Anda di halaman 1dari 9

MATERI PENYULUHAN

QURBAN DAN AQIQAH

Disusun Oleh:

AMAT SABIRIN, S.Sos.I

NIP. 197810022023211009

KUA KECAMATAN PEMAYUNG

TAHUN 2023
A. Ketentuan Ajaran Islam Tentang Qurban Dan Hikmahnya

1. 1. Pengertian

Qurban bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu “al-udhiyah” diambil dari kata “adh-ha” yang
bermakna: permulaan siang setelah terbitnya matahari dan dhuha yang selama ini sering kita
gunakan untuk sebuah nama sholat, yaitu sholat dhuha di saat terbitnya matahari hingga menjadi
putih cemerlang.

Adapun al-udhiyah/qurban menurut syariat adalah sesuatu yang disembelih dari binatang
ternak yang berupa unta, sapi dan kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah yang
disembelih pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari ke 11, 12, dan 13
Dzulhijah.

)1( ‫) ِإَّنا َأْع َطْيَناَك اْلَك ْو َثَر‬2( ‫) َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْر‬3( ‫ِإَّن َشاِنَئَك ُهَو اَأْلْبَتُر‬
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat
karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah
yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Qurban merupakan salah satu ibadah yang asal muasalnya dari kisah Nabi Ibrahim ‘alayhis
salam dan Nabi Isma’il ‘alayhis salam, hal ini diabadikan oleh Allah Subahanhu wa Ta’alaa
didalam Al-Qur’an:

‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َعُه الَّسْع َي َقاَل َيا ُبَنَّي ِإِّني َأَر ى ِفي اْلَم َناِم َأِّني َأْذ َبُح َك َفانُظْر َم اَذ ا َتَر ى َقاَل َيا َأَبِت اْفَعْل َم ا ُتْؤ َم ُر َس َتِج ُد ِني ِإن َشاء ُهَّللا ِم‬
‫ ِإَّن َهَذ ا َلُهَو اْلَباَل ء اْل‬. ‫ َقْد َص َّد ْقَت الُّر ْؤ َيا ِإَّنا َك َذ ِلَك َنْج ِز ي اْلُم ْح ِس ِنيَن‬. ‫ َو َناَدْيَناُه َأْن َيا ِإْبَر اِه يُم‬. ‫ َفَلَّم ا َأْس َلَم ا َو َتَّلُه ِلْلَج ِبيِن‬. ‫َن الَّص اِبِر يَن‬
‫ َو َفَدْيَناُه ِبِذْبٍح َع ِظ يٍم‬. ‫ُمِبيُن‬

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku.kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,.
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (QS. Ash-Shaaffat
37 : 102-107)

2. Hukum Qurban

Hukum menyembelih qurban menurut madzhab Imam Syafi’i dan jumhur Ulama adalah
sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan. Ibadah Qurban adalah termasuk syiar agama dan
yang memupuk makna kasih sayang dan peduli kepada sesama yang harus digalakkan.
Dan sunnah disini ada 2 macam :
a. Sunnah ‘Ainiyah, yaitu : Sunnah yang dilakukan oleh setiap orang yang mampu.
b. Sunnah Kifayah, yaitu : Disunnahkan dilakukan oleh sebuah keuarga dengan menyembelih
1 ekor atau 2 ekor untuk semua keluarga yang ada di dalam rumah.

Hukum Qurban menurut Imam Abu Hanifah adalah wajib bagi yang mampu. Perintah qurban
datang pada tahun ke-2 (dua) Hijriyah. Adapun qurban bagi Nabi Muhammad SAW adalah
wajib, dan ini adalah hukum khusus bagi beliau.

Imam An-Nawawi rahimahullah didalam Al Majmu syarah Al-Muhadzdzab


mengatakan : “Telah kami tuturkan bahwa madzhab kami (syafi’iyah) menyatakan sunnah
muakkad bagi orang yang kaya (makmur) namun tidak wajib, seperti inilah juga pendapat
Aktsarul Ulama (kebanyakan ulama), diantara mereka Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar
bin Khaththab, Bilal, Abu Mas’ud al-Badri, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Atha’, Aqlamah, al-Aswad,
Malik, Ahmad, Abu Yusuf, Ishaq, Abu Tsaur, al-Muzanni, Daud adl-Dhohiri dan Ibnul Mandzur.
Sedangkan Rabi’iah, al-Laits bin Sa’ad, Abu Hanifah dan al-Auza’i berpendapat wajib bagi
orang kaya kecuali orang yang haji di Mina. Muhammad al-Hasan (ulama Hanafi) berpendapat
wajib bagi muqim (penduduk tetap) di semua wilayah namun yang masyhur dari Abu Hanifah
adalah wajib bagi muqim serta mencapai nishob”.

Terkait dasar pensyariatan Qurban, menurut ulama adalah Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ul
ummah. Diantaranya adalah surah Al Kautsar ayat 2:

‫َو اْنَح ْر ِلَر ِّبَك َفَص ِّل‬


“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah

Maksud shalat dalam ayat tersebut adalah shalat ‘Ied (hari raya) dan sembelihlah (hewan)
sembelihan. Diantaranya lagi, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

‫ ِبَك ْب َش ْي ِن َأْم َلَح ْي ِن َأَقْر َن ْي ِن َذ َبَح ُهَم ا ِبَيِدِه َو َس َّمى َو َك َّبَر َو َو َضَع ِر ْج َلُه َع َلى ِص َفاِحِه َم ا‬- ‫ َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬- ‫َض َّح ى الَّن ِبُّي‬

“Nabi shallallahu ‘alayhi wa Sallam berqurban dengan dua kambing kibasy berwarna putih
lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri yang mulia
seraya membaca basmalah, bertakbir dan meletakkan kaki beliau yang berkah diatas leher
keduanya”.

Kapan qurban menjadi wajib dalam madzhab Imam Syafi’i dan jumhur Ulama?

Qurban akan menjadi wajib dengan 2 hal :


1. Dengan bernadzar, seperti : Seseorang berkata : “Aku wajibkan atasku qurban tahun ini.”
Atau “Aku bernadzar qurban tahun ini.” Maka saat itu qurban menjadi wajib bagi orang tersebut.
2. Dengan menentukan, maksudnya : Jika seseorang mempunyai seekor kambing lalu
berkata : “Kambing ini aku pastikan menjadi qurban.” Maka saat itu qurban dengan kambing
tersebut adalah wajib.

Dalam hal ini sangat berbeda dengan ungkapan seseorang : “Aku mau berkorban dengan
kambing ini.“ Maka dengan ungkapan ini tidak akan menjadi wajib karena dia belum
memastikan dan menentukan. Dan sangat berbeda dengan kalimat yang sebelumnya, yaitu “Aku
jadikan kambing ini kambing qurban.”

3. Waktu Menyembelih Qurban

Adapun waktu yang di perbolehkan melaksanakan penyembelihan qurban hanya di batasi 4


hari, yaitu pada hari Raya Idul Adha yang bertepatan pada tanggal 10 Dzulhijja dan Hari Tasyrik
yaitu tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah .
Waktu menyembelih qurban itu di perkirakan di mulai dari : selesai solat idul adha . Bagi
yang tidak melakukan solat hari Raya Idul Adha , ia harus memperkirakan dengan perkiraan
tersebut atau menunggu selesai nya solat idul Adha dan khutbahnya dari masjid yang ada di
daerah tersebut atau sekkitarnya . Dan waktu berakhirnya berqurban saat terbenamnya matahari
di hari tasyrik 13 dzulhijjah.
Sebaik baik waktu menyembelih hewan qurban adalah setelah solat idul Adha dan khutbah di
hari idul adha .
Sabda Rasulullah SAW :

‫َم ْن َذ َبَح َقْبَل الَّص اَل ِة َفِإَّنَم ا َذ َبَح ِلَنْفِسِه َو َم ْن َذ َبَح َبْع َد الَّص اَل ِة َفَقْد َتَّم ُنُس ُك ُه َو َأَص اَب ُس َّنَة اْلُم ْس ِلِم يَن‬

Artinya :“Barangsiapa menyembelih qurban sebelum sholat Idul Adh-ha (10 Zulhijjah) maka
sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa menyembelih qurban
sesudah sholat Idul Adh-ha dan dua khutbahnya, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan
ibadahnya (berqurban) dan telah sesuai dengan sunnah (ketentuan) Islam.” (HR. Bukhari)

Waktu menyembelih qurban adalah sejak terbitnya matahari pada Yaumun Nahr (10 Dzulhijjah)
dan telah berlalu terbitnya dengan kadar shalat dua raka’at serta dua khutbah yang ringan, atau
setelah masuk waktu shalat ‘Dluha dengan kadar shalat dua raka’at beserta khutbahnya yang
sedang (ringan). Hal ini berdasarkan riwayat dari Al Barra’ bin ‘Asib radliyallahu ‘anh, ia
berkata :
: ‫ َفَقاَل‬،‫َخ َط َب َن ا َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َي ْو َم الَّن ْح ِر َب ْع َد الَّص َالِة‬
‫ْل‬ ‫َأ‬
‫ َفِت َك َش ا ْح ٍم‬،‫ َو َم ْن َن َسَك َقْب َل الَّص ِة‬، ‫ َفَقْد َص اَب الُّن ُس َك‬،‫ َو َن َسَك ُن ْس َكَن ا‬،‫«َم ْن َص َّلى َص َالَتَن ا‬
‫َل‬ ‫ُة‬ ‫َال‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berkhutbah kepada kami pada yaumun Nahr (hari
raya qurban) setelah shaalt, beliau bersabda : “barangsiapa yang shalat seumpama kami shalat
dan menyembelih seumpama kami menyembelih (yaitu setelah shalat), maka sungguh ia telah
benar, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka itu daging kambing biasa
(bukan qurban)”. (HR. Al Bukhari)

Catatan penting :

Jika seseorang menyembelih sebelum waktunya, atau sudah kelewat waktunya, misalnya :
menyembelih di malam hari raya raya idul adha atau menyembelih setelah terbenamnya matahari
tanggal 13 hari tasryik maka semblihan itu tidak menjadi qurban dan menjadi sedekah biasa.
Maka hendaknya bagi panitia qurban untuk memperhatikan masalah ini

4. Syarat Orang Yang Berqurban

a. Seorang muslim atau muslimah


b. Usia baligh
Baligh ada 3 tanda , yaitu :
- Keluar air mani (Bagi anak laki laki da perempuan) pada usia 9 tahun
- Keluar Darah haid pada usia 9 tahun (bagi anak perempuan)
c. Berakal
Maka orang gila tidak diminta untuk melakukan qurban, akan tetapi sunnah bagi walinya untuk
berqurban atas nama orang gila tersebut.
d. Mampu
Mampu disini adalah punya kelebihan dari makanan pokok, pakaian dan tempat tinggal untuk
dirinya di hari raya idul adha dan hari tasyrik .
e. Orang yang bermukim.
Musafir tidaklah wajib untuk berqurban. Syarat ini dikenakan bagi yang menyatakan
bahwa berqurban itu wajib. Karena qurban tidak diambil dari seluruh harta atau dilakukan
setiap saat, namun dilakukan dengan hewan tertentu dan waktu tertentu. Sedangkan musafir tidak
berada di setiap tempat dan tidak berada pada pelaksanaan qurban. Seandainya kita mewajibkan
pada musafir, maka ia harus membawa hewan qurbannya saat ia bersafar. Dan tentu ini adalah
suatu kesulitan atau bisa jadi pula ia harus meninggalkan safar sehingga jadilah ada dampak jelek
untuk dirinya.

Namun bagi yang tidak mengatakan wajib, tidak berlaku syarat ini. Karena kalau
disyaratkan, maka itu jadi beban. Artinya, boleh saja qurban dilakukan oleh seorang musafir
semisal ketika berhaji dia meninggalkan negerinya, namun pun ia ikut menunaikan udhiyah atau
qurban. Bahkan ada hadist yang mendukung hal ini,

‫ َقْبَل َأْن َتْدُخ َل َم َّك َة َو ْهَى َتْبِكى‬، ‫َع ْن َعاِئَشَة – رضى هللا عنها – َأَّن الَّنِبَّى – صلى هللا عليه وسلم – َد َخ َل َع َلْيَها َو َح اَض ْت ِبَس ِر َف‬
‫ َفاْقِض ى َم ا َيْقِض ى اْلَح اُّج َغْيَر َأْن َال َتُطوِفى‬، ‫ َقاَل « ِإَّن َهَذ ا َأْم ٌر َكَتَبُه ُهَّللا َع َلى َبَناِت آَد َم‬. ‫ َقاَلْت َنَعْم‬. » ‫َفَقاَل « َم ا َلِك َأَنِفْس ِت‬
‫ُأ‬
‫ َفُقْلُت َم ا َهَذ ا َقاُلوا َض َّحى َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َع ْن َأْز َو اِج ِه ِباْلَبَقِر‬، ‫ َفَلَّم ا ُكَّنا ِبِم ًنى ِتيُت ِبَلْح ِم َبَقٍر‬. » ‫ِباْلَبْيِت‬

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menemuinya dan ia dalam keadaan haid di Sarif sebelum ia memasuki Makkah dan ia dalam
keadaan menangis. Lalu beliau berkata pada ‘Aisyah, “Ada apa engkau, apakah engkau sedang
haid?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Ini adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah pada wanita. Lakukanlah seperti yang dilakukan orang yang berhaji selain melakukan
thowaf di Baitul Haram.” Ketika kami sedang di Mina, aku pernah diberi daging sapi. Lalu aku
berkata, “Apa ini?” Mereka (para sahabat) berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berqurban untuk istri-istrinya dengan sapi.”

5. Macam Macam Binatang Yang Boleh Di Jadikan Qurban


a. Unta , di perkirakan umurnya 5-6 tahun
b. Sapi atau kerbau , di perkirakan umurnya 2 tahun keatas
c. Kambing atau domba dengan berbagai macam macam jenisnya , di perkirakan umurnya 1-2
tahun
]34 :‫َو ِلُك ِّل ُأَّمٍة َجَع ْلَنا َم ْنَس ًك ا ِلَيْذ ُك ُروا اْس َم ِهَّللا َع َلى َم ا َر َز َقُهْم ِم ْن َبِهيَم ِة اَأْلْنَعاِم } [الحج‬

Dan bagi tiap-tiap umat telah Aku syariatkan Mansak, supaya mereka menyebut nama Allah
terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka (Al-Hajj; 34)

Oleh karena itu, yang sah menjadi hewan kurban hanyalah unta, sapi, kambing dan domba.
Kerbau, banteng, kijang, jerapah, ayam, kelinci, merpati dan semua hewan yang tidak termasuk
keempat macam ini tidak sah dijadikan sebagai hewan kurban. Hewan peranakan hasil
persilangan silang antara hewan yang sah dijadikan berkurban dengan hewan yang tidak sah
dijadikan berkurban juga tidak boleh dijadikan hewan kurban, karena persilangan tersebut
membuat keturunannya tidak tercakup dalam definisi asal hewan induknya sebagaimana
keturunan hasil persilangan antara kuda dengan keledai disebut Bighal, dan tidak disebut kuda
atau disebut keledai.

)263 /17( ‫صحيح البخاري‬


‫َع ْن اْلَبَر اِء َقاَل َص َّلى َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َذ اَت َيْو ٍم َفَقاَل َم ْن َص َّلى َص اَل َتَنا َو اْسَتْقَبَل ِقْبَلَتَنا َفاَل َيْذ َبْح َح َّتى َيْنَص ِر َف َفَق َما‬
‫َأُبو ُبْر َد َة ْبُن ِنَياٍر َفَقاَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َفَع ْلُت َفَقاَل ُهَو َش ْي ٌء َعَّج ْلَتُه َقاَل َفِإَّن ِع ْنِد ي َج َذ َع ًة ِهَي َخْيٌر ِم ْن ُمِس َّنَتْيِن آْذ َبُح َها َقاَل َنَعْم ُثَّم اَل‬
‫َتْج ِز ي َعْن َأَح ٍد َبْعَدَك‬
“Dari Al Bara` dia berkata; “Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat, setelah itu beliau bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat seperti shalat
kami, dan menghadap kiblat kami, hendaknya tidak menyembelih binatang kurban sehingga
selesai mengerjakan shalat.” Lalu Abu Burdah bin Niyar berdiri dan berkata; “Wahai Rasulullah,
padahal aku telah melakukannya.” Beliau bersabda: “Itu adalah ibadah yang kamu kerjakan
dengan tergesa-gesa.” Abu Burdah berkata; “Sesungguhnya aku masih memiki Jadza’ah dan dia
lebih baik daripada dua Musinnah, apakah aku juga harus menyembelihnya untuk berkurban?
Beliau bersabda: “Ya, namun hal itu tidak sah untuk orang lain setelahmu.” (H.R.Bukhari)”

6. Sifat Binatang Yang Tidak Boleh DiJadikan Qurban


a. Bermata sebelah / buta
b. Pincang
c. Yang amat kurus, karena penyakit
d. Berpenyakit yang parah

‫ "َأْر َبٌع اَل َتُج وُز ِفي‬- : ‫ َفَقاَل‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َقاَم ِفيَنا َر ُس وُل ِهَّللَا‬: ‫َو َع ِن َاْلَبَر اِء بِن َعاِز ٍب َر ِض َي ُهَّللَا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َو اْلَعْر َج اُء َاْلَبِّيُن َظْلُعَه َو اْلَك ِس يَر ُة َاَّلِتي اَل ُتْنِقي‬,‫ َو اْلَمِر يَض ُة َاْلَبِّيُن َم َر ُضَها‬,‫ َاْلَعْو َر اُء َاْلَبِّيُن َع َو ُر َها‬:‫"َالَّضَح اَيا‬
( ‫ َو اْبُن ِح َّبان‬, ‫ َو َص َّح َح ُه َالِّتْر ِمِذُّي‬.‫) َر َو اُه َاْلَخ ْم َس ة‬

Dari Al Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, "Ada empat cacat yang tidak
dibolehkan pada hewan kurban: (1) buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, (2) sakit dan
tampak jelas sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) sangat kurus sampai-
sampai seolah tidak berdaging dan bersum-sum.” ( Dikeluarkan oleh yang lima (empat penulis
kitab sunan ditambah dengan Imam Ahmad). Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban )

7. Kesunahan dalam menyembelih qurban


 Dalam keadaan bersuci
 Menghadap qiblat
 Kesunnahan lain saat menyembelih qurban, hendaknya : Mulai awal bulan Dzulhijah
tanggal 1 hingga saat menyembelih qurban agar tidak memotong / mencabut rambut atau
kukunya, seperti yang disabdakan Nabi SAW :

‫ِإَذ ا َر َأْيُتْم ِهَالَل ِذ ى اْلِح َّج ِة َو َأَر اَد َأَح ُد ُك ْم َأْن ُيَضِّح َى َفْلُيْم ِس ْك َعْن َشْع ِر ِه َو َأْظَفاِر ِه‬
(‫)رواه مسلم‬
“Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih qurban, maka
hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.” (H.R. Muslim)
 Jika bisa, menyembelih sendiri bagi yang mampu.
 Mempertajam kembali pisaunya
 Mempercepat cara penyembelihan
 Membaca Bismillah dan Takbir (seperti yang telah disebutkan) sebelum membaca doa.
 Di depan warga, agar semakin banyak yang mendo’akannya.
 Untuk qurban yang sunnah (bukan nadzar) disunnahkan bagi yang nadzar untuk
mengambil bagian dari daging qurban biarpun hanya sedikit.
8. Cara membagi daging qurban

Pemilik hewan kurban berhak mendapatkannya dan memakannya. Hal ini berdasarkan
perintah dari Allah Ta’ala sendiri:

‫َفُك ُلوا ِم ْنَها َو َأْطِع ُم وا اْلَباِئَس اْلَفِقيَر‬

“.. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al Hajj (22): 28)

Ayat ini menunjukkan bahwa pemilik hewan kurban berhak memakannya, lalu dibagikan untuk
orang sengsara dan faqir, mereka adalah pihak yang lebih utama untuk mendapatkannya. Selain
mereka pun boleh mendapatkannya, walau bukan prioritas.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah memaparkan cara pembagian sebagai berikut:

‫ وله كذلك أن يهدي أو يتصدق بما‬،‫ بال تحديد‬،‫للمهدي أن يأكل من هديه الذي يباح له االكل منه أي مقدار يشاء أن يأكله‬
‫ ويتصدق بالثلث‬،‫ ويهدي الثلث‬،‫ فيأكل الثلث‬،‫ يقسمه أثالثا‬:‫وقيل‬. ‫ ويتصدق بالنصف‬،‫ يأكل النصف‬:‫ وقيل‬.‫يراه‬.

“Si pemilik hewan kurban dibolehkan makan bagian yang dibolehkan baginya sesuai
keinginannya tanpa batas. Dia pun boleh menghadiahkan atau menyedekahkan sesuka hatinya.
Ada pula yang mengatakan dia boleh memakannya setengah dan menyedekahkan setengah. Dan
dikatakan: dibagi tiga bagian, untuknya adalah sepertiga, dihadiahkan sepertiga, dan
disedekahkan sepertiga.
Jika korban wajib karena nadzar : Maka semua dari daging korban harus dibagikan kepada
fakir miskin. Dan jika orang yang berkorban atau orang yang wajib dinafkahinya ikut makan,
maka wajib baginya untuk menggantinya sesuai dengan yang dimakannya.

Adapun jika korban sunnah : Maka tidak disyaratkan sesuatu apapun dalam pembagiannya,
asalkan ada bagian uintuk orang fakir miskin, seberapaun bagian tersebut. Dan dianjurkan untuk
bisa membagi menjadi 3 bagian. 1/3 untuk keluarga, 1/3 untuk dihidangkan tamu, 1/3 untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Dan semakin banyak yang dikeluarkan tentu semakin besar
pahalanya.

9. Hikmah Qurban

a. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban


Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban
itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka
menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab:
“Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-
bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad
dan ibn Majah]

b. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang


Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan
lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR.
Ahmad dan Ibnu Majah]

c. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling baik


Amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari
mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-
hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-
bulunya. Sesungguhnya
darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih
sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan
Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

d. Berkurban adalah ibadah yang paling utama


“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika
menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan
menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban,
sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

e. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka,
maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al
Hajj : 34]

f. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash
Shaffat : 102 – 107]

B. Ketentuan Ajaran Islam Tentang Aqiqah Dan Hikmahnya

1. 1. Pengertian

Aqiqah menurut Bahasa artinya memotong. Pada asalnya ialah rambut yang tumbuh dikepala
bayi ketika bayi tersebut keluar dari Rahim ibunya, karena itu rambut tersebut harus dipotong
(dicukur). Adapun menurut istilah hokum syara’ aqiqah adalah penyembelihan hewan tertentu
untuk kepentingan anak, pada saat mencukur dan pemberian nama anak itu.
Secara umum Aqiqah adalah menyembelih binatang pada hari ketujuh, keempat belas dan kedua
puluh satu dari kelahiran anak. Aqiqah di barengi dengan pemberian nama dan pemotongan
rambut anak tersebut. Menyembelih hewan aqiqah hukumnya sunnah muakad bagi orang tua
yang dianugerahi anak. Hukumnya menjadi wajib,jika aqiqah itu di niatkan sebagai nazar.
Hadist Nabi Muhammad SAW menyebutkan:

‫كل غالم مرتهن بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويتصدق بوزن شعره فضة أو ما يعادلها ويسمى‬
Artinya:”Dari samurah,sesungguhnya Rasullulah SAW telah bersabda:”Tiap-tiap anak laki-laki
tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih aqiqah itu untuknya pada hari ketujuh,dicukur
rambutnya,dan diberi nama”(HR. Ahmad dan Imam Empat)

Pada zaman Nabi Muhammad yang pertama kali diaqiqahkan adalah dua orang saudara kembar
yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. dari perkawinan fatimah dengan ali bin abi thalib. Yang
bernama Hasan dan Husein.

2. Hukum Aqiqah
Aqiqah hukumnya sunah muakkad yaitu sunah yang sangat dianjurkan bagi orang tua atau
orang yang mempunyai kewajiban menanggung nafkah si anak. Aqiqah dilaksanakan 1 kali
dalam seumur hidup. Apabila disaat kecil belum melaksanakan aqiqah karena belum kuasa,
maka aqiqah dapat dilaksanakan setelah dewasa, karena saat itu dia sudah dapat dikatakan
mampu dalam melaksanakan aqiqah.

3. Waktu Dan Tata Cara Pelaksanaan Aqiqah


Waktu pelaksanaan aqiqah sudah diatur dalam islam, jadi tidak semua waktu dapat
dilaksanakannya aqiqah. Aqiqah sebaiknya dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran
anak sekaligus memberi nama anak pada anak. Jika hari ketujuh telah berlalu, maka hendaklah
menyembelih pada hari keempat belas. Dan jika hari keempat belas terlewat juga, maka
hendaklah pada hari yang kedua puluh satu.
Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW “Aqiqah disembelih pada
hari ketujuh,keempat belas, dan kedua puluh satu”. (HR. Tirmidzi)
Adapun syarat dan tata cara pemotongan hewan yang sah sebagai aqiqah juga sama dengan
syarat hewan yang sah sebagai qurban. Jumlahnya sesuai dengan hadist Rasulullah saw. yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah adalah untuk laki-laki dua ekor, sedangkan untuk
anak perempuan satu ekor.

Tata cara pemotongan hewan aqiqah.


a. Membaca basmalah
b. Membaca shalawat kepada Nbi Muhammd saw.,
c. Membaca takbir
d. Membaca doa aqiqah
e. Hewan aqiqah dihadapkan kearah kiblat
f. Menggunakan alat pemotong yang tajam, agar cepat mati.

4. Jenis Dan Syarat Hewan Aqiqah


a. jenis hewan yang sah untuk Aqiqah adalah sebagai berikut :
1). Unta yang telah berumur 5 tahun
2). Sapi yang telah berumur 2 tahun
3). Kambing yang sudah berumur 1 tahun
4). Domba atau biri-biri yang sudah berumur satu taun atau telah lepas giginya, sesudah
berumur 6 bulan atau di sebut dhan.
b. Syaratnya :
Hewan yang dalam keadaan baik, yaitu matanya tidak buta sebelah, tidak pincang kakinya,
tidak berpenyakit, tidak kurus, tidak terlalu tua, tidak dalam keadaan hamil atau baru
melahirkan , sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang artinya “bahwasanya Rasulullah Saw,
memerintahkan orang-orang agar menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing
yang umurnya sama, dan untuk anak perempuan seekor kambing (HR. Tirmidzi).
5. Manfaat aqiqah dalam kehidupan sehari-hari :
Manfaat yang di timbulkan karena adanya pelaksanaan aqiqah, di ataranya sebagai berikut :
a. Merupakan perwujudan Rasa syukur kepada Allah SWT, atas kehadiran seorang anak dan
keselamatannnya mulai dari masih dalam kandungan sampai lahir ke dunia ini.
b. Diharapkan akan menambah erat jalinan kasih saying, sikap hormat seorang anak kepada kedua
orangtua nya. Karena ia telah mengetahiu bahwa kehirannya di dunia ini di harpkan dan di
Sykuri dengan menyembelih hewan aqiqah
c. Menyuburkan hubungan yang baik sesame tetangga maupun saudara dengan ikut merasakan
kegembiraan atas lahirnya seorang anak dank arena merasa mendapat bagian dari daging aqiqah
tersebut.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dalam beragama, bermasyarakat, serta
menanmkan rasa persatuan, toleransi dn tolong menolong sesame anggota masyarakat. Dengan
aqiqah berarti salah satu syariat Islam telah di laksanakan .
e. Sebagai pelajaran bagi orang tua, beahwa harus bertanggung jawab dalam membesarkan anak.
f. Mengorganisasikan pembagian daging aqiqah
Pembagian daging aqiqah berbeda dengan pembagian dagig qurban. Pembagian daging aqiqah di
bagikan kepada fakir miskin setelah di masak terlebih dahulu

6. Hikmah Aqiqah
a. Menghidupkan sunah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam meneladani
Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim
yang tercinta Ismail alaihissalam.
b. Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak
yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai
dengan akikahnya.”. Sehingga Anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung
dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al
Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah "bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh akikahnya".
c. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya
kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: "Dia tergadai dari
memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan akikahnya)".
d. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus
sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
lahirnya sang anak.
e. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at Islam &
bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.

Anda mungkin juga menyukai