Anda di halaman 1dari 12

Fiqih Qurban

Qurban (Kurban) adalah suatu praktek yang banyak ditemukan dalam berbagai agama di dunia,

yang biasanya dilakukan sebagai tanda kesediaan si pemeluknya untuk menyerahkan sesuatu kepada
Tuhannya. Praktek pemberian qurban ditemukan dalam catatan-catatan manusia yang paling tua dan
temuan-temuan arkeologis mencatat tulang-belulang manusia dan binatang yang menunjukkan tanda-tanda
bahwa mereka telah dipersembahkan sebagai qurban dan praktek ini tampaknya telah dilakukan lama
sebelum manusia mulai meninggalkan catatan tertulis.

Pemberian qurban adalah tema yang umum dalam kebanyakan agama, meskipun dalam beberapa
millennium belakangan ini pemberian qurban binatang dan khususnya manusia, telah jauh berkurang.

Ibadah qurban bukanlah syariat yang baru di zaman nabi Muhammad SAW, sebaliknya ia adalah ibadah
yang telah lama diperkenalkan sejak zaman nabi Adam sendiri, ketika peristiwa konflik antara Habil dan
Qabil.

Firman Allah SWT di dalam surah al-Hajj ayat 34:

Dan bagi tiap-tiap umat, Kami syariatkan Ibadat menyembelih korban (atau lain-lainnya) supaya
mereka menyebut nama Allah sebagai bersyukur akan pengurniaanNya kepada mereka; binatang-
binatang ternak Yang disembelih itu. kerana Tuhan kamu semua ialah Tuhan Yang Maha Esa, maka
hendaklah kamu tunduk taat kepadaNya; dan sampaikanlah berita gembira (Wahai Muhammad) kepada
orang-orang yang tunduk taat.

Qurban atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sedangkan
ritual Qurban adalah salah satu ritual ibadah pemeluk agama Islam, dimana dilakukan penyembelihan
binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah. Ritual qurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah pada
penanggalan Islam, yakni pada tanggal 10 (hari nahar) dan 11,12 dan 13 (hari tasyrik) bertepatan dengan
Hari Raya Idul Adha.

Latar belakang historis

Dalam sejarah sebagaimana yang disampaikan dalam Al Qur'an terdapat dua peristiwa dilakukannya ritual
Qurban yakni oleh Habil (Abel) dan Qabil (Cain), putra Nabi Adam alaihis salam, serta pada saat Nabi
Ibrahim akan mengorbankan Nabi Ismail atas perintah Allah.

Habil dan Qabil

Pada surat Al Maaidah ayat 27 disebutkan: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):
"Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-
orang yang bertakwa".

Ibrahim dan Ismail

Disebutkan dalam Al Qur'an, Allah swt memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk
mempersembahkan Ismail. Diceritakan dalam Al Qur'an bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah
tersebut dan tepat saat Ismail akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba. Berikut petikan surat
Ash Shaaffaat ayat 102-107 yang menceritakan hal tersebut.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ).

104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,

105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar

Landasan Hukum (Syari)

Allah SWT berfirman:

1) "Maka dirikanlah shalat karena Tuhan-mu dan berqurbanlah." (QS. Al-Kautsar (108): 2)

2) Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh
kebaikan yang banyak padanya. Maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadan
berdiri dan (telah terikat). Kemudian apabila ia telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri
makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta minta ) dan orang yang
meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah mudahan kamu
bersyukur". (QS. Al-Hajj (22): 36)

3) "Daging daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan
dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-
orang yang berbuat baik" (QS. Al-Hajj (22): 37)

Sementara hadits yang berkaitan dengan qurban antara lain

Rasulullah SAW bersabda :

1) Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia
mendekati tempat shalat Ied kami. HR. Ahmad dan ibn Majah.

2) Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?
Rasulullah menjawab: Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim. Mereka menjawab: Apa
keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu? Rasulullah menjawab: Setiap satu helai
rambutnya adalah satu kebaikan. Mereka menjawab: Kalau bulu-bulunya? Rasulullah menjawab:
Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan. HR. Ahmad dan ibn Majah

3) Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang diantara kalian yang ingin berqurban, maka
hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya. HR. Muslim

4) Kami berqurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh
orang. HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.
Hukum kurban

Imam Abu Hanifah berpandangan yang ibadah qurban adalah wajib bagi siapa yang mampu. Kewajiban
berkorban menurut mazhab Hanafi adalah berlandaskan kepada sepotong hadith yang diriwayatkan oleh al-
Hakim daripada Abu Hurairah: Barangsiapa yang mempunyai kesenangan/kemampuan tetapi tidak
menunaikan ibadah qurban, maka janganlah hampiri tempat shalat kami.

Namun demikian mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabiin dan fuqaha (ahli fiqh) menyatakan bahwa
hukum qurban adalah sunnah muakkadah (utama), dan tidak ada seorangpun yang menyatakan wajib,
kecuali Abu Hanifah (tabiin). Ibnu Hazm menyatakan: Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang
menyatakan bahwa qurban itu wajib.

Dari Ummu Salamah ra berkata Rasulullah Saw bersabda "Apabila kalian telah melihat hilal bulan
Dzilhijjah dan ada di antara kalian yang akan berqurban maka hendaklah ia tidak memotong rambut dan
kukunya". (HR.Muslim)

KEUTAMAAN BERQURBAN

Pertama, Sebagai wujud Rasa Syukur Kepada Allah SWT. Firman Allah : "Maka dirikanlah shalat karena
Tuhan-mu dan berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar (108) ayat: 2)

Kedua, Qurban termasuk perbuatan yang paling dicintai Allah SWT. Hadits Rasululah saw.

Dari Aisyah ra.: "Tidak ada perbuatan manusia yang paling dicintai Allah swt. pada hari qurban kecuali
mengucurkan darah (hewan qurban) karena sesungguhnya hewan tersebut akan datang pada hari kiamat
dengan bentuk seutuhnya (tanduknya, kukunya dan kulitnya) dan sesungguhnya darahnya akan sampai disisi
Allah sebelum sampai ke bumi."

SYARAT-SYARAT BERQURBAN

1. Muslim

2. Mampu

3. Masuk Waktu

4. Dengan hewan ternak yang di tentukan oleh Syara'

UMUR HEWAN QURBAN

1. Kibasy yang sudah berumur minimal 1 tahun.

2. Kambing yang sudah berumur minimal 2 tahun.

3. Kerbau yang sudah berumur minimal 2 tahun.

4. Unta yang sudah berumur minimal 5 tahun.

Catatan:

a. Unta, kerbau dan sapi untuk 7 orang

b. Kambing untuk 1 orang.


Aib yang menjadikan hewan terlarang untuk di qurban

1. Buta sebelah atau kedua matanya

2. Pincang salah satu kakinya

3. Sakit parah/berbahaya

4. Kurus yang sedikit dagingnya.

5. Terpotong kuping dan buntutnya.

Para ulama menambahkan lagi bahwa tidak sah juga berkurban dengan hewan yang dipotong telinganya atau
ekornya, tetapi bagi hewan yang kecil telinganya (seperti domba Garut ) sah. Boleh juga berqurban dengan
hewan yang dikebiri atau yang retak tanduknya, juga sah hewan yang diciptakan tanpa tanduk (betina).

Sedangkan yang tidak ada tanduknya dan yang sudah dikebiri di bolehkan karena keduanya membuat daging
hewan tersebut menjadi subur.

Namun demikian Agama mengajarkan, hendaknya hewan yang diqurbankan adalah hewan yang gemuk dan
sempurna. Abu Umamah bin Sahl mengatakan, Dahulu kami di Madinah biasa memilih hewan yang gemuk
dalam berqurban. Dan memang kebiasaan kaum muslimin ketika itu adalah berqurban dengan hewan yang
gemuk-gemuk. (HR. Bukhari )(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/374)

WAKTU PELAKSANAAN.

Sejak Hari Iedul Adha setelah shalat dan dua khutbahnya sampai Akhir Hari Tasyriq. Rasulullah saw
bersabda "Barang siapa yang menyembelih sebelum Shalat Ied sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya
dan barang siapa yang menyembelih setelah shalat dan dua khutbahnya maka ia telah menyempurnakan
ibadahnya dan ia telah melaksanakan sunnah orang orang beriman" (HR.Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw bersabda "Hari-hari Mina (Tasyriq) adalah hari hari untuk berqurban" (HR.Ibnu Majah)

* Awal waktu

Waktu untuk menyembelih qurban (qurban) bisa di 'awal waktu' yaitu setelah shalat Ied langsung dan tidak
menunggu hingga selesai khutbah. Bila di sebuah tempat tidak terdapat pelaksanaan shalat Ied, maka
waktunya diperkirakan dengan ukuran shalat Ied. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum waktunya
maka tidak sah dan wajib menggantinya .

Dalilnya adalah hadits-hadits berikut:: Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih hewan qurban seperti kami, maka telah
benar qurbannya. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka hendaklah dia
menggantinya dengan yang lain. (HR. Imam Bukhari no. 5563 dan Imam Muslim no. 1553)

b. Hadits riwayat Imam Bukhari (no. 5556) dan yang lainnya tentang kisah Abu Burdah radhiyallahu anhu
yang menyembelih sebelum shalat. Rasulullah SAW bersabda:

Kambingmu adalah kambing untuk (diambil) dagingnya saja.

Dalam lafadz lain (no. 5560) disebutkan


Barangsiapa yang menyembelih (sebelum shalat), maka itu hanyalah daging yang dia persembahkan
untuk keluarganya, bukan termasuk hewan qurban sedikitpun.

* Akhir waktu

Waktu penyembelihan hewan qurban adalah 4 hari, hari Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya. Waktu
penyembelihannya berakhir dengan tenggelamnya matahari di hari keempat yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Ini
adalah pendapat Imam Ali kw, Al-Hasan Al-Bashri imam penduduk Bashrah, Atha` bin Abi Rabah imam
penduduk Makkah, Al-Auzai imam penduduk Syam, Asy-Syafii imam fuqaha ahli hadits rahimahumullah.
Alasannya disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut: 1. Hari-hari tersebut adalah hari-hari Mina. 2.
Hari-hari tersebut adalah hari-hari tasyriq. 3. Hari-hari tersebut adalah hari-hari melempar jumrah. 4. Hari-
hari tersebut adalah hari-hari yang diharamkan puasa padanya.

Rasulullah SAW bersabda:

Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Adapun hadits Abu Umamah, dia berkata:

Dahulu kaum muslimin, salah seorang mereka membeli hewan qurban lalu dia gemukkan kemudian
dia sembelih setelah Iedul Adha di akhir bulan Dzulhijjah. (HR. Al-Baihaqi, 9/298).

Penyembelih qurban

Disunnahkan bagi shohibul qurban untuk menyembelih hewan qurbannya sendiri, namun boleh diwakilkan
kepada orang lain. Hal ini berdasarkan hadits Imam Ali bin Abi Thalib kw di dalam Shahih Muslim yang
menceritakan bahwa pada saat qurban Rasulullah SAW pernah menyembelih beberapa onta qurbannya
dengan tangan beliau sendiri kemudian sisanya diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk disembelih.
(lihat Ahkaamul Idain, 32).

Tata cara penyembelihan hewan qurban Islami

Sebaiknya pemilik qurban menyembelih hewan qurbannya sendiri.

1. Apabila pemilik qurban tidak bisa menyembelih sendiri maka sebaiknya dia ikut datang
menyaksikan proses penyembelihan qurbannya. Namun tidak wajib.

2. Hendaknya memakai alat yang tajam untuk menyembelih.

3. Hewan yang disembelih dibaringkan di atas lambung kirinya dan dihadapkan ke kiblat. Kemudian
pisau ditekan kuat-kuat supaya cepat putus.

4. Ketika akan menyembelih disyariakan membaca Bismillaahi wallaahu akbar ketika


menyembelih. Untuk bacaan bismillah (tidak perlu ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya
wajib menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, sedangkan menurut Imam Syafii hukumnya
sunnah.

5. Membaca Sholawat Kepada Nabi Muhammad SAW.

6. Adapun bacaan takbir Allahu akbar Sebagaimana riwayat Anas bin Malik "Bahwasanya
Rasulullah SAW Menyembelih dua ekor Kibasy (Domba) yang besar dan mempunyai dua tanduk
dengan dua tangannya yang mulia sambil beliau membaca bismillah dan takbir" (HR.Syaikhoni).
Para ulama sepakat kalau hukum membaca takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah dan bukan
wajib. Kemudian diikuti bacaan: hadza minka wa laka. (HR. Abu Dawud 2795) Atau hadza
minka wa laka anni atau an fulan (disebutkan nama shahibul qurban). atau

7. Berdoa sebagai mana Rasululloh Saw berdoa ketika berqurban "Yaa Allah terimalah qurban
Muhammad dan Keluarga Muhammad" (HR.Muslim) agar Allah menerima qurbannya dengan doa,
Allahumma taqabbal minni atau min fulan (disebutkan nama shahibul qurban). (lihat Tata Cara
Qurban Tuntunan Nabi, hal. 92)

Catatan: Tidak terdapat doa khusus yang panjang bagi shohibul qurban ketika hendak menyembelih.
Wallahu alam.

Status daging qurban

Mudlahhi/pekurban tidak boleh makan daging qurbannya bila qurban itu qurban yang dinadzarkan, tetapi
boleh makan dari qurban sunnat dan dia tidak boleh menjual daging qurbannya itu. Yang dimaksud dengan
qurban yang dinadzarkan adalah jika seseorang menggantungkan qurbannya pada sesuatu janji kepada
Allah. Misalnya ia mengatakan:"Jika saya sukses dalam proyek anu maka saya akan berqurban". Kemudian
dia sukses maka qurbannya itu dihukumi nadzar danwajib dilakukan.

Oleh karenanya ia dilarang makan daging qurbannya. Menurut Jumhur ulama pekorban hanya boleh makan
sepertiga dari qurbannya, tetapi menurut Al- Ghazali bila dia mensedekahkan seluruhnya itu lebih baik.

Firman Allah Qs. Al-Hajj (22) : 36 - 37 : Artinya: "Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah
orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah kami telah tundukkan unta-unta itu kepada kalian, mudah-mudahan kalian bersyukur.
Dagingdaging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan ) Allah, tetapi
ketaqwaan dari kalian yang dapat mencapainya."

Catatan

Seorang yang berqurban karena nazar tidak boleh memakan daging qurban tersebut, sedang yang berqurban
dengan qurban sunnah di bolehkan untuk memakannya walaupun afdholnya ia sedekahkan semuanya
kepada yang berhak.

BERBAGAI PERMASALAHAN SEPUTAR QURBAN

1) Jika ada seorang fakir membeli seekor kambing dengan niat qurban maka hukumnya menjadi wajib untuk
qurban, karena pembelian yang diniatkan untuk qurban bagi siapa saja yang tidak wajib berqurban menjadi
wajib qurban, hal tersebut sama dengan nadzar.

2) Jika hewan qurban tersebut melahirkan, maka dipotong bersama anaknya, apabila anaknya dijual maka
hasilnya di shadaqahkan.

3) Mayoritas ulama berpendapat boleh berkongsi (patungan) untuk hewan quran unta atau sapi dan tidak
diperbolehkan untuk selain hewan tersebut.

4) Berkongsi (patungan) dalam hewan qurban harus dengan niat yang sama yaitu untuk qurban dan tidak
boleh ada seorangpun yang berbeda, jika ada yang berbeda maka perkongsiannya menjadi batal walaupun
hanya 1 orang (menurut madzhab Imam Hanafi).

5) Hari yang afdhol untuk qurban adalah hari raya sampai terbenam matahari.

6) Apabila hewan qurban tersebut hilang atau dicuri, kemudian membeli hewan lain lalu ditemukan kembali,
maka afdholnya adalah disembelih keduanya dan boleh disembelih salah satunya.
7) Jika pequrban mewajibkan dirinya untuk berqurban, lalu hewannya hilang atau dicuri maka tidak ada
jaminan baginya untuk mengganti (menurut madzhab Imam Hambali), tetapi apabila hewan tersebut
kembali, maka disembelih baik ketika hari-hari qurban atau setelahnya.

8) Haram menjual kulit, daging, tanduk, bulu, kepala, kuku, susu atau yang lainnya dari hewan qurban yang
dipotong.

9) Tidak memberikan kulit atau bagian lain dari hewan qurban kepada tukang jagal sebagai upah atas
pekerjaannya.

10) Apabila salah dalam menentukan hari raya kemudian shalat dan menyembelih pada hari itu, lalu ternyata
hari tersebut masih hari Arafah, maka sah shalat dan qurbannya.

Larangan memperjual-belikan hasil sembelihan

Tidak diperbolehkan memperjual-belikan bagian hewan sembelihan, baik daging, kulit, kepala, teklek, bulu,
tulang maupun bagian yang lainnya. Ali bin Abi Thalib mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam memerintahkan aku untuk mengurusi penyembelihan onta qurbannya. Beliau juga memerintahkan
saya untuk membagikan semua kulit tubuh serta kulit punggungnya. Dan saya tidak diperbolehkan
memberikan bagian apapun darinya kepada tukang jagal. (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan terdapat
ancaman keras dalam masalah ini, sebagaimana hadis berikut: Dari Abu hurairah, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang menjual kulit hewan qurbannya maka ibadah qurbannya
tidak ada nilainya. (HR. Al Hakim 2/390 & Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan: Hasan).

Tentang haramnya pemilik hewan menjual kulit qurban merupakan pendapat mayoritas ulama, meskipun
Imam Abu Hanifah menyelisihi mereka. Namun mengingat dalil yang sangat tegas dan jelas maka pendapat
siapapun harus disingkirkan.

Catatan:

Termasuk memperjual-belikan bagian hewan qurban adalah menukar kulit atau kepala dengan daging atau
menjual kulit untuk kemudian dibelikan kambing. Karena hakekat jual-beli adalah tukar-menukar meskipun
dengan selain uang.

Transaksi jual-beli kulit hewan qurban yang belum dibagikan adalah transaksi yang tidak sah. Artinya
penjual tidak boleh menerima uang hasil penjualan kulit dan pembeli tidak berhak menerima kulit yang dia
beli. Hal ini sebagaimana perkataan Al Baijuri, Tidak sah jual beli (bagian dari hewan qurban) disamping
transaksi ini adalah haram. Beliau juga mengatakan: Jual beli kulit hewan qurban juga tidak sah
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Hakim (baca: hadis di atas). (Fiqh Syafii 2/311).

Bagi orang yang menerima kulit dibolehkan memanfaatkan kulit sesuai keinginannya, baik dijual maupun
untuk pemanfaatan lainnya, karena ini sudah menjadi haknya. Sedangkan menjual kulit yang dilarang adalah
menjual kulit sebelum dibagikan (disedekahkan), baik yang dilakukan panitia maupun shohibul qurban.

Larangan Memberi upah ke penyembelih

Janganlah pekurban memberikan upah kepada penyembelih dari bagian qurban, sebagaimana dikatakan
Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah . Persoalan teknis penyembelihan dibeberapa tempat masih menjadi
polemik, misal: penyembelih dan pengurus mendapat bagian kulitnya. Masalah kulit dan bulu ini, ulama
berbeda pendapat. Mayoritas ulama melarang menjualnya, tapi Abu Hanifah membolehkan menukar kulit
dan bulunya dengan barang- barang yang bermanfaat bagi umat tapi tidak dengan uang, sedangkan Imam
Atho' membolehkan menukarnya dengan uang (dijual) asal kemanfaatannya untuk bersama tetapibukan
sebagai upah menyembelih.

Waku Menyembelih di waktu siang atau malam?


Tidak ada khilafiah di kalangan ulama tentang kebolehan menyembelih qurban di waktu pagi, siang, atau
sore, jadi diperbolehkan, karena tidak ada dalil khusus yang melarangnya.

Antara Qurban dan Aqiqah

Qurban dan aqiqah punya banyak persamaan dan perbedaan. Di antara persamaannya adalah sama-sama
ibadah ritual dengan cara penyembelihan hewan. Dagingnya sama-sama boleh dimakan oleh yang
menyembelihnya, meskipun sebaiknya sebagian diberikan kepada fakir miskin, tapi boleh juga diberikan
sebagai hadiah. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah ra.

Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Ia
dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari
ketujuh. (HR Al-Baihaqi).

Sedangkan perbedaannya, ibadah qurban hanya boleh dilakukan pada hari tertentu saja, yaitu tanggal 10, 11,
12 dan 13 Dzulhijjah. Dimulai sejak selesainya shalat ''Idul Adha. Sedangkan aqiqah dilakukan lantaran
adanya kelahiran bayi, yang dilakukan penyembelihannya pada hari ketujuh menurut riwayat yang kuat.
Sebagian ulama membolehkannya pada hari ke 14, bahkan pendapat yang lebih luas, membolehkan kapan
saja.

Bolehkah Menyembelih Quran untuk Orang yang Sudah Wafat?

Umumnya para ulama membenarkan menyembelih hewan qurban untuk keluarganya yang telah wafat.
Kalau pun ada berbedaan di antara mereka, maka sedikit saja permasalahannya. Apalagi bila semasa
hidupnya pernah berwasiat untuk berqurban dari harta yang dimilikinya, maka semua mazhab menerimanya
dan berpendapat bahwa berqurban untuk orang yang sudah meninggal itu syah.Sedangkan bila inisiatif itu
datang dari orang lain dan juga uangnya, maka para ulama sedikit berbeda pendapat.

Fuqaha dari kalangan Al-Malikiyah mengatakan bahwa hal itu masih tetap boleh tapi dengan karahiyah
(kurang disukai). Sebaliknya, kalangan fuqaha dari Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah sepakat
bahwa hal itu boleh hukumnya. Artinya tetap syah dan diterima disisi Allah SWT sebagai pahala qurban.

Sebenarnya jumhur ulama umumnya menerima bahwa pahala yang dikirimkan kepada mayit di kubur itu
bisa sampai. Terkecuali pendapat kalangan Asy-Syafi''iyah, mereka tidak menerima pandangan itu. Artinya,
kalangan fuqaha Asy-Syafi''iyah mengatakan bahwa tidak bisa dikirm pahala kepada orang yang sudah
wafat. Kecuali bila memang ada wasiat atau waqaf dari mayit itu ketika masih hidup.

Sedangkan dasar kebolehannya adalah bahwa dalil-dalil menunjukkan bahwa kematian itu tidak
menghalangi seorang mayit bertaqaruub kepada Allah SWT, sebagaimana dalam masalah shadaqah dan haji.

Dari Ibnu Abbas ra bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ibu saya
telah bernazar untuk pergi haji, tapi belum sempat pergi hingga wafat, apakah saya harus berhaji untuknya?"
Rasulullah SAW menjawab, "Ya pergi hajilah untuknya. Tidakkah kamu tahu bila ibumu punya hutang,
apakah kamu akan membayarkannya? Bayarkanlah hutang kepada Allah karena hutang kepada-Nya lebih
berhak untuk dibayarkan." (HR Al-Bukhari).

Hadits ini menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah haji dengan dilakukan oleh orang lain memang jelas
dasar hukumnya, oleh karena para shahabat dan fuqoha mendukung hal tersebut. Mereka di antaranya adalah
Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah, Imam Asy-Syafi`i ra. dan lainnya. Sedangkan Imam Malik ra.
mengatakan bahwa boleh melakukan haji untuk orang lain selama orang itu sewaktu hidupnya berwasiat
untuk dihajikan.

Seorang wanita dari Khats`am bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-nya untuk
pergi haji, namun ayahku seorang tua yang lemah yang tidak mampu tegak di atas kendaraannya, bolehkah
aku pergi haji untuknya?" Rasulullah SAW menjawab, "Ya." (HR Jamaah)
Mitos bahwa Kambing Qurban Akan Berubah Jadi Kendaraan di Akhirat

Para ustadz di kampung2 dalam setiap ceramahnya sering measukkan cerita2 bahwa kambing atau sapi
qurban kelak akan menjadi tunggangan kita di yaumil Hisab.

Cerita tsb jelas tidak ada dasarnya,, hanya mitos yang disampaikan dari mulut ke mulut..Yang jelas hewan-
hewan bodoh tersebut tidak pernah akan jadi tumpangan jenis apapun di yaumil mahsyar, hanya keikhlasan
kita dalam berqurban yang jadi tumpangan kita hingga selamat sampai tujuan yaitu menuju keridhaan Allah
swt.

Sebagaimana firman Allah :Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan daripada kamulah yang mencapainya.(Al Hajj : 37)

Nasehat & solusi untuk masalah kulit

Satu penyakit kronis yang menimpa ibadah qurban kaum muslimin bangsa kita, mereka tidak bisa lepas dari
fiqh praktis menjual kulit atau menggaji jagal dengan kulit. Memang kita akui ini adalah jalan pintas yang
paling cepat untuk melepaskan diri dari tanggungan mengurusi kulit. Namun apakah jalan pintas cepat ini
menjamin keselamatan??? Bertaqwalah kepada Allah wahai kaum muslimin. sesungguhnya ibadah qurban
telah diatur dengan indah dan rapi oleh Sang Peletak Syariah. Jangan coba-coba untuk keluar dari aturan
ini, karena bisa jadi qurban kita tidak sah. Berusahalah untuk senantiasa berjalan sesuai syariat, meskipun
jalurnya kelihatannya lebih panjang dan sedikit menyibukkan. Jangan pula terkecoh dengan pendapat
sebagian orang, baik ulama maupun yang ngaku-ngaku ulama, karena orang yang berhak untuk ditaati
secara mutlak hanya satu yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Maka semua pendapat
yang bertentangan dengan hadis beliau harus dibuang jauh-jauh.

Tidak perlu bingung dan merasa repot. Bukankah Imam Ali bin Abi Thalib kw pernah mengurusi qurbannya
Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang jumlahnya 100 ekor onta?!. Tapi tidak ada dalam catatan sejarah
Imam Ali bin Abi Thalib bingung ngurusi kulit dan kepala. Demikianlah kemudahan yang Allah berikan
bagi orang yang 100% mengikuti aturan syariat. Namun bagi mereka (baca: panitia) yang masih merasa
bingung ngurusi kulit, bisa dilakukan beberapa solusi berikut: :

Kumpulkan semua kulit, kepala, dan kaki hewan qurban. Tunjuk sejumlah orang miskin sebagai sasaran
penerima kulit. Tidak perlu diantar ke rumahnya, tapi cukup hubungi mereka dan sampaikan bahwa panitia
siap menjualkan kulit yang sudah menjadi hak mereka. Dengan demikian, status panitia dalam hal ini adalah
sebagai wakil bagi pemilik kulit untuk menjualkan kulit, bukan wakil dari shohibul qurban dalam menjual
kulit. Serahkan semua atau sebagian kulit kepada yayasan islam sosial (misalnya panti asuhan atau pondok
pesantren). (Terdapat fatwa lajnah yang membolehkan menyerahkan bagian hewan qurban kepada yayasan
islam sosisal). Untuk selanjutnya, yayasan tersebut berhak mempergunakan kulit sesukanya. Bisa dijual atau
yang lainnya.

TANYA JAWAB (Q & A) SEPUTAR QURBAN

Dibawah ini kumpulan pertanyaan seputar Qurban yang sering ditanyakan orang awam kepada para ustadz.

Q : saya berkurban di kampung halaman sementara saya kerja di jakarta yg jadi pertanyaan adala apakah
diterima hukumnya berkurban dengan cara demikian

A : Boleh anda mewakilkan pada yg di wilayah lain untuk berkurban, misalnya mengirim uangnya dan ia
berkurban disana, dan anda menitipkan nama anda pada penyembelih.
Q: apakah saya harus melihat hewan kurban /menyentuhnya dengan kata lain harus pulang menyaksikan
penyembelihannya?

A : tidak mesti hadir dalam penyembelihan, boleh dg mewakilkan

Q:Bolehkah mencampur niat aqiqah dan qurban dalam 1 kambing?

A: Ada perbedaan pendapat di kalangan Ulama akan hal ini Sebagian ulama tidak membolehkan, karena
qurban dan aqiqah berbeda. Namun menurut mazhab Imam Syafi'i dibolehkan niatnya digabung.

Q:Benarkah tidak boleh mencampur niat aqiqah dan qurban dalam 1 sapi. Misalnya 1 sapi dibagi 7, yang 6
orang niat qurban, sementara 1 orang niat aqiqah. Karena kata ustadz kami bahwa aqiqah hanya boleh
menggunakan kambing.

A: hal itu boleh saja untuk sapi, yang penting masing2 jiwa korbannya sesuai dengan ketentuan, yaitu 1. Jadi
kalau sekeluarga ada 5 orang, terus yang 2 diniatkan untuk aqiqah keluarganya, itu boleh saja,Hal ini dapat
dirujuk pada kitab kitab fiqih , juga pada Syarh Baijuri Juz 2 hal 306).

Q: Benarkah orang yang belum melaksanakan aqiqah, harus melaksanakan aqiqah dulu baru boleh ber-
Qurban? Ini kebiasaan yang berkembang di kampung kami.

A: aqiqah dan qurban keduanya sunnah muakkadah, bukan wajib, dan boleh didahulukan mana saja tanpa
ada ketentuan mesti aqiqah dulu, namun afdhalnya aqiqah dulu.

Q: Benarkah batas kewajiban aqiqah menurut hadits Rasulullah saw. adalah hanya 7 hari, dan hadits yang
diriwayatkan oleh Aisyah r.a. 21 hari. Setelah itu maka tidak jatuh lagi kewajiban untuk aqiqah? Sementara
di kampung kami orang yang sudah tua tetap melaksanakan aqiqah untuk diri mereka sendiri. Karena
katanya ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. sendiri beraqiqah setelah diangkat menjadi
Rasul. Tapi menurut ustadz kami hadits tersebut adalah hadits daif.

A: aqiqah boleh dilakukan walau sudah lanjut, bahkan sebagian ulama memperbolehkan walau telah wafat.

Q : Bagaimanakah ucapan / Lafad Niat untuk Orang yang melaksanakan Qurban ?

A: Lafadznya mudah saja : Bismillah, Allahumma Taqabbal min..(nama orang yg berkurban).

artinya : Dengan Nama Allah, Wahai Allah terimalah ini dari ..,

sebagaimana Rasul saw berkurban untuk beliau saw dan atas nama ummat beliau saw :Wahai Allah
terimalah Qurban ini dari Muhammad dan dari keluarga Nabi Muhammad dan Ummat Muhammad SAW .
Q: Juga ada istilah arisan qurban yang dana untuk membeli hewan qurban tsb dikumpulkan dari anggota
arisan setiap bulannya hingga kurang lebih setahun dengan ketentuan satu ekor sapi yang diqurbankan
hanya untuk tujuh orang anggota yang telah diundi sebagai peserta qurban.

A: arisan ini saya perlu memperjelasnya, apakah hanya tujuh nama yg ikut arisan atau hanya tujuh nama yg
menang?,

jika hanya ada 7 orang maka tentunya hal itu bukan arisan, tapi lebih dekat pada : menabung bersama untuk
kurban sapi, hal ini merupakan kemuliaan, dan diperbolehkan dalam syariah, namun jika arisan, berarti
diundi, maka bagaimana dg orang orang lain selain 7 orang itu? Akankah mereka menang tahun yg akan
datang?, jika tak ada kemungkinan menang aka merugikan orang lain dan hal itu haram hukumnya.
(Sumber)

Q : baru-baru ini saya mendengar ceramah ustad yang mengatakan bahwa tidak sah qurban seseorang itu
apabila waktu lahirnya belum di aqiqah oleh orangtuanya.mohon berikan penjelasan mengenai hal ini
disertai dgn hadist shahihnya. Jika sewaktu kita lahir dulu orangtua tidak berkemampuan melaksanakan
aqiqah, apakah setelah dewasa kita berkewajiban meng aqiqahkan diri sendiri??

A: Qurban dan Aqiqah adalah dua perbuatan sunnah dan tidak wajib, tidak saling menghalangi satu sama
lain, namun jika ditanya, mana yg didahulukan?, tentunya aqiqah, namun jika ia ingin Qurban tanpa Aqiqah
maka Qurbannya sah, karena Aqiqah sunnah hukumnya demikian pula Qurban, tidak saling menghalangi
satu sama lain, namun sebaiknya dipadu saja dua niat dalam satu penyembelihan, hal ini dperbolehkan,
demikian dalam Madzhab Syafii ber Aqiqah diperbolehkan walau telah dewasa, bahkan sebagian ulama
mengatakan boleh walau orangnya telah wafat. Tidak ada hadits penjelas bahwa Aqiqah dan Qurban saling
menghalangi, dan tak ada pula hadits shahih yg menjelaskan Aqiqah dan Qurban tidak saling menghalangi,
namun hal ini merupakan Hukum Syariah bahwa hal yg sunnah tidak saling menghalangi.

Q: apakah kita boleh menjual kulit kambing / sapi dan duitnya di bagikan kepada panitia qurban dan ada
berapa hukum qurban wajib

A: Qurban tak diperkenankan untuk dijual, boleh dibagikan begitu saja, dan upah untuk panitya Qurban
adalah dengan uang dari penyembelih, dan bukan dari Qurban.

Kulitnya bisa dibagikan, atau dimanfaatkan sebagai beduk atau lainnya asal bukan dijual, boleh dijual jika
telah dihadiahkan, misalnya A menyembelih dan B menerima sebagai hadiah dari A, lalu B menjualnya pada
C, maka hal ini diperbolehkan, yg diharamkan adalah sebelum dibagikan pada B, sudah dijual.

Qurban hukumnya sunnah, kecuali jika nadzar, maka wajib hukumnya.

Q: Bolehkah panitia hewan qurban mengambil sebagian untuk konsumsi panitia yg bekerja ??

A: syariah mengharamkan bagian dari hewan kurban digunakan sebagai upah penyembelih atau panitya,
namun boleh saja panitya atau penyembelih setelah menerima upahnya namun mereka masih minta bagian
misalnya kepala, paha, atau lainnya, ini merupakan keridhoan pemilik, dan hal itu menjadi hadiah, bukan
bayaran/upah. Jadi boleh saja memanfaatkan kulitnya untuk beduk atau lainnya dari maslahat muslimin, yg
dilarang adalah diberikan pada orang kafir atau dijual. Namun jika sudah diberikan pada seseorang
misalnya, maka boleh ia menjualnya karena sudan menjadi miliknya. Juga boleh diberikan pada orang kaya,
karena Qurban adalah untuk seluruh muslimin, berbeda dengan zakat dan shadaqah yg tentunya ada
kelompok2 tertentu yg berhak dan ada kelompok tertentu yg tidak berhak

Q:Mengenai pembagian daging Qurban, apakah ada aturannya ? Saya pernah dengar 1/3 bagian adalah
hak pengkorban, sedangkan sisanya dibagi-bagikan ke tetangga dan fakir miskin. Satu lagi.. adakah orang
non-muslim boleh diberi daging qurban ini?

A:
1. dijelaskan oleh shohibul Baijuri bahwa yg dimaksud adalah disunnahkan si pemilik tak mengambil lebih
dari 1/3 kambing itu, dan sisanya kepada fuqara dan muslimin

2. dalam madzhab syafii tak dibenarkan memberikan daging qurban idul adha kepada non muslim, sebab hal
itu adalah jamuan Allah untuk muslimin, ada pendapat lemah yg mengatakan boleh diberikan pada kafir
dzimmiy. (non muslim yg tak memusuhi). demikian dijelaskan pada Syarh Syaikh Ibrahim Albaijuri Kitab
Shayd waddzabaih Bab Udhhiya hal 451). Jika daging yg dijual itu sudah menjadi hak mereka (panitia)
maka mereka boleh menjualnya dan membagikannya diantara mereka lagi.

Menyembelih qurban mulai selepas shalat idul adha dan berakhir pd tgl 13 dzulhijjah saat terbenamnya
matahari

Adab idul adha tentunya banyak bertakbir, dan jika melihat kambing / hewan kurban yg akan di korbankan
maka sunnah bertakbir dg ucapan Allahu akbar, kulitnya tentunya tak memiliki kekhususan atau hukum
yg berbeda dg dagingnya, mengenai sebagian pendapat muslimin dg menjadikan kulitnya sebagai upah
maka tak diperkenankan dalam madzhab syafii. jika penyembelih memintanya maka boleh boleh saja,
namun bukan sebagai upah penyembelihannya.

mengenai pemberian daging kurban boleh pada siapa saja termasuk kafir, sebagaimana Rasul saw dijelaskan
bahwa Rasul saw memerintahkan Aisyah ra membagikan daging kurbannya memulai dari tetangganya yg
yahudi (Tafsir Imam Qurtubi Juz 5 hal 188)

mengenai penyembelih (jagal) mestilah ada bayarannya, namun bila kita bersedekah dg menambah pada
mereka dg qurban itu maka lebih besar pahalanya (Fathul Bari Juz 10 hal 17).

SOSIALISASI QURBAN

Saat ini banyak sekali Yayasan atau Perorangan yang menawarkan Pembagian Qurban ke daerah pelosok
atau daerah minus atau daerah bencana seperti di Wasior, Mentawai atau Merapi dlsb. Ada Tebar Hewan
Qurban DOMPET DHUAFA dan Yayasan2 yg lain. Hal tersebut tentu baik2 saja justru lebih manfaat,
karena lebih tepat sasaran. Di kota besar seperti Jakarta, supply daging qurban sudah berlebihan sampai2
orang kaya juga ikut dibagi. Sementara di daerah bencana atau daerah2 terpencil, masih banyak saudara2
kita yang sangat jarang makan daging.,

Dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai