ﺍﻟﻤﻨﺠﺪ
QURBAN
()قربان
ﺍﻟﻤﻨﺠﺪ
Kata Qurban
dalam pemahaman Muslim Indonesia
QURBAN = UDHIYAH
al-udhiyah
(ألضحية..)ا
SUNNAH MUAKADAH
1. Berdasarkan QS. Al-Kautsar
انا اعطينك الكوثر
فصل لربك وانحر
ان شانئك هو االبتر
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
Dialah yang terputus
2. Amal Paling Utama dihari raya Idul Adha
َﻣﺎ َﻋ ِﻤ َﻞ ﺍﺑ ُْﻦ ﺍ َﺩ َﻡ ﻳَ ْﻮ َﻡ ﺍﻟﻨَّﺤْ ِﺮ َﻋ َﻤﻼً ﺍَ َﺣﺐَّ ﺍِﻟَﻰ ﻪﻠﻟﺍِ ِﻣ ْﻦ ِﻫ َﺮﺍﻗَ ِﺔ َﺩ ٍﻡ َﻭ ﺍِﻧَّﻪُ ﻟَﺘَﺄْﺗِﻰ ﻳَ ْﻮ َﻡ ْﺍﻟﻘِﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﺑِﻘُﺮ ُْﻭﻧِﻬَﺎ
ْ ََﻭ ﺍ
ﺽ ﻓَ ِﻄ ْﻴﺒ ُْﻮﺍ ﺑِﻬَﺎ ِ ْﺎﻥ ﻗَ ْﺒ َﻞ ﺍَ ْﻥ ﻳَﻘَ َﻊ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻻَﺭ ِ ﻇﻼَﻓِﻬَﺎ َﻭ ﺍَ ْﺷ َﻌ
ٍ ﺎﺭﻫَﺎ َﻭ ﺍِ َّﻥ ﺍﻟ َّﺪ َﻡ ﻟَﻴَﻘَ ُﻊ ِﻣ َﻦ ﻪﻠﻟﺍِ ﺑِ َﻤ َﻜ
ﻧَ ْﻔ ًﺴﺎ.
()ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ
Tak ada amaliyah anak Adam pada hari Nahr (‘Iedul Adha) yang paling disukai Allah
selain dari pada menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada orang-orang
yang melakukannya pada hari qiyamat seperti semula, yaitu lengkap dengan
anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu
tempat yang disediakan Tuhan sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu,
berqurbanlah dengan senang hati .
[HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
3. Sunnah Nabi Ibrahim
َ َ َﻋ ْﻦ َﺯ ْﻳ ِﺪ ْﺑ ِﻦ ﺍَﺭْ ﻗَ َﻢ ﻗ:
ﺎﻝ
: ﻪﻠﻟﺍﺹ ِ ﺎﻝ ﺍَﺻْ َﺤﺎﺏُ َﺭﺳ ُْﻮ ِﻝ َ َﻗ
ُﺳﻨَّﺔُ ﺍَ ِﺑ ْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺍِ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫ ْﻴ َﻢ: ﺎﻝ
َ َﺎﺣ ُّﻲ؟ ﻗ ِ ﺿ َ َ َﻣﺎ ﻫ ِﺬ ِﻩ ْﺍﻻ، ﻪﻠﻟﺍ
ِ ﻳَﺎ َﺭﺳ ُْﻮ َﻝ.
َ َ َﻣﺎ ﻟَﻨَﺎ ﻓِ ْﻴﻬَﺎ ﻳَﺎ َﺭﺳ ُْﻮ َﻝ ﻪﻠﻟﺍِ؟ ﻗ: ﻗَﺎﻟُ ْﻮﺍ
ﺎﻝ
ٌﺑِ ُﻜﻞّ َﺷ َﻌ َﺮ ٍﺓ َﺣ َﺴﻨَﺔ
()ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ
Dari Zaid bin Arqam, ia berkata : Para shahabat Rasulullah SAW bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah udlhiyah itu ?”. Jawab Nabi SAW, “Itulah sunnah ayahmu,
Ibrahim”. Mereka bertanya, “Apa yang kita peroleh dari udlhiyah itu, ya
Rasulullah ?”. Jawab beliau, “Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh satu
kebaikan” .
[HR. Ibnu Majah 2 : 1045].
4. Orang Mampu tapi tidak berqurban
diperintah menjauhi tempat sholat
َ ِ َﻛﺬﻟ، ﻟَ ْﻦ ﻳَﻨَﺎ َﻝ ﻪﻠﻟﺍَ ﻟُﺤ ُْﻮ ُﻣﻬَﺎ َﻭﻻَ ِﺩ َﻣﺂﺀُﻫَﺎ َﻭﻟ ِﻜ ْﻦ ﻳَّﻨَﺎﻟُﻪُ ﺍﻟﺘَّ ْﻘﻮﻯ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ
ﻚ َﺳ َّﺨ َﺮﻫَﺎ ﻟَ ُﻜ ْﻢ
َﻭ ﺑَ ّﺸ ِﺮ ْﺍﻟ ُﻤﺤْ ِﺴﻨِﻴ َْﻦ، ﻟِﺘُ َﻜﺒّﺮُﻭﺍ ﻪﻠﻟﺍَ َﻋﻠﻰ َﻣﺎ ﻫَﺪﻳ ُﻜ ْﻢ.
(37 )ﺍﻟﺤﺞ
Daging-daging unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah dan tidak
(pula) darahnya, tetapi taqwa dari pada kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah khabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik .
[QS. Al-Hajj : 37]
Perintah berqurban bukan perintah wajib
Kaidah ushul fiqih mengatakan:
االصل فى االمر للوجوب اال ما دل الدليل علي خالفه
Binatang ternak yang dimaksud adalah unta, sapi, dan kambing atau
domba. Tidak ada keterangan yang menjelaskan bahwa Nabi SAW atau
para sahabat berqurban dengan binatang selain dari yang disebutkan
di atas, padahal pada masa itu ada hewan ternak lain misalkan kuda,
keledai, dan lain-lain, sehingga hukum berqurban dengan kerbau atau
binatang yang lain terjadi perbedaan pendapat dikalangan para
‘ulama. Dalam hal ini berhati-hati tentu lebih dekat kepada selamat.
2. Binatang Tidak Cacat
ﺍَ ْﻟ َﻌ ْﻮ َﺭﺍ ُﺀ ْﺍﻟﺒَﻴ ُّﻦ. ﻀ َﺤﺎﻳَﺎ
َّ ﺍَﺭْ ﺑَ ٌﻊ ﻻَ ﺗَﺠ ُْﻮ ُﺯ ﻓِﻰ ﺍﻟ: ﻗَﺎ َﻡ ﻓِ ْﻴﻨَﺎ َﺭﺳ ُْﻮ ُﻝ ﻪﻠﻟﺍِ ﺹ ﻓَﻘَﺎ َﻝ: ﺏ ﻗَﺎ َﻝ ِ َﻋ ِﻦ ْﺍﻟﺒَ َﺮﺍ ِﺀ ْﺑ ِﻦ َﻋ
ٍ ﺎﺯ
. ﺿﻠَ ُﻌﻬَﺎ َﻭ ْﺍﻟ َﻜ ِﺒ ْﻴ َﺮﺓُ ﻻَ ﺗُ ْﻨﻘِﻰ
َ َﻭ ْﺍﻟ َﻌﺮْ َﺟﺎ ُﺀ ْﺍﻟﺒَﻴ ُّﻦ، ﺿﻬَﺎ
ُ ﻀﺔُ ْﺍﻟﺒَﻴ ُّﻦ َﻣ َﺮ
َ َﻭ ْﺍﻟ َﻤ ِﺮ ْﻳ، َﻋ َﻮ ُﺭﻫَﺎ
)(ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﻭ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ
Dari Baraa’ bin ‘Azib, ia berkata : Nabi SAW berdiri diantara kami dan bersabda, “Empat macam yang tidak boleh
:pada binatang qurban, yaitu
1. Yang buta sebelah yang nyata butanya
2. Yang sakit nyata sakitnya
3. Yang pincang yang nyata pincangnya
4. Yang tua yang tidak mempunyai sumsum
.]HR. Khomsah, dan disahkan oleh Tirmidzi [
ﻧَ َﺤﺮْ ﻧَﺎ َﻣ َﻊ َﺭﺳ ُْﻮ ِﻝ ﻪﻠﻟﺍِ ﺹ َﻋﺎ َﻡ ْﺍﻟ ُﺤ َﺪ ْﻳﺒِﻴَّ ِﺔ ْﺍﻟﺒَ َﺪﻧَﺔَ َﻋ ْﻦ َﺳ ْﺒ َﻌ ٍﺔ: َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ
َﻭ ْﺍﻟﺒَﻘَ َﺮﺓَ َﻋ ْﻦ َﺳ ْﺒ َﻌ ٍﺔ
. ()ﻣﺴﻠﻢ
ﺱ ﻗَﺎ َﻝ
ٍ َﻋ ِﻦ ﺍﺑ ِْﻦ َﻋﺒَّﺎ
ﻀ َﺮ ْﺍﻻَﺿْ َﺤﻰ ﻓَ َﺬﺑَﺤْ ﻨَﺎ ْﺍﻟﺒَﻘَ َﺮﺓَ َﻋ ْﻦ َﺳ ْﺒ َﻌ ٍﺔ َ ُﻛﻨَّﺎ َﻣ َﻊ ﺍﻟﻨَّﺒِ ّﻲ ﺹ ﻓِﻰ َﺳﻔَ ٍﺮ ﻓَ َﺤ
َﻭ ْﺍﻟﺒَ ِﻌ ْﻴ َﺮ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺸ َﺮ ٍﺓ.
()ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍﻻ ﺍﺑﺎ ﺩﺍﻭﺩ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dulu kami pergi bersama-sama Rasulullah SAW,
lalu tiba Hari Raya ‘Iedul Adha, maka kami menyembelih qurban seekor sapi
untuk tujuh orang dan seekor unta (ba’ir) untuk sepuluh orang”
[HR. Khamsah, kecuali Abu Dawud].
Urunan dalam pembelian hewan qurban tidak harus dengan nominal yang
sama tiap-tiap orangnya, tergantung kemampuan masing-masing dan
berdasarkan kesefakatan bersama para pengurban.
D. Rukhsoh bagi Pengurban yang sedang sulit
: Imam Hanafi
Yang memiliki harta sebanyak nisab zakat (90 gram emas) diluar kebutuhan pokok
seperti biaya makan, minum, rumah, pakaian, dll
: Imam Malik
Yang memiliki harta seharga kambing, sisa dari kebutuhan pokok selama setahun, bila
.harus berhutang maka ia harus meminjam
: Imam Syafi’i
Orang yang mempunyai harta seharga kambing diluar kebutuhan pokok pada Hari Raya
.Haji dan hari tasyriq
: Imam Hanbali
Orang yang sanggup menghasilkan harta seharga kambing meskipun dengan cara
.berhutang asal ada kesanggupan untuk melunasinya
F. Berqurban harus pada bata maksimal yang kita mampu
bagi orang kaya maupun bagi orang miskin
(bukan sekedar menggugurkan perintah)
Dari Anas, ia berkata, Nabi SAW bersabda pada hari Nahr (‘iedul Adha),
“Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat ‘ied, maka hendaklah
ia mengulangi”. [Muttafaq ‘alaih]. Dan dari Bukhari : “Barangsiapa
menyembelih sebelum shalat, maka sesungguhnya ia hanya
menyembelih untuk dirinya sendiri (yakni tidak dinilai sebagai ibadah
qurban), dan barang siapa menyembelih sesudah shalat maka
sempurnalah ibadah sembelihannya dan bersesuaianlah pekerjaannya
dengan sunnah kaum muslimin”
[HR. Bukhari]
Waktu Sholat Idul Adha
sabda Nabi SAW :
ْ ُِﺼﻠّﻰ ﺑِﻨَﺎ ﻳَ ْﻮ َﻡ ْﺍﻟﻔ
ﻄ ِﺮ َﻭ ﺍﻟ َّﺸ ْﻤﺲُ َﻋﻠَﻰ َ ﺎﻥ ﺍﻟﻨَّﺒِ ُّﻲ ﺹ ﻳَ َﻛ، ٌﻗَﺎ َﻝ ُﺟ ْﻨ َﺪﺏ
ﺍﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺴﻦ. ﺢ ٍ ﻣ
ْ ﺭُ ﺪِ ْ
ﻴ َ ﻗ ﻰَ ﻠﻋَ ﻰ ﺤ
َ ْ
ﺿ َ ﻻﺍْ ﻗَ ْﻴ ِﺪ ُﺭ ْﻣ َﺤ ْﻴ ِﻦ َﻭ
Telah berkata Jundab, “Adalah Nabi SAW shalat
‘Iedul Fithri bersama kami, sedang matahari
tingginya seukuran dua batang tombak, dan
(beliau shalat) ‘Iedul Adha (diwaktu matahari)
tingginya seukuran satu batang tombak”
(HR. Ahmad)
2. Hari-hari Tasyriq
dari Sulaiman Ibnu Musa dari Jubair Ibnu Muth’im bahwa Nabi SAW
bersabda :
ِ ُﻛﻞُّ ﺍَﻳ َِّﺎﻡ ﺍﻟﺘَّ ْﺸ ِﺮﻳ.
ْﻖ َﺫ ْﺑ ٌﺢ
Setiap hari Tasyriq itu adalah hari menyembelih . [HR.Ahmad]
Dan riwayat lain dari Ali RA yang semakna dengan yang tersebut diatas
sebagai berikut :
ُ ﺍَﻳَّﺎ ُﻡ ﺍﻟﻨَّﺤْ ِﺮ ﻳَ ْﻮ ُﻡ ْﺍﻻَﺿْ َﺤﻰ َﻭ ﺛَﻼَﺛَﺔُ ﺍَﻳ ٍَّﺎﻡ ﺑَ ْﻌ َﺪﻩ.
Hari menyembelih itu ialah Hari Raya ‘Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya.
ليشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم هللا في ايام معلومت على مارزقهم
من بهيمة االنعام.....
)28 : (الحج
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah
berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian
daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
.sengsara dan fakir
)QS. Al-Hajj: 28(
ﻪﻠﻟﺍ ﺹ ﺍَ ْﻥ ﺍَﻗُ ْﻮ َﻡ َﻋﻠَﻰ ﺑُ ْﺪﻧِ ِﻪ َﻭ ﺍَ ْﻥ ﺍُﻗَ ّﺴ َﻢ ﻟُﺤ ُْﻮ َﻣﻬَﺎ َﻭ ُﺟﻠُ ْﻮ َﺩﻫَﺎ َﻭ ِﺟﻼَﻟﻬَﺎ َ َﻋﻠَﻰ
ِ ُ ﺍَ َﻣ َﺮﻧِﻰ َﺭﺳ ُْﻮﻝ: ﺎﻝ ٍ َِﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ّﻲ ﺑ ِْﻦ ﺍَﺑِﻰ ﻃَﺎﻟ
َ َﺐ ﻗ
ْﺍﻟ َﻤ َﺴﺎ ِﻛﻴ ِْﻦ َﻭﻻَ ﺍُ ْﻋ ِﻄ َﻲ ﻓِ ْﻰ َﺟ َﺰﺍ َﺭﺗِﻬَﺎ َﺷ ْﻴﺌًﺎ ِﻣ ْﻨﻬَﺎ
()ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Saya diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk
mengurus qurban-qurban dan supaya saya bagikan daging, kulitnya dan pelananya
kepada fakir miskin, dan tidak (boleh) saya memberikan sesuatu sebagai upah dari
padanya untuk orang yang membantu proses penyembelihan” .
[HR. Bukhari dan Muslim].
Tim penyembelih menerima bagian sebagai mustahiq qurban, bukan sebagai upah
penyembelihan, adapun upah penyembelihan menjadi tanggung jawab yang
berqurban, atau diambil dari sumber lain.
Menjual daging kulit Hewan qurban
Pemanfaatan kulit hewan kurban tersebut, jika dikaitkan dengan perintah untuk
membagikan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan
Muslim yang telah disebutkan di atas, maka tentunya pemanfaatannya adalah untuk
dibagikan kepada orang-orang miskin.
Dengan keterangan di atas kiranya dapat disarikan bahwa boleh menjual kulit hewan
kurban kemudian hasil penjualan untuk membeli daging atau kambing, yang selanjutnya
dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima bagian daging kurban. Yang dilarang
adalah menjual kulit hewan kurban yang hasil penjualannya untuk kepentingan pribadi.
HUKUM MEMOTONG KUKU DAN MENCUKUR BULU
َم ْن َكانَ لَهُ ِذ ْب ٌح يَ ْذبَ ُحهُ فَِإ َذا ُأ ِه َّل ِهالَ ُل ِذى ْال ِح َّج ِة: صلى هللا عليه وسلم ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل هَّللا
َ َس ِمعْت ُأ َّم َسلَ َمةَ َزوْ َج النَّبِ ِّي
َ ُار ِه َش ْيًئا َحتَّى ي ْ ْر ِه َوالَ ِم ْن َأ ْأ
(ضحِّ َى )رواه مسلم ِ َظف ِ فَالَ يَ ُخ َذ َّن ِم ْن َشع
“Aku mendengar Ummu Salamah istri nabi Saw. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang
memiliki sembelihan yang akan dia sembelih, maka apabila hilal Dzulhijjah telah muncul, hendaklah ia
tidak mengambil dari rambutnya dan kuku-kukunya sedikitpun sampai ia berkorban”” (HR Muslim)
( (رواه مسلم ضحِّ َى فَالَ يَْأ ُخ َذ َّن َش ْعرًا َوالَ يَ ْقلِ َم َّن ظُفُرًا َ ُ ِإ َذا َد َخ َل ْال َع ْش ُر َو ِع ْن َدهُ ُأضْ ِحيَّةٌ ي ُِري ُد َأ ْن ي:عن ُأ ِّم َسلَ َمةَ تَرْ فَ ُعهُ قَا َل
“Dari Ummu Salamah yang (sanadnya) ia sambungkan (ke Rasulullah). Beliau bersabda: “Apabila 10
(Dzulhijjah) telah masuk dan seseorang memiliki hewan kurban yang akan ia sembelih, maka hendaklah
ia tidak mengambil rambut dan tidak memotong kuku””
(HR Muslim)
َ ُت ْال َع ْش ُر َوَأ َرا َد َأ َح ُد ُك ْمَأ ْني
(ضحِّ َى فَالَ يَ َمسَّ ِم ْن َش َع ِر ِه َوبَ َش ِر ِه َش ْيًئا (رواه مسلم ِ َ ِإ َذا َد َخل:ى صلى هللا عليه وسلم قَا َل َّ ِع َْن ُأ ِّم َسلَ َمةَ َأ َّن النَّب
“Dari Ummu Salamah bahwasanya Nabi Saw. berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari (Dzulhijjah) dan
salah seorang di antara kalian hendak berkurban, hendaklah ia tidak menyentuh rambut dan kulitnya
sedikitpun” (HR Muslim)
Memahami Hadits-hadits Terkait
1. Setidaknya ada tiga jenis matan (redaksi hadis) yang menyebutkan larangan
memotong, ketiganya dari jalur istri nabi Ummu Salamah dan ketiganya
memiliki perbedaan redaksional satu sama lain. Ada yang menggunakan redaksi
“rambut dan kuku”, ada yang “rambut dan kulit”, ada yang “hendaklah tidak
menyentuh” dan ada pula yang “hendaklah tidak mengambil”.
2. Ketiga hadis di atas adalah hadis-hadis yang tidak diragukan lagi otentisitas
(kesahihan) nya, karena diriwayatkan oleh imam Muslim dan imam-imam
lainnya. Namun karena memiliki perbedaan redaksional, tetap terdapat
kemungkinan terjadinya periwayatan bil makna (melibatkan interpretasi
personal dari perawi).
3. Tidak ada yang eksplisit dari ketiga hadis tersebut mengenai apa yang dilarang
untuk dipotong. Sehingga di kalangan ulama (khususnya ulama kontemporer)
ada yang memaknai bahwa yang dilarang untuk dipotong adalah kuku dan kulit
hewan kurban, bukan sahibul kurban.
Kesimpulan
Bagi yang memaknai larangan adalah untuk memotong kuku dan kulit hewan kurban argumentasinya
adalah :
Hadis dari Aisyah bahwa beliau menganyamkan kalung untuk kurban Rasulullah Saw. dan setelah itu tidak
menjauhi apa yang dihalalkan oleh Allah selama 10 hari awal bulan Dzulhijjah (HR Nasai).
Islam menganjurkan menjaga kebersihan. Jika kuku dan rambut manusia sudah saatnya dibersihkan, maka
tidak harus ditunda sampai 10 hari. Psikologi hewani. Ia perlu dimuliakan sebelum disembelih.
Bagi yang memaknai larangan memotong kuku dan rambut sohibul kurban, argumentasinya adalah:
Ini domain ta’abbudi (ibadah mahdhah), yang harus diikuti secara for granted (apa adanya). Melaksanakannya
adalah suatu bentuk ketundukan terhadap perintah agama.
Barangkali syariat ini akan sulit dicerna pikiran, tetapi dapat ditarik hikmah di baliknya, yaitu: membiarkan
bagian tubuh manusia utuh sebelum hari penyembelihan, sehingga bagian tubuh manusia akan dibebaskan
secara utuh pula dari api neraka kelak di hari akhir (pendapat yang dikutip imam Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim).
Mengamalkan hadis lebih utama daripada mengabaikannya (i‘malul hadis awla min ihmalihi).
Bagi yang memaknai larangan memotong kuku dan rambut sahibul kurban, juga tidak sampai
membawanya kepada tahap haram. Paling jauh hanyalah makruh. Sehingga, insya Allah, tidak akan
mengurangi keutamaan dan pahala dari kurban yang ia lakukan. Insya Allah tidak berdosa (apalagi karena
alasan kebersihan atau ketidaktahuan) tetap memotong kuku dan rambutnya sendiri.
Rujukan
• Tafsir Ath-Thobari
• Bulughul Maram, Ibnu Hajar al-
asqolani
• Shohih Bukhori
• Kamus Al-Munawwir, Ahmad Warson
Munawwir.
• Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir • Shohih Muslim
• Fathul Bari, Ibnu Hajar Al ‘Asqolaniy
Asy Syafi’i, Darul Ma’rifah • Nailul-Author
• Syarhul Arba’iin an-Nawawiyah,
Muhammad Sholih al-‘Utsaimi • Riyadhus Sholihin
• Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab
• Al-Umm, Al-Imam Muhammad bin • Al-Fiqhu Al-Islam wa Adillatuhu
Idris asy-Syafi’i, Al-Juz’u ats-Tsalits,
Daarul-Hadits, Kairo 2008 • Al-Majmu ‘ala Syaarh Al-Muhadzab
• Shalatul Idain, Syekh Sa’id Al-
Qohthoni
• Kifayatul-Akhyar