Anda di halaman 1dari 4

Metro, 10 Juli 2022

TIGA PELAJARAN UTAMA HARI RAYA QURBAN

ُ ‫ هللَا‬.ُ‫ هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبر‬.ُ‫ هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبر‬.ُ‫هللُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبر‬
َ ‫صد‬
‫َق‬ َ ،ُ‫ اَل ِإل َه ِإالَّ هللاُ َوحْ دَ ه‬،ً‫هللا ب ُْك َر ًة َوَأصِ ْيال‬ ِ ‫ان‬ َ ‫هلل َك ِثيْرً ا َو ُسب َْح‬ ِ ‫َأ ْك َبرْ َك ِبيْرً ا َو ْال َح ْم ُد‬
ُ ‫ هللَا‬،ُ‫ الَِإل َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْك َبر‬،ُ‫اب َوحْ دَ ه‬ َ ‫ص َر َعبْدَ هُ َوَأ َع َّز ُج ْندَ هُ َو َه َز َم اَأْلحْ َز‬ َ ‫َوعْ َدهُ َو َن‬
ُ‫ض َف َخصَّ َبعْ ض‬ ٍ ْ‫ض ُه َع َلى َبع‬ َ ْ‫ض َل َبع‬ َّ ‫ان َو َف‬ َ ‫الز َم‬ ّ ‫الحمْ ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َخ َل َق‬ َ .‫لحمْ ُد‬ َ ‫هلل ْا‬ِ ‫َأ ْك َب ُر َو‬
‫ َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإ َل َه‬.‫ات‬ ُ ‫والح َس َن‬
َ ‫ال ُّشه ُْو ِر َواَألي َِّام َوا َلل َيالِي ِب َم َزا َيا َو َفضَاِئ َل ي َُع َّظ ُم ِف ْي َها اَألجْ ُر‬
‫ْك َل ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ نا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى ِب َق ْولِ ِه َو ِفعْ لِ ِه‬ َ ‫ِإالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬
‫ِك َو َرس ُْول َِك م َُح ّم ٍد ِو َع َلى آلِه وأصْ َح ِاب ِه ُهدَا ِة‬ َ ‫ص ّل وسّلِّ ْم ع َلى َع ْبد‬ َ ‫ اللّ ُه َّم‬.ِ‫ِإ َلى الرَّ َشاد‬
َ ‫ ف َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا‬،‫ أمَّا بعْ ُد‬.ِ‫البالَد‬ ‫َأل‬
‫ت‬ِ ‫الطا َعا‬ َّ ‫هللا َت َعا َلى ِب ِفعْ ِل‬ ِ ‫ا َن ِام في َأ ْن َحا ِء‬
َ ‫ ِإ َّن َشانَِئ‬. ْ‫ك َوا ْن َحر‬
‫ك‬ َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬َ َ‫ ف‬.‫اك ْال َك ْوثَ َر‬ َ َ‫ ِإنَّا َأ ْعطَ ْين‬:‫الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ َ‫فَقَ ْد ق‬
‫هُ َو اَأْل ْبتَ ُر‬
Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas
dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun,
praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil.
Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging
atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban.

‫لَ ْن يَنَا َل هَّللا َ لُحُو ُمهَا َوال ِد َماُؤ هَا َولَ ِك ْن يَنَالُهُ التَّ ْق َوى ِم ْن ُك ْم‬
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (Al-Hajj: 37)

Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun
syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk
menyembelih anak kesayangannya, Ismail (‘alaihissalâm). Seorang anak yang ia idam-idamkan
bertahun-tahun karena istrinya sekian lama mandul. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa
semula Nabi Ibrahim berdoa:

َ ‫ َربِّ َهبْ لِي م َِن الصَّالِح‬.


‫ِين‬
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.”
Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas
dan sabar (ghulâm halîm). Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji
dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu
dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Anak yang
saleh itu menjawab, "Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan
dapati aku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala sang bapak dan anak pasrah kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya
ke suatu tumpukan pasir. Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah
dan siap disembelih.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Atas kehendak Allah, drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan. Allah
berfirman dalam ayat berikutnya:

َ ‫ َو َت َر ْك َنا َع َل ْي ِه فِي اَآْلخ ِِر‬.‫ْح َعظِ ٍيم‬


H.‫ َساَل ٌم َع َلى ِإب َْراهِي َم‬.‫ين‬ ْ ْ
ٍ ‫ َو َفدَ ْي َناهُ ِب ِذب‬. ُ‫إنَّ َه َذا َله َُو ال َباَل ُء الم ُِبين‬
َ ‫ ِإ َّن ُه ِمنْ عِ َبا ِد َنا ْالمُْؤ ِمن‬.‫ِين‬
‫ِين‬ َ ‫ك َنجْ ِزي ْالمُحْ سِ ن‬ َ ِ‫َك َذل‬
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-
orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman.”

Hadirin,

Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau pengambilan
pelajaran dari kisah tersebut. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita tarik dari kisah tentang
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual penyembelihan hewan kurban secara umum.

Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla. Nabi Ibrahim yang
mendapat julukan “khalilullah” (kekasih Allah) mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya
meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat perintah
menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah
titipan. Anak—betapapun mahalnya kita menilai—tak boleh melengahkan kita bahwa hanya
Allahlah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan.

Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya
untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim
menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni pendekatan
diri.

Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak
berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah
tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa
unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan
Tuhannya.

Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,

Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan
untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan,
namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia.
Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam
bentuk tubuh manusia—sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada
zaman dulu—adalah hal yang diharamkan.

Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu
bapak, yakni Nabi Adam ‘alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah
dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh
manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia
sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya
mesti dijamin hak-haknya.

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging
hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi
pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya.

Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan,
bila masing-masing manusia sekadar memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli
dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan
sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantre dalam sebuah loket pejualan tiket, bersedia
menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lain-lain.
Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Di sinilah perlunya kita “menyembelih”
ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena esensi kurban
adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu
a’lam. 
‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل‬‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬ ‫بَا َر َ‬
‫هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‪َ ،‬وَأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ‬
‫هُ َو ال َغفُ ْو ُر الر ِ‬
‫َّحيْم‬

‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر اَ ْل َح ْم ُد هللِ َعل َى ِإحْ َسانِ ِه‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬‫لى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬ ‫َوال ُّش ْك ُر لَهُ َع َ‬
‫إلى ِرضْ َوانِ ِه‬ ‫اعى َ‬ ‫‪.‬أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّد ِ‬ ‫َّ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا َأ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا‬ ‫اللهُ َّم َ‬
‫النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه ِبنَ ْف ِس ِه‬
‫لى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذي َْن‬ ‫صلُّ ْو َن َع َ‬ ‫ال تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬ ‫َوثَـنَى ِب َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬‫آ َمنُ ْوا َ‬
‫ض اللّهُ َّم َع ِن‬ ‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ‬
‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َو َعلَى ِ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي‬ ‫َّاش ِدي َْن َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫ْال ُخلَفَا ِـء الر ِ‬
‫ك يَا اَرْ َح َم الرَّا ِح ِمي َْن اَللهُ َّم‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬ ‫ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك ِإلَى يَ ْو َم ال ِّد ْي ِن‪.‬‬ ‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ َأ ْع َدا َءال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫نَ َ‬
‫لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬ ‫اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا‬ ‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْل َد ِ‬ ‫بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَ َ‬
‫اواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫ان َوِإيْتآ ِء‬‫اس ِري َْن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬ ‫لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ‬
‫لخ ِ‬
‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ‬ ‫ِذي ْالقُرْ َ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬
‫ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬

Anda mungkin juga menyukai