MAKALAH
Disusun Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
2
BAB II
PEMBAHASAN
.
) ( .
Artinya: Janganlah kamu menulis dari padaku, dan barangsiapa menulis selain
Al-Quran, maka hapuskanlah, dn ceritakanlah dariku maka tidak dosa, dan
3
barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah menyiapkan tempat
duduknya dari neraka. (HR. Muslim).
Setelah Al-Quran Karim sudah melekat pada dada kaum muslim, susunan dan
suara Al-Quran sudah biasa di dengar, serta bahasa Al-Quran sudah biasa dirasa,
barulah Rasulullah saw memberi izin khusus kepada sebagian sahabatnya yang bagus
tulisannya untuk menulis hadits pada umumnya, termasuk hadits- hadits tafsir.
Pada tahun Al Fath, Rasulullah saw memberi izin untuk mencatatkan sabdanya.
Rasulullah saw pernah memberi izin kepada Abdullah bin Amr untuk mencatat
ilmu- ilmu dari padanya.
Pada waktu Rasulullah saw menderita sakit mendekati wafatnya berliau bersabda:
Artinya : Berilah saya buku catatan untuk aku tuliskan kepadamu suatu buku
catatan yang kamu sekalian tidak akan sesat sesudahnya.
Tafsir Quran pada zaman Rasulullah saw dan pada masa awal pertumbuhan Islam
disusun pendek-pendek dan tampak ringkas, karena penguasaan bahasa Arab yang
murni pada saat itu cukup untuk memahami gaya dan susunan kalimat Al-Quran.
Pada sahabat dalam mempelajari tafsir tidak sukar karena mereka menerima Al-
Quran langsung dari shahibur risalah dan mempelajari tafsir Al-Quran pun dari
beliau sendiri, mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari Al-Quran serta
tafsirnya.
4
Abu Abdur Rahman As Salamy berkata:
Apabila mereka tiada mengetahui makna suatu lafadz Al-Quran atau maksud
suatu ayat segera mereka bertanya kepada Rasul sendiri atau sesama sahabat.
Namun tiadalah semua sahabat sederajat didalam memahami isi Al-Quran, baik
secara global maupun terperinci, akan tetapi mereka berbeda-berbeda tingkat
pemahamannya sesuai dengan tingkat ketinggian akal fikirannya, bahkan ada ya ng
tidak sanggup didalam memahami arti kata-kata dari Al-Quran.
5
a. Abu Bakar f. Abdullah bin Abbas
b. Umar bin Khattab g. Ubay bin Kaab
c. Utsman bin Affan h. Zaid bin Tsabit
d. Ali bin Abi Thalib i. Abu Musa Al Asyari
e. Abdullah bin Masud j. Abdullah bin Zubair
Para Tabiin dalam mempelajari dan memahami isi- isi Al-Quran adalah
melangsungkan tindakan-tindakan yang dipraktikkan para sahabat, yaitu mereka ada
yang menerima dan ada yang menolak tafsir bil ijtihad.
Diantara yang menerima dasar ijtihad dalam menafsirkan Al-Quran ialah Mujahid,
Ikrimah dan sahabat-sahabatnya. Hanya saja mereka dan kawan-kawannya melarang
bagi orang-orang yang tidak sempurna alat-alat tafsirnya untuk menafsirkan Al-
Quran, yaitu:
6
D. Tafsir pada masa Pembukuan
Pada permulaan abad kedua Hijriyah, yaitu dikala telah banyak pemeluk agama
Islam yang bukan dari bangsa Arab dan dikala bahasa Arab telah dipengaruhi oleh
bahasa asing, barulah ulama merasa perlu membukukan tafsir, agar dapat dipahami
maknanya.Pembukuan dimulai di akhir-akhir masa Bani Umayyah dan awal Bani
Abbasiyah.
Tafsir Al-Quran sebelum masa pembukuan adalah menukilkan dengan jalan
riwayat. Sahabat meriwayatkan dari Rasulullah saw., sebagaimana sebagian sahabat
meriwayatkan dari sebagian yang lain, dan Tabiin meriwayatkan dari sahabat,
demikian sebagian mereka meriwayatkan kepada sebagian yang lain.
Setelah masa sahabat dan tabiin, ada perkembangan baru yaitu mulai
dibukukannya Al Hadits yang terdiri dari bermacam- macam bab, dimana tafsir
termasuk salah satu dari bab dalam buku hadits tersebut.
7
F. Tafsir dari Abad XII-Sekarang (Abad Modern)
Sumber tafsir pada periode ini ialah Nakliyah dan Ijtihadiyah.
Dan di Indonesia pada abad ke-14 sampai sekarang lahir beberapa tafsir bahasa
Indonesia yang disusun oleh ulama-ulama diantaranya:
a. Tafsir Al-Quranul Karim disusun oleh Al Ustadz Abdul Halim Hasan dan
Ustadz Zaenal Arifin Abbas.
b. Tafsir Al-Quran Al Karim, karangan Al Ustadz Mahmud Yunus.
c. Tafsir Al Furqon, disusun oleh Ustadz Ahmad Hasan.
d. Tafsir Al-Quran, disusun oleh H. Zainuddin Hamidy dan Fakhruddin.
e. Tafsir Al Nur, disusun oleh Prof. Dr. Hasby As Shiddiqy.
f. Tafsir Al Azhar, disusun oleh Prof. Dr. Hamka (H. Abdul Malik Karim
Amrullah).
g. Tafsir Departemen Agama.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10