Penjelasan:
Mengapa dilarang istinja’ dengan tulang? Ulama mengatakan illah (sebab) dilarangnya
istinja’ dengan menggunakan tulang ialah:
a. ) Apabila digunakan tulang untuk istinjak, berasal dari tulang yang najis, tidaklah ia akan
membersihkan tempat keluarnya najis tersebut, justeru semakin bertambah najisnya di
tempat tersebut.
b.) Apabila bersal dari tulang yang suci lagi halal, maka ia merupakan makanan bagi
binatang jin, dan harus kita muliakan dan kita hormati. Dalam hadits riwayat Muslim dari jalur
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Janganlah kalian istinjak dengan menggunakan kotoran binatang dan tulang, sebab ia
merupakan bekal saudara kalian dari kalangan jin.”
Berdasarkan illah (sebab) yang disebutkan di atas, maka dikiaskan kepadanya makanan
manusia dan binatang, karena bekal manusia dan kendaraannya harus lebih dihormati.
istinja’ tidak sah bila menggunakan benda-benda najis atau yang terkena najis. Karena,
benda-benda itu bukannya menipiskan najis, bahkan barangkali menambah tebal bekas
najis itu.
Al-Bukhari (155) telah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata:
Nabi SAW datang ke tempat buang hajat, lalu beliau menyuruh saya membawakan untuk
beliau tiga butir batu. Namun saya hanya menemukan dua butir saja, lalu saya mencari yang
ketiga, tetapi tidak ada. Maka, saya ambil tahi binatang lalu saya bawa kepada beliau.
Kedua batu itu beliau ambil, sedang tahi binatang itu beliau buang seraya bersabda: “Ini
najis.”
Dan istinja’ juga haram dilakukan dengan menggunakan makanan manusia, seperti roti dan
lain sebagainya; atau makanan jin, seperti tulang.
Muslim (450) telah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA, dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda:
“Telah datang kepadaku delegasi jin, maka aku pergi bersamanya, lalu aku bacakan al-
Qur’an kepada mereka.” Periwayat hadits mengatakan: Dan mereka menanyakan kepada
Nabi tentang makanan, maka jawab beliau: “Untuk kamu sekalian tiap-tiap tulang yang
disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya. Pada tangan kamu sekalian, tulang itu akan
menjadi makanan yang paling banyak dagingnya. Sedang tiap-tiap tahi binatang menjadi
makanan bagi binatang-binatang kamu sekalian.”
“Maka, janganlah kamu sekalian beristinja’ dengan tulang dan tahi binatang, karena
ََفَ ِانَّ َههَزَ ا هَدَا ِْخ َوانِ هك َْمَمِنَََ ْال ِج ِّن،ظ ِام
َ لََ ِب ْال ِع
َ ثَ َو َّ لََت َ ْست َ ْن هج ْواَ ِب
َِ الر ْو َ
Janganlah kamu sekalian beristinja’ dengan tahi binatang maupun dengan tulang. Karena,
itu adalah makanan saudara-saudara kamu dan bangsa jin.
Dengan demikian, maka makanan manusia lebih-lebih lagi patut dikiaskan kepada makanan
jin.