Anda di halaman 1dari 8

QURBAN DAN AQIQAH

A. Qurban

1. Pengertian qurban

Kata qurban berasal dari bahasa arab ‘’qaruba-yaqrubu-qurban’’ yang berarti dekat. Dekat
di sini mengandung makna mendekatkan diri kepada Allah swt. Secara istilah qurban adalah
mendekat kan diri dan mensyukuri milmat Allah dengsn cara menyebelih hewan ternak .

Sedangakan menurut arti syariat Islam, Qurban adalah mennyembelihbinatanng ternak


(unta, sapi, atau kambing) sebagai wujud pengorbanankepada Allah SWT dan mengharap rida-
Nya sebagai ungkapan rasa syukur atasnikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT kepadanya.

2. Hukum dan dalil qurban

Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Imam Malik, Asy Syafi’i, Abu Yusuf, Ishak bin
Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan lainnya berkata, “Qurban itu hukumnya sunnah bagi
orang yang mampu (kaya), bukan wajib, baik orang itu berada di kampung halamannya (muqim),
dalam perjalanan (musafir), maupun dalam mengerjakan haji.
Ukuran “mampu” berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu
mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan pokok ( al hajat al asasiyah)
–yaitu sandang, pangan, dan papan– dan kebutuhan penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang
lazim bagi seseorang. Jika seseorang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan sunnah qurban.
Dasar kesunnahan Perintah melaksanakan qurban didasarkan pada Al-Quran surat : Al
kautsar ayat 1-3

Artinya : (1). Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (2) Maka
dirikanlah sholat karena RABB Mu dan berkorbanlah. (3) Sesungguhnya orang orang yang
membenci kamu Dial ah yang terputus dari nikmat Allah.

Hadist Nabi Muhammad SAW :

Rasulullah SAW bersabda “aku diperintahkan menyembelih Qurban dan Qurban itu sunah
bagimu (HR Daruqutni)
Dan ancaman bagi umat muslim yang memiliki kemampuan tetapi tidak melaksanakan Qurban
menurut pandangan agama sangat tercela, sebagaimana hadist nabi riwayat Ahmad dan Ibnu
Majah, yang artinya :

“Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang memiliki kemampuan, tetapi tidak berQurban,
maka janganlah dia menghampiri tempat shalat kami”

3. Sejarah singkat perintah qurban

Perintah qurban berawal dari perintah Allah swt. Kepada Nabi Ibrahim a.s melalui mimpi
untuk menyembelih Nabi Ismail a.s putra yang sangat di cintainya. Setelah mimpi tersebut di
sampaikan kepada Nabi Ismail a.s sungguh luar biasa jawaban Nabi Ismail a.s sebab setelah
mendengar cerita itu ia langsung meminta agar sang ayah melaksanakan sesuai mimpi itu karena
diyakini benar-benar datang dari dari Allah swt. Sebagaimana Firman Allah QS As-Shafaat 102 :

“Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata :”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih mu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab :”Hai Abati (Ayah), kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, InshaAllah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang
sabar”

Pada hari kesepuluh di bulan Zulhijah Nabi Ibrahim A.S melaksanakan perintah tersebut.
Ketika Nabi Ibrahim A.S melaksanan perintah Allah swt. menyembelih Nabi Ismail a.s Allah
swt. mengganti Nabi Ismail A.S dengan seekor kambing.

4. Pemanfaatan Daging Hewan Qurban

Daging hewan qurban di bagikan kepada fakir miskin dan sebagian untuk yang
berQurban,sebagaimana firman Allah swt. dalam al-quran surat: al-Haj:28.
‘’supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi merak dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah di tentukan atas rejeki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan ( sebgian lagi ) berikanlah
untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (Q.S.al-Haj : 28)

Daging qurban lebih utama dibagikan masih dalam bentuk daging mentah.

5. Hikmah Qurban

 Kebaikan dari setiap helai bulu hewan Qurban


 Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab:
“Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu
helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah
menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]
 BerQurban adalah ciri keislaman seseorang
 Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang,
lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu
Majah]
 Ibadah Qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah
 Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban
yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban),
sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-
tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –
sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka
ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini
adalah hasan gharib]
 BerQurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa
 “Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]
 BerQurban adalah ibadah yang paling utama
 “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berQurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2] Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat
kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk
mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan
sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan
yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-
Nya.”
 Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim
 “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
[Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]
B. Aqiqah

1.Pengertian Aqiqah dan Hukum

Aqiqah merupakan kata dari Bahasa Arab yaitu aqiqah yang memiliki arti potongan.
Bentuk kata lainnya adalah (al-aqiq), (al-aqiqah), (al-iqqah) berarti rambut yang tumbuh di
kepala jabang bayi saat dilahirkan.

Seperti perkataan Abu ‘Abid:

‫ و جمعها عقائق‬.‫األصل في العقيقة الشعر على المولود‬

“Asal kata aqiqah adalah rambut yang tumbuh diatas bayi yang lahir. Dan bentuk
jamaknya adalah ‘aqaiq. ”

Imam Syaukani berpendapat bahwa aqiqah adalah sembelihan untuk bayi. Sedang al-aqqu
pada dasarnya bermakna asy-syaqqu (memotong) dan al-qathu (memotong). Sembelihan itu
dinamakan aqiqah karena tenggorokannya (lehernya) dipotong.
Terkadang aqiqah berarti rambut sang bayi, arti inilah yang digunakan Zamakhsyari
sebagai arti dasar. Aqiqah juga berarti kambing (yang disembelih) tetapi menurut Zamakhsyari
ini bukan arti dasar.

"Aqqa an waladihi aqqan," artinya menyembelih kambing untuk anaknya pada hari
ketujuh dari kelahirannya, juga berarti mencukur rambut anaknya.

Sedangkan Aqiqah menurut syara berarti memotong kambing dalam rangka mensyukuri
kalahiran sang bayi yang dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannnya sebagai salah satu
sunnah Rasulullah Saw.

Praktek aqiqah sebetulnya sudah dilaksanakan oleh masyarakat Arab sebelum datangnya
risalah Muhammad Saw. Namun hanya berlaku bagi bayi berjenis kelamin laki-laki. bahkan
mereka melumuri kepala bayi dengan darah kambing yang telah disembelih itu.

Setelah Rasulullah Saw diutus, praktek aqiqah masih dilaksanakan, namun Nabi mengubah
tradisi mereka yang tidak benar.

Hukum asal aqiqah adalah:

‫ و ذبحها أفضل من الصدقة بثمنه‬,‫و الصحيح أنها سنة مئكدة‬

“Memang benar bahwa aqiqah hukumnya sunnah muakkad, dan penyembelihannya lebih
utama daripada sedekah dengan harga hewan sembelihannya.”

Menurut pendapat Maliki dan Syafi’i, aqiqah itu disyariatkan. Hanafi berpendapat: Aqiqah
dibolehkan, dan saya tidak berpendapat bahwa hal itu adalah sunnah. Dari Hanbali diperoleh dua
riwayat. Pertama, yang masyhur, yaitu disunnahkan. Kedua, yang dipilih oleh sebagian ulama
pengikutnya: Wajib hukumnya. Menurut pendapat al-Hasan dan Dawud, aqiqah adalah wajib.

Hukum aqiqah adalah sunah muakad,maksudnya adalah sangat di anjurkan bagi setiap orang tua
muslim dan berkemampuan mengaqiqahkan anak adalah perbuatan yang sangat di sukai Allah
swt. Hal ini juga untuk membuktikan rasa cinta orang tua terhadap anaknya.

2.    Waktu Beraqiqah


Para ulama sepakat bahwa yang disunnahkan dalam menyembelih hewan aqiqah adalah
para hari ketujuh, yaitu ketika seorang bayi telah berusia tujuh hari, terhitung sejak dia lahir
pertama kali di dunia ini.

Dasarnya adalah beberapa hadits berikut ini :

ُ‫ق َرْأ ُسه‬


ُ َ‫ُكلُّ ُغالَ ٍم َر ِه ْينَةٌ بِ َعقِ ْيقَتِ ِه تُ ْذبَ ُح َع ْنهُ يَوْ َم َسابِ ِع ِه َويُ َس َّمى فِ ْي ِه َويُحْ ل‬
Dari Samurah bin Jundub radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Anak laki-laki
tergadaikan dengan hewan aqiqahnya, maka disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, diberi
nama lalu digunduli dan (HR. Abu Daud)

‫ق َرسُو ُل هللاِ َع ِن ال َح َس ِن َوال ُح َس ْي ِن َعلَ ْي ِه َما ال َّسالَ ِم يَوْ َم السَّابِ ِع َو َس َّماهُ َما‬
َّ ‫َع‬

Dari Aisyah radhiyallahuanha bahwa Rasulullah SAW menyembelihkan hewan aqiqah untuk
Hasan dan Husain alaihimassalam pada hari ketujuh dan memberi nama keduanya. (HR. Al-
Baihaqi)

Namun para ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidak bolehnya menyembelih
aqiqah bila waktunya bukan pada hari ketujuh.

3. Pemanfaatan daging hewan aqiqah

Tidak seperti halnya daging Qurban yang dibagikan dalam keadaan mentah, daging aqiqah
disunnahkan dibagikan setelah dimasak. Nilai lebih ketika dibagikan langsung kerumah rumah
fakir miskin adalah dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.

Menurut ulama dalam hal ini imam Rofi’i daging aqiqah yang sudah dimasak lebih utama
jika dibagikan langsung kerumah – rumah fakir miskin. Dan memnurut Imam Syafi’I boleh
mengundang fakir miskin kerumah untuk menikmati daging aqiqah yang sudah dimasak. (Kitab
Kifayah Al Akhyar juz 2 hal 243)

4. Hikmah Disyariatkan Aqiqah


 Aqiqah merupakan salah satu sunnah Rasulullah Saw sebagai ungkapan rasa syukur atas
nikmat yang telah Allah berikan berupa kelahiran seorang anak.
 Aqiqah merupakan Qurban seorang hamba untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT sebagai ungkapan rasa senang dan gembira karena memeroleh nikmat berupa
kelahiran seorang anak.
 Aqiqah merupakan tebusan untuk menebus sang bayi dari segala macam musibah dan
malapetaka. Allah SWT menebus Isma'il dengan seekor domba yang disembelih, sehingga
peristiwa tersebut menjadi sunnah (tradisi) yang masih dilaksanakan oleh anak cucu
Isma'il. Ketika Rasulullah diutus, sunnah tersebut tetap beliau lestarikan.
 Aqiqah berfungsi untuk membuka ketertahanan sang bayi sehingga ia dapat memberi
syafaat kepada kedua orang tuanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Samurah.
Aqiqah merupakan sebuah acara keislaman yang mengandung nilai-nilai sosial.
 Aqiqah berfungsi juga sebagai sarana untuk memperkuat ikatan kasih sayang antara
individu anggota masyarakat Muslim, melalui berkumpulnya mereka pada undangan
pelaksanaan aqiqah dan mengucapkan selamat kepada kedua orang tua bayi.
 Aqiqah merupakan sarana untuk merealisasikan takaful ijtima'I (kepedulian sosial) yang
akan membantu terwujudnya keadilan dalam masyarakat. Karena dalam perayaan aqiqah
orang-orang berkumpul baik yang miskin, yang kaya, yang besar maupun yang kecil tanpa
mengistimewakan suatu golongan saja.
 Aqiqah merupakan simbol perwujudan seruan Nabi yang mulia ketika beliau bersabda,
"Sesungguhnya aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat lain."
 Aqiqah merupakan bukti kebaikan orang tua terhadap anaknya sehingga anak tersebut
kelak dapat menjadi anak yang berbakti dan dapat memberikan syafaat kepada orang
tuanya.

C. Ketentuan hewan Qurban dan aqiqah

1. Binatang/hewan yang bisa di gunakan untuk berqurban/aqiqah

Hewan yang dapat digunakan untuk berqurban adalah :

a. Domba
b. Kambing
c. Sapi
d. Unta
Adapun hewan yang biasa digunakan untuk aqiqah adalah domba atau kambing, meskipun
jumhur ulama memperbolehkan hewan aqiqah selain domba atau kambing juga memperbolehkan
sapid dan onta, sebagaimana hadist dari Anas bin malik

‫عن أنس بن مالك قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من ولد له غالم فليعق عنه من اإلبل أو البقر أو الغنم‬

Dari Anas bin Malik ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam
bersabda : ”Barangsiapa dikaruniai seorang anak laki-laki, hendaklah ia beraqiqah dengan
onta, sapi, atau kambing”.

2. Ketentuan umur hewan untuk qurban dan aqiqah

a. Domba sekurang-kurangnya berumur 1 tahun atau sudah ganti gigi


b. Kambing biasa minimal berumur 2 tahun
c. Sapi atau kerbau minimal berumur 2 tahun
d. Unta minimal berumur 5 tahun
3. Ketentuan jumlah hewan untuk qurban dan aqiqah

a. Jumlah hewan untuk berqurban adalah domba dan kambing untuk 1 orang, selanjutnya
sapi/kerbau dan unta untuk 7 orang.

b. Jumlah hewan untuk aqiqah adalah sesuai dengan sunah Nabi Muhsmmad saw. anak yang
lahir laki-laki di sembelihkan dua ekor kambing. Apabila yang lahir perempuan
disembelihkan satu ekor kambing.

4. Waktu penyembelihan qurban dan aqiqah

a. Waktu pelaksanaan qurban,dilaksanakan pada hari raya idul adha,yakni tanggal 10 zulhijah
dan pada hari tasyrik yaitu tanggal 11,12,dan 13 zulhijah.
b. Waktu pelaksanaan aqiqah terbagi menjadi 2, yaitu waktu ada, dan waktu qada’.
Waktu ada’ adalah dilaksanakan tepat pada waktunya,yakni pada hari ke-7,ke-14 atau ke-21
dari kelahiran anak. Yang paling utama adalah hari ke-7, Sedangkan waktu qada’ adalah
pelaksanaan setelah hari ada’ karena adanya alas an syar’i.

5. Hewan yang tidak boleh untuk qurban dan aqiqah

Dalam haist Nabi Muhammad saw. dielaskan :


Rasulullah saw. bersabda : “Empat macam binatang yang tidak sah di jadikan qurban : binatang
yang rusak matanya dan jelas kerusakannya,binatang yang sakit dan jelas sakitnya,binatang
yang picang kakinya dan jelas pincang nya,binatang yang kurus hingga tak berdaging”.
(HR.Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai