjadi antara penduduk Irak dengan Syam dalam cara
qiraat.
Dengan usahanya itu Usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan
mengkikis sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari penambahan dan
penyimpangan sepanjang zaman. para ulama berbeda pendapat tentang jumlah
mushaf yang dikirimkan Usman ke berbagai daerah:
XII
Keraguan yang Harus Ditolak
Ada beberapa keraguan yang ditiupkan oleh pengumbara hawa nafsu untuk
melemahkan kepercayaan terhadap Qur’an dan kecermatan pengumpulannya.
Disini kami akan kemukakan beberapa hal yang penting di antaranya dan
kemudian menjawabnya.
XIII
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
b) Pengumpulan Al-Qur’an di masa Abu Bakar ini ialah bahwa Al-Qur’an itu
terkumpul di dalam satu mushaf yang terbuat dari lembaran-lembaran yang
beragam, baik bahannya maupun ukurannya, dan ayat-ayatnya tetap tersusun
sesuai yang telah ditunjukkan Rasulullah.
B. Saran
a) Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus lebih menghargai dengan
kerja keras Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang berjuang mati-
matian untuk mengumpulkan ayat-ayat alqur’an yang terpisah-pisah dari
penghafalnya lalu di kumpulkan di kitabkan yang disusun begitu rapi dan tersusun
XIV
b) Kita harus membacanya, mengamalkan, menyakininya, lebih baiknya
mengetahui maknanya. Karna itu alquran sebagai pedoman hidup kita
c) Kita minta maaf apabila ada kesalahan di makalah kita, karna hanya ini yang
kita bisa curahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibid.175
Ibid.179-180
Ibid.185-187
Ibid.188
Ibid.189.
Ibid.191.
Ibid.193.
Ibid.196-199.
Ibid.200.
XV
XVI