Anda di halaman 1dari 32

PENGERTIAN QURBAN

Qurban disebut juga dgn istilahUdh-


hiyah
Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta,
sapi, dan kambing) yang disembelih
pada hari raya Qurban dan hari-hari
tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan
diri) kepada Allah SWT.
(Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah , XIII/155;
Al Ja’bari, 1994).
HUKUM QURBAN
Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib.
Imam Malik, Asy Syafi’i, Abu Yusuf, Ishak
bin Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm
dan lainnya berkata :
”Qurban itu hukumnya sunnah bagi orang
yang mampu (kaya), bukan wajib, baik
orang itu berada di kampung halamannya
(muqim), dalam perjalanan (musafir),
maupun dalam mengerjakan haji.”
HUKUM QURBAN
Ukuran “mampu” berqurban, hakikatnya sama
dengan ukuran kemampuan shadaqah.
yaitu mempunyai kelebihan harta (uang)
setelah terpenuhinya kebutuhan pokok al(
hajat al asasiyah ) --yaitu sandang, pangan,
dan papan– dan kebutuhan penyempurna al(
hajat al kamaliyah ) yang lazim bagi seseorang.
Jika seseorang masih membutuhkan uang
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan
sunnah qurban.
HUKUM QURBAN
Dasar kesunnahan qurban antara lain, firman
Allah SWT :
‫َﻓ َﺼﻞ ِﻟ َﺮﺑ َﻚ َوا ْﻧ َﺤ ْﺮ‬
“Maka dirikan (kerjakan) shalat karena Tuhanmu,
dan berqurbanlah.” (TQS Al Kautsar : 2).
Perintah di atas dijelaskan dalam hadis-hadis
Nabi SAW :
‫ﻨﺔ ﻟَﻜُ ْﻢ‬
ٌ ‫ﺎﻟﻨﺤ ِﺮ َو ُﻫ َﻮ ُﺳ‬
ْ ‫ِﻣ ْﺮ ُت ِﺑ‬
 “Aku diperintahkan (diwajibkan) untuk
menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi
kamu adalah sunnah .”(HR.At-Tirmidzi)
HUKUM QURBAN
Orang yang mampu berqurban tapi tidak
berqurban, hukumnya makruh.
Sabda Nabi SAW:
‫ﺎن ﻟَ ُﻪ َﺳ َﻌ ٌﺔ َوﻟَ ْﻢ ُﻳ َﻀﺢ َﻓﻼ َﻳ ْﻘ َﺮ َﺑﻦ ُﻣ َﺼﻼ ﻧﺎ‬
َ َ ‫َﻣ ْﻦ ﻛ‬
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan
tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah
sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami.
” 
(HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al Hakim, dari
Abu Hurairah RA. Menurut Imam Al Hakim,
hadits ini shahih. Lihat Subulus Salam IV/91)
KEUTAMAAN QURBAN
Berqurban merupakan amal yang paling
dicintai Allah SWT pada saat Idul Adh-ha.
Sabda Nabi SAW :
‫اﻟﻨﺤ ِﺮ َﻋ َﻤ ًﻼ َﺣﺐ اﻟَﻰ ا ِ َﻋﺰ َو َﺟﻞ‬
ْ ‫َﻣﺎ َﻋ ِﻤ َﻞ ا ْﺑ ُﻦ آدَ َم َﻳ ْﻮ َم‬
َ ‫ِﻣ ْﻦ ِﻫ َﺮ‬
‫اﻗ ِﺔ دَ ٍم‬
 “Tidak ada suatu amal anak Adam pada
hari raya Qurban yang lebih dicintai Allah
selain menyembelih qurban.” (HR. At
Tirmidzi)
KEUTAMAAN QURBAN
Tetesan darah hewan qurban akan
memintakan ampun bagi setiap dosa orang
yang berqurban.
Sabda Nabi SAW :
‫ﻳﺎ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﻗﻮﻣﻲ ﻓﺎﺷﻬﺪي اﺿﺤﻴﺘﻚ ﻓﺎﻧﻪ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻚ ﺑﺎول‬
‫ﻗﻄﺮة ﺗﻘﻄﺮ ﻣﻦ دﻣﻬﺎ ﻛﻞ ذﻧﺐ ﻋﻤﻠﺘﻪ‬
“Hai Fathimah, bangunlah dan saksikanlah
qurbanmu. Karena setiap tetes darahnya
akan memohon ampunan dari setiap dosa
yang telah kaulakukan…” (HR al-Baihaqi, lihat
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/165)
WAKTU QURBAN
Qurban dilaksanakan setelah sholat Idul Adh-ha tanggal
10 Zulhijjah, hingga akhir hari Tasyriq (sebelum maghrib),
yaitu tanggal 13 Zulhijjah.
Qurban tidak sah bila disembelih sebelum sholat Idul Adh-
ha.
Sabda Nabi SAW :
‫َﻣ ْﻦ َذ َﺑ َﺢ َﻗ ْﺒ َﻞ اﻟﺼ َﻼ ِة َﻓﺎﻧ َﻤﺎ َذ َﺑ َﺢ ِﻟﻨ َْﻔ ِﺴ ِﻪ َو َﻣ ْﻦ َذ َﺑ َﺢ َﺑ ْﻌﺪَ اﻟﺼ َﻼ ِة َﻓ َﻘﺪْ َﺗﻢ ُﻧ ُﺴﻜُ ُﻪ‬
َ ‫ﻨﺔ ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ‬
‫ﻴﻦ‬ َ ‫ﺎب ُﺳ‬
َ ‫َو َﺻ‬
 “Barangsiapa menyembelih qurban sebelum sholat Idul
Adh-ha (10 Zulhijjah) maka sesungguhnya ia
menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa
menyembelih qurban sesudah sholat Idul Adh-ha, maka
sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya
(berqurban) dan telah sesuai dengan sunnah (ketentuan)
Islam.” (HR. Bukhari)
WAKTU QURBAN
Penentuan tanggal 10 Zulhijjah berdasarkan
ru`yat yang dilakukan oleh Amir (penguasa)
Makkah, sesuai hadits Nabi SAW dari sahabat
Husain bin Harits Al Jadali RA (HR. Abu Dawud,
Sunan Abu Dawud hadits no.1991).
Jadi, penetapan 10 Zulhijjah tidak menurut hisab
yang bersifat lokal (Indonesia saja misalnya),
tetapi mengikuti ketentuan dari Makkah.
Patokannya, adalah waktu para jamaah haji
melakukan wukuf di Padang Arafah (9 Zulhijjah),
maka keesokan harinya berarti 10 Zulhijjah bagi
kaum muslimin di seluruh dunia.
HEWAN QURBAN
a.Jenis Hewan
Hewan yang boleh dijadikan qurban adalah :
unta, sapi, dan kambing (atau domba).
Selain tiga hewan tersebut, misalnya ayam, itik,
dan ikan, tidak boleh dijadikan qurban.
b.Jenis Kelamin
Dalam berqurban boleh menyembelih hewan
jantan atau betina, tidak ada perbedaan,
Itu sesuai hadits-hadits Nabi SAW yang bersifat
umum mencakup kebolehan berqurban dengan
jenis jantan dan betina, dan tidak melarang salah
satu jenis kelamin.
HEWAN QURBAN
c.Umur
Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, dianggap
mencukupi, berqurban :
(1) kambing/domba berumur satu tahun
masuk tahun kedua,
(2) sapi (atau kerbau) berumur dua tahun
masuk tahun ketiga,
(3) unta berumur lima tahun
d. Kondisi
Kondisi hewan harus sehat dan tidak boleh
mengandung cacat.
HEWAN QURBAN
Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, tidak dibenarkan
berkurban dengan hewan :
(1) yang nyata-nyata buta sebelah,
(2) yang nyata-nyata menderita penyakit (dalam
keadaan sakit),
(3) yang nyata-nyata pincang jalannya,
(4) yang nyata-nyata lemah kakinya serta kurus,
(5) yang tidak ada sebagian tanduknya,
(6) yang tidak ada sebagian kupingnya,
(7) yang terpotong hidungnya,
(8) yang pendek ekornya (karena terpotong/putus),
(9) yang rabun matanya.
QURBAN SENDIRI ATAU PATUNGAN
Seekor kambing berlaku untuk satu orang.
Tak boleh qurban patungan (berserikat)
untuk satu ekor kambing.
Sedangkan seekor unta atau sapi, boleh
patungan untuk tujuh orang (HR. Muslim).
Lebih utama, satu orang berqurban satu ekor
unta atau sapi.
Dalam satu keluarga (rumah), bagaimana
pun besarnya keluarga itu, dianjurkan ada
seorang yang berkurban dengan seekor
kambing.
TEKNIS PENYEMBELIHAN
(1) Hewan yang akan dikurbankan
dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri
dengan posisi mukanya menghadap ke
arah kiblat,
diiringi dengan membaca doa “Robbanaa
taqabbal minnaa innaka antas samii’ul
‘aliim.”
(Artinya :Ya Tuhan kami, terimalah kiranya
qurban kami ini, sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .)
TEKNIS PENYEMBELIHAN
(2) Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di
atas leher hewan, agar hewan itu tidak menggerak-
gerakkan kepalanya atau meronta.
(3) Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil
membaca : “Bismillaahi Allaahu akbar.” (Artinya :
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar ).
(4) Kemudian penyembelih membaca doa kabul
(doa supaya qurban diterima Allah) yaitu :
“Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal
min …” (sebut nama orang yang berkurban).
(Artinya :Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan
kembali kepada-Mu. Ya Allah, terimalah dari…. )
PEMANFAATAN DAGING KURBAN
Disunnahkan bagi orang yang berqurban,
untuk memakan daging qurban, dan
menyedekahkannya kepada orang-orang fakir,
dan menghadiahkan kepada karib kerabat.
Nabi SAW bersabda :
‫َﻓﻜُ ُﻠﻮا َو ْﻃ ِﻌ ُﻤﻮا َواد ِﺧ ُﺮو‬
“Makanlah daging qurban itu, dan berikanlah
kepada fakir-miskin, dan simpanlah.” (HR.
Ibnu Majah dan Tirmidzi, hadits shahih)
PEMANFAATAN DAGING KURBAN
Berdasarkan hadits itu, pemanfaatan daging qurban
dilakukan menjadi tiga bagian/cara, yaitu : makanlah,
berikanlah kepada fakir miskin, dan simpanlah.
Namun pembagian ini sifatnya tidak wajib, tapi
mubah (lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid I/352; Al
Jabari, 1994; Sayyid Sabiq, 1987).
Orang yang berqurban, disunnahkan turut memakan
daging qurbannya sesuai hadits di atas. Boleh pula
mengambil seluruhnya untuk dirinya sendiri. Jika
diberikan semua kepada fakir-miskin, menurut Imam
Al Ghazali, lebih baik. Dianjurkan pula untuk
menyimpan untuk diri sendiri, atau untuk keluarga,
tetangga, dan teman karib (Al Jabari, 1994; Rifa’i et.al,
1978).
PEMANFAATAN DAGING KURBAN
Pembagian daging qurban kepada fakir dan miskin,
boleh dilakukan hingga di luar desa/ tempat dari
tempat penyembelihan (Al Jabari, 1994).
 Bolehkah memberikan daging qurban kepada non-
muslim ? Ibnu Qudamah (mazhab Hambali) dan
yang lainnya (Al Hasan dan Abu Tsaur, dan
segolongan ulama Hanafiyah) mengatakan boleh.
Namun menurut Imam Malik dan Al Laits, lebih
utama diberikan kepada muslim (Al Jabari, 1994).
 Penyembelih (jagal), tidak boleh diberi upah dari
qurban. Kalau mau memberi upah, hendaklah
berasal dari orang yang berqurban dan bukan dari
qurban (Abdurrahman, 1990).
PEMANFAATAN DAGING KURBAN
Menjual kulit hewan adalah haram, baik oleh
pekurban, maupun oleh takmir masjid sebagai
wakilnya
Dalilnya sabda Nabi SAW:
‫اﺳﺘَ ْﻤ ِﺘﻌُ ﻮا‬ ِ ‫ﻮم ْاﻟﻬَ ﺪْ ي ِ َو ْاﻻ َﺿ‬
ْ ‫ﺎﺣﻲ َﻓﻜُ ُﻠﻮا َو َﺗ َﺼﺪ ُﻗﻮا َو‬ َ ‫ َو َﻻ َﺗ ِﺒﻴﻌُ ﻮا ُﻟ ُﺤ‬ 
ِ ‫ِﺑ ُﺠ ُﻠ‬
‫ﻮد َﻫﺎ َو َﻻ َﺗ ِﺒﻴﻌُ ﻮ َﻫﺎ‬
 “Dan janganlah kalian menjual daging hadyu
(qurban orang haji) dan daging qurban. Makanlah
dan sedekahkanlah dagingnya itu, ambillah manfaat
kulitnya, dan jangan kamu menjualnya…”(HR. Ahmad)
Jika kulit sudah diberikan kepada orang fakir/miskin,
lalu orang fakir dan miskin itu menjualnya,
hukumnya boleh.
KEIKHLASAN BERKURBAN
Hendaklah pekurban niatnya ikhlas lillahi ta’ala, yang
lahir dari ketaqwaan.
Bukan berqurban karena riya` agar dipuji-puji
sebagai orang kaya, orang dermawan, atau politisi
yang peduli rakyat, dan sebagainya.
Sesungguhnya yang sampai kepada Allah SWT
adalah taqwa kita, bukan daging dan darah qurban
kita.
Allah SWT berfirman:
ُ ‫ﺎؤ َﻫﺎ َوﻟَ ِﻜ ْﻦ َﻳﻨ‬
‫َﺎﻟ ُﻪ اﻟﺘ ْﻘ َﻮى ِﻣ ْﻨﻜُ ْﻢ‬ ُ ‫َﺎل ا َ ُﻟ ُﺤ‬
ُ ‫ﻮﻣﻬَ ﺎ َو َﻻ ِد َﻣ‬ َ ‫ﻟَ ْﻦ َﻳﻨ‬
 “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali
tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketaqwaan daripada kamulah yang mencapainya.”
(TQS Al Hajj : 37)

Anda mungkin juga menyukai