Anda di halaman 1dari 4

Doa ketika menyembelih hewan: ُ‫ بِس ِْم هللاِ َوهللاُ َأ ْكبَ ُر [ اللهم ِم ْنكَ َولَكَ ] اللهم تَقَبَّلْ ِمنِّي

هَ ِذ ِه َعقِ ْيقَة‬.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/83091/doa-doa-seputar-aqiqah

Hukum, Makna, Jenis Hewan, dan Ketentuan Ibadah Kurban Jumat 25 Agustus 2017 20:00 WIB
BAGIKAN: A. Pengertian Kurban Kata kurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab qariba –
yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat (Ibn Manzhur: 1992:1:662;
Munawir:1984:1185). Maksudnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian
perintah-Nya. Yang dimaksud dari kata kurban yang digunakan bahasa sehari-hari, dalam istilah agama
disebut “udhhiyah” bentuk jamak dari kata “dhahiyyah” yang berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha),
yaitu sembelihan di waktu dhuha pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 bulan Dzulhijjah. Dari sini
muncul istilah Idul Adha. Dari uraian tersebut, dapat dipahami yang dimaksud dari kata qurban atau
udhhiyah dalam pengertian syara, ialah menyembelih hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah
pada Hari Raya Haji atau Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.
B. Hukum Kurban Ibadah kurban hukumnya adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya
sampai beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan
Imam al-Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban bagi penduduk yang
mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth:
1/314). ADVERTISEMENT C. Keutamaan Kurban Menyembelih kurban adalah suatu sunnah Rasul yang
sarat dengan hikmah dan keutamaan. Hal ini didasarkan atas informasi dari beberapa haditst Nabi
shallallâhu ‘alaihi wasallam, antara lain: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َما َع ِم َل آ َد ِم ٌّي ِم ْن َع َم ٍل يَوْ َم النَّحْ ِر‬ َ ِ ‫ع َْن عَاِئ َشةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ْ ‫ارهَا َوَأ‬ ‫ْأ‬
ِ ْ‫َان قَ ْب َل َأ ْن يَقَ َع ِم ْن اَأْلر‬
‫ض فَ ِطيبُوا بِهَا‬ ٍ ‫ظاَل فِهَا َوَأ َّن ال َّد َم لَيَقَ ُع ِم ْن هَّللا ِ بِ َمك‬ ِ ‫اق ال َّد ِم ِإنَّهَا لَتَ تِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِقُرُونِهَا َوَأ ْش َع‬
ِ ‫َأ َحبَّ ِإلَى هَّللا ِ ِم ْن ِإ ْه َر‬
ْ
‫ نَفسًا‬ADVERTISEMENT Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau
bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang
lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat
dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi
Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits
Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117) Menurut Zain al-Arab, ibadah yang paling utama
pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan untuk kurban karena Allah. Sebab pada hari
kiamat nanti, hewan itu akan mendatangi orang yang menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di
dunia, setiap anggotanya tidak ada yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala
baginya. Kemudian hewan itu digambarkan secara metaphoris akan menjadi kendaraanya untuk
berjalan melewati shirath. Demikian ini merupakan balasan dan bukti keridhaan Allah kepada orang
yang melakukan ibadah kurban tersebut. (Abul Ala al-Mubarakfuri: tt: V/62) ADVERTISEMENT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memiliki
kemampuan untuk berkurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sesekali janganlah ia mendekati
tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Masih banyak lagi sabda Nabi yang lain,
menjelaskan tentang keutamaan berkurban. Bahkan pada haditst terakhir, disebutkan bahwa orang
yang sudah mampu berkorban, tetapi tidak mau melaksanakanya, maka ia dilarang mendekati tempat
shalat Rasulullah atau tempat (majelis) kebaikan lainya. Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari
raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Disamping
itu, kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri
seorang muslim. Dengan berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai
ridha Allah semata. Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya untuk-Nya. Oleh karena
itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang
dikurbakan, melainkan ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai kepada-
Nya. D. Hakikat Kurban Kurban dalam dimensi vertikal adalah bentuk ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah supaya mendapatkan keridhaan-Nya. Sedangkan dalam dimensi sosial, kurban bertujuan
untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Adha, sebagaimana pada Hari Raya Fitri mereka
digembirakan dengan zakat fitrah. Karena itu, daging kurban hendaklah diberikan kepada mereka yang
membutuhkan, boleh menyisakan secukupnya untuk dikonsumsi keluarga yang berkurban, dengan tetap
mengutamakan kaum fakir dan miskin. Allah berfirman: ‫ير‬ َ ِ‫س ْالفَق‬ ْ ‫“ فَ ُكلُوا ِم ْنهَا َوَأ‬Maka makanlah
َ ‫ط ِع ُموا ْالبَاِئ‬
sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi
fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28) Dengan demikian kurban merupakan salah satu ibadah yang dapat menjalin
hubungan vertikal dan horizontal. E. Kriteria Hewan Kurban Para ulama sepakat bahwa semua hewan
ternak boleh dijadikan untuk kurban. Hanya saja ada perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih
utama dari jenis-jenis hewan tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa yang paling utama adalah
kambing atau domba, kemudian sapi, lalu unta. Sedangkan Imam al-Syafi’i berpendapat sebaliknya,
yaitu yang paling utama adalah unta, disusul kemudian sapi, lalu kambing (Ibn Rusyd: tt: I:315). Agar
ibadah kurbannya sah menurut syariat, seorang yang hendak berkurban harus memperhatikan kriteria-
kriteria dari hewan yang akan disembelihnya. Kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai dengan
usia dan jenis hewan kurban, yaitu: a. Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia satu tahun lebih,
atau sudah berganti giginya (al-jadza’). Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sembelilhlah
domba yang jadza’, karena itu diperbolehkan.” (Hadits Shahih, riwayat Ibn Majah: 3130 Ahmad: 25826)
b. Kambing kacang (ma’z) harus mencapai usia minimal dua tahun lebih. c. Sapi dan kerbau harus
mencapai usia minimal dua tahun lebih. d. Unta harus mencapai usia lima tahun atau lebih. (Musthafa
Dib al-Bigha: 1978:241). Selain kriteria di atas, hewan-hewan tersebut harus dalam kondisi sehat dan
tidak cacat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari al-Barra
bin Azib radliyallâhu ‘anh: ‫ضهَا َو ْال َعرْ َجا ُء بَي ٌِّن ظَ ْل ُعهَا‬ َ ‫ضا ِح ِّي فَقَا َل ْالعَوْ َرا ُء بَي ٌِّن ع ََو ُرهَا َو ْال َم ِري‬
ُ ‫ضةُ بَي ٌِّن َم َر‬ َ ‫َأرْ بَ ٌع اَل تَجُو ُز فِي اَأْل‬
‫“ َو ْالك َِسي ُر الَّتِي اَل تَ ْنقَى‬Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, “(1) yang
(matanya) jelas-jelas buta (picek), (2) yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang (kakinya)
jelas-jelas pincang, dan (4) yang (badannya) kurus lagi tak berlemak.” (Hadits Hasan Shahih, riwayat al-
Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420) Akan tetapi, ada beberapa cacat hewan yang tidak menghalangi
sahnya ibadah kurban, yaitu; Hewan yang dikebiri dan hewan yang pecah tanduknya. Adapun cacat
hewan yang putus telinga atau ekornya, tetap tidak sah untuk dijadikan kurban. (Dr. Musthafa, Dib al-
Bigha: 1978:243). Hal ini dikarenakan cacat yang pertama tidak mengakibatkan dagingnya berkurang
(cacat bathin), sedangkan cacat yang kedua mengakibatkan dagingnya berkurang (cacat fisik). F.
Ketentuan Kurban Berkurban dengan seekor kambing atau domba diperuntukkan untuk satu orang,
sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk berkurban tujuh orang. Ketentuan ini dapat
disimpulkan dari hadits berikut: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم عَا َم ْال ُح َد ْيبِيَ ِة ْالبَ َدنَةَ ع َْن َس ْب َع ٍة‬
َ ِ ‫ال نَ َحرْ نَا َم َع َرسُو ِل هَّللا‬
َ َ‫ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ق‬
‫ َو ْالبَقَ َرةَ ع َْن َس ْب َع ٍة‬Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurban bersama Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga
untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn
Majah: 3123). Hadits selanjutnya menjelaskan tentang berkurban dengan seekor domba yang
dilakukan oleh Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ع َْن عَاِئ َشةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫ت ثُ َّم َأ َخ َذهَا َوَأخَ َذ ْال َكب‬
‫ْش‬ ْ َ‫ُض ِّح َي بِ ِه فَقَا َل لَهَا يَا عَاِئ َشةُ هَلُ ِّمي ْال ُم ْديَةَ (يعني السكين) ثُ َّم قَا َل ا ْش َح ِذيهَا بِ َح َج ٍر فَفَ َعل‬ َ ‫ش َأ ْق َرنَ فَُأتِ َي بِ ِه لِي‬
ٍ ‫َأ َم َر بِ َك ْب‬
‫ضحَّى بِ ِه‬ َ ‫فََأضْ َج َعهُ_ ثُ َّم َذبَ َحهُ ثُ َّم قَا َل بِاس ِْم هَّللا ِ اللَّهُ َّم تَقَبَّلْ ِم ْن ُم َح َّم ٍد َوآ ِل ُم َح َّم ٍد َو ِم ْن ُأ َّم ِة ُم َح َّم ٍد ثُ َّم‬. “Dari Aisyah radliyallâhu ‘anhâ,
menginformasikan sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menyuruh untuk mendatangkan
satu ekor domba (kibas) yang bertanduk . Kemudian domba itu didatangkan kepadanya untuk
melaksanakan kurban. Beliau berkata kepada Aisyah: Wahai Aisyah, ambilkan untukku pisau (golok).
Nabi selanjutnya memerintahkan Aisyah: Asahlah golok itu pada batu (asah). Aisyah kemudian
melakukan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah. Kemudian Nabi mengambil golok itu dan
mengambil domba (kibasy), kemudian membaringkannya, dan menyembelihnya sambil berdoa: Dengan
nama Allah, wahai Allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan umat Muhammad,
beliau berkurban dengan domba itu”. (Hadits Shahih Riwayat Muslim 1967). Doa Nabi dalam hadits di
atas, ketika beliau melaksanakan kurban: “Wahai Allah, terimalah dari Muhammad dan keluarga
Muhammad dan umat Muhammad” tidak bisa dipahami bahwa kurban dengan satu domba cukup untuk
keluarga dan untuk semua umat Nabi. Penyebutan itu hanya dalam rangka menyertakan dalam
memperoleh pahala dari kurban tersebut. Apabila dipahami bahwa berkurban dengan satu kambing
cukup untuk satu keluarga dan seluruh umat Nabi Muhammad, maka tidak ada lagi orang yang
berkurban. Dengan demikian, pemahaman bahwa satu domba bisa untuk berkurban satu keluarga dan
seluruh umat, harus diluruskan dan dibetulkan sesuai dengan ketentuan satu domba untuk satu orang,
sedangkan onta, sapi, dan kerbau untuk tujuh orang sebagaimana dijelaskan hadits di atas. G. Waktu
Pelaksanaan Kurban Waktu menyembelih kurban dimulai setelah matahari setinggi tombak atau seusai
shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan distribusi
(pembagian) daging kurban dibagi menjadi tiga bagian dan tidak mesti harus sama rata. Ketiga bagian
itu, (1) untuk fakir miskin, (2) untuk dihadiahkan, dan (3) untuk dirinya sendiri dan keluarga secukupnya.
Dengan catatan, porsi untuk dihadiahkan dan untuk dikonsumsi sendiri tidak lebih dari sepertiga daging
kurban. Meskipun demikian memperbanyak pemberian kepada fakir miskin lebih utama. (Dhib al-
Bigha:1978:245). Demikian tulisan ini disampaikan, semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila ada
kekeliruan dan kesalahan. Wallahu a’lam bish shawâb.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/80735/hukum-makna-jenis-hewan-dan-ketentuan-ibadah-
kurban

===

Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses
dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia
NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.
HOME KHUTBAH HIKMAH EKONOMI SYARIAH BATHSUL MASAIL UBUDIYAH FIQIH DIFABEL WARISAN
ZAKAT NIKAH VIDEO FOTO DOWNLOAD UBUDIYAH Ketentuan-ketentuan dalam Qurban Selasa 9
November 2010 08:46 WIB BAGIKAN: Istilah udlhiyyah adalah nama untuk hewan qurban yang
disembelih pada hari raya qurban (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyriq, dengan tujuan untuk taqarrub
(mendekatkan diri pada Allah). Kata udlhiyyah juga terkadang digunakan untuk makna tadlhiyyah
(berqurban atau melakukan qurban) Udlhiyyah dengan menggunakan makna tadlhiyyah (melakukan
ibadah qurban) hukumnya adalah sunah muakkad bagi setiap orang Islam, baligh, berakal dan mampu.
Yang dimaksud mampu di sini adalah orang yang mampu melakukan ibadah qurban, dengan cara
menyembelih hewan, bersamaan ia memiliki suatu kelebihan untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk
dirinya dan orang yang wajib dinafkahinya, pada saat hari raya qurban dan pada hari tasyrik, yaitu pada
tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.<> Namun berqurban hukumnya dapat menjadi wajib apabila
dinadzari. Misalnya jika seseorang berjanji akan berqurban jika ia berhasil mendapatkan prestasi
tertentu. Adapun hewan yang mencukupi dan sah digunakan berqurban adalah: 1. Domba (dlo'nu),
apabila sudah berumur satu tahun sempurna dan memasuki tahun yang kedua. 2. Kambing kacang/ jenis
kecil (ma'zu), apabila sudah berumur dua tahun sempurna dan memasuki tahun yang ketiga. 3. Sapi,
apabila sudah berumur dua tahun sempurna dan memasuki tahun yang ketiga. ADVERTISEMENT Untuk
satu ekor unta dan sapi itu mencukupi untuk qurbannya tujuh orang, sedangkan kambing itu hanya
mencukupi untuk qurbannya satu orang. Satu orang yang berqurban dengan satu ekor kambing itu
hukumnya lebih utama dibanding orang yang berqurban dengan seekor unta atau sapi yang digunakan
berqurban secara musyarakah (persekutuan) untuk tujuh orang. Ada beberapa hal yang menyebabkan
hewan tidak sah digunakan berqurban, yaitu: 1. Hewan yang buta salah satu matanya 2. Hewan yang
pincang salah satu kakinya, walaupun pincangnya itu terjadi ketika akan disembelih, yaitu ketika
dirubuhkan dan ia bergerak dengan sangat kuat. ADVERTISEMENT 3. Hewan yang sakit Seperti sakit yang
tampak jelas yang menyebabkan kurus dan dagingnya rusak. 4. Hewan yang sangat kurus hingga
menyebabkan hilang akalnya. 5. Hewan yang terputus sebagian atau seluruh telinganya. 6. Hewan yang
terputus sebagian atau seluruh ekornya. ADVERTISEMENT Sedangkan hewan yang pecah atau patah
tanduknya itu sah digunakan berqurban, begitu pula hewan yang tidak memiliki tanduk.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/25437/ketentuan-ketentuan-dalam-qurban

===

Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses
dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia
NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai