Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Penyembelihan Hewan
1.    Pengertian
Dalam istilah fiqih, penyelembelihan (adz-dzabhu) Secara Bahasa berarti at-
tabayyun, yaitu bau yang sedap. Hal ini disebabkan pembolehan secara hukum
syar’i menjadikannya menjadi baik harum. Menurut mazhab Hanafi dan Maliki,
penyembelihan adalah terpotongnya empat urat leher, yaitu urat tenggorokan, urat
pencernaan, dan dua urat nadi. Adapun menurut Mazhab Syafi’I dan Hambali
penyembelihan adalah terpotongnya dua saluran di leher hewan, yaitu saluran
nafas yang terletak di leher dan saluran makanan/pencernaan.[1][1]
Jadi, yang dimaksud menyembelih adalah memotong saluran nafas dan
saluran makanan dari seekor binatang menurut aturan yang telah disyariatkan oleh
agama, kecuali ikan dan belalang keduanya halal dimakan dengan tidak
disembelih.[2][2] Berdasarkan hadis Rasulullah saw, yang berbunyi :
)‫ (رواه ابن ماجه‬.‫احلت لنا ميتتان السمك والجراد‬
“Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai ; ikan dan belalang”. (Riwayat Ibnu
Majah)

Penyembeliahan hewan menurut ketentuan agam, yaitu melenyapkan nyawa


binatang (yang halal) untuk dimakan dengan sesuatu alat yang tajam selain tulang
dan gigi. Binatang yang halal bisa menjadi haram untuk dimakan karena tata cara
penyembelihannya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Misalnya, tidak
menyebutkan asma Allah atau menyebut selain nama Allah, binatang yang mati
karena dicekik, dipukuli, atau karena jatuh.[3][3] Berdasarkan firman Allah Swt.
Surah al-Ma’idah : 3 yang berbunyi :
‫ا‬II‫ة وم‬II‫ والنطيح‬I‫حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الختزير وما اهل لغير هللا به والمنخنقة والموقوزة والمتردية‬
.‫ وما زبح علي النصب‬.‫اكل السبع اال ما زكيتم‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan daging yang
disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih.
Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala”.[4][4]
Jika hewan yang akan disembelih adalah hewan liar yang susah untuk
ditangkap atau sulit untuk disembelih pada lehernya, diperbolehkan melukai
bagian tubuh yang mematikan dengan menyebut nama Allah Swt. Rasulullah Saw
bersabda :
‫ طعنت في‬: ‫ال‬II‫ق ولبت؟ ق‬II‫دكات اال في الخل‬II‫ون ال‬II‫ا تك‬II‫و ل هللا ام‬II‫ا رس‬II‫ قيل ي‬: ‫عن ابي العشراء عن ابيه قال‬
)‫ (رواه الترمدي‬.‫فخدها الجزاء عنك‬
"Dari Abu Usyra’, dari ayahnya, ia berkata bahwa Rasulullah saw, ditanya
“apakah tidak ada penyelembelihan itu selain dikerongkongan dan dileher?,
“Rasulullah saw bersabda “kalau kamu tusuk pahanya, niscaya cukuplah hai
itu”. (Riwayat at-Tirmizi)[5][5]

1
2.      Ketentuan Penyelembelihan Binatang
Dalam penyelembelihan , ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu
tentang orang yang menyelembelih, dan alat yang digunakan untuk
menyelembelih.
      Syarat-syarat Orang yang menyembelih
·         Islam, penyelembelihan yang dilakukan oleh orang non-Islam adalah tidak sah.
·         Berakal sehat, penyelembelihan yang dilakukan orang gila tidak sah.
·         Mumayyiz
·         Berdo’a

   Syarat-syarat Binatang yang akan disembelih


·         Binatang itu masih hidup
·         Binatang itu termasuk binatang yang halal, baik cara memperoleh maupun
zatnya.

      Syarat-syarat Alat yang digunakan untuk menyelembelih


·         Alat yang digunakan tajam, tidak runcing dan tidak tumpul
Seperti yang Rasulullah SAW lakukan:
‫سانَ َعلَى‬ َ ‫ ِإنَّ هَّللَا َ َكت ََب اَِإْل ْح‬  ( ‫سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫س رضي هللا عنه قَا َل‬ ٍ ‫شدَّا ِد ْب ِن َأ ْو‬ َ ْ‫َ َوعَن‬
 ) ُ‫يحتَه‬ َ ِ‫ ِر ْح َذب‬Hُ‫ َو ْلي‬,ُ‫ ْف َرتَه‬H‫ش‬ َ ‫ َّد َأحَ ُد ُك ْم‬H‫ َو ْليُ ِح‬,َ‫لذ ْب َحة‬
ِّ َ‫سنُوا ا‬
ِ ‫ َوِإ َذا َذبَ ْحتُ ْم فََأ ْح‬,َ‫سنُوا اَ ْلقِ ْتلَة‬ ِ ‫ فَِإ َذا قَتَ ْلتُ ْم فََأ ْح‬,‫ُك ِّل ش َْي ٍء‬
 ‫سلِ ٌم‬
ْ ‫َر َواهُ ُم‬
Dari Syaddad Ibnu Aus bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat kebaikan terhadap segala
sesuatu. Maka jika engkau membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik dan jika
engkau menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik, dan hendaklah di
antara kamu mempertajam pisaunya dan memudahkan (kematian) binatang
sembelihannya." Riwayat Muslim.
·         Terbuat dari besi, baja, batu, dan kaca
·          Tidak menggunakan kuku, gigi, dan tulang.[6][6]
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
ْ ِ‫ َر ا‬H‫ َو ُذ ِك‬,‫ َّد ُم‬H‫ َر اَل‬H‫ ( مَا ُأ ْن ِه‬:‫يج رضي هللا عنه َع ِن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
ِ ‫ ُم هَّللَا‬H‫س‬ ٍ ‫َ َوعَنْ َرافِ ِع ْب ِن َخ ِد‬
َ
‫ق َعل ْيه‬ َ َّ
ٌ ‫ ُمتف‬ ) ‫ش‬ ْ َ َ ُ ُّ َ ‫َأ‬
ِ َ‫ ف ُمدَى ال َحب‬:‫سنُّ ; ف َعظ ٌم; َو َّما الظف ُر‬ ْ َ َ ‫َأ‬ ْ ُّ
ِّ ‫سنَّ َوالظف َر; َّما ال‬ ِّ ‫س اَل‬ َ ‫ فَ ُك ْل لَ ْي‬,‫َعلَ ْي ِه‬
Dari Rafi' Ibnu Khodij Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Apa yang dapat menumpahkan darah dengan diiringi sebutan
nama Allah, makanlah, selain gigi dan kuku, sebab gigi adalah tulang sedang
kuku adalah pisau bangsa Habasyah." Muttafaq Alaihi.
      Sunnah menyembelih
·         Memotong dua urat yang ada dikiri kanan leher, agar lekas matinya.
·         Binatang yang disembelih itu, hendaklah dimiringkan ke sebelah rusk kirinya,
supaya mudah bagi orang yang menyembelihnya.
·         Dihadapkan ke Kiblat.
·         Membaca bismillah dan shalawat atas Nabi saw.[7][7]

2
B.    QURBAN
1.   Pengertian dan Dasar Hukum Qurban
Qurban berasal dari bahasa Arab  yang diambil dari kata : qaruba – yaqrabu –
qurban wa qurbaanan. Artinya, “dekat” atau “mendekatkan diri”, mendekati atau
menghampiri. Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan
maupun. Dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah swt. Hewan
yang digunakan untuk qurban adalah binatang ternak, seperti kambing, sapi, dan
unta.[8][9]
 Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau
adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata
dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan
penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00. Udh-hiyah adalah
hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada hari raya Qurban
dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah (Sayyid
Sabiq, Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari, 1994).

Ibadah qurban hukumnya sunnah muakkad, artinya sunnah yang sangat


dianjurkan bagi orang yang sudah mampu. Sebagaimana firman Allah swt :

 “Sesungguhnya Kami telah memberi kepadanya nikmat yang banyak.Maka


dirikanlah salat karena Tuhanmu,dan berkurbanlah.”(Al-Kausar:1-2)

 “Dan bagi tiap-tiap umat Telah kami syariatkan penyembelihan (kurban),


supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang Telah
direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa,
Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Dan Dalam hadits dinyatakan,dari Abu Hurairah r.a. berkata,bahwasanya


Rasulullah Saw.  bersabda :
َ ُ‫ َعةٌ َولَ ْم ي‬H‫س‬
,‫ ِّح‬H‫ض‬ َ ُ‫لم ( َمنْ كَانَ لَه‬HH‫سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وس‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َ َوعَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
ُ ‫ لَ ِكنْ َر َّج َح اََأْلِئ َّمةُ َغ ْي ُرهُ َو ْقفَه‬,‫ص َّح َحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ َو‬,‫اجه‬ َ ‫ َوابْنُ َم‬,ُ‫ َر َواهُ َأ ْح َمد‬ ) ‫صاَّل نَا‬
َ ‫فَاَل يَ ْق َربَنَّ ُم‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam bersabda: "Barangsiapa mempunyai kemudahan untuk berkurban, namun
ia belum berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami."
Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mauquf
menurut para imam hadits selainnya. [9][10]

3
2.   Ketentuan dan Tatacara Menyembelih Hewan Qurban
Yang dimaksud dengan hewan qurban tersebut adalah binatang ternak yang
dipelihara dan dikomsumsi dagingnya, misalnya unta, sapi, kerbau, kambing, atau
domba. Binatang yang sah untuk menjadi qurban, ialah yang tidak mempunyai
cacat seperti ; pincang, sangat kurus, sakit, terpotong telinganya, dll.[10]
[11] Dikatakan syah, jika binatang tersebut memenuhi syarat-syarat
binatang/hewan yang telah ditetap kan syariat.[11][12] Adapun syarat-syarat
binatang/hewan untuk dijadikan qurban adalah :
 Cukup umurnya
o   Domba sekurang-kurangnya berumur satu tahun;
o   Kambing, sekurang-kurangnya berumur dua tahun;
o   Unta sekurang-kurangnya berumur empat tahun dan masuk tahun kelima;
o   Sapi, sekurang-kurangnya berumur dua tahun dan masuk tahun ketiga.
‫ َر‬H‫س‬ ُ ‫ ِإاَّل َأنْ يَ ْع‬,ً‫نَّة‬H‫س‬ ِ ‫تَذبَ ُحوا ِإاَّل ُم‬ ْ ‫لم ( اَل‬HH‫ه وس‬HH‫لى هللا علي‬HH‫سو ُل هَّللَا ِ ص‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َ َوعَنْ َجابِ ٍر رضي هللا عنه قَا َل‬
ْ ‫ َر َواهُ ُم‬ ) ‫ضْأ ِن‬
‫سلِم‬ َّ ‫َعلَ ْي ُك ْم فَت َْذبَ ُحوا َج َذ َعةً ِمنَ اَل‬
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jangan
menyembelih kecuali hewan yang umurnya masuk tahun ketiga. Bila engkau sulit
mendapatkannya, sembelihlah kambing yang umurnya masuk tahun kelima."
Riwayat Muslim.
·        Tidak cacat , Tidak sakit, Tidak pincang, Tidak buta, Tidak kurus, Tidak putus
telinga atau tanduknya.[12][13]. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW :
َ :‫فَقَا َل‬ ‫لم‬HH‫وس‬ ‫ه‬HH‫علي‬ ‫هللا‬ ‫لى‬HH‫ص‬ ِ ‫هَّللَا‬ ‫و ُل‬HH‫س‬ ُ ‫ َر‬ ‫فِينَا‬ ‫قَا َم‬ :‫قَا َل‬ ‫ َع ْن ُهمَا‬ ُ ‫هَّللَا‬ ‫ َي‬HH‫ض‬ ِ ‫ َر‬ ‫ب‬ ٍ ‫عَا ِز‬ ‫ب ِن‬ ‫اَ ْلبَ َرا ِء‬ ‫َو َع ِن‬
‫س‬ َ ْ ْ َ ْ َ
ِ ‫ َوالك‬ َ‫ه‬H‫ظل ُع‬  ُ‫البَيِّن‬ ‫ َوال َع ْر َجا ُء‬ ,‫ض َها‬ْ ُ ‫ َم َر‬  ُ‫البَيِّن‬ ‫ضة‬ْ َ ُ ْ ْ َ ْ َ
َ ‫ َوال َم ِري‬ ,‫ع ََو ُرهَا‬  ُ‫البَيِّن‬ ‫ال َع ْو َرا ُء‬ :‫ض َحايَا‬ َّ ‫اَل‬ ‫فِي‬ ‫ت َُجو ُز‬  ‫اَل‬ ‫َأ ْربَ ٌع‬ (
‫ ِحبَّان‬  ُ‫ َوابْن‬ ,‫ي‬ ُّ ‫اَلت ِّْر ِم ِذ‬ ُ‫ص َّح َحه‬ َ ‫ َو‬  ُ‫سة‬ َ ‫اَ ْل َخ ْم‬ ُ‫ َر َواه‬  ) ‫تُ ْنقِي‬  ‫اَل‬ ‫اَلَّتِي‬ ُ‫ي َرة‬ َ
Al-Bara' Ibnu 'Azib Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam berdiri di tengah-tengah kami dan bersabda: "Empat macam hewan
yang tidak boleh dijadikan kurban, yaitu: yang tampak jelas butanya, tampak jelas
sakitnya, tampak jelas pincangnya, dan hewan tua yang tidak bersum-sum."
Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi dna Ibnu
Hibban
·         Waktu penyembelihan Qurban
Waktu penyembelihannya ialah sesudah shalat ‘Idul Adha, dan akhir
waktunya ialah ‘Ashar hari tasyriq, yakni sejak tanggal 10 Dzulhijah hingga
terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijah.
‫لم فَلَ َّما‬H‫ه وس‬H‫لى هللا علي‬H‫ول هَّللَا ِ ص‬ ِ H‫س‬ ُ ‫ َحى مَ َع َر‬H‫ض‬ ْ ‫ ِهدْتُ اََأْل‬H‫ش‬َ ( :‫س ْفيَانَ رضي هللا عنه قَا َل‬ ُ ‫ب ْب ِن‬ ِ ‫َ َوعَنْ ُج ْن ُد‬
ْ‫ َو َمنْ لَ ْم يَ ُكن‬,‫اةً َم َكانَهَا‬H‫ش‬ َ ‫يَذبَ ْح‬ ْ ‫اَل ِة فَ ْل‬H‫لص‬ َ ‫ا‬ ‫ل‬
َّ َ ْ َ َ َ َ H ‫ب‬َ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ب‬ َ
‫ذ‬ ْ‫ن‬ ‫م‬ : ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬َ ‫ف‬ , ْ‫ت‬ ‫ح‬
َِ ‫ب‬ ‫ذ‬ ُ ‫د‬
ْ َ ‫ق‬ ‫م‬
ٍ َ ‫ن‬ َ
‫غ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ر‬
‫َ ِإ‬ َ ‫ظ‬ َ ‫ن‬ , ‫س‬
ِ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ِ ُ‫صاَل تَه‬
‫ب‬ َ ‫ضى‬ َ َ‫ق‬
ِ ‫ق َعلَ ْيه‬ َ
ٌ ‫ ُمتَّف‬ ) ِ ‫س ِم‬ ‫هَّللَا‬ ْ
ْ ‫َذبَ َح فليَذبَ ْح َعلَى ا‬
ْ َ
Jundab Ibnu Sufyan Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mengalami hari raya Adlha
bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Setelah beliau selesai sholat
bersama orang-orang, beliau melihat seekor kambing telah disembelih. Beliau
bersabda: "Barangsiapa menyembelih sebelum sholat, hendaknya ia menyembelih
seekor kambing lagi sebagai gantinya; dan barangsiapa belum menyembelih,
hendaknya ia menyembelih dengan nama Allah." Muttafaq Alaihi.

4
3.   Sunnah-sunnah waktu menyembelih Qurban
Disunnahkan sewaktu menyembelih korban beberapa perkara berikut ini :
 Membaca “Bismillah Wallahu Akbar” dan Shalawat atas Nabi s.a.w.
 Orang yang berkurban sendiri disunnatkan menyembelihnya, dan jika
ia  wakil menyembelihkannya, maka disunnatkan ia hadir ketika
menyembelih.
 Berdoa supaya kurban diterima Allah.
          Sunnat membaca do’a :
) ‫ َو ِمنْ ُأ ّم ِة ُم َح َّم ٍد‬,‫آل ُم َح َّم ٍد‬
ِ ‫ اَللَّ ُه َّم تَقَبَّ ْل ِمنْ ُم َح َّم ٍد َو‬,ِ ‫س ِم هَّللَا‬
ْ ِ‫ب‬
"Dengan nama Allah. Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad,
keluarganya, dan umatnya." Kemudian beliau berkurban dengannya.”
 Binatang yang disembelih disunnatkan dihadapkan ke kiblat.[13][14]

3. Perbedaan Qurban dan Aqiqah

Perbedaan qurban dan aqiqah setidaknya ditinjau dari beberapa perkara. Mulai
dari definisi pengertiannya, tujuan, jenis hewan yang digunakan, jumlah hewan
yang disembelih, waktu penyembelihan, jumlah pelaksanaan yang disyariatkan,
pemberian daging, wujud daging yang diberikan dan upah bagi
penyembelih. Untuk pemahaman lebih jelasnya, simak penjelasan lengkapnya
berikut ini: 

a. Pengertian Qurban dan Aqiqah

Asal kata qurban yaitu qariba-yaqrabu-qurbanan wa wirbanan yang artinya dekat


atau mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengerjakan perintah-Nya. 

Sementara, menurut istilah qurban yakni penyembelihan hewan dengan tujuan


beribadah kepada Allah pada Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10
Dzulhijjah dan tiga hari tasyrik setelah 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. 

Definisi aqiqah menurut bahasa adalah memotong yang asal matanya adalah aqqa-
yauqqu-aqqan.

Sedangkan, menurut istilah aqiqah adalah pemotongan atau penyembelihan hewan


dalam rangka tasyakuran kepada Allah SWT karena kelahiran seorang anak yang
disertai dengan pemotongan rambut bayi.

5
b. Tujuan Pelaksanakan

Perbedaan qurban dan aqiqah lainnya terletak pada tujuan penjelasannya. Tujuan
qurban adalah untuk memperingati betapa besarnya pengorbanan Nabi Ismail dan
Nabi Ibrahim untuk menunjukkan ketakwaannya kepada Allah. Selain itu, juga
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat islam kepada Allah.

Berbeda dengan aqiqah mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa syukur karena
telah dikaruniai seorang anak dengan berbagi dengan sesama.

Meski pelaksanaan aqiqah dalam Al-Qur’an tidak ada, namun dalam sebuah hadis
dijelaskan bahwa Rasullah pernah bersabda untuk menyembelih aqiqah atas anak
laki-laki untuk membuang keburukannya.

c. Jumlah dan Jenis Hewan yang Digunakan

Perbedaan lainnya adalah jumlah dan jenis hewan yang disembelih. Biasanya,
jenis hewan yang digunakan untuk berqurban adalah semua jenis hewan ternak
seperti sapi, kerbau, kambing, dan unta. Untuk penyembelihan hewan qurban ini
juga mempunyai syarat yang berbeda-beda.

Contohnya, satu ekor sapi bisa diatasnamakan untuk 7 orang. Jadi, kamu bisa
berqurban satu ekor sapi dengan patungan bersama teman lainnya.

Sedangkan untuk satu ekor kambing untuk satu orang. Selain itu, jika kamu
mempunyai kurang lebih 30 ekor kambing, maka 1 ekor kambing wajib
qurbankan.

Sementara hewan yang digunakan untuk aqiqah adalah kambing atau domba dan
sejenisnya. Jumlah hewan yang disembelih juga berbeda, untuk anak laki-laki
jumlah kambing yang digunakan adalah 2 ekor. Dan untuk anak perempuan yang
disembelih hanya 1 ekor.

d. Perbedaan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan qurban dilakukan setiap hari raya Idul Adha tepatnya pada tanggal 10
Dzulhijjah dan juga bisa dilaksanakan pada hari tasyrik yakni pada tanggal 11
sampai 13 Dzulhijjah.

Sedangkan, untuk aqiqah bisa dilaksanakan kapan saja sejak bayi sudah memasuki
usia 7 hari. Penyembilah aqiqah juga bisa dilakukan ketika anak sudah dewasa.
Pada usia ini bayi akan dipotong rambutnya dan disembelihkan aqiqah.

6
f. Perbedaan Wujud dan Pemberian Daging

Umumnya, pembagian daging qurban selalu dalam kondisi mentah. Berbeda


dengan daging aqiqah yang justru harus dalam keadaan masak. Perbedaan qurban
dan aqiqah selanjutnya adalah pemberian daging kepada masyarakat.

Para ulama bersepakat bahwa orang yang berkurban diperintahkan untuk turut
ikut memakan daging dan menyedekahkannya.

Sama halnya yang ada di dalam kitab bidayatul mujtahid, pembagian daging
qurban dianjurkan sepertiga bagian disimpan, sepertiganya didermakan, dan
sepertiganya lagi dimakan.

Penerima daging qurban diutamakan dari kaum dhuafa atau fakir miskin.
Sedangkan daging aqiqah diberikan kepada siapapun, terutama pada tetangga
terdekat, fakir miskin, saudara dan lainnya.

g. Perbedaan untuk Upah Penyembelih

Orang yang menyembelih hewan qurban tidak diberikan upah dan biasanya hanya
menerima daging dari hewan yang ia sembelih. Berbeda dengan aqiqah yang
mana penyembelih hewan aqiqah boleh meminta uoah pada pemilik hajat.

Jika sudah memasuki bulan Dzulhijjah dan menjelang hari raya Idul Adha serta
hari-hari tasyrik, maka diutamakan untuk mendahulukan qurban dan aqiqah. Akan
tetapi, jika ingin diniatkan untuk mendapatkan pahala dua-duanya, tetap dapat
terealisasi.

7
4. Hikmah Qurban dan Aqiqah

1. Hikmah Qurban
   Qurban merupakan satu bentuk ibadah yang mempunyai dua dimensi, yaitu
dimensi illahiyah dan dimensi social. Melaksanakan qurban berarti mentaati
syariat Allah swt, yang membawa pahala baginya. Selain itu, qurban berarti
memberikan kebahagian bagi orang lain, khususnya faqir miskin untuk dapat
menikmati daging hewan qurban.[14][15]
Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari disyariatkannya qurban, antara
lain :
·         Akan menambah cinta dan keimanannya kepada Allah Swt.
·         Sebagai rasa syukur pada Allah Swt. atas karunia yang dilimpahkan pada
dirinya.
·         Menambah rasa peduli dan tolong-menolong kepada orang lainyang kurang
mampu.
·         Akan menambah persatuan dan kesatuan karena ibadah kurban melibatkan
seluruh lapisan masyarakat.[15][16]

2. Hikmah disyariatkannya Aqiqah


Ada beberapa fungsi atau hikmah bagi orang-orang yang mengerjakan aqiqah,
antara lain :
·         Sebagai bukti rasa sukur orang tua kepada Allah swt, atas nikmat yang
diberikannya berupa anak.
·         Membiasakan bagi orang tua untuk berqorban demi kepentingan anaknya yang
baru lahir.
·         Sebagai penebus gadai anak dari Allah swt, sehingga anak menjadi hak baginya
dalam beramal dan beribadah.
·         Hubungan dengan tetangga dan sanak kerabat lebih erat dengan adanya
pembagian daging aqiqah.
·         Sebagai wujud menteladani sunah Rasulullah saw, sehingga akan memperoleh
nilai pahala disisi Allah swt.
·         Menghilangkan gangguan dari sesuatu yang tidak baik terhadap  si anak.[23]
[24]

Anda mungkin juga menyukai