MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
DEMOKRASI PANCASILA
Oleh
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Negara Hukum
2. Konsep Negara Hukum
3. Elemen-elemen penting dari Negara Hukum
4. Negara Hukum Indonesia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Negara Hukum itu?
2. Bagaimana Konsep Negara Hukum?
3. Apa saja elemen-elemen penting dalam Negara Hukum?
4. Bagaimana Negara Hukum di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Negara Hukum
Beberapa para sarjana memberikan definisi mengenai negara hukum diantaranya,
menurut Wiryono Projodikoro (1971:10), negara hukum sebagai negara dimana para
penguasa atau pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas
kenegaraan terikat pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Joeniarti (1968:8),
bahwa negara hukum sebagai negara dimana tindakan penguasanya harus dibatasi oleh
hukum yang berlaku. Sudargo Gautama (1973:73-74), bahwa paham negara hukum
berasal dari ajaran kedaulatan hukum, ia memberi pengertian tentang negara hukum
sebagai negara dimana alat-alat negaranya tunduk pada aturan hukum. Jelas bahwa
beberapa para sarjana yang memberi asumsi pengertian dari negara hukum itu lebih
menekankan tunduknya penguasa terhadap hukum sebagai esensi negara hukum atau
esensi negara hukum menitikberatkan tunduknya pemegang kekuasaan negara pada aturan
hukum (dalam Nasution, 2012:1).
Negara hukum (bahasa Belanda: rechstaat): Negara bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum, yakni tata tertib yang umumnya berdasarkan hukum
yang terdapat pada rakyat. Negara hukum menjaga ketertiban hukum supaya jangan
terganggu dan agar semuanya berjalan menurut hukum (dalam Fadjar, 2016:5).
Menurut Plato, pada dasarnya ada dua macam pemerintahan yang dapat
diselenggarakan, yaitu: Pertama; pemerintahan yang dibentuk dan dijalankan berdasarkan
hukum, pemerintahan seperti ini dijalankan oleh para cendekia, pemerintahan ditujukan
kepada mengutamakan kepentingan rakyat. Kedua; pemerintahan yang terbentuk tidak
melalui jalan hukum, pemerintahan serta ini merupakan pemerintahan tiran yang
melakukan penindasan terhadap rakyat. Senada dengan Plato, konsep negara hukum
menurut Aristoteles, adalah yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada
warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk
warga negaranya, dan sebagai dasar dari keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada
setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Menurut Aristoteles yang
memerintah dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil,
sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemgang hukum dan keseimbangan saja.
Pada masa abad pertengahan, pemikiran tentang negara hukum lahir sebagai
perjuangan melawan kekuasaan absolut para Raja. Menurut Paul Scholten (1949:383),
istilah negara hukum berasal dari abad ke-19, tetapi gagasan tentang negara hukum pada
awalnya tumbuh di Eropa sudah hidup dalam abad ke-17. Gagasan itu tumbuh di Inggris
dan merupakan latar belakang dari Glorious Revolution 1688 M. Gagasan itu timbul
sebagai reaksi terhadap kerajaan yang absolut, dan dirumuskan dalam piagam yang
terkenal sebagai Bill of Right 1689, yang berisi hak dan kebebasan dari warga negara serta
peraturan pengganti Raja di Inggris.
Dalam kepustakaan, yang dimaksud negara hukum, sering terjemahkan dengan istilah
rechtsstaats atau rule of law. Paham rechtstaats pada dasarnya bertumpu pada sistem
hukum Eropa Kontinental, sedangkan paham rule of law bertumpu pada sistem hukum
Anglo Saxon atau common law system. Ide tentang rechtstaats mulai populer pada abad
ke-17 sebagai akibat dari situasi sosial politik Eropa yang didominir oleh absolutisme
Raja. Paham rechtstaats ini dikembangkan oleh ahli-ahli hukum Eropa Kontinental
seperti Immanuel Kants dan Friedricht Julius Stahl. Sedangkan paham rule of law mulai
dikenal setelah Albert Vann Dicey pada tahun 1885 menerbitkan bukunya yang berjudul
Introduction Study of The Law of The Constitution.
Sehubungan dengan perkembangannya, di Eropa peranan administrasi negara
bertambah maju dan mengemuka sehingga dipikirkan langkah-langkah untuk membatasi
kekuasaan administrasi negara, sedangkan di Inggris peranan peradilan dan para hakim
bertambah besar sehingga dipikirkan langkah-langkah mewujudkan suatu peradilan yang
adil. Ditinjau dari perkembangannya, konsep “rechtstaat “ telah mengalami perkembangan
dari konsep klasik ke konsep modern. Sesuai dengan sifat dasarnya, konsep klasik dari
rechtstaat disebut “klasiek liberale en democratische rechtstaat”. Sedangkan konsep
modern di Belanda lazimnya disebut “sociale rechtstaat” atau “sociale democratische
rechtstaat” (Philup M. Hadjon, 1987:71-74).
Konsep Rule of Law pada awalnya tumbuh dan berkembang di negara-negara yang
menganut common law system seperti Inggris dan Amerika Serikat, kedua negara
tersebut menerapkan konsep rule of law sebagai perwujudan dari persamaan hak,
kewajiban, dan derajat di hadapan hukum. Hal tersebut berlandaskan pada nilai-nilai hak
asasi manusia, dimana setiap warga negara dianggap sama di hadapan hukum dan dijamin
hak-haknya melalui sistem hukum dalam negara tersebut. Rule of law mengandung asas
“dignity of marl”, yang harus dilindungi dari tindakan sewenang-wenang pemerintah atau
penguasa. Inti rule of law adalah terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, dimana masyarakat bisa memperoleh kepastian hukum, rasa
keadian, rasa aman, dan jaminan atas hak asasi manusia. Maknanya adalah rasa keadilan
yang kembali kepada rakyat, bukan kepada kekuasaan dan para penguasa yang
menciptakan hukum atau suara rakyat adalah suara keadilan.
Dalam bukunya Albert ann Dicey mengetengahkan tiga arti the rule of law yaitu
(Jimly Asshiddiqie, 2004:5):
1. Supremasi absolut atau predominasi dari regular law untuk menentang pengaruh
menentang pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan,
jadi berupa discretionary authority yang luas dari pemerintah;
2. Persamaan di hadapan hukum atau penundukan yang sama dari semua golongan
kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court, ini berarti
bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat maupun warna negara
biasa berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama, jadi tidak perlu ada peradilan
administrasi negara;
3. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi
bukanlah sumber, tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang
dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan; singkatnya, prinsip-prinsip hukum privat
melalui tindakan peradilan dan Parlemen diperluas hingga membatasi posisi Crown
dan pejabat-pejabatnya (dalam Nasution, 2012:24).
Ikrar Athena 1955 dari International Commission of Jurist mengemukakan bahwa
sebagai prinsip utama negara hukum (rule of law) ialah :
a. Negara harus tunduk kepada hukum;
b. Pemerintah harus menghormati hak-hak individu di bawah rule of law,
c. Hakim-hakim harus dibimbing oleh rule of law, melindungi dan menjalankan tanpa
takut, tanpa memihak, dan menentang setiap campur tangan pemerintah atau partai-
partai terhadap kebebasannya sebagai hakim.
Di negara-negara sosialis, dikembangkan pula konsep yang mendekati idea rechtstaat
atau rule of law yang disebut “socialist legality”, yang menginginkan adanya realisasi
dari sosialisme sebagai sumber yang paling menentukan meliputi segala aktivitas organ
negara pemerintahan, pejabat pemerintah, dan warga negara. Konsep Socialist Legality
atau konsep Negara Hukum Sosialis banyak dianut oleh negara-negara sosialis komunis,
seperti Uni Soviet dan beberapa negara komunis lainnya terutama di negara-negara
Amerika Latin dan sebagian Asia.
Berdasarkan pada pandangan sarjana-sarjana dan juga berdasarkan pada teori dan
praktek sistem hukum sosialis, Omar Seno Adji (1966:26), mengidentifikasi beberapa ciri
konsep socialist legality sebagai berikut:
a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak dan kebebasan warga negara. Perlindungan ini
terutama diberikan kepada kaum buruh (labor);
b. Berkaitan dengan kebebasan (freedom) dan tanggung jawab (responsibility) socialist
legality lebih mendahulukan “responsibility” ketimbang “freedom”;
c. Adanya pemisahan secara tajam antara negara dan gereja berdasarkan prinsip
“Trennung Von Staa und Kirche”;
d. Adanya kebebasan kekuasaan kehakiman yang diatur secara tegas dalam konstitusi;
e. Larangan terhadap berlakunya hukum pidana secara retroaktif atau retrospektif;
f. Kebebasan pers dimaknai sebagai kebebasan untuk mengkritik kaum kapitalis maupun
kaum borjuis;
g. Hukum dimaknai sebagai alat untuk mencapai sosialisme, posisi hukum adalah
subordinasi terhadap sosialisme.
Meskipun secara konstitusional, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
bebas, namun demi kepentingan sosialisme dalam prakteknya, hakim-hakim di negara
sosialis tunduk pada kebijakan rahasia dari penguasa, tunduk pada perintah-perintah
pejabat partai, sebagai penguasa yang memegang tampuk pemerintahan di negara-negara
sosialis. Dalam konsep negara-negara yang mewakili paham sosialis komunis, seperti
Rusia, China, Korea Utara, atau Kuba, sebagai negara yang disebut negara-negara Industri
yang cukup maju, namun tergambar sebagai negara yang rakyatnya terkekang, baik dalam
kehidupan ekonomi apalagi politiknya.
Padmo Wahyono merumuskan ada 5 (lima) unsur Negara Hukum Pancasila, yaitu:
a. Pancasila merupakan sumber hukum nasional yang berarti bahwa bangsa Indonesia
menghendaki satu sistem hukum nasional yang dibangun atas dasar wawasan kebangsaan,
wawasan nusantara, dan wawasan bhinneka tunggal ika;
b. MPR mempunyai kewenangan untuk mengubah dan menetapkan UUD yang melandasi
segala peraturan perundangan di bawahnya, yang mana undang-undang dibuat oleh DPR
dan Presiden yang menunjukkan prinsip legislatif khas Indonesia;
c. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional;
d. Adanya persamaan di depan hukum;
e. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
B. Saran
Dalam negara hokum yang berdasarkan pancasila, perlu adanya kesinambungan
antara pejabat tinggi pemerintahan dan rakyat dalam peng-implementasian dalam
hokum,seperti tidak adanya kesan istilah hokum itu tumpul keatas dan lancip ke
bawah.
DAFTAR RUJUKAN