Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FIQIH

DISUSUN OLEH :

RORO REFA ANDINI (2006030019)


HARTONO SIMAMORA (2006030020)
PRABOWO NICO MANDALA PUTRA (2006030041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK


ELEKTRO
UNUVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020/2021
1. Pengertian Qurban

Kata kurban dalam bahasa arab berarti “udlhiyah”. Udlhiyah dan dluha pada awalnya
bermakna “waktu dluha” yaitu waktu antara dari pukul 7 pagi hingga pukul 11 siang.
Kemudian dijadikan sebagai nama bagi sembelihan kurban yang pelaksanaannya dianjurkan
pada waktu dluha, di hari ke-10,11,12 dan 13 Dzulhijjah.

Secara bahasa “udlhiyah” atau jamaknya “dlahaya” berarti hewan sembelihan, atau
menyembelih binatang pada pagi hari. Jadi definisi kurban (arabnya udlhiyah) ialah binatang
yang disembelih pada hari raya kurban (Idul Adha). Dalam ilmu fiqh, kurban berarti
penyembelihan hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT. (kurban)
pada hari raya haji (Idul Adha) dan atau hari Tasriq (tanggal 10,11,12 dan 13 dzulhijjah).

Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhaili, kurban (udlhiyah) secara bahasa ialah nama untuk
suatu hewan yang disembelih, atau untuk hewan yang disembelih pada hari raya Idul Adha,
sedangkan menurut fiqh kurban ialah menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan
diri kepada Allah di dalam waktu tertentu. Muhammad al-Khatib al-Syarbani memberi
definisi kurban (udlhiyah) sebagai berikut :

ْ َ‫ اَلى ِم ْن ي‬77‫ا إِلى هللاِ تَ َع‬77ً‫ذ بَ ُح ِم َن النَّ َع ِم تَقَرُّ ب‬77ُ‫ا ي‬77‫َو ِه َي َم‬
‫ ِد إِلَى‬77ْ‫و ِم ْال ِعي‬77
ِ ‫أخ ِر أيَّام التَّ ْش ِري‬
‫ْق‬ ِ

Artinya : “Kurban ialah hewan yang disembelih dari jenis hewan ternak untuk mendekatkan
diri kepada Allah di hari raya Idul Adha sampai akhir hari tasyrik.“

Dan menurut Al-Jaziri kurban ialah untuk menyebutkan sesuatu hewan dari jenis hewan
ternak yang disembelih atau dijadikan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. di
hari raya Idul Adha baik dia sedang melaksanakan ibadah haji ataupun tidak
mengerjakan.Dari definisi –definisi tersebut di atas, kurban adalah penyembelihan hewan
ternak yang dilakukan pada hari raya Idul Adha dan sampai akhir hari

tasyrik (tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijah) untuk mandekatkan diri kepada Allah SWT.

As-Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah, Jilid III, hal 197. mengatakan bahwa al-
udhhiyyah adalah; Al-Udhhiyyah adalah nama bagi binatang yang disembelih baik unta, sapi
dan kambing pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyriq untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala”.
Dr. Wahbah az-Zuhaily dalam kitab al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Juz;III, hal 594
menjelaskan tentang al-Udhiyah sebagai berikut; Artinya: al-Udhiyah menurut bahasa adalah
nama bagi hewan yang dikurbankan atau nama bagi hewan yang disembelih pada hari-hari
‘Idul Adha. Dengan demikian al-Udhiyah adalah hewan yang disembelih pada hari Adha.
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MTT PPM) qurban
adalah udhiyyah, yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhailiy. “Dia
(qurban) adalah menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri (kepada Allah)
dalam waktu tertentu pula atau hewan yang disembelih dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah pada hari-hari Nahar”.

Sejarah disyari’atkan untuk berqurban

Ibadah kurban termasuk syari’at Nabi Ibrahim A.S. dan beliaulah yang mula-mula
melaksanakannya. Nabi bersabda :

: ‫لم‬77‫ه وس‬77‫لى هللا علي‬77‫ قال َأصْ َحابُ َرس ُْو ِل هللاِ ص‬: ‫َع ْن َز ْي ِدب ِْن َأرْ ق ْم قال‬
)‫ ُسنَّة َأبِيْك ْم إِ ْب َرا ِه ْي َم (واه ابن ماجه‬: ‫يَا َرس ُْول هللاِ َما هَ ِذ ِه األُضْ ِح ُّي؟ قَا َل‬
Artinya : “Dari Zaid Ibn Argam berkata : para sahabat Rasulullah SAW bersabda : ada apa
dengan kurban ini ? Nabi bersabda: Sunnah bapakmu Ibrahim” . (HR. Ibn Majah)
Kita melaksanakan kurban karena meneladani sunnah Nabi Ibrahim, dan mengenang peristiwa
agung yaitu penyembelihan kurban, Ibrahim mendapatkan wahyu dalam mimpi untuk
menyembelih anaknya Ismail. Beliau mematuhi isi wahyu tersebut, lalu menemui putranya dan
buah hatinya itu, anak yang baru dimiliki Ibrahim setelah ia lanjut usia. Ismail adalah anak yang
dirindukan kelahirannya, namun setelah Allah SWT memberinya kegembiraan berupa anak, tiba-
tiba datanglah wahyu agar menyembelih putranya itu. Ini merupakan ujian yang sangat berat
bagi Nabi Ibrahim dan putranya.

Dalam kondisi seperti itu tiba-tiba perintah Allah SWT datang “Sembelihlah dia” Allah SWT
hendak menguji hati Ibrahim, apakah dia masih setia dan tulus ikhlas kepada Allah SWT,
ataukah hatinya bergantung dan sibuk dengan anaknya. Ibrahim lulus dalam menghadapi ujian
ini. Ia pergi menemui anaknya, ia tidak mengambilnya dengan tiba-tiba dan tidak pula mencari
kelengahannya, tetapi dikemukakan hal itu secara terang-terangan dengan menyatakan :

َ 77ُ‫ام إِنِّ َى ْأذبَح‬77


: ‫فات‬77‫ َرى (الص‬77َ‫ اَذا ت‬77‫ا ْنظرْ َم‬77‫ك َف‬ ِ َ‫ي إِنِّى أرى فِى ال َمن‬
َّ َ‫يبُن‬
)١٥٢
Artinya : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembilihmu,
maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu” . (QS. Ash Shafaat : 102)

Ismail anak yang patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisi sebagai anak, ia tidak
membangkang atau tidak bimbang. Dengan penuh keimanan dan kepercayaan sebagai seorang
mukmin, ia berkata :

َ ‫ت َْأف َعل َما تُ ْؤ َم ُر َستَ ِج ُدنِى إِن َشا َء هللا‬


)١٠٢ : ‫من الصَّابِ ِري َْن ( الصفات‬ ِ َ‫يَأب‬
Artinya : “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar“. (QS. Ash Shafaat : 102)

Suatu jawaban yang memancarkan keimanan, tawadhu’ dan tawakal kepada Allah SWT. Dan
tatkala keduanya telah berserah diri (si ayah telah menyerahkan anaknya, dan si anak telah
menyerahkan lehernya) Dan Nabi Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipisnya (hendak
melaksanakan perintah-Nya), tiba-tiba datanglah kabar gembira kepadanya, sebagaimana
diterangkan dalam al-Qur’an:

‫ا إِنَّا‬77َ‫ت الرُّ ْءي‬ َ ‫ ْد‬7َ‫ ق‬.‫ َرا ِه ْي ُم‬7‫اِ ْب‬7َ‫هُ َأن ي‬7َ‫ َونَا َد ْين‬.‫لَ َما َوتَلَّهُ ِل ْل َجبِي َْن‬7‫أس‬
َ ‫د ْق‬7‫ص‬ ْ َ ‫فَل َّما‬
ٍ ‫ ِذب‬7 ِ‫هُ ب‬7 َ‫ َوف َد ْين‬.‫ إِ َّن هذا َلهُ َو البَالئ ال ُمبِي ُْن‬.‫ك نَجْ ِزىْ المحْ ِسنِي َْن‬
‫ْح َع ِظي ٍْم‬ َ ِ‫كذل‬
)١٠٣–١٠٧: ‫(الصفات‬
Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya), (nyatalah kesabaran keduanya), dan Kami panggil dia “hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah

membenarkan mimpi itu, sesunggguhnya Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu
dengan

seekor sembelihan yang besar” . (QS. Ash Shafaat :103-107)

Tatkala Ismail sedang dibaringkan, malaikat Jibril datang kepada Ibrahim dengan membawa
seekor kibas (domba) seraya berkata : ”Sembelihlah ini sebagai ganti dari anakmu”, lalu jadilah
yang demikian itu sebagai sunnah, dan kita menyembelih kurban untuk mengenang peristiwa itu.
Setelah datang Nabi Muhammad SAW maka menyembelih hewan atau berkurban itu
disyari’atkan pula kepada umatnya yang dilakukan pada hari raya Idul Adha dan hari –hari
Tasyriq.

2. Dasar Hukum Qurban

Al-Qur’an maupun al-Sunnah sebagai sumber pokok hukum Islam banyak sekali
menyebutkan tentang ibadah kurban, dan memerintahkan secara jelas dan tegas di antaranya :

‫َولِ ُك ِّل اُ َّم ٍة َج َعلنَا َم ْن َس ًكا لِيَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هللاِ َعلى َما َر َزقهُ ْم ِم ْن بَ ِه ْي َمة‬
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban) supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizqikan Allah kepada
mereka”. (QS. Al-Hajj : 34)

Ayat al-Qur’an tersebut menunjukan adanya anjuran supaya berkurban untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. yaitu dengan menyembelih binatang ternak. Ayat lain dalam surat al-
Kautsar dinyatakan, sebagai berikut :

.ُ‫ك هُ َو ْاأل ْبتَر‬


َ َ‫ إِ َّن َشانِئ‬. ْ‫ك َوا ْن َحر‬ َ َ‫ ف‬.‫ك ْال َك ْوثَر‬
َ ِّ‫ص ِّل لِ َرب‬ َ ‫إِنَّا َ أ ْعط ْينَا‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang terputus” . (QS : al-Kautsar:1-3)

Surat tersebut menunjukan agar selalu beribadah kepada Allah SWT. Dan berkurban sebagai
tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Sedangkan hadits Nabi SAW yang
menjadi dasar hukum kurban diantaranya :

)‫ت في كلِّ َع ٍام أُضْ ِحيَّة (رواه أبو داود‬


ٍ ‫يَا ُّيهَاالنَّاسُ اِ َّن َعلى ُكل أ ْه ِل بَ ْي‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya atas tiap-tiap ahli rumah pada tiap-tiap tahun
disunatkan berkurban”. (HR. Abu Dawud).

Hadits Nabi SAW tersebut menerangkan bahwa berkurban itu bukanlah ditentukan untuk
sekali saja melainkan disunatkan tiap-tiap tahun kalau ada kesanggupan untuk berkurban.
Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda:
َ ‫ َم ْن َك‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ َعة‬7‫هُ َس‬7‫ان ل‬ َّ :‫َع ْن َأبِي هُ َري َْرة‬
ِ ‫َأن َرس ُْول‬
َ ‫ضحْ فَال يَ ْقربَ َّن ُم‬
)‫صاَّل نَا (رواه احمد وابن ماجه‬ َ َ‫َول ْم ي‬

Artinya : “Dari Abi Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang
mempunyai kemampuan tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri tempat
shalat kami” . (HR. Ahmad dan Ibn Majah)

Dalil-dalil nash tersebut di atas, menurut jumhur ulama bahwa hukum kurban ialah sunat
muakad dan bukan wajib. Namun menurut Abu Hanifah hukum kurban ialah wajib, karena
menurut Abu Hanifah suatu perintah menuntut adanya kewajiban. Istilah wajib disini
menurut Abu Hanifah kedudukannya sedikit lebih rendah dari pada fardlu, dan lebih tinggi
dari pada sunnah, karena hukumnya wajib, maka berdosalah orang yang meninggalkannya
jika ia tergolong orang yang mampu. Selain madzhab Hanafi mengatakan bahwa hukum
kurban ialah sunnat muakad dan tidak wajib, namun dimakruhkan bagi orang yang mampu
berkurban dan tidak melaksanakan ibadah kurban.
3. Keutamaan Qurban

   Menyembelih qurban adalah suatu sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan.
Hal ini didasarkan atas informasi dari beberapa haditst Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam,
antara lain: 

‫ َل آ َد ِم ٌّي‬7‫ا َع ِم‬77‫ا َل َم‬77َ‫لَّ َم ق‬7‫ ِه َو َس‬7‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ َ ِ ‫َع ْن َعائِ َشةَ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ْ 7َ‫أْتِي ي‬77َ‫ا لَت‬77َ‫ َّد ِم إِنَّه‬7‫اق ال‬
‫و َم‬7 ِ ‫ َر‬7‫ ِر أَ َحبَّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن إِ ْه‬7ْ‫و َم النَّح‬7
ْ 7َ‫ِم ْن َع َم ٍل ي‬
‫ان قَ ْب َل‬ ْ َ‫ارهَا َوأ‬
ٍ ‫ظاَل فِهَا َوأَ َّن ال َّد َم لَيَقَ ُع ِم ْن هَّللا ِ بِ َم َك‬ ِ ‫ْالقِيَا َم ِة ِبقُرُونِهَا َوأَ ْش َع‬
ِ ْ‫أَ ْن يَقَ َع ِم ْن اأْل َر‬
‫ض فَ ِطيبُوا بِهَا نَ ْفسًا‬
Aisyah menuturkan dari Rasulullah  shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
“Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha
yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada
hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan
itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu
untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

4. Hukum Qurban
Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi
orang yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw
pernah berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-
hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan
nama Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).

Dari Ummu Salamah ra, Nabi saw bersabda, “Dan jika kalian telah melihat hilal (tanggal)
masuknya bulan Dzul Hijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka
hendaklah ia membiarkan rambut dan kukunya.” HR Muslim
Arti sabda Nabi saw, ” ingin berkorban” adalah dalil bahwa ibadah kurban ini sunnah,
bukan wajib.

Diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar ra bahwa mereka berdua belum pernah melakukan
kurban untuk keluarga mereka berdua, lantaran keduanya takut jika perihal kurban itu
dianggap wajib.

5. Kapan Qurban Menjadi Wajib

Qurban menjadi wajib ketika


 Karena Nadzar
 Karena Mampu
Qurban hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan), bahkan hukumnya lebih utama dari
sekedar sedekah hewan biasa, anjuran ini diungkapkan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-
Um. Bahkan beliau tidak menolerir orang yang mampu melakukan qurban namun tak
kunjung melakukannya:

‫ اَل أُ َر ِّخصُ فِي تَرْ ِكهَا لِ َم ْن قَ َد َر َعلَ ْيهَا‬:‫ولقول الشافعي رضي هللا عنه‬

Artinya :
Dan karena pendapat imam Syafi’i: Aku tidak menolerir bagi orang yang mampu berqurban
dan ia meninggalkannya. (makruh meninggalkanya).
Hukum qurban akan menjadi wajib bila di nadzari, yakni sebelumnya ia telah bernadzar
untuk berqurban, baik secara hakikat (mengucapkan kalimah nadzar atau mewajibkan diri
sendiri).
Contoh,“Demi Allah saya berqurban dengan kambing ini” atau nadzar secara hukum,
Contoh, “Saya jadikan kambing ini sebagai qurban”. kalimat“saya jadikan kambing
ini” bisa berdampak pelaksanaan qurban menjadi wajib (karena sebab nadzar).
Selain nadzar, berqurban juga terkadang menjadi wajib ketika didahului oleh
adanya isyarah. Contohnya, perkataan seseorang (setelah membeli kambing), “kambing ini
qurban saya atau kambing ini aku jadikan sebagai qurban”,meskipun orang tersebut tidak
menyadari bahwa kata-kata itu menjadikan qurban wajib.

Sehingga konsekuensinya menyembelih dan membagikan semua daging hewan tersebut


adalah wajib.Hewan tersebut wajib disembelih, dan orang yang qurban tadi, tidak
diperbolehkan makan daging dari hewan yang diqurbankan.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh oleh Syekh al-Bajuri:

Pernyataan,“kambing ini aku jadikan qurban” Jika dilakukan oleh orang ‘awam ketika
ditanya, “apa yang hendak kamu lakukan dengan kambingmu ini?”, kemudian mereka
menjawab:“Kambing ini saya jadikan qurban”.

Bila ia menjawab seperti itu, mkaa hukum qurbannya menjadi qurban wajib dan haram
baginya untuk ikut memakan daging tersebut. Dan bila ia mengaku bahwa qurban yang
dimaksudkan untuk kesunnahan, maka pengakuan tersebut tidak diterima, akan tetapi
menurut Imam Asy-Syibro Malisiy, hal ini diampuni (tidak menjadi qurban wajib) bagi
orang ‘awam, akan tetapi pendapat ini dilemahkan oleh beberapa ulama.

َ ‫ َم ْن َك‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬


‫ َعة‬7‫هُ َس‬7‫ان ل‬ َّ :‫َع ْن َأبِي هُ َري َْرة‬
ِ ‫َأن َرس ُْول‬
َ ‫ضحْ فَال يَ ْقربَ َّن ُم‬
)‫صاَّل نَا (رواه احمد وابن ماجه‬ َ َ‫َول ْم ي‬

Artinya : “Dari Abi Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang
mempunyai kemampuan tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia menghampiri tempat
shalat kami” . (HR. Ahmad dan Ibn Majah)

Dalil-dalil nash tersebut di atas, menurut jumhur ulama bahwa hukum kurban ialah sunat
muakad dan bukan wajib. Namun menurut Abu Hanifah hukum kurban ialah wajib, karena
menurut Abu Hanifah suatu perintah menuntut adanya kewajiban. Istilah wajib disini
menurut Abu Hanifah kedudukannya sedikit lebih rendah dari pada fardlu, dan lebih tinggi
dari pada sunnah, karena hukumnya wajib, maka berdosalah orang yang meninggalkannya
jika ia tergolong orang yang mampu. Selain madzhab Hanafi mengatakan bahwa hukum
kurban ialah sunnat muakad dan tidak wajib, namun dimakruhkan bagi orang yang mampu
berkurban dan tidak melaksanakan ibadah kurban.

6. Hikmah Qurban
Hikmah Qurban diantaranya adalah
1. Berqurban Merupakan Momen Yang Dapat Digunakan Untuk Mengenang Betapa
Cintanya Allah Kepada Nabi Ibrahim 

Poin pertama ini bisa kita pelajari, pahami, dan amalkan karena sudah dijelaskan di Al-
Qur’an tepatnya pada surat As-Saffat ayat 102 sampai ayat 107. Berikut ini penjelannya :

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah
apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS.As-Saffat : 102)

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas
pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah).” (QS.As-Saffat : 103)

“Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!” (QS.As-Saffat : 104)

“Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS.As-Saffat : 105)

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS.As-Saffat : 106)

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS.As-Saffat : 107)

2. Melaksanakan Qurban Bisa Dikatakan Sebagai Syiar Terhadap Islam

Poin kedua yakni dengan niat karena Allah untuk melaksanakan qurban karena memang
sudah mampu untuk menjalankannya, maka perbuatan tersebut merupakan salah satu
syiar. Hal tersebut sudah dijelaskan secara rinci di Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 36.
Penjelasannya sebagai berikut :
“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak
memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan
menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila
telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang merasa cukup
dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-
Hajj : 36)

3. Berqurban Merupakan Bukti Nyata Bahwa Kita Adalah Hamba Allah Yang Bertakwa

Poin ketiga ini menunjukkan bahwa kita sebagai umat muslim yang bertakwa kepada
Allah dan wajib menjalankan perintah-Nya jika memang sudah mempunyai rezki yang
berkecukupan dan tentunya sudah mampu serta memenuhi kriteria sesuai syariat islam.
Hal ini sudah dijelaskan di Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37. Penjelasannya sebagai
berikut :

“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah,
tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia
menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia
berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat
baik.” (QS.Al-Hajj : 37)

4. Berkurban Merupakan Ibadah Yang Bisa Dikatakan Paling Utama

Poin keempat ini mengingatkan kepada kita dan tentunya bisa dijadikan cambuk bagi
umat muslim yang mungkin sudah mempunyai rezki berkecukupan dan dianggap
mampu, namun masih belum melaksanakan kewajibannya untuk menyembelih qurban.
Hal ini sudah dijelaskan di Al-Qur’an surat Al-Kautsar ayat 2. Penjelasannya sebagai
berikut :

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS.Al-Kautsar[108] : 2)

Ibadah yang bisa dikatakan paling utama yang berhubungan dengan fisik dan tubuh
adalah shalat. Sedangkan ibadah yang bisa dikatakan paling utama yang berhubungan
dengan harta yang kita mililiki adalah qurban. Maka lakukanlah kedua ibadah tersebut
secara seimbang.

5. Berqurban Merupakan Salah Satu Ciri Keislaman Seorang Muslim

Hikmah qurban Idul Adha juga bisa dikatakan sebagai penanda bahwa kita seorang
muslim yang taat. Bagi kita yang hidup berkecukupan dan sudah ada pada zona kriteria
mampu, maka diwajibkan untuk mereka melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
muslim. Segeralah melaksanakan qurban dengan menyembelih hewan qurban. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan
lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied
kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

6. Berqurban Sama Artinya Kita Membahagiakan Mereka Kaum Duafa

Agama islam sudah mengajarkan bahwa berbagi kepada sesama khususnya untuk mereka
para kaum duafa, maka ketika kita melaksanakannya Allah telah menjanjikan untuk
melipatgandakan rezeki kita dan mendapatkan pahala yang tak terhitung jumlahnya.
Diriwayatkan oleh HR. Muslim :

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah.” (HR.
Muslim)

7. Banyak Kebaikan Yang Kita Peroleh Dari Setiap Bulu Hewan Qurban

Poin ketujuh ini diriwayatkan oleh HR. Ahmad dan Ibn Majah, penjelasannya bisa kita
simak bersama-sama sebagai berikut :

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah
qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi
Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban
itu?” Rasulullah menjawab:  Mereka menjawab:  Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai
bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah)

Nah, dengan riwayat yang sudah dijelaskan tersebut begitu banyak feedback yang
diberikan Allah kepada hambanya yang sudah mampu dan kemudian mau melaksanakan
perintah-Nya yakni berqurban.
8. Berqurban Merupakan Perbuatan Yang Sangat Disukai Oleh Allah

Mengapa Allah sangat menyukai hambanya yang sudah mampu dan mau melaksanakan
ibadah qurban? Dengan berqurban kita akan menjadi hamba Allah yang tentunya
semakin dekat kepada-Nya. Dari riwayat HR. Ibn Majah dan Tirmidzi, penjelasannya
sebagai berikut :

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari
raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih
hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang
lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya
darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih
sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn
Majah dan Tirmidzi)

Hewan qurban yang telah kita sembelih, nantinya akan menjadi kendaraan yang
membantu kita di akhirat kelak.

9. Berqurban Akan Membuat Kita Menjadi Semakin Dekat  Dan Senantiasa Bersyukur
Kepada-Nya

Poin ini juga memberikan pelajaran yang berharga kepada kita semua. Kita diciptakan di
dunia ini hanya untuk hidup sementara saja dan untuk beribadah kepada-Nya. Maka
perbanyaklah ibadah semasa hidup kita. Di dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 162 dan
ayat 163 dijelaskan sebagai berikut :

“Katakanlah (Muhammad), “Sesugguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku,


hanyalah untuk Allah, Tuhan Seluruh Alam.” (QS. Al-An’Am : 162)

“Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. Al-An’Am : 163)

10. Berqurban Akan Membuat Kita Senantiasa Bersyukur Kepada-Nya

Dengan melaksanakan qurban kita akan menjadi hamba yang senantiasa bersyukur atas
nikmat dan rezeki yang telah diberikan kepada kita oleh Allah. Hal ini juga dijelaskan di
Al-Qur’an pada beberapa surat, penjelasannya sebagai berikut :
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152)

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik yang Kami berikan
kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-
Nya.” (QS.Al-Baqarah : 172)

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul.
Aapakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa
berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan
memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS. AL-Imran : 144)

Nah, beberapa kutipan surat di atas sudah menunjukkan bahwa rasa syukur sangat
dianjurkan agar kita bisa lebih dekat kepada-Nya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah qurban Idul Adha yang sudah saya jelaskan di
atas bisa anda jadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan betapa banyak kebaikan
yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya.
https://nucare.id/news/makna_hukum_dan_keutamaan_qurban
https://www.amalqurban.com/tinjauan-umum-tentang-kurban-dalam-islam/
https://www.amalqurban.com/pengertian-qurban-secara-lengkap-dengan-penjelasannya/
http://www.lazismujatim.org/?p=6050
https://islami.co/kapan-hukum-qurban-menjadi-wajib/
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-qurban-dalam-islam
https://dalamislam.com/info-islami/hikmah-qurban-idul-adha

Anda mungkin juga menyukai