Definisi Kurban
Jika merujuk kepada bahasa Arab, yang merupakan asal dari istilah ini, sebenarnya
“kurban” kurang tetap dijadikan istilah tentang ibadah ini. Orang Melayu sudah terbiasa
mengatakan penyembelihan yang dilakukan di pagi hari raya Idul Adha dan hari – hari
tasyriq sebagai kurban, meski kurban dalam bahasa Arab maknanya lebih luas dari hanya
sekedar penyembelihan. Dalam kitab – kitab fiqih, kita hanya akan menemukan bab “Al
ِ ْ)اُألض, yang dalam bahasa Indonesia bermakna kurban.
Udhhiyah” (حيّة
Secara bahasa udhiyyah berarti kambing yang disembelih pada waktu dhuha atau
pada pagi hari raya Idul Adha. Sedangkan secara istilah udhiyah adalah:
Sementara istilah “kurban” ( )قُرْ بَانsecara bahasa adalah mashdar dari kata qarraba (
قُرْ بَانًا- َُّب – يُقَرِّب
َ )قَر,
yang akar katanya adalah qariba (ب َ )قَ ِر, yang berarti dekat.
Sedangkan secara istilah kurban adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik dengan penyembelihan atau ibadah – ibadah
lainnya.2 Jadi kurban di sini bukan hanya dalam bentuk penyembelihan, bisa saja dalam
bentuk shalat, dzikir, puasa dan ibadah lainnya yang dilakukan dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Dari definisi ini jelas terlihat bahwa kurban memiliki makna yang lebih umum dan luas
dari udhhiyah (penyembelihan). Jika kurban itu berbentuk penyembelihan yang dilakukan
pada hari – hari nahr, maka maknanya sama dengan udhiyyah dalam istilah fikih. Akan
tetapi jika kurban itu dalam bentuk ibadah yang lain seperti puasa, zakat dan lainnya, ini
tidak disebut dengan udhhiyah.
Sejarah Kurban
Ibadah kurban adalah ritual yang sudah berlangsung lama, ritual yang ada sejak
ribuan tahun lalu. Di dalam Al Quran, Allah menceritakan kisah dua putra nabi Adam as yang
1
Lihat Al Mausu’ah Al Fiqhiyah, juz 5, hal. 74.
2
Ibid.
1|Page
melaksanakan ibadah kurban buat pertama kalinya. Di antara keduanya, ada yang
kurbannya diterima Allah dan satunya lagi ditolak. Allah SWT berfirman:
ِ ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَبَّلْ ِمنَ اآلخ1ا فَتُقُبِّ َل ِمن َأ َح1ًا قُرْ بَان1َق ِإ ْذ قَ َّرب
ر1َ ْ 1َِوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبََأ ا ْبن َْي آ َد َم ب
ِّ ال َح1
﴾٢٧﴿ َال َأَل ْقتُلَنَّكَ قَا َل ِإنَّ َما يَتَقَبَّ ُل هّللا ُ ِمنَ ْال ُمتَّقِين َ َق
"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban. Maka diterima dari salah
seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata
(kabil), 'Aku pasti membunuhmu!' Berkata Habil, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima
(kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah: 27)
Allah juga menceritakan pelaksanaan kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim as.
ي ِإنِّي َّ ُ ه1 َغ َم َع1ََربِّ هَبْ لِي ِمنَ الصَّالِ ِحينَ فَبَ َّشرْ نَاهُ بِ ُغاَل ٍم َحلِ ٍيم فَلَ َّما بَل
َّ َا بُن11َا َل ي11َ ْع َي ق1الس
ت ا ْف َعلْ َما تُْؤ َم ُر َستَ ِج ُدنِي ِإن َشاء ِ ََأ َرى فِي ْال َمن َِام َأنِّي َأ ْذبَحُكَ فَانظُرْ َما َذا ت ََرى قَا َل يَا َأب
َ ين َونَا َد ْينَاهُ َأ ْن يَا ِإب َْرا ِهي ُم قَ ْد
ا ِإنَّا11َص َّد ْقتَ الرُّ ْؤ ي ِ ِهَّللا ُ ِمنَ الصَّابِ ِرينَ فَلَ َّما َأ ْسلَ َما َوتَلَّهُ لِ ْل َجب
ِه فِي1ا َعلَ ْي1ََظ ٍيم َوت ََر ْكنِ ْح ع ُ ِك نَجْ ِزي ْال ُمحْ ِسنِينَ ِإ َّن هَ َذا لَهُ َو ْالبَاَل ء ْال ُمب
ٍ َوفَ َد ْينَاهُ بِ ِذب ين َ َِك َذل
َاآْل ِخ ِرين
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang shaleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata. 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar'. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). dan Kami
panggillah dia, 'Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS. Ash-Shaaffat: 100-108)
Dari ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim as yang sudah tua
dan sudah lama berumah tangga, sangat menginginkan seorang anak yang shaleh, beliau
kemudian berdoa kepada Allah, dan Allah kabulkan dengan hadirnya seorang anak yang
kemudian diberi nama Ismail. Ada yang mengatakan bahwa Ismail berasal dari kata sami’a (
) َس ِم َع, yang berarti mendengar. Allah mendengar doa – doa yang tak pernah bosan
dilafadzkan Ibrahim.
2|Page
dengan seekor domba besar berwarna putih. Ibadah kurban inilah yang sampai hari ini kita
warisi sebagai bentuk kesyukuran akan nikmat – nikmat Allah SWT.
Pensyariatan Kurban
Ibadah kurban disyariatkan pada tahun kedua hijriyah, sama dengan perintah zakat
dan shalat ‘Id yang juga disyariatkan pada tahun yang sama. Pensyari’atan ibadah kurban
berdasarkan firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:
3|Page
Hukum Berkurban
Ulama madzhab sepakat bahwa kurban nazar hukumnya adalah wajib bagi setiap
muslim mukallaf, baik kaya ataupun miskin. Kurban nazar maksudnya adalah seseorang
bernazar kepada Allah jika Allah melapangkan urusannya atau Allah kabulkan
permohonannya maka ia bernazar untuk melaksanakan kurban. Orang yang bernazar untuk
kurban, maka kurban adalah wajib baginya.
Sedangkan kurban yang bukan karena nazar, maka ulama berbeda pendapat
tentangnya, apakah ia wajib atau Sunnah. Agaknya perbedaan pendapat ini disebabkan dua
hal:
1. Apakah kurban yang dilakukan Nabi SAW mengarah kepada wajib atau Sunnah? Dan
Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sekalipun.
2. Perbedaan ulama dalam memahami hadits – hadits Rasulullah yang berkaitan dengan
kurban. 1
Pendapat pertama, jumhur ulama dari kalangan Syafi’iyyah, Hanabilah dan pendapat
yang kuat dari Malikiyah berpendapat bahwa kurban hukumnya Sunnah muakkadah.
Artinya mengerjakan kurban mendaptakan pahala dan tidaklah berdosa bagi yang
meninggalkannya. Asyyafiiyah mengatakan bahwa kurban hukumnya Sunnah ‘ain untuk
pribadi masing – masing muslim, dan Sunnah kifayah bagi seluruh penghuni rumah.
Maksudnya jika satu orang sudah berkurban dalam satu rumah itu sudah memadai.
Dalil mereka, antara lain:
1. Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ummu Salamah, Rasulullah SAW bersabda:
» فَاَل يَ َمسَّ ِم ْن َش َع ِر ِه َوبَ َش ِر ِه َش ْيًئا،حِّي
َ ُض َ َوَأ َرا َد َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن ي،ُت ْال َع ْشر
ِ َ«ِإ َذا َد َخل
“Jika sudah masuk 10 pertama dzulhijjah sedang diantaran kalian ada yang ingin
berkurban, maka janganlah ia mencukur rambut dan kulitnya sedikitpun.” 2
Hadits ini menunjukkan bahwa kurban lebih bersifat anjuran dari Nabi SAW dan
tidak mengarah kepada wajib, karena di situ ada kata “bagi siapa yang mau”.
2. Hadits Jabir, beliau berkata:
زَ َل ِم ْن11َهُ ن1َطبَت ْ ُخ1ى1ض َ بِ ْال ُم1 َحى1ض
َ َ فَلَ َّما ق،لَّى1ص ْ لَّ َم اَأْل1صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس
َ ِ ت َم َع َرسُو ِل هَّللا ُ َش ِه ْد
،ُر1َ َوهَّللا ُ َأ ْكب،ِ ِم هَّللا1 «بِ ْس:ال1
َ 1َ َوق، ِد ِه1َلَّ َم بِي1 ِه َو َس1صلَّى هللاُ َعلَ ْي َ ِ ش فَ َذبَ َحهُ َرسُو ُل هَّللا ٍ ِم ْنبَ ِر ِه وُأتِ َي بِ َك ْب
»ضحِّ ِم ْن ُأ َّمتِي َ ُ َو َع َّم ْن لَ ْم ي،هَ َذا َعنِّي
“Saya bersama Rasulullah melaksanakan shalat Idul Adha di lapangan. Ketika
Rasulullah SAW menyelesaikan khutbahnya, Rasulullah turun dari minbarnya, dan
didatangkan kepadanya seekor domba lalu Rasulullah menyembelihnya dengan
tangannya, dan berkata: ‘Bismillah wallahu Akbar, ya Allah inilah kurbanku dan
siapapun dari umatku yang belum berkurban.” 3
Jelas terlihat dari hadits bahwa Rasulullah mewakilkan kurban umatnya dengan
kurban yang beliau lakukan. Ini menunjukkan bahwa kurban hukumnya Sunnah.
Pendapat kedua, Abu Hanifah mengatakan bahwa kurban hukumnya wajib. Pendapat
ini dikuatkan dengan beberapa dalil, diantaranya:
Menyembelihnya langsung tanpa diwakilkan ke orang lain, hadits no. 1966. Juga diriwayatkan oleh
An Nasa’I dan lainnya.
1
Lihat Bidayatul Mujtahid, juz 4, hal. 70.
2
HR. Muslim no 1977, Ibnu Majah no. 3149, Al Baihai no. 1816. Syaikh Al Bani berkata hadits ini
shahih.
3
HR. Abu Daud no. 2810, dan Ahmad no. 14893. Syaikh Al Arnauth berkata hadits ini shahih lighairihi.
4|Page
1. Firman Allah SWT:
Jika dilihat dan dibandingkan kedua pendapat ini, jelas pendapat pertama yang lebih
kuat. Ini karena terang dan jelasnya dalil yang mereka gunakan.
Terkait surat Al Kautsar ayat 2 yang dijadikan dalil oleh Hanafiyah, perintah berkurban
pada ayat ini tidaklah menunjukkan kepada wajib, jika disandingkan dengan hadits – hadits
lain yang menunjukkan akan sunnahnya berkurban. Sementara hadits dari Abu Hurairah
dengan jelas disebutkan “bagi yang memiliki kelapangan harta”. Dan tidak semua umat
memiliki kelapangan harta pada saat hari kurban dan hari – hari tasyriq. Lagipula hadits ini
dihukum dhaif oleh beberapa ulama, sehingga tidak dapat dijadikan hujjah.
5|Page
dan banyak lagi. Maka sebagai wujud syukur atas nikmat Allah, salah satunya, adalah
dengan berkurban. Allah SWT berfirman:
)2( ْك َوا ْن َحر َ َ) ف1( ك ْال َكوْ ثَ َر
َ ِّصلِّ لِ َرب َ ِإنَّا َأ ْعطَ ْينَا
“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang begitu banyak.
Maka shalatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS. Al Kautsar: 1 – 2)
3. Berkurban sebagai jalan menuju takwa
Kurban adalah salah satu ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Lebih dari itu kurban juga jalan menuju pribadi yang bertakwa. Allah SWT berfirman:
َّخ َرهَا لَ ُك ْم لِتُ َكبِّرُوا1 َال هَّللا َ لُحُو ُمهَا َواَل ِد َماُؤ هَا َولَ ِك ْن يَنَالُهُ التَّ ْق َوى ِم ْن ُك ْم َك َذلِكَ َس
َ لَ ْن يَن
َهَّللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َوبَ ِّش ِر ْال ُمحْ ِسنِين
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-
orang yang berbuat baik.” (QS. Al Hajj: 37)
4. Sebagaimana disebutkan, ibadah kurban ini erat kaitannya dengan Nabi Ibrahim dan
Ismail as. Melaksanakan ibadah kurban, tujuannya adalah agar kita mengingat
pengorbanan, ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah.
Meski perintah mengorban Ismail adalah perintah yang berat, ujian yang berat, namun
Ibrahim bersama Ismail mampu lulus dari ujian ini. Allah mengganti ketaatan Nabi
Ibrahim dengan seekor domba besar untuk dikurbankan. Bukan hanya itu saja, ibadah
kurban kemudian diwarisi umat sesudahnya sampai hari ini. Begitulah kebaikan, dia akan
terus tumbuh dan berkembang.
Waktu Penyembelihan
Waktu penyembelihan kurban dimulai pada hari kesepuuh Dzulhijjah, setelah
pelaksanaan shalat Idul Adha. Melaksanakan penyembelihan sebelum pelaksanaan shalat
1
Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim juz 5, hal. 416.
6|Page
Idul Adha tidak dianggap kurban, hanya sebagai sembelihan biasa. Rasullullah SAW
bersabda:
َدُأ فِي1ا نَ ْب11 «ِإ َّن َأ َّو َل َم:لَّ َم1 ِه َو َس1لَّى هللاُ َعلَ ْي1ص َ ا َل النَّبِ ُّي11َ ق:ال1 َ 1َ ق،ب ِ 1ع َِن البَ َرا ِء ْب ِن َع
ٍ از1
َل11ْ َو َم ْن ن ََح َر قَب،اب ُسنَّتَنَا َ ص َ ك فَقَ ْد َأ َ ُيَوْ ِمنَا هَ َذا َأ ْن ن
َ ِ فَ َم ْن فَ َع َل َذل، ثُ َّم نَرْ ِج َع فَنَ ْن َح َر،صلِّ َي
»ْك فِي َش ْي ٍء ِ ْس ِمنَ النُّس َ لَي،صالَ ِة فَِإنَّ َما هُ َو لَحْ ٌم قَ َّد َمهُ َأِل ْهلِ ِه
َّ ال
“Dari Al Barrak bin ‘Azib berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya hal
pertama yang kita lakukan pada hari ini adalah melaksanakan shalat ‘Id, kemudian kita
pulang dan melaksanakan penyembelihan. Siapa yang mengerjakan yang demikian itu
maka sudah melaksanakan Sunnah kita. Akan tetapi siapa yang melakukan penyembelihan
sebelum shalat ‘Id, maka sesugguhnya itu hanyalah sepotong daging biasa yang
disajikannya untuk keluarga dan bukan termasuk ke dalam ibadah kurban sedikitpun.” 1
Waktu penyembelihan terus berlangsung sampai berakhirnya hari – hari tasyriq. Hari
tasyriq adalah ke- 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Rasulullah SAW bersabda:
1
HR. Bukhari pada Bab Sunnah Kurban dan beberapa bab yang lain, hadits no. 5545. Imam Muslim
juga meriwayatkan hadits ini pada Bab Waktu Penyembelihan, hadits no. 1961. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh An Nasa’I no. 1777, Ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Baihaqi dalam Sunan Al
Kubra dalam beberapa bab.
2
HR. Ad Daruquthni dari Jubair bin Muth’im no. 4758, Baihaqi, no 19243, Ibnu Hibban dalam
Shahihnya, no. 3854. Syaikh Al Bani berkata hadits ini shahih.
3
HR. Muslim pada bab Haramnya berpuasa pada hari – hari tasyriq no. 1141. Juga diriwayatkan oleh
An Nasa’I pada bab Larangan berpuasa pada hari – hari tasyriq no. 4168.
7|Page
1. Kurban mestilah dari jenis binatang ternak dari unta, sapi, domba dan sejenisnya.
Berkurban dengan selain ketiga jenis binatang di atas berakibat kurban tidak sah. Allah
SWT berfirman:
َولِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة َج َع ْلنَا َم ْن َس ًكا لِيَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هَّللا ِ َعلَى َما َرزَ قَهُ ْم ِم ْن بَ ِهي َم ِة اَأْل ْن َع ِام
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah
kepada mereka…” (QS. Al Hajj: 34)
2. Hewan yang akan disembelih telah sampai berumur dewasa dan sudah tanggal gigi
serinya. Untuk unta di atas lima tahun, sapi dan kerbau di atas dua tahun,
kambing/domba/biri – biri biasanya setelah satu tahun. Menyembelih hewan kurban
yang belum cukup umur untuk disembelih dan belum berganti gigi serinya tidak
memenuhi syarat sah kurban. Ini berdasarkan hadits Rasullullah SAW:
»ضْأ ِن
َّ َج َذ َعةً ِمنَ ال1 فَت َْذبَحُوا، ِإاَّل َأ ْن يَ ْعس َُر َعلَ ْي ُك ْم،ً«اَل ت َْذبَحُوا ِإاَّل ُم ِسنَّة
“Janganlah kalian menyembelih (qurban) kecuali musinnah. Kecuali apabila itu
menyulitkan bagi kalian maka kalian boleh menyembelih domba jadza’ah.” 1
Musinnah maksudnya adalah cukup umur; unta 5 tahun, sapi 2 tahun dan kambing
1 tahun. Sedang jadza’ah maksudnya adalah domba yang baru berumur 6 bulan atau 8
bulan. Menyembelih jadza’ah dibolehkan, jika musinnah sulit ditemukan.
3. Hewan kurban dalam kondisi sehat dan tidak cacat. Cacat pada hewan kurban bisa
berupa buta sebelah, sakit, pincang, sangat kurus dan tidak mempunyai sumsum tulang,
terpotong ekornya, terputus sebelah telinganya dan kondisi lainnya yang
mengindikasikan hewan yang akan dikurbankan tidak dalam kondisi sehat atau ada
cacatnya. Rasulullah SAW bersabda:
ا ُء1 َو ْال َعرْ َج،هَا1ض
ُ ةُ ْالبَيِّنُ َم َر1يض
َ َو ْال َم ِر،ا11َ ْال َعوْ َرا ُء ْالبَيِّنُ َع َو ُره:اح ِّي
ِ ض َ َأرْ بَ َعةٌ اَل يُجْ ِزُئ فِي اَأْل
َو ْال َك ِسي َرةُ الَّتِي اَل تُ ْنقِي،ْالبَيِّنُ ظَ ْل ُعهَا
“Empat cacat yang tidak memadai dalam berkurban; buta yang jelas, sakit yang
nyata, pincang yang jelas dan kurus yang tidak ada lagi sumsumnya.” 2
4. Penyembelihan dilakukan pada waktu yang disyariatkan untuk penyembelihan. Yaitu
mulai dari setelah shalat Idul Adha sampai berakhirnya hari tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah,
sebelum matahari tenggelam.
8|Page
“Dari Ummu Salamah, dari Nabi SAW, bersabda: ‘Siapa yang sudah melihat hilal
bulan Dzulhijjah sedang ia ingin berkurban, maka janganlah ia memotong rambutnya
dan kukunya sampai ia berkurban.” 1
2. Menjual daging kurban atau beberapa bagian darinya
Kurban adalah dalam rangka taqarrub kepada Allah, mendekatkan diri kepada
Allah. Daging hewan kurban hanya dibolehkan dikonsumsi untuk orang yang berkurban,
dibagikan kepada fakir miskin dan diberikan kepada sahabat dan karib kerabat untuk
menyambung tali silaturahim. Menjual daging hewan kurban dapat menghilangkan
manfaat dan maqashid dari disyariatkannya kurban.
Termasuk dilarang adalah menjual kulit hewan kurban. Rasulullah tegas melarang
itu dalam haditsnya, dari Abu Hurairah:
»ُ« َم ْن بَا َع ِج ْل َد ُأضْ ِحيَّتِ ِه فَاَل ُأضْ ِحيَّةَ لَه
“Barangsiapa menjual kulit hasil sembelihan kurban, maka tidak ada kurban
baginya.” 2
Hadits ini mengandung pegertian bahwa dilarang menjual kulit hewan kurban, dan
jika itu dilakukan dapat berakibat tidak sahnya atau berkurangnya pahala kurban.
Kulit hewan kurban bisa dimanfaatkan oleh orang yang berkurban atau dibagikan
kepada yang mau mengolahnya dan tidak dijual. Wallahu a’lam.
3. Memberi upah tukang daging yang memotong hewan kurban dari daging kurban. Hal itu
berdasarkan hadits dari Ali ra., berkata:
،ا11َا َو ِجاَل لَه11َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْن َأقُو َم َعلَى بُ ْدنِ ِه َوَأ ْق ِس َم ُجلُو َده
َ ِ َأ َم َرنِي َرسُو ُل هَّللا
» «نَحْ ُن نُ ْع ِطي ِه ِم ْن ِع ْن ِدنَا:ال َ َ َوق،َوَأ َم َرنِي َأ ْن اَل ُأ ْع ِط َي ْال َج َّزا َر ِم ْنهَا َش ْيًئا
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan aku untuk menyembelih
hewan kurbannya dan membagi-bagi dagingnya, kulitnya, dan alat-alat untuk
melindungi tubuhnya, dan tidak memberi tukang potong sedikitpun dari kurban tersebut.
Tetapi kami memberinya dari harta kami” 3
Upah untuk tukang jagal tidak diambilkan dari daging kurban atau kulitnya atau
bagian lainnya dari hewan kurban. Upah jagal diambilkan dari orang yang berkurban.
Akan tetapi tukang jagal boleh mendapatkan bagian dari hewan kurban sebagai bagian
pemberian yang diberikan oleh orang yang berkurban.
4. Mengambil manfaat dari hewan yang sudah diniatkan untuk berkurban. Seperti dijadikan
hewan tunggangan, atau diambil susunya, atau menyewakannya untuk membajak sawah
atau keperluan lainnya. Kurban tujuannya adalah dalam rangka taqarrub kepada Allah.
Itu berarti bahwa hewan itu sudah kita berikan kepada Allah untuk dikurbankan pada
hari penyembelihan.
1
HR. An Nasa’I dalam Kitab Al Adhahi no 4361, Ibnu Hibban no 5917, dan Ath Thabrani no 562. Syaikh
Al Bani berkata hadits ini shahih.
2
HR. Baihaqi pada bab Tidak menjual dari hewan kurban sedikitpun no. 19233, dan Al Hakim dalam Al
Mustadrak, no 3468. Al Hakim berkata hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.
3
HR. Abu Daud no. 1769. Syaikh Al Bani berkata hadits ini shahih.
9|Page
kaitannya dengan sikap lemah lembut terhadap hewan sembelihan, hendaklah
memperhatikan hal – hal berikut:
1. Hendaklah menyembelih dengan pisau yang tajam dan dilakukan dengan cepat.
Rasululah SAW bersabda:
َوِإ َذا َذبَحْ تُ ْم،َة11َنُوا القِ ْتل11ِإ َذا قَت َْلتُ ْم فََأحْ ِس11َ ف، ْي ٍء11انَ َعلَى كُلِّ َش11َب اِإل حْ َس َ «ِإ َّن هَّللا َ َكت
»ُ َو ْلي ُِرحْ َذبِي َحتَه،ُ َو ْليُ ِح َّد َأ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَه،َفََأحْ ِسنُوا ال ِّذ ْب َحة
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berlaku baik) terhadap segala
sesuatu. Maka jika kalian membunuh (hewan yang dibolehkan untuk dibunuh), berlaku
baiklah dalam membunuh. Jika kalian menyembelih, maka berlaku baiklah dalam
menyembelih. Hendaklah kalian menajamkan mata pisau kalian, hingga menenangkan
(tidak menyakiti) hewan sembelihannya.” 1
2. Tidak mengasah pisau di dekat hewan yang akan disembelih. Ini dapat menakutinya dan
membuatnya stres. Rasulullah pernah mengingatkan hal ini kepada salah seorang
sahabatnya, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra.,:
ذبَ ُحهَا1ْ 1َ ُد َأ ْن ي1اةً ي ُِري1 َج َع َش1ض ْ ا َأ َّن َر ُجاًل َأ11 َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم1ض
ِ َر،س ٍ ِد هَّللا ِ ب ِْن َعبَّا1ْع َْن َعب
ٍ ا11َا َموْ ت11َ ُد َأ ْن تُ ِميتَه1 «َأتُ ِري:لَّ َم1 صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس
ت هَاَّل َ َ فَق،َُوهُ َو يَ ُح ُّد َش ْف َرتَه
َ ال النَّبِ ُّي
»ك قَ ْب َل َأ ْن تُضْ ِج َعهَا َ ََح َددْتَ َش ْف َرت
Dari Abdullah bin Abbas ra., bahwa ada seorang laki – laki yang membaringkan
seekor domba ingin menyembelihnya, sementara dia mengasah pisaunya. Maka
bersadalah Rasulullah SAW, “Apakah engkau akan membuatnya mati berkali – kali?
Bukankah lebih baik engkau mengasah pisaumu sebelum engkau membaringkannya?” 2
3. Yakin bahwa hewan yang sudah disembelih telah benar – benar mati, baru kemudian
diolah dagingnya.
2. Tidak memotong rambut dan kuku sampai hari penyembelihan. Ini berdasarkan hadits
dari Ummu Salamah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
1
HR. Abu Daud no. 2815, Ibnu Majah pada bab Jika kalian menyembelih maka berbuat baiklah dalam
menyembelih no. 3170, At Tirmidzi no. 1409, An Nasa’I, Ibnu Hibban dan Ahmad. Syaikh Al Bani
menshahihkan hadits ini.
2
HR. Al Hakim dalam Kitab Adz Dzabaih (hewan – hewan sembelihan) no. 7570 dan berkata hadits ini
shahih berdasarkan syarat Imam Bukhari akan tetapi Imam Bukhari tidak memasukkannya dalam
Kitab Shahihnya. Juga diriwayatkan oleh Baihaqi no. 19141.
3
HR. Muslim no. 41.
10 | P a g e
3. Memotong sendiri hewan yang akan dikurbankan. Itu karena Rasulullah SAW
menyembelih hewan kurbannya dengan tangannya sendiri. Hal itu seperti hadits dari
Anas bin Malik, beliau berkata:
َّمى1 َو َس، ِد ِه1 َا بِي11 َذبَ َحهُ َم،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ َك ْب َش ْي ِن َأ ْملَ َح ْي ِن َأ ْق َرنَ ْي ِن
َ ضحَّى النَّبِ ُّي
َ «
»اح ِه َما ِ َ صفِ ض َع ِرجْ لَهُ َعلَى َ َو َو،َو َكب ََّر
“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor kambing yang putih
kehitaman (bercampur hitam pada sebagian anggota tubuhnya), bertanduk, beliau
menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, beliau mengucapkan bismillah
serta bertakbir dan meletakkan kaki beliau di badan kedua hewan tersebut.” 1
1
HR. Bukhari dan Muslim.
11 | P a g e
tangannya, dan berkata: ‘Bismillah wallahu Akbar, ya Allah inilah kurbanku dan
siapapun dari umatku yang belum berkurban.” 2
2
HR. Abu Daud no. 2810, dan Ahmad no. 14893. Syaikh Al Arnauth berkata hadits ini shahih lighairihi.
12 | P a g e
Allah juga tidak melarang seorang muslim untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada
orang kafir, selama orang kafir tersebut tidak memerangi kaum muslimin. Allah SWT
berfirman:
رُّ وهُ ْم11َار ُك ْم َأ ْن تَب1 ِ د1اتِلُو ُك ْم فِي ال11َا ُك ُم هَّللا ُ ع َِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُق11َاَل يَ ْنه
ِ 1َِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي
ََوتُ ْق ِسطُوا ِإلَ ْي ِه ْم ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al
Mumtahanah: 8)
Wallahu a’lam.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrahman Al Jaziri, Kitab Al Fiqh ‘ala Al Madzahib Al Arba’ah, Cetakan kedua, 2003/1423
H. Beirut: Dar Al Kutub Al ‘Ilmiyah.
Abu ‘Abdurrahman Muhammad Al ‘Alawy, Fiqh Al Udhiyah, Cetakan pertama, 1419 H.
Jedah: Dar Majid ‘Asiry.
Andri Yaldi, Lc., MA, Masail Mutafarriqah fi Al Udhiyah, Disampaikan dalam Mudzakarah
MUI Kab. Lima Puluh Kota, tanggal 27 Juni 2021 di Pesantren Al Kautsar Tanjung Pati,
Kab. Lima Puluh Kota.
As Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, Cetakan ke-154, 2018/1439 H. Kairo: Dar Al Fatah.
Ibnu Ruysd Al Qurtubi Al Andalusi, Bidayat Al Mujtahid wa Nihayat Al Muqtashid, Cetakan
pertama, 1996/1416 H. Beirut: Dar Al Kutub Al ‘Ilmiyah.
Muhammad bin Ibrahim Al Hija’, Ahkam Al Udhhiyah fi Al Fiqh Al Islami. Al Alukah.net.
13 | P a g e
Wahbah Az Zuhaily, Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Jilid 3, Cetakan Kedua, 1985. Damaskus:
Darul Fikr.
Wizarah Al Awqaf wa Asy Syu’un Al Islamiyah Kuwait, Al Mausu’ah Al Fiqhiyah, Cetakan
kedua, 1983/1404. Kuwait: Thiba’ah Dzat Al Salasil.
Yendri Junaidi, Lc., MA, Kurban dan Beberapa Masalah Terkait Dengannya, Disampaikan
dalam Mudzakarah MUI Kab. Lima Puluh Kota, tanggal 27 Juni 2021 di Pesantren Al
Kautsar Tanjung Pati, Kab. Lima Puluh Kota.
14 | P a g e