Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Qurban.

Dalam penyusunan ini kami membahas mengenai hal-hal tentang Qurban.


Tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan,
penyusunan laporan ini pun ditujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.

Dalam penyusunan tidak sedikit penyusun mengalami kesulitan, hal tersebut


dikarenakan keterbatasan pengalaman penyusun.Namun berkat
usaha,bantuan,bimbingan,dan petunjuk dari berbagai pihak pada akhirnya laporan
ini dapat di selesaikan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati penyusun
mengucapkan terima kasih.

Mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan yang penyusun


miliki,maka dengan kerendahan hati penyusun memohon kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan penulisan laporan berikutnya.
Penyusun mengharapkan semoga laporan ini berguna,khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi pembaca .

Majalengka, September 2016

Penyusun,
IDUL ADHA ATAU IDUL QURBAN

I. SEJARAH QURBAN

Dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ash-Shafaat ayat 100-111 yang


menceritakan mengenai qurban dan pengorbanan.

Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra
oleh Allah dan beliau selalu berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku
seorang anak yang saleh” (Q.S 37:100)

Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika
Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar
diberi hadiah seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir). Dari Siti Hajar
lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-
tengah padang pasir yang disebut -bahkan kemudian dikenal dengan- Mekkah.

Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan
istrinya Siti Hajar dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh
menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem
kota tempat Masjidil Agsho.
Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti
Hajar dan Ismail.

Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah
timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ
Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa
sampai berulang tujuh kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ia kembali ke
Bukit Marwah yang terakhir. Ia merasa khawatir terhadap anaknya barangkali
Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak
diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah
sambil berteriak kegirangan :”zami-zami?”itulah kemudian menjadi sumur Zam-
Zam. Di situlah Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering
kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi AIbrahim dan ditempat itulah Allah
SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.

Allah SWT, berfirman dalam Quran Surat Al-Hajj : 27 : “Dan berserulah


kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki, dan mengendarai onta kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”.

Memang sudah disiapkan oleh Allah, disana tidak ada tumbuh-tumbuhan,


tidak ada gunung berapi yang menyebabkan ada sumber kehidupan tapi atas
kehendak Allah maka jadilah sumur “Zam-zam”.

Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di Yerusalem


sampai Nabi Ismail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti
Sarah hamil yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak. Nabi
Ibrahim diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk
menengok istri dan anaknya yang pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya
sudah mulai besar. Dalam suatu riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak
dilahirkan sampai besar itu Nabi Ismail menjadi kesayangan. Tiba-tiba Allah
memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam QuranSurat Ash
Shaffaat : 102 :

“Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama


Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pemdapatmu ” Ia menjawab: “hai
bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi
(ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya
menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau
mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih
bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya
menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang
dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.

Setelah terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi


Ismail, kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah), baru lebih
kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: “Ya Hajar!
Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu
Ismail yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?” Akhirnya Siti Hajar,
sambil berteriak-teriak: “Ya Ibrahim, ya
Ibrahim mau dikemanakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan
perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah
bagi jemaah haji disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu
Akbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa kita melempar setan atau sifat-sifat
setan yang ada di dalam diri kita.

Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat
tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah
didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: “Tatkala keduanya telah berserah diri
dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran
keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar “.

II. Hukumnya berkurban 

Adalah wajib bagi orang yang mampu (kalau dibelikan kambing tidak akan
mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga).
Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya sunnah mu’akadah.

Adapun diwajibkan secara mutlak yaitu kurban yang disebut Nadzar yang


seseorang yang sudah meniatkan untuk memotong hewan apabila niatnya
terkabul.
Dasar kewajiban ibadah kurban juga berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berqurban) tapi
tidak mau berqurban maka janganlah dia mendekati Musholla kami”.

Hadis ini merupakan suatu kritikan yang seolah-olah Nabi Muhammad SAW
berkata:
“Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu tidak mau
berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan”. Oleh karena itulah bagi
yang mampu hukumnya wajib untuk berqurban yakinlah bahwa apabila kita
berqurban tidak akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita
menjadi miskin.

Adapun binatang yang boleh untuk berqurban adalah unta, sapi, kerbau, dan
kambing. Kalau tidak mampu, memang tidak wajib. Diriwayatkan ada seorang
sahabat yang miskin yang tidak sanggup membeli seekor kambing, oleh karena itu
dibolehkan hanya membeli dagingnya saja untuk berqurban, tapi yang riel
berqurban wujudnya memang seekor binatang sebagaimana tersebut diatas.

Daging kurban boleh dibagikan kepada tiga asnap menurut syariat.

Boleh dimakan sekeluarga sendiri paling banyak 1/3 bagian, 1/3 bagian lagi
untuk fakir miskin dan 1/3 bagian lagi untuk handai tolan dan kenalan. Boleh juga
secara keseluruhan diserahkan kepada panitia dan terserah panitia yang
membagikannya. Bila hanya minta pahanya saja bagi berqurban masih
diperbolehkan asal bukan qurban nadzar.

III. TATA CARA DAN HAL-HAL DALAM QURBAN

SYARAT SAH QURBAN:

1. Hewan yang hendak diqurbankan itu hendaklah dalam keadaan sempurna


tanpa ada kecacatan yang nyata tanpa ada kecacatan yang nyata dan
mengurangkan daging atau memudaratkan kesehatan.

2. Dilakukan pada waktu yang dikhususkan untuk menjalankan ibadah qurban.


3. Ibadah qurban hendaklah disertakan dengan niat.

JENIS HAIWAN YANG BOLEH DIJADIKAN QURBAN:

Ulama' bersepakat bahawa binatang yang boleh dijadikan qurban hanyalah


binatang yang diketegorikan sebagai al-an'am iaitu unta, lembu (termasuk
kerbau), kambing dan biri-biri sama ada jantan atau betina.

UMUR BINATANG QURBAN:

1. Unta berumur 5 tahun masuk ke 6 tahun.

2. Lembu / kerbau / kambing 2 tahun masuk ke 3 tahun.

3. Biri-biri / kibas setahun masuk kedua atau sudah bersalin gigi hadapan
walaupun belum cukup setahun tetapi melebihi 6 bulan.

KECACATAN YANG MENGHALANG SAHNYA QURBAN:

1. Hendaklah ia sejahtera daripada sembarang kecacatan seperti tiada telinga


atau terpotong ekor, gila, kudun, sangat kurus, buta dan sebagainya.

2. Ada 4 kecacatan utama yang telah disepakati oleh Ulama' yang menghalang
syahnya qurban yaitu berdasarkan hadis riwayat Barra' bin Azib yaitu sabda
Rasullah Saw: Maksudnya: "empat jenis kecacatan yang tidak harus diperbuat
qurban iaitu buta sebelah mata, berpenyakit, tempang dan terlalu kurus".

3. Daripada hadith di aras Ulama' telah mengqiaskan kepada kecacatan yang


seumpamanya atau lebih teruk daripada kecacatan tersebut. Ia dapat diringkaskan
seperti berikut:

1) Tiada atau terpotong telinga ataupun lidahnya walaupun sedikit begitu juga
yang terpotong ekornya.

2) Gila.
3) Berkudis walaupun sedikit.

4) Haiwan yang baru melahirkan anak atau yang bunting.

5) Tersangat kurus.

6) Buta sebelah mata atau kedua-duanya.

7) Berpenyakit

8) Tersangat tempang

4. Tetapi, jika telah bernazar untuk qurban binatang yang sudah ada kecacatan
tersebut, wajarlah dia melaksanakannya.

5. Hewan yang tiada ekor, tiada gigi atau patah setengah giginya, tiada zakar,
hewan yang dikasi zakarnya boleh dijadikan binatang qurban.

6. Makruh mengorbankan haiwan yang tidak bertanduk atau patah tanduknya


begitu juga haiwan yang terbelah atau bertebuk telinganya.

KEHARUSAN BERKONGSI HEWAN QURBAN:

1. Seekor unta, lembu atau kerbau itu harus dikongsi oleh tujuh orang sama ada
dari keluarga yang sama atau yang lain walaupun tidak semuanya bermaksud
qurban, misalnya ada antaranya bermaksud aqiqah.

2. Bagi seekor kambing atau biri-biri hanya cukup untuk seorang saja, tetapi
harus berkongsi dengan orang lain dalam pahala berkorban dengan seekor korban
itu.

3. Adalah afdhal dibuat qorban bagi seorang dengan seekor unta, kerana banyak
dagingnya untuk dibahagikan kepada fakir. Kemudian lembu atau kerbau,
kemudian biri-biri dan kemudian kambing.
4. Berkorban dengan 7 ekor kambing itu lebih afdhal daripada seekor unta atau
lembu kerana daging kambing lebih baik dan lebih banyak darah yang tumpah
ketika disembelih.

5. Berqurban dengan seekor kambing itu pula lebih afdhal daripada seekor
lembu atau unta yang dikongsi oleh tujuh orang.

6. Yang utamanya binatang qurban itu adalah berwarna putih, kemudian kuning,
diikuti dengan warna putih tetapi tidak bersih putihnya, kemudian binatang yang
sebahagian bulunya berwarna hitam, kemudian yang berwarna hitam semua
bulunya, diikuti dengan binatang qurban yang berwarna merah bulunya.

WAKTU PELAKSANAAN IBADAH QURBAN:

1. Bermula daripada terbit matahari pada Hari Nahr (10 Zulhijjah)

2. Waktu yang afdhal melakukannya ialah ketika matahari telah naik sekadar 7
kaki dari ufuk.

3. Berkekalan waktu qurban ini sehingga terbenam matahari pada 13


Zulhijjah.

4. Dari Jundub r.a. :Rasulullah melaksanakan sholat (idulAdha) di hari


penyembelihan, lalu beliau menyembelih, kemudian beliau bersabda:"Barangsiapa
menyembelih sebelum sholat maka hendaknyha ia mengulangi penyembelihan
sebagai ganti, barangsiapa yang belum menyembelih maka hendaklah ia
menyembelih dengan menyebut nama Allah". (H.R. Bukhari dan Muslim).

5. Dari Barra' bin 'Azib, bahwa paman beliau bernama Abu Bardah
menyembelih qurban sebelum sholat, lalu sampailah ihwal tersebut kepada
Rasulullah s.a.w. lalu beliau bersabda:"Barangsiapa menyembelih sebelum sholat
maka ia telah menyembelih untuk dirinya sendiri dan barang siapa menyembelih
setelah sholat maka sempurnalah ibadahnya dan sesuai dengan sunnah (tradisi)
kaum muslimin"(H.R. Bukhari dan Muslim).

6. Hadist Barra' bin 'Azib, Rasulullah s.a.w. bersabda:"Pekerjaan yang kita


mulai lakukan di hari ini (Idul Adha) adalah sholat lalu kita pulang dan
menyembelih, barangsiapa melakukannya maka telah sesuai dengan ajaran kami,
dan barangsiapa memulai dengan menyembelih maka sesungguhnya itu adalah
daging yang ia persembahkan untuk keluarganya dan tidak ada kaitannya dengan
ibadah"(H.R. Muslim).

7. Imam Nawawi menegaskan dalam syarah sahih Muslim bahwa waktu


penyembelihan sebaiknya setelah sholat bersama imam, dan telah terjadi
konsensus (ijma') ulama dalam masalah ini. Ibnu Mundzir juga menyatakan
bahwa semua ulama sepakat mengatakan tidak boleh menyembelih sebelum
matahari terbit.

8. Adapun setelah matahari terbit, Imam Syafi'i dll menyatakan bahwa sah
menyembelih setelah matahari terbit dan setelah tenggang waktu kira-kira cukup
untuk melakukan sholat dua rakaat dan khutbah. Apabila ia menyembelih pada
waktu tersebut maka telah sah meskipun ia sholat ied atau tidak.

9. Imam Hanafi mengatakan: waktu penyembelihan untuk penduduk pedalaman


yang jauh dari perkampungan yang ada masjid adalah terbitnya fajar, sedangkan
untuk penduduk kota dan perkampungan yang ada masjid adalah setelah sholat
iedul adha dan khutbah ied.

10. Imam Malik berkata: waktu penyembelihan adalah setelah sholat ied dan
khutbah. Imam Ahmad berkata: waktunya adalah setelah sholat ied.Demikian,
waktu penyembelihan berlanjut hingga akhir hari tasyriq, yaitu tanggal 13
Dzulhijjah.

11. Tidak ada dalil yang jelas mengenai batas akhir waktu penyembelihan dan
semua didasarkan pada ijtihad, yaitu didasarkan pada logika bahwa pada hari-hari
itu diharamkan berpuasa maka selayaknya itu menjadi waktu-waktu yang sah
untuk menyembelih qurban.

12. Menyembelih hewan qurban di malam hari hukumnya makruh sesuai


pendapat Imam Syafii. Bahkan menurut imam Malik dan Ahmad: menyembelih
pada malam hari hukumnya tidak sah dan menjadi sembelihan biasa, bukan
qurban.

ORANG YANG MENYEMBELIH BINATANG QURBAN:

1. Para ualama menganjurkan agar yang melakukan penyembelihan afalah


orang yang berqurban itu sendiri, sekiranya dia pandai menyembelih. Tetapi
mereka juga sependapat mengatakan harus mewakilkannya kepada orang lain.
Afdhalnya wakil itu adalah orang Islam yang mengetahui akan hukum-hakam
mengenai korban.

2. Adalah afdhal orang yang tidak pandai menyembelih berwakil kepada orang
lain untuk menyembelih bagi pihak dirinya dan sunat bagi orang yang berwakil itu
hadir dan menyaksikan penyembelihan ke atas binatang qurban tersebut.

3. Makruh hukumnya mewakilkan qurban kepada kanak-kanak atau orang


buta.

NIAT IBADAH QURBAN:

1. Tidak memadai jika seseorang itu hanya membeli binatang dengan niat
hendak diqurbankan tanpa dilafazkan niat itu.

2. Disyaratkan berniat ketika menyembelih binatang qurban jika dilakukan


sendiri. Adalah memadai jika orang yang berwakil itu berniat ketika wakilnya
menyembelih korban berkenaan dengan disaksikan oleh orang yang berwakil tadi.
3. Walaubagaimanapun adalah lebih baik orang berwakil itu, ketika
menyerahkan korban, menyuruh wakilnya berniat bagi pihak dirinya ketika dia
menyembelih korban tersebut.

4. Tidak disyaratkan niat jika melakukan qurban nazar.

HUKUM QURBAN BAGI PIHAK ORANG LAIN:

1. Tidak sah menyembelih korban bagi pihak orang lain yang hidup dengan
tiada izinnya.

2. Begitu juga bagi pihak orang yang telah mati dengan tiada wasiat atau
pesanan daripadanya.

3. Apabila qurban itu dilakukan kerana wasiat simati maka wajib disedekahkan
kesemuanya.

PERKARA-PERKARA SUNAT KETIKA QURBAN:

1. Apabila menjelang 10 Zulhijjah, tidak digalakkan empunya qurban


memotong rambut dan kukunya sehingga dia melaksanakan ibadah qurban.

2. Semasa menyembelih binatang qurban disunatkan :

a. Membaca Bismillahirrohmanirrahim

b. Berselawat ke atas Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

c. Menghadapkan binatang itu ke arah kiblat di atas rusuk kirinya.

d. Bertakbir sebelum membaca Bismilah dan selepasnya.


e. Membaca doa : Maksudnya: "Ini adalah nikmat daripada Mu dan aku
mendekatkan diri kepadaMu dengannya."

3. Sebaik-baiknya ibadah qurban ini dilaksanakan sendiri tetapi harus


diwakilkan kepada orang lain.

NIAT IBADAH QURBAN DAN PERKARA SUNAT KETIKA QURBAN:

1. Qurban Wajib dan Qurban Nazar : Bagi daging korban kerana sembelihan
wajib seperti nazar maka hukumnya Wajib disedekahkan kesemuanya. Haram ke
atas orang yang berkorban itu memakan daging tersebut. Jika telah dimakan
daging itu maka Wajib diganti kadar yang dimakan itu tetapi tidak wajib dia
menyembelih semula yang lain.

2. Qurban Sunat : Bagi daging korban sunat pula, adalah Sunat bagi orang
yang empunya korban memakan sebahagian daripadanya sebagaimana firman
Allah Ta'ala dalam Surah al-Haj ayat 28: Maksudnya : "….Maka makanlah
daripadanya dan beri makanlah kepada orang-orang yang sangat fakir. Wajib
disedekahkan sebahagian daripada daging-daging korban sunat itu kepada
golongan fakir dan miskin yang beragama Islam dalam keadaan mentah lagi basah
(belum dimasak). Adalah Afdhal jika yang empunya korban itu hanya mengambil
sedikit daripada daging korban berkenaan manakala sebahagian besar daripadanya
disedekahkan. Daging yang disedekahkan akan menjadi milik penerima
sepenuhnya di mana dia boleh menjual, melelong atau menghadiahkan daging
tersebut kepada orang lain dan sebagainya.

3. Jika daging korban itu ialah korban disebabkan wasiat dari seorang yang
telah meninggal dunia, maka tidak boleh dimakan dagingnya oleh orang yang
membuat korban untuknya dan tidak boleh dihadiahkan kepada orang kaya
kecuali ada izinnya.

4. Haram menyedekah atau menghadiahkan daging korban kepada orang kafir


walaupun sedikit.
5. Tidak harus memindahkan daging qurban ke daerah lain sebagaimana
dalam hukum zakat.

6. Haram ke atas orang yang melaksanakan korban atau warisnya menjual


daging korban itu atau kulitnya atau bulunya atau sesuatu daripada binatang
korban itu sebagaimana sabda Rasullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam : Maksudnya:
"Siapa yang menjual kulit korban (udhiyyah) itu maka tiada dikira korban
baginya." (Hadis riwayat al-Hakim)

7. Haram menjadikan kulit dan daging binatang korban itu sebagai upah
kepada penyembelih, tetapi harus diberikan kepadanya dengan jalan sedekah atau
hadiah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.asmaul-husna.com/2015/08/sejarah-dan-makna-idul-adha-
sejarah.html

http://alfitri-johar.blogspot.co.id/2011/11/tata-cara-pelaksanaan-ibadah-
qurban.html
MAKALAH TENTANG HARI RAYA
KURBAN

Disusun Oleh:

Ghani Hadi Saputra


KELAS XII IPS 2

SMA NEGERI 1 MAJALENGKA


Jalan K.H Abdul Halim No. 133 Telp. (0233) 281220

Tahun 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai