Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH QURBAN dan QURBAN di SEKOLAHKU

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh anak-anak hebat SMP Shalahuddin.


Bagaimana kabarnya??. Semoga semuanya selalu dalam kesehatan dan kebahagiaan. Pada
kesempatan ini kita akan belajar mengenai asal muasal qurban dan praktek qurban yang
dilaksanakan di sekolah kita tercinta SMP Shalahuddin pada tanggal 22 Juli 2021. Mari belajar
bersamaa.

SEJARAH QURBAN:
Hari Raya Qurban termasuk dari 2 perayaan besar dalam agama Islam. Setiap tanggal 10
Zulhijjah berdasarkan penanggalan Hijriyah, umat muslim diseluruh dunia memperingatinya
sebagai hari raya Idul Adha atau sebagai hari berqurban.
Setiap tahun pada hari hari kesepuluh bulan Zulhijjah itu, kaum muslim diperintahkan
untuk menyembelih hewan qurban. Kambing atau domba, sapi, dan unta umumnya dijadikan
hewan qurban.
Sejarah qurban berhubungan dengan perintah Allah yang mulanya diturunkan kepada
Ibrahim alaihissalam. Ibrahim termasuk nabi terbaik yang mendapat julukan ulul azmi.
Doa Nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Al Qur’an:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang
saleh.” (QS. As-Saffat: Ayat 100)
Karena kesungguhannya dalam berdoa, Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Istri
keduanya yang bernama Siti Hajar akhirnya mengandung. Kemudian lahirlah putra pertama Nabi
Ibrahim yang diberi nama Ismail.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat
sabar (Ismail).” (QS. As-Saffat: Ayat 101)

Nabi Ibrahim tentu senang dengan kelahiran Ismail. Ia amat menyayangi putra pertamanya
itu. Namun tak berselang lama setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim
untuk memindahkan Siti Hajar dan Ismail ke Kota Mekkah. Keduanya bermukim di suatu tempat
yang kelak di sana akan di bangun Ka’bah. Kota Mekkah adalah negeri padang pasir yang
tandus, dengan matahari terik menyengat. Tak ada pepohonan dan sumber air, hanya batu dan
pasir sejauh mata memandang. 
Karena keadaan Mekkah yang demikian itu, Siti Hajar menjadi risau. Bagaimana mungkin
ia akan hidup berdua di tempat seperti itu bersama Ismail yang masih bayi?
Siti Hajar pun menangis sedih. Ia tak sanggup jika harus ditinggalkan oleh Ibrahim di sana.
Namun Ibrahim tak bisa berbuat apa-apa sebab hal itu sudah menjadi perintah Allah. Dengan
berat hati Ibrahim terpaksa meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang gersang. Ia lalu
melanjutkan perjalanan. Tatkala kedua orang kesayangannya itu telah hilang dari pandangannya,
Nabi Ibrahim berdoa agar Allah memberikan keselamatan dan perlindungan kepada mereka.
Maka tinggallah Hajar dan putranya di Kota Mekkah yang tandus. Hingga suatu ketika
persediaan bekal yang dimilikinya habis, Hajar lapar dan kehausan yang menyebabkan air
susunya menjadi kering. Ismail yang masih bayi pun menangis karena tak bisa menyusu. Hajar
bingung dan kalut. Ia berlarian ke sana kemari berusaha mencari sumber air di sekitar mereka.
Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwah. Dari bukit Shafa, ia melihat sumber air
nampak ada di Bukit Marwah.  Kemudian berlarilah Hajar ke Bukit Marwah. Setibanya di sana,
yang disangka air ternyata cuma bayangan. Ia terus berlari bolak-balik Shafa dan Marwah
sebanyak 7 kali.
Hajar pun kelelahan. Lalu ia mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana Ismail
dibaringkan dalam keadaan menangis dan meronta menghentak-hentakkan kaki. Tiba-tiba, di
dekat kaki Ismail muncullah sumber air yang memancar. Hajar senang bukan kepalang. Ia pun
berseru, “Zamzam! (berkumpullah).” Nah itulah asal muasal air yang bernama zam-zam di
Makkah. Dengan tergesa, Hajar segera menampung air itu. Ia sangat bersyukur, di saat-saat
gentingnya ternyata Allah menurunkan pertolongan.
Seiring berjalannya waktu, Ismail tumbuh menjadi anak cerdas, saleh, dan berbudi baik.
Sesuai doa yang dipanjatkan ayahnya. Ketika Ismail beranjak besar, datanglah sebuah perintah
dari Allah kepada Ibrahim. Perintah yang hendak menguji seberapa besar keimanan dan
ketakwaan Ibrahim serta kesabaran Ismail.
Pada suatu malam, Nabi Ibrahim bermimpi. Melalui mimpinya tersebut, ia diperintahkan
untuk menyembelih putra kesayangannya. Ibrahim pun menjadi teramat sedih. Bayangkan saja,
anak yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya sekian lama, harus disembelih oleh tangannya
sendiri. Sungguh berat ujian yang diterima Ibrahim. Namun bagaimana pun, perihal mimpi itu
tetap diceritakan Nabi Ibrahim kepada sang anak. Lalu Ibrahim menanyakan bagaimana
pendapat Ismail.
Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan
anak, beliau tidak serta merta ‘main’ perintah. Ia bahkan meminta pendapat si anak lebih dulu.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” (QS. As-Saffat: Ayat 102)

Hal ini mencerminkan demokrasi dalam keluarga, yang dalam memutuskan masa depan
anaknya tidak serta merta memutuskan dengan keegoisan/kekuasaan orangtua, tapi juga terlebih
dulu meminta pendapat putra-putrinya dan berunding terlebih dahulu.
Respon yang diberikan Ismail pun sungguh di luar dugaan. Ia menerima perintah tersebut
dengan rela hati.
Tentang kesabaran Ismail ini, Allah memujinya dalam Al Quran.

“Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat:
Ayat 102)

Maka tibalah saat yang ditentukan untuk melaksanakan penyembelihan. Ismail pun
dibaringkan. Dengan mata basah berlinang air mata, Ibrahim memegang pedang yang sudah
disiapkan. Ketika Ibrahim telah meletakkan pedang di leher Ismail, datanglah Malaikat Jibril. Ia
mengganti Ismail dengan seekor domba yang gemuk.
Allah SWT berfirman:

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh,
engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As Saffat: Ayat 103-105)

Nabi Ibrahim memberikan kita teladan yang berharga. Ia ikhlas dan sabar menerima
perintah untuk menyembelih putranya sendiri, sehingga Allah menggantinya dengan seekor
domba.
Ibadah qurban adalah simbol bagi setiap muslim untuk ‘menyembelih’ dan mengorbankan
kecintaan terhadap hal duniawi agar mendapat keridaan Allah SWT.

QURBAN DI SMP SHALAHUDDIN:


Alhamdulillah pada Hari Raya Qurban tahun ini 1442 H / 2021 SMP Shalahuddin
menyembelih 2 sapi dan 1 kambing. Hewan tersebut merupakan hasil dari patungan iuran para
peserta didik dan Bapak Ibu Guru serta Karyawan/wati SMP Shalahuddin. Kegiatan
penyembelihan hewan qurban ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Juli 2020 pukul 06.30
WIB s/d 12.00. Kegiatan penyembelihan tersebut dilakukan oleh Bapak Penjagal dan dibantu
oleh Bapak Ibu Guru dan Karyawan/wati SMP Shalahuddin dengan tetap mematuhi protocol
kesehatan di musim pandemic covid-19. Kegiatan ini terdiri dari: Penyembelihan, Pembolengan,
Pemecelan, Menimbang, dan Pendistribusian.
Pada kegiatan praktek qurban tahun ini sekolah kita tidak mendatangkan siswa-siswi
dikarenakan ada himbauan bahwa ketika masa pandemic covid-19 tidak boleh mengadakan
kegiatan yang disana mengundang banyak masyarakat yang akhirnya menimbulkan kerumunan
dan klaster baru. Jadi dalam menyalurkan daging qurban kepada para siswa, sekolah kita tidak
mendatangkan siswa ke sekolah untuk mengambil daging qurban tetapi daging qurban tersebut
akan diantarkan oleh Bapak Ibu Guru untuk diserahkan kepada para siswa.
Adapun adab / tata cara penyembelihan hewan qurban harus memenuhi tata cara
penyembelihan:

- Hewan dihadapkan ke kiblat sewaktu disembelih


- Menggunakan alat yang tajam yang mampu mengalirkan darah
- Tasmiyah (membaca basmallah). Dalam membaca basmalah tidak perlu ditambah Ar Rahman
dan Ar Rahiiim. Mayoritas ulama mengatakan yang wajib adalah bismillah (dan takbir) ketika
menyembelih.
- Membaca takbir
- Setelah mambaca bismillah dan bertakbir kemudian membaca doa untuk orang yang berqurban
- Menyembelih hewan kurban dengan cara yang baik, yakni menggunakan alat yang tajam dan
dilewatkan pada bagian tubuh yang akan disembelih dengan kuat dan dengan cepat

Doa ketika menyembelih hewan Qurban:


Hewan Milik Sendiri
Jika hewan qurban disembelih sendiri, maka doa menyembelih qurban yang diucapkan
seperti ini,
  َ‫بِس ِْم هَّللا ِ َوهَّللا ُ أَ ْكبَ ُر اَللَّهُ َّم إِ َّن هَ َذا ِم ْنكَ َولَك‬
Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma inna hadza minka wa laka.
“Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, sesungguhnya (sembelihan)
ini dari-Mu dan untuk-Mu.”
Atau dengan lafal ini,
‫بِس ِْم هَّللا ِ َوهَّللا ُ أَ ْكبَ ُر اَللَّهُ َّم هَ َذا َعنِّي َوع َْن أَ ْه ِل بَ ْيتِي‬
Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma hadza ‘Anni wa ‘an Ahli Baiti
“Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, ini dari hamba dan dari
keluarga hamba.”

Hewan Bukan Milik Sendiri


Jika hewan qurban yang disembelih bukan milik sendiri, artinya si penyembelih statusnya
hanya sebagai wakil, maka lafal doa menyembelih qurban seperti ini,
 ‫ اَللَّهُ َّم هَ َذا ع َْن فُاَل ٍن‬،ُ‫ َوهللاُ أَ ْكبَر‬،ِ‫بِس ِْم هللا‬
Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma hadza ‘an fulan (sebutkan nama pemiliknya)
“Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari si fulan (sebutkan
nama pemiliknya)”
Atau dengan lafal ini,
‫ اَللَّهُ َّم تَقَبَّلْ ِم ْن فُالَ ٍن َوآ ِل فُاَل ٍن‬،ُ‫ َوهللاُ أَ ْكبَر‬،ِ‫بِس ِْم هللا‬
Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma taqabbal min fulan (sebutkan nama pemiliknya) wa
aali fulan (sebutkan nama pemiliknya)
“Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah terimalah (Kurban ini) dari
fulan (sebutkan nama pemiliknya) dan keluarga fulan (sebutkan nama miliknya).”

Pembagian daging hewan qurban merupakan langkah lebih lanjut dari pemeriksaan post
mortem. Setelah dilakukan pemeriksaan post mortem terhadap daging, jeroan, dan organ tubuh
lainnya maka hasil-hasil pemeriksaan yang telah dinyatakan lolos dan layak di konsumsi maka
daging, jeroan, dan organ tubuh lainnya tersebut dikumpulkan pada tempat yang baik dan di
pisahkan menurut jenisnya yaitu tempat daging, jeroan hijau dan organ-organ lainnya yang
terpisah.
Karkas. Sebelum memperoleh daging perlu diketahui tentang karkas, yaitu bagian dari
ternak hewan qurban yang didapatkan dengan cara disembelih secara halal dan benar, dikuliti,
dikeluarkan darahnya, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala, kaki mualai tarsus/karkus ke
bawah, organ refroduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih kecuali yang telah
diawetkan dengan cara lain melalui pendinginan yang telah ditetapkan sesuai dengan standar
sehingga lazim dan layak dikensumsi oleh manusia.
Daging. Untuk pembagian daging ternak hewan qurban tersebut dapat ditempuh dengan
berdasarkan hitungan berat ternak hewan qurban, umur (dewasa) dan lokasi/tempat asal ternak
hewan qurban tersebut. Sebelum disembelih (berat hidup) kemudian dapat diperkirakan
persentase karkas, daging dan jeroan.
Secara ilmiah yang disebut daging adalah bagian dari otot tulang yang terdiri atas daging
potongan primer, daging potongan sekunder, daging variasi dan daging yang dikategorikan
sebagai daging industri. Daging primer adalah potongan daging yang memiliki keempukan,
juiceness/tekture dan kualitasnya baik berupa potongan daging dengan tulang atau tanpa tulang
dalam bentuk segar, dingin dan beku. Daging Sekunder adalah potongan daging diluar potongan
daging primer yang juga memilki keempukan dan tekture tapi kualitasnya dibawah daging
primer. Daging variasi adalah bagian daging selain daging primer, sekunder dan daging
industri yaitu potongan daging dengan tulang dan tanpa tulang dalam bentuk segar, dingin, dan
beku yang berasal dari ternak yang dipotong khususnya untuk keperluan industri.
Jeroan. Jeroan adalah isi rongga perut dan rongga dada dari ternak ruminansia yang
disembelih secara halal dan benar sehingga aman, lazim dan layak dikonsumsi oleh manusia.
Terdapat dua jenis jeroan yaitu jeroan merah dan jeroan hijau. Jeroan merah adalah paru-paru,
hati, limpa sedangkan jeroan hijau adalah usus, dan babat.
Kepala, Kaki, Ekor, Kulit. Kepala diperoleh dengan cara menyembelih pada tulang
leher pertama. Sedangkan kaki bagian bawah diperoleh dengan cara memotong antara
persendian tulang kaki depan dan belakang. Ekor diperoleh dengan cara memotong pada bagian
pangkal ekor. Kulit adalah bagian luar yang dipisahkan dari karkas. Karkas. Sendiri adalah
bagian dari tubuh ternak hewan yang sehat yang telah disembelih secara halal, dikuliti,
dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi
dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Dengan demikian produksi daging adalah hasil
pemotongan ditambah dengan bagian tubuh yang dapat dimakan.
Cara menghitung pembagian daging ternak hewan qurban sapi/kerbau dengan cara
praktis sebagai berikut:
1. Menghitung karkas sama dengan berat sapi ×% karkas. Persentase karkas secara umum
berkisar 50% dari berat sapi;
2. Menghitung daging sama dengan berat karkas× % daging. Persentase daging secara
umum berkisar 70% dari berat karkas;
3. Menghitung jeroan sama dengan berat karkas× % jeroan. Persentase jeroan secara umum
berkisar 10% dari berat karkas;
4. Berat 4 buah kaki rata-rata memiliki daging 4,5 kg sehingga untuk 1 buah kaki, maka 4,5
kg/4 sekitar 1,1 kg daging;
5. Berat kepala sekitar 4 % dari berat sapi. Untuk kepala pembagiannya tergantung
kebijaksanaan panitia qurban;
6. Berat ekor sekitar 0,7 % dari berat sapi.
Dan terkadang untuk kaki, kepala, dan ekor tidak di ikutsertakan dalam hitungan.
(sumber : berbagai sumber Google)
Contoh : jika berat sapi 350 kg
1. Berat karkas ¿ 50 % × 350=175 kg
2. Berat daging ¿ 70 % ×175=122,5 kg
3. Berat jeroan ¿ 10 % ×175=17,5 kg
Jadi, total daging dan jeroan yang bisa di bagikan adalah 122,5+17,5=140 kg

Tetap semangattt ya nak..


Semoga ilmunya Bermanfaat aaamiin ☺

Anda mungkin juga menyukai