WAKAF TUNAI
Oleh:
M. Zaini 230103020191
1
https://kastara.id/28/01/2021/peran-wakaf-dalam-respons-kebencanaan/, diakses pada
25 Oktober 2023
2
Muhammad Jawâd Maghnîyah, Al-Ahwâl al-Syakhshiyyah ‘Alâ Madzâhib al-Khamsah,
(Beirut: Dâr al-`Ilm li al-Malâyîn, 1964), h. 323
1
wakafkan harus dipertahankan, sementara hasil atau manfaatnya digunakan sesuai
dengan keinginan dari orang yang menyerahkan harta wakaf.
إذا مات املسلم انقطع عمله إال: ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال،عن ايب هريرة رضي هللا عنه
) (رواه مسلم. مسلم) يدعو له: أو ولد صال (أي، أو علم ينتفع به، صدقة جارية:من ثالث
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Apabila manusia mati
maka terputuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak salih(muslim) yang mendoakannya” (H.R. Muslim) 3.
۩ۚ اس ُج ُد ْوا َو ْاعبُ ُد ْوا َربَّ ُك ْم َوافْ َعلُوا ا ْْلَْ َْي لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن ِ
ْ ٓاٰيَيُّ َها الَّذيْ َن آ َمنُوا ْارَكعُ ْوا َو
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah
Tuhanmu, dan lakukanlah kebaikan agar kamu beruntung”. (Q.S. Al-
Ḥajj [22]:77)
ض ۗ َوَال تَيَ َّم ُمواِ ت َما َك َسْب تُ ْم َوِِمَّا اَ ْخَر ْجنَا لَ ُك ْم ِم َن ْاالَْرِ ٓاٰيَيُّها الَّ ِذين آمنُ اوا اَنِْف ُقوا ِمن طَيِٓب
ْ ْ ْ َ َْ َ
ِ
َِ ضوا في ِه ۗ و ْاعلَماوا اَ َّن ٓاّلل غَ ِن ِ ِ ِ
ِ ِِ ِ ِ ا ْْلبِي
َحْيد َ ي ْ ُ َ ْ ْ ُ ث منْهُ تُنْف ُق ْو َن َولَ ْستُ ْم ِبٓخذيْه اَّالا اَ ْن تُغْم َ َْ
“Wahai orang-orang yangberiman, infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
3
Seikh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu`în, (Beirut: Dâr ibn Hazm, 2004 M/1424 H),
h. 400
2
infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan
memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Al-Baqarah [2]:267)
لَ ْن تَنَالُوا الِْ َِّب َح ّٓت تُنْ ِف ُق ْوا ِِمَّا ُُِتبُّ ْو َن َۗوَما تُنْ ِف ُق ْوا ِم ْن َش ْي ٍء فَاِ َّن ٓاّللَ بِهٖ َعلِْيم
“Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna)
sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun
yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
tentangnya”. (Āli ‘Imrān [3]:92).4
ال أَنْبَأَِِن ََنفِع َ َي َحدَّثَنَا ابْ ُن َع ْو ٍن قُّ صا ِر َِّ يد حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن عب ِد
َ ْاّلل ْاْلَن َْ ُ ْ َ
ٍِ
َ َحدَّثَنَا قُتَ ْي بَةُ بْ ُن َسع
َّ صلَّى ِ ً اب أَصاب أَر ِ َّاّلل َعْن ُهما أَ ْن عُمر بْن ا ْْلَط ِ
ُاّلل َ َّبَّ ِضا ِبَْي ََِب فَأَتَى الن ْ َ َ َ ََ َ َُّ َع ْن ابْ ِن عُ َمَر َرض َي
س ُّ
َ ب َم ًاال قَط أَنْ َف
ِ ِ ً اّللِ إِِِن أَصبت أَر
ْ ضا ِبَْي ََِب ََلْ أُص ْ ُ َْ َّ ول َ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْستَأِْم ُرهُ فِ َيها فَ َق
َ ال َٰي َر ُس
ِ َ ال فَتَصد
َُّق ِبَا عُ َم ُر أَنَّه َ َ َت ِبَا ق
ِ ْال إِ ْن ِشْئت حبست أَصلَها وتَص َّدق
َ َ َ َ ْ َ ْ ََ َ َ َعِْن ِدي ِمْنهُ فَ َما ََتْ ُم ُر بِِه ق
اّللِ َوابْ ِن
َّ اب َوِِف َسبِ ِيل ِ َّق ِِبَا ِِف الْ ُف َقر ِاء َوِِف الْ ُق ْرََب َوِِف
ِ َالرق َ صدَ َث َوتُ ب َوَال يُ َور ُ وه َ َُال يُبَاعُ َوَال ي
َ
الَ َوف َويُطْعِ َم غَ ْ َْي ُمتَ َم ِوٍل ق ِ ف َال جنَاح علَى من ولِي ها أَ ْن َيْ ُكل ِمْن ها ِِبلْمعر ِ السبِ ِيل والضَّْي
ُْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ
) (رواه البخاري.ال غَ ْ َْي ُمتَأَثِ ٍل َم ًاال َ ين فَ َق ِ ِ ِِ ُ ْفَ َح َّدث
َ ت به ابْ َن سْي
“Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah bercerita kepada
kami Muhammad bin 'Abdullah Al Anshariy, telah bercerita kepada kami
Ibnu 'Aun berkata Nafi' memberitakan kepadaku dari Ibnu 'Umar
radhiallahu'anhuma bahwa 'Umar bin Al Khaththab radhiallahu'anhu
mendapat bagian lahan di Khaibar lalu dia menemui Nabi ﷺuntuk meminta
4
https://quran.kemenag.go.id/, diakses pada 25 Oktober 2023.
3
pendapat Beliau tentang tanah lahan tersebut dengan berkata, "Wahai
Rasulullah, aku mendapatkan lahan di Khaibar dimana aku tidak pernah
mendapatkan harta yang lebih bernilai selain itu. Maka apa yang Tuan
perintahkan tentang tanah tersebut?" Maka beliau berkata, "Jika kamu
mau, kamu tahan (pelihara) pepohonannya lalu kamu dapat bersedekah
dengan (hasil buah) nya." Ibnu 'Umar radhiallahu'anhu berkata, "Maka
'Umar menyedekahkannya dimana tidak dijualnya, tidak dihibahkan dan
juga tidak diwariskan namun dia menyedekahkannya untuk para faqir,
kerabat, untuk membebaskan budak, fii sabilillah, ibnu sabil dan untuk
menjamu tamu. Dan tidak dosa bagi orang yang mengurusnya untuk
memakan darinya dengan cara yang ma'ruf (benar) dan untuk memberi
makan orang lain bukan bermaksud menimbunnya. Perawi berkata,
"Kemudian aku ceritakan hadits ini kepada Ibnu Sirin maka dia berkata,
"Ghoiru muta'atstsal maalan artinya tidak mengambil harta anak yatim
untuk menggabungkannya dengan hartanya". (HR. Bukhari)5
َّ
َ إن املائةَ َسه ٍم الت ل
ِبيِب َل أصب َّ :َّب صلى هللا عليه وسلم
ِ عمر للن
ُ قالَ :عن ابن عمر قال
ِ اّلل
عليه وسلَّ َم احبس َُّ َّب صلَّى َ َّق ِِبا
ُّ فقال الن َ أردت أن أتصد
ُ إل منها قد َّ قط أعجب ُّ ماال
ً
)أصلَها وسبِل مثرََتا (رواه النسائي
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Umar r.a. berkata kepada Nabi
SAW: “Saya mempunyai seratus saham (tanah kebun) di Khaibar, belum
pernah saya mendapatkan harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu;
saya bermaksud menyedekahkannya.”Nabi SAW berkata: “Tahanlah
pokoknya dan sedekahkan hasilnya”. (HR. al-Nasa’i)6
5
Muhammad bin Ismail ibn Ibrahim al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi alBukhari,
Shahih Bukhari, (Damaskus: Dâr Ibnu Katsîr, 2002 M/1423 H), hadis no. 2737, h. 675, terj.
https://hadits.in/bukhari/2532.
6
Abu ‘Abd al-RahmanAhmad bin Syu’aib bin Ali al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i, hadis no.
3603, (Riyadh: Dâr al-Hadhârah li al-Nasyr wa al-Tauzî`, 2015 M/1436 H), h. 490
4
Hadis yang telah disebutkan di atas menjelaskan tentang bagaimana wakaf
Khalifah ‘Umar bin Khattab ketika ia jadikan tanah yang yang ia miliki di Khaibar
digunakan sebagai lahan produktif untuk kepentingan masyarakat umat muslim
pada waktu itu. Yang ini merupakan landasan hukum tentang bagaimana
pelaksanaan wakaf yang dilakukan oleh para sahabat setelahnya, dan juga sebagai
dalil pensyari`atan pelaksanaan wakaf tunai.
3. Pendapat Ulama
7
Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâm wa Adillatuh, juz. 10 (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1433
H/2011 M), h. 365
8
Imam an-Nawawi, Al-Majmû’ Syarah al-Muhazzab, Juz. 16, (Beirut: Dâr al-Fikr, tt), h.
229
5
Dalam mazhab Maliki secara umum mensyaratkan barang yang diwakafkan
harus milik pribadi. Dan mereka membolehkan berwakaf dengan makanan, uang
(dinar dan dirham), dan hewan yang bisa di manfaatkan9.
4. Fatwa MUI
1. Wakaf uang (cash wakaf / waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syariah. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin
kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.10
KESIMPULAN
Wakaf tunai atau wakaf uang (cash wakaf / waqf al-nuqûd) merupakan jenis
wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, lembaga atau badan hukum
tertentu dalam bentuk uang tunai, termasuk didalamnya surat-surat berharga. Wakaf
ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya memberikan kemudahan bagi
seseorang yang ingin berwakaf, karena tidak dibatasi lagi dengan hanya bisa
sesuatu yang tidak dapat dipindah dan kondisi barangnya dapat dipertahankan.
9
H. Muhammad Wahib, “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam,” Syar`ie, Vol. 1,
Januari 2019, 121
10
Kementerian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Dirjen Bimas
Islam, 2013), h. 131-132
6
Dalam pemahaman fiqh klasik umumnya wakaf hanya berkisar pada sesuatu yang
tidak bergerak seperti tanah atau bangunan yang tentunya bernilai tinggi dan tidak
semua kalangan bisa melakukannya. Karena ini maka muncul inisiatif untuk
membentuk wakaf tunai yang sifatnya lebih fleksibel karena jalur penyalurannya
lebih mudah dan efisien. Dengan adanya wakaf tunai, maka orang akan lebih mudah
berwakaf sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan seiring
berjalannya waktu, wakaf tunai pun mendapat pengakuan hukum.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://kastara.id/28/01/2021/peran-wakaf-dalam-respons-kebencanaan/, diakses
pada 25 Oktober 2023.
Maghnîyah, MJ. Al-Ahwâl al-Syakhshiyyah ‘Alâ Madzâhib al-Khamsah. Beirut:
Dâr al-`Ilm li al-Malâyîn. 1964.
al-Malibari, Seikh Zainuddin. Fath al-Mu`în. Beirut: Dâr ibn Hazm. 2004 M/1424
H
https://quran.kemenag.go.id/. diakses pada 25 Oktober 2023.
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail ibn Ibrahim al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi.
Shahih Bukhari. Damaskus: Dâr Ibnu Katsîr. 2002 M/1423 H. hadis no. 2737, h.
675, terj. https://hadits.in/bukhari/2532.
al-Nasa’i, Abu ‘Abd al-Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali Sunan al-Nasa’i, hadis
no. 3603. Riyadh: Dâr al-Hadhârah li al-Nasyr wa al-Tauzî`. 2015 M/1436 H.
al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-Islâm wa Adillatuh. juz. 10. Damaskus: Dâr al-Fikr,
1433 H/2011 M.
an-Nawawi, Abu Zakariya. Al-Majmû’ Syarah al-Muhazzab. Juz. 16. Beirut: Dâr
al-Fikr. tt.
H. Muhammad Wahib. “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam.” Syar`ie,
Vol. 1. Januari 2019, 121.
Kementerian Agama RI. Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Dirjen Bimas
Islam. 2013.