PENDAHULUAN
Kedua-dua ibadah ini adalah antara amalan mulia dan penting dalam Islam kerana amat
besar fadhilatnya, tetapi malangnya masih ramai orang yang samar-samar atau kabur kefahaman
mereka mengenainya, sehingga ada yang memandang ringan walaupun mempunyai kemampuan
tetapi tidak mau melakukan penyembelihan qurban dan aqiqah ini. Semoga dengan penjelasan yang
serba sedikit ini dapat membantu kefahaman kita semua tentang ibadat Qurban serta Aqiqah serta
keinginan untuk sama-sama mencari pahala kedua ibadah ini akan meningkat.
III. PEMBAHASAN
A. Aqiqah
Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuh dari hari lahirnya anak1[1],
hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad bagi orang tua (atau orang yang wajib memberi
nafkah kepada bayi) yang mampu dalam waktu 60 hari. Waktu penyembelihan hewan aqiqah
adalah dimulai ketika bayi sudah lahir sempurna, sedangkan tidak ada batas akhirnya. Jika
smpai baligh anak tersebut belum diaqiqahi maka anak tersebut mengaqiqahi dirinya sendiri,
sebaiknya aqiqah dilakasanakan hari ketujuh2[2]
Binatang yang sah menjadi aqiqah sama dengan keaddan binatang yang sah untuk
qurban, macamnya, umurnya, dan jangan bercacat.
Kalau hanya menyembelih seekor saja untuk anak laki-laki, hal itu sudah memadai.
Disunatkan dimasak lebih dahulu, kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Orang yang
1[1] Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindio, 2012), hlm., 479.
2[2] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’, hlm., 204.
melaksanakan aqiqah pun boleh memakan sedikit dari daging aqiqah sebagaimana qurban,
kalau aqiqah itu sunah (bukan nazar).3[3]
Menurut Imam as-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengomentari hadits
Aisyah dengan perkataannya “Hadits aisyah menunjukkan bahwa jumlah kambing yang
disembelih untuk bayi perempuan ialah setengah dari bayi laki-laki. 4[4] Adapun hadits ‘Amr
bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah bersabda:
من ولد له ولد فأحب أن ينسك عنه فلينسك عن الغالم شاتان مكافئتان وعن الجارية شاة
“Barangsiapa yang anaknya lahir lalu dia ingin menyembelih (aqiqah) untuknya maka
hendaknya dia menyembelih dua kambing yang serupa sifatnya untuk anak lelaki dan seekor
kambing untuk anak perempuan.” [HR Abu Daud (2842). Hadits hasan.]
Setelah menyebutkan dua hadits dan Hadits lainnya al-Hafidz Ibnu Hajar berkata
dalam Fathul Bari “semua hadits yang semakna ini menjadi hujjah bagi jumhur ulama dalam
Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor kambing dan bagi wanita dengan seekor
kambing.5[5]
Adapun syarat-syarat melaksanakan aqiqah yaitu:
1. Dari sudut umur binatang Aqiqah & korban sama sahaja.
2. Sembelihan aqiqah dipotong mengikut sendinya dengan tidak memecahkan tulang sesuai
dengan tujuan aqiqah itu sebagai “Fida”(mempertalikan ikatan diri anak dengan Allah swt).
3. Sunat dimasak dan dibagi atau dijamu fakir dan miskin, ahli keluarga, tetangga dan saudara.
Berbeda dengan daging qurban, sunat dibagikan daging yang belum dimasak.
4. Anak lelaki disunatkan aqiqah dengan dua ekor kambing dan seekor untuk anak perempuan
kerana mengikut sunnah Rasulullah.
Hikmah Aqiqah
Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu berlomba-
lomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang dipancarkan darinya,
sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya setan jin sudah mengadakan
penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut dilakukan oleh jin dalam rangka
membangun pondasi di dalam janin yang masih sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak
4[4] Abu Muhammad ‘isom bin Mar’i, Perayaan Aqiqah Menurut Islam, ( Yogyakarta : Litera Sunny,
1997), hlm., 29.
5[5] Abu Muhammad ‘isom bin Mar’i, Perayaan Aqiqah Menurut Islam, hlm. 29.
manusia tersebut menjadi dewasa dan kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya
itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal
serangan yang sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw. melalui
sabdanya berikut ini :
َأح َد ُه ْم ِإ َذا
َ َأن َّ صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم لَ ْو ِ َّ
َ ال َر ُسو ُل اللهَ َ ق: ال َ َض َي اللَّهُ َع ْنهُ َما ق ِ اس ر
َ ٍ يث ْاب ِن َعَّب ُ َح ِد
ان َم ا َر َز ْقتََن ا فَِإ َّنهُ ِإ ْن ُيقَ َّد ْرَ ط َّ ان و َجِّن ِب
َ الش ْي َّ اس ِم اللَّ ِه اللَّه َّم َجِّن ْبَن ا
ْ ِال ب ْ َأن َي ْأتِ َي
َ َ ط
َ الش ْي ُ َ ََأهلَ هُ ق ْ ََأر َاد
* ان ََأب ًدا ٌطَ ض َّرهُ َش ْي
ُ ك لَ ْم َيَ َب ْيَنهُ َما َولَ ٌد ِفي َذِل
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila
seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:
ان َما َر َز ْقتََنا
َ ط َّ ان و َجِّن ِب
َ الش ْي َّ بِ ْسِم اللَّ ِه اللَّه َّم َجِّن ْبَنا
َ َ طَ الش ْي ُ
Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai
Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau
karuniakan kepada kami. Sekiranya hubungan aantara suami istri itu ditakdirkan mendapat
seorang anak.6[6]
B. Qurban
Qurban dalam bahasa Arab disebut ”udhiyah”, yang berarti menyembelih hewan
pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah, Qurban adalah beribadah kepada Allah dengan
cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik (tanggal 11,12
dan 13 Zulhijah)7[7]
Perintah menyembelih Qurban Firman Allah SWT:
R Î ) š»o Y ø ‹s Ü ô ã r & t rO ö q s3 ø9 $ # ÇÊÈ Èe @ |Á sù y 7 În /tÏ 9 öp t ù U $#u r ÇËÈ ¯$!
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[1605].
[1605] Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri nikmat Allah.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa kurban itu wajib, sedangkan sebagian lain
berpendapat sunat.
Alasan yang berpendapat wajib, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Kautsar ayat 1-2.
Sunnah, berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan:
ُ ﺎﻠن ْح ِر َﻮ ُﻫﻭ
)َﺴَنةٌ لَ ُك ْم (رواه الترمذى ُ ْاُ ِﻤﺭ
َ ِﺖ ﺒ
6[6] http://dwiemuflikhun.blogspot.com/2012/11/makalah-aqiqah-dan-kurban.html
7[7] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, (Pondok Pesantren Fadllul Wahid
Ngangkruk Bandungsari-Grobogan), hlm., 198.
”Saya disuruh menyembelih qurban dan qurban itu sunat bagi kamu”
Sunnah Muakkad, berdasarkan hadist riwayat Daruqutni menjelaskan:
)اج ٍب َعلَْي ُك ْم (رواه الدارقطنى
ِ الن ْحر ولَ ْي َس بِو ِ
َ َ ُ َّ ب َعلَ َّي
َ ُكت
”Diwajibkan melaksanakan Qurban bagiku dan tidak wajib atas kamu.”
Binatang yang sah untuk qurban ialah yang tidak bercacat, misalnya pincang, sangat
kurus, sakit, putus telinga, putus ekornya, dan telah berumur sebagai berikut:
1. Domba yang telah berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi.
2. Kambing yang telah berumur dua tahun atau lebih.
3. Unta yang telah berumur lima tahun atau lebih.
4. Sapi, Kerbau yang telah berumur dua tahun atau lebih.8[8]
Waktu penyembelihan hewan qurban dimulai matahari melambung dari terbitnya
pada hari idul adha yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, kira-kira cukup untuk melaksanakan shalat
dua raka’at dan khutbah dua kali yang cepat (cukup melaksanakan rukun-rukunnya) sampai
terbenamnya matahari pada akhir hari tasyrik yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Namun, yang
paling utama penyembelihan dilaksanakan setelah selesai shalat Idul Adha sekira matahari
sudah kadar satu tombak. Sebaiknya penyembelihan di tempat yang enak, tidak keras.
Dilaksanakan pada siang hari kecuali ada hajat, maka pada malam hari.9[9]
Adapun cara menyembelih hewan qurban adalah sebagai berikut:
1. Cara menyembelih sama dengan penyembelihan yang disyaratkan Islam, yakni penyembelih
harus orang Islam (khusus qurban, sunnah penyembelih adalah yang berqurban sendiri, jika
diwakilkan disunatkan hadiri pada waktu penyembelihannya).
9[9] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, hlm., 202.
6. Orang yang menyembelih disunatkan membaca:
a) Basmalah
b) Shalawat
c) Takbir
d) Do`a:
10[10] http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/sudah-dewasa-beluh-diaqiqah-lebih-utama-
qurban-atau-aqiqah-yang-tertunda.htm
Dalam pelaksanaannya aqiqah tidak dapat digabung dengan berkurban. Orang yang
membeli hewan untuk aqiqah harus membeli satu hewan lagi untuk berkurban jika dilakukan
pada Hari Raya Idul Adha. Terkait waktu pelaksanaannya, aqiqah tidak terbatas (Bisa kapan
saja).
Tetapi, kurban hanya boleh dilaksanakan pada Dzulhijjah. Sejak usai shalat Idul Adha
hingga hari Tasyriq, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, bersamaan dengan jamaah haji yang sedang
wukuf di Padang Arafah.
Pada masa sekarang orang yang berkurban dapat menyerahkan kurbannya kepada orang yang
amanah, dalam hal ini lembaga amil zakat.
Adapun syarat diterimanya hewan kurban oleh Allah SWT ialah menggunakan harta
yang halal saat membeli hewan kurban tersebut. Kedua, dikerjakan pada waktunya saat Hari
Raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq. Ketiga, harus dilakukan dengan ikhlas. Keempat,
menggunakan hewan yang cukup umur, besarnya, sehat, dan tidak cacat. Hewan tersebut
berupa sapi, kambing, domba, kerbau atau unta.
Walaupun sama-sama menyembelih hewan, tetapi kurban lebih utama dibandingkan
aqiqah (jika sudah dewasa). Hal itu karena berkurban disebut beberapa kali dalam Alquran.
Sedangkan, aqiqah hanya sebagai bentuk rasa syukur yang hanya terdapat dalam hadis saja.
Karena itu pula, niat aqiqah dan kurban tidak boleh digabungkan. Soal teknis
penyembelihan dan distribusi hewan kurban, ia menyarankan agar melibatkan lembaga amil
zakat. “Mereka memiliki data mustahik yang lebih banyak,” . Sehingga, tercapai pemerataan
pembagian daging kurban.
Pendistribusian daging qurban sebaiknya merupakan daging mentah. Karena, hak
mereka daging tersebut akan dimasak atau dijual kembali. Ini berbeda dengan aqiqah yang
distribusinya dilakukan dengan dimasak terlebih dahulu. Sehingga, mereka yang menerima
dapat segera menikmatinya tanpa menyusahkan untuk memasak lagi. Karena, aqiqah
merupakan wujud rasa syukur atas lahirnya seorang anak.
11
[1] Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindio, 2012), hlm., 479.
12
[2] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’, hlm., 204.
13
[3] Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, hlm., 481.
11
12
13
14
Abu Muhammad ‘isom bin Mar’i, Perayaan Aqiqah Menurut Islam, ( Yogyakarta :
[4]
Litera Sunny, 1997), hlm., 29.
15
[5] Abu Muhammad ‘isom bin Mar’i, Perayaan Aqiqah Menurut Islam, hlm. 29.
16
[6] http://dwiemuflikhun.blogspot.com/2012/11/makalah-aqiqah-dan-kurban.html
17
[7] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, (Pondok Pesantren
Fadllul Wahid Ngangkruk Bandungsari-Grobogan), hlm., 198.
18
[8] Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, hlm., 475-476
19
[9] Muhamad Sokhih Asyhadi, Fiqih Ibadah Versi Madzhab Syafi’i, hlm., 202.
20
[10] http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/sudah-dewasa-beluh-diaqiqah-lebih-
utama-qurban-atau-aqiqah-yang-tertunda.htm
14
15
16
17
18
19
20