Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Qurban.
Penyusun,
IDUL ADHA ATAU IDUL QURBAN
I. SEJARAH QURBAN
Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra
oleh Allah dan beliau selalu berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku
seorang anak yang saleh” (Q.S 37:100)
Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika
Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar
diberi hadiah seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir). Dari Siti Hajar
lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-
tengah padang pasir yang disebut -bahkan kemudian dikenal dengan- Mekkah.
Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan
istrinya Siti Hajar dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh
menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem
kota tempat Masjidil Agsho.
Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti
Hajar dan Ismail.
Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah
timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ
Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa
sampai berulang tujuh kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ia kembali ke
Bukit Marwah yang terakhir. Ia merasa khawatir terhadap anaknya barangkali
Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak
diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah
sambil berteriak kegirangan :”zami-zami?”itulah kemudian menjadi sumur Zam-
Zam. Di situlah Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering
kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi AIbrahim dan ditempat itulah Allah
SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.
Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi
(ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya
menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau
mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih
bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya
menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang
dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.
Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat
tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah
didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: “Tatkala keduanya telah berserah diri
dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran
keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar “.
Adalah wajib bagi orang yang mampu (kalau dibelikan kambing tidak akan
mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga).
Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya sunnah mu’akadah.
Hadis ini merupakan suatu kritikan yang seolah-olah Nabi Muhammad SAW
berkata:
“Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu tidak mau
berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan”. Oleh karena itulah bagi
yang mampu hukumnya wajib untuk berqurban yakinlah bahwa apabila kita
berqurban tidak akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita
menjadi miskin.
Adapun binatang yang boleh untuk berqurban adalah unta, sapi, kerbau, dan
kambing. Kalau tidak mampu, memang tidak wajib. Diriwayatkan ada seorang
sahabat yang miskin yang tidak sanggup membeli seekor kambing, oleh karena itu
dibolehkan hanya membeli dagingnya saja untuk berqurban, tapi yang riel
berqurban wujudnya memang seekor binatang sebagaimana tersebut diatas.
Boleh dimakan sekeluarga sendiri paling banyak 1/3 bagian, 1/3 bagian lagi
untuk fakir miskin dan 1/3 bagian lagi untuk handai tolan dan kenalan. Boleh juga
secara keseluruhan diserahkan kepada panitia dan terserah panitia yang
membagikannya. Bila hanya minta pahanya saja bagi berqurban masih
diperbolehkan asal bukan qurban nadzar.
3. Biri-biri / kibas setahun masuk kedua atau sudah bersalin gigi hadapan
walaupun belum cukup setahun tetapi melebihi 6 bulan.
2. Ada 4 kecacatan utama yang telah disepakati oleh Ulama' yang menghalang
syahnya qurban yaitu berdasarkan hadis riwayat Barra' bin Azib yaitu sabda
Rasullah Saw: Maksudnya: "empat jenis kecacatan yang tidak harus diperbuat
qurban iaitu buta sebelah mata, berpenyakit, tempang dan terlalu kurus".
1) Tiada atau terpotong telinga ataupun lidahnya walaupun sedikit begitu juga
yang terpotong ekornya.
2) Gila.
3) Berkudis walaupun sedikit.
5) Tersangat kurus.
7) Berpenyakit
8) Tersangat tempang
4. Tetapi, jika telah bernazar untuk qurban binatang yang sudah ada kecacatan
tersebut, wajarlah dia melaksanakannya.
5. Hewan yang tiada ekor, tiada gigi atau patah setengah giginya, tiada zakar,
hewan yang dikasi zakarnya boleh dijadikan binatang qurban.
1. Seekor unta, lembu atau kerbau itu harus dikongsi oleh tujuh orang sama ada
dari keluarga yang sama atau yang lain walaupun tidak semuanya bermaksud
qurban, misalnya ada antaranya bermaksud aqiqah.
2. Bagi seekor kambing atau biri-biri hanya cukup untuk seorang saja, tetapi
harus berkongsi dengan orang lain dalam pahala berkorban dengan seekor korban
itu.
3. Adalah afdhal dibuat qorban bagi seorang dengan seekor unta, kerana banyak
dagingnya untuk dibahagikan kepada fakir. Kemudian lembu atau kerbau,
kemudian biri-biri dan kemudian kambing.
4. Berkorban dengan 7 ekor kambing itu lebih afdhal daripada seekor unta atau
lembu kerana daging kambing lebih baik dan lebih banyak darah yang tumpah
ketika disembelih.
5. Berqurban dengan seekor kambing itu pula lebih afdhal daripada seekor
lembu atau unta yang dikongsi oleh tujuh orang.
6. Yang utamanya binatang qurban itu adalah berwarna putih, kemudian kuning,
diikuti dengan warna putih tetapi tidak bersih putihnya, kemudian binatang yang
sebahagian bulunya berwarna hitam, kemudian yang berwarna hitam semua
bulunya, diikuti dengan binatang qurban yang berwarna merah bulunya.
2. Waktu yang afdhal melakukannya ialah ketika matahari telah naik sekadar 7
kaki dari ufuk.
5. Dari Barra' bin 'Azib, bahwa paman beliau bernama Abu Bardah
menyembelih qurban sebelum sholat, lalu sampailah ihwal tersebut kepada
Rasulullah s.a.w. lalu beliau bersabda:"Barangsiapa menyembelih sebelum sholat
maka ia telah menyembelih untuk dirinya sendiri dan barang siapa menyembelih
setelah sholat maka sempurnalah ibadahnya dan sesuai dengan sunnah (tradisi)
kaum muslimin"(H.R. Bukhari dan Muslim).
8. Adapun setelah matahari terbit, Imam Syafi'i dll menyatakan bahwa sah
menyembelih setelah matahari terbit dan setelah tenggang waktu kira-kira cukup
untuk melakukan sholat dua rakaat dan khutbah. Apabila ia menyembelih pada
waktu tersebut maka telah sah meskipun ia sholat ied atau tidak.
10. Imam Malik berkata: waktu penyembelihan adalah setelah sholat ied dan
khutbah. Imam Ahmad berkata: waktunya adalah setelah sholat ied.Demikian,
waktu penyembelihan berlanjut hingga akhir hari tasyriq, yaitu tanggal 13
Dzulhijjah.
11. Tidak ada dalil yang jelas mengenai batas akhir waktu penyembelihan dan
semua didasarkan pada ijtihad, yaitu didasarkan pada logika bahwa pada hari-hari
itu diharamkan berpuasa maka selayaknya itu menjadi waktu-waktu yang sah
untuk menyembelih qurban.
2. Adalah afdhal orang yang tidak pandai menyembelih berwakil kepada orang
lain untuk menyembelih bagi pihak dirinya dan sunat bagi orang yang berwakil itu
hadir dan menyaksikan penyembelihan ke atas binatang qurban tersebut.
1. Tidak memadai jika seseorang itu hanya membeli binatang dengan niat
hendak diqurbankan tanpa dilafazkan niat itu.
1. Tidak sah menyembelih korban bagi pihak orang lain yang hidup dengan
tiada izinnya.
2. Begitu juga bagi pihak orang yang telah mati dengan tiada wasiat atau
pesanan daripadanya.
3. Apabila qurban itu dilakukan kerana wasiat simati maka wajib disedekahkan
kesemuanya.
a. Membaca Bismillahirrohmanirrahim
1. Qurban Wajib dan Qurban Nazar : Bagi daging korban kerana sembelihan
wajib seperti nazar maka hukumnya Wajib disedekahkan kesemuanya. Haram ke
atas orang yang berkorban itu memakan daging tersebut. Jika telah dimakan
daging itu maka Wajib diganti kadar yang dimakan itu tetapi tidak wajib dia
menyembelih semula yang lain.
2. Qurban Sunat : Bagi daging korban sunat pula, adalah Sunat bagi orang
yang empunya korban memakan sebahagian daripadanya sebagaimana firman
Allah Ta'ala dalam Surah al-Haj ayat 28: Maksudnya : "….Maka makanlah
daripadanya dan beri makanlah kepada orang-orang yang sangat fakir. Wajib
disedekahkan sebahagian daripada daging-daging korban sunat itu kepada
golongan fakir dan miskin yang beragama Islam dalam keadaan mentah lagi basah
(belum dimasak). Adalah Afdhal jika yang empunya korban itu hanya mengambil
sedikit daripada daging korban berkenaan manakala sebahagian besar daripadanya
disedekahkan. Daging yang disedekahkan akan menjadi milik penerima
sepenuhnya di mana dia boleh menjual, melelong atau menghadiahkan daging
tersebut kepada orang lain dan sebagainya.
3. Jika daging korban itu ialah korban disebabkan wasiat dari seorang yang
telah meninggal dunia, maka tidak boleh dimakan dagingnya oleh orang yang
membuat korban untuknya dan tidak boleh dihadiahkan kepada orang kaya
kecuali ada izinnya.
7. Haram menjadikan kulit dan daging binatang korban itu sebagai upah
kepada penyembelih, tetapi harus diberikan kepadanya dengan jalan sedekah atau
hadiah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.asmaul-husna.com/2015/08/sejarah-dan-makna-idul-adha-
sejarah.html
http://alfitri-johar.blogspot.co.id/2011/11/tata-cara-pelaksanaan-ibadah-
qurban.html
MAKALAH TENTANG HARI RAYA
KURBAN
Disusun Oleh:
Tahun 2016/2017