Anda di halaman 1dari 8

NASKAH KHUTBAH IDUL ADHA 1423 H / 2022 M

MAKNA DIBALIK QURBAN DAN PERJUANGAN


UNTUK KEMAJUAN PERADABAN

KHATIB:
Dr. HARMIN HARI, SP., M.Si

Disampaikan pada pelakasanaan Hari Raya Idul Adha


10 Dzulhijah 1443 H/ 10 Juli 2022

1
KHUTBAH PERTAMA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kaum muslimin jama‟ah sholat Idul Adha Rahimakumullah

Dalam suasana gembira saat ini setelah 2 tahun kita diterpa pandemi Covid -19 ,
(2020-2021) , ditahun 2022 ini kita sudah memasuki kehidupan normal kembali .
kita merayakan hari raya Idul Adha dengan penuh haru dan senang berkumpul di
tempat ini (Lapangan Raja Jin) Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Kita
melantunkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai ungkapan rasa syukur serta terima
kasih kita kehadirat Allah SWT, Kita agungkan asma Allah, Tuhan yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Shalawat dan Salam juga kita Sampaikan kepada Rasulullah Muhammada SAW
semoga kita termasuk umatnya yang senantiasa mengikuti Beliau baik dari segi
Aqidah, Ibadah dan Muamalah utamanya Akhlak beliau yang Mulia.

Rasulullah SAW bersabda: INNAMAA BU’ITSU LIUTAMMIMA MAKARIMQAL


AKHLAQ ( TIDAK SEKALI-KALI SAYA DIUTUS OLEH ALLAH KECUALI
HANYA SATU UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK, UNTUK
MEMBANGUN AKHLAKUL KARIMAH)

Selanjutnya marilah senantiasa Bertakwa kepada Allah SWT karena orang yang
bertaqwa adalah yang paling Mulia derajatnya disisi Allah SWT.
Allah SWT. Orang yang Bertakwa juga senantiasa diberikan jalan keluar dari
permasalah dan Rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya: Sebagaimana
Firman Allah dalam Surat Ath-Tholaq ayat 2-3:

ُ ۚ ‫ث َﻻ َي ۡحتَس‬
ُ‫ِب َو َمن َيتَ َو ﱠك ۡل َعلَى ٱ ﱠ ِ فَ ُه َو َح ۡسبُ ۚ ٓۥه‬ ُ ‫﴿ َو َي ۡر ُز ۡقهُ ِم ۡن َح ۡي‬
WAYARZUKU MINHAISU LAA YAH TASIB, WAMAY YATAWAKKAL
‘ALALLAH FAHUWA HASBUH,

2
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.

Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbra Walillahil hamdu
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah

Hari ini adalah hari Raya Haji atau hari Raya


kurban yang penuh keistimewaan. Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul
Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim
sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik
kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil.
Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun
bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan
dari si pemberi kurban.
‫لَن َينَا َل ٱ ﱠ َ لُ ُحو ُم َها َو َﻻ ِد َما ٓ ُؤهَا َو ٰلَ ِكن َينَالُهُ ٱلت ﱠ ۡق َو ٰى ِمن ُك ۡۚم‬
LAYYANAA LALLAHA LUHUU MUHAA WALAA DIMAA UHAA
WALAAKIYYANAA LUHU TAKWA MINKUM

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.

Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar Walillahil hamdu

Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia,
namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi
Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail (‘alaihissalâm). Seorang
anak yang ia idam-idamkan bertahun-tahun. Dalam Surat ash-Shaffat ayat 100,
dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa:
‫ب ه َۡب ِلي ِمنَ ٱل ٰ ﱠ‬
َ‫ص ِل ِحين‬ ِ ّ ‫َر‬
(RABBI HABLI MINASHOLIHIIN)
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-
orang yang saleh.

Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang
amat cerdas dan sabar (ghulâm halîm). Hanya saja, ketika anak itu menginjak
dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku,
dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk
menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Anak yang saleh itu menjawab,
"Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati
aku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala sang bapak dan anak pasrah
kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya ke suatu tumpukan pasir.
Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah dan siap
disembelih. Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullah, Atas kehendak Allah,
drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan.
Allah berfirman dalam ayat berikutnya:

3
‫س ٰ َل ٌم‬
َ َ‫علَ ۡي ِه ِفي ۡٱﻷ ٓ ِخ ِرين‬
َ ‫ين َوفَدَ ۡي ٰنَهُ ِبذ ِۡبحٍ َع ِظ ٖيم َوتَ َر ۡكنَا‬ ُ ‫ِإ ﱠن ٰ َهذَا لَ ُه َو ۡٱل َب ٰ ٓلَؤُ اْ ۡٱل ُم ِب‬
َ‫يم َك ٰذَ ِل َك ن َۡج ِزي ۡٱل ُم ۡح ِسنِينَ ِإنﱠ ۥهُ ِم ۡن ِع َبا ِدنَا ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين‬ َ ‫علَ ٰ ٓى ِإ ۡب ٰ َر ِه‬
َ
(INNA HAAZAA LAHUWAL BALAA ULMUBIIN WAFADAY NAAHU
BIZIBHIN’ADZIIM WATARKNAA ‘ALAIHI FIL AAKHIRIINA SALAMUN
‘ALA IBRAHIIMA KAZAA LIKA NAJZIL MUHSINIINA INNAHU MIN
IBAADIHIL MU’MINIIN}

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman.”

Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar Walillahil hamdu
Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah

Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau
pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa
kita tarik dari kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual
penyembelihan hewan kurban secara umum.

Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla. Nabi


Ibrahim yang mendapat julukan “khalilullah” (kekasih Allah) mendapat ujian berat
pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam
rumah tangganya. Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak
mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak—betapapun
mahalnya kita menilai—tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allahlah tujuan
akhir dari rasa cinta dan ketaatan. Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia
membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan
mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim
menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni
pendekatan diri. Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu
membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya.
Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon
pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan.
Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan
Tuhannya. Dalam peradaban modern disebut demokrasi. Menghargai pendapat
bahkan memintai pendapat atas keputusan yang akan diambil.

Melalui pelajaran dari kisah ini betapa kemuliaan itu diraih dengan berpegang
kepada tali agama Allah walaupun harus berkurban harta, tenaga bahkan jiwa
sekalipun. Adapun orang-orang yang durhaka kepada Allah maka maka akan

4
ditimpakan kehinaan dimana saja, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al
Imran ayat (112):

ِ ‫علَ ۡي ِه ُم ٱل ِذّلﱠةُ أ َ ۡينَ َما ث ُ ِقفُ ٓواْ ِإ ﱠﻻ ِب َح ۡب ٖل ِ ّمنَ ٱ ﱠ ِ َو َح ۡب ٖل ِ ّمنَ ٱلنﱠ‬


‫اس َو َبا ٓ ُءو‬ َ ‫ض ِر َب ۡت‬ ُ
ۚ
َ‫علَ ۡي ِه ُم ۡٱل َم ۡس َكنَةُ ٰذَ ِل َك ِبأَنﱠ ُه ۡم َكانُواْ يَ ۡكفُ ُرون‬ َ ‫ض ِربَ ۡت‬ ُ ‫ب ِّمنَ ٱ ﱠ ِ َو‬ ٖ ‫ض‬ َ َ‫ِبغ‬
َ‫صواْ ﱠو َكانُواْ يَعۡ تَدُون‬َ ‫ع‬ َ ‫ت ٱ ﱠ ِ َويَ ۡقتُلُونَ ۡٱﻷ َ ۢنبِيَا ٓ َء بِغ َۡي ِر َح ۚ ٖ ّق ٰذَ ِل َك بِ َما‬ِ َ‫ب ٔ◌ َ◌ا ٰي‬ ِ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi
kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk
mempertahankan nilai-nilai ke Tuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau
untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail
dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh
manusia—sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada
zaman dulu—adalah hal yang diharamkan.
Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan
dari satu bapak, yakni Nabi Adam ‘alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu
tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau
menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara
keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali
tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-
haknya. Islam sangat menghargai kemanusiaan, menghargai pula perbedaan
pendapat karena dianggap sebagai rahmat, yang terpenting adalah perbedaan yang
ada tidak boleh berkonflik, bermusuhan, dan merasa paling benar dan yang lain
salah. Sejatinya kita semua harus saling mengenal dan menyayangi dan
membangun silatrrahim.. Hal ini diabadikan dalan surah al Hujurat ayat 13 .

‫ارفُ ٓو ۚاْ ِإ ﱠن‬ ُ ‫اس ِإنﱠا َخلَ ۡق ٰنَكُم ِ ّمن ذَ َك ٖر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ۡل ٰنَ ُك ۡم‬
َ ‫شعُوبٗ ا َوقَبَآئِ َل ِلتَ َع‬ ُ ‫ٰيَٓأَيﱡ َها ٱلنﱠ‬
َ َ ‫أَ ۡك َر َم ُك ۡم ِعندَ ٱ ﱠ ِ أَ ۡتقَ ٰى ُك ۡۚم إِ ﱠن ٱ ﱠ‬
‫ير‬ٞ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬
(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal)

5
Islam juga mengajarkan sifat memuliakan manusia. Kalau Allah SWT sudah
memuliakan manusia maka tidak sepantasnya kita saling membenci, saling
mengkafirkan apalagi saling bunuh satu sama lain. Kemuliaan manusia, anak cucu
adam ini disebutkan dalam penggalan Alqur’an Surat Al-Isra (70) : 17, Allah
SWT berfirman:

‫َولَقَ ۡد َك ﱠر ۡمنَا َب ِن ٓي َءادَ َم َو َح َم ۡل ٰنَ ُه ۡم ِفي ۡٱلبَ ِ ّر َو ۡٱلبَ ۡح ِر َو َرزَ ۡق ٰنَ ُهم ِ ّمنَ ﱠ‬
ِ ‫ٱلط ِيّ ٰ َب‬
‫ت‬
‫ض ٗيﻼ‬ َ ‫ض ۡل ٰنَ ُه ۡم‬
ِ ‫علَ ٰى َكثِ ٖير ِ ّم ﱠم ۡن َخلَ ۡقنَا ت َ ۡف‬ ‫َوفَ ﱠ‬
(WALAQOD KARROMNAA BANII AADAMA WA HAMALNAAHUM
FIL BARRI WAL-BAHRI WA ROZAQNAAHUM MINATH-THIYYIBATI
WA FADHOLNAAHUM ‘ALAA KASIIRIM MIM-MAN KHALAQNAA
TAFDHIILA)

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.

Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar Walillahil hamdu

Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan.
Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya
sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran,
waktu, dan lain sebagainya. Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran
kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan, bila masing-masing manusia sekadar
memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain,
alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan sedikit waktunya,
misalnya, untuk mengantre dalam sebuah loket pejualan tiket, bersedia
menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala,
berkorban, berzakat, bersedekah, berinfak, berbagi sesama dan lain-lain. Sebab,
keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Rasulullah SAW bersabda
Khoirunnas anfauhum linnas (Sebaik baik manusia adalah m,anusia yang
bermanfaat bagi sesamanya. Di sinilah perlunya kita “menyembelih” ego
kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena esensi
kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan
Allah. Ketulusan murni sembelihan ini benar-benar hanya ditujukan untuk
menghambakan diri kepada Allah SWT sebagaimana Firman Allah dalam surat
Al-Kautsar ayat (2):
﴾ ‫ص ِّل ِل َر ِبّ َك َو ۡٱن َح ۡر‬
َ َ‫﴿ف‬
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah sebagai ibadah
mendekatkan diri kepada Allah SWT

Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT

6
Jika dikaitkan dengan dengan Daerah yang Kita Cintai, Kabupaten Buton Utara,
dimana baru-baru ini kita memperingati Hari Ulang Tahun Buton Utara yang
kelima belas yang bertepatan pada 10 Hari pertama bulan Djulhijah, Dalam Hadis
Riwayat Imam At-Tirmidzi Rasulullah Shalalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai Allah SWT melebihi amal sholeh
yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)." Para
sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah SWT?" Rasulullah SAW
menjawab, "Tidak pula jihad di jalan Allah SWT, kecuali orang yang berangkat
jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun."

Pengorbananan selalu berkaitan dengan perjuangan.. Setiap perjuangan dibutuhkan


pengorbanan dan Pengorbanan yang desertai dengan keikhlasan akan sangat mulia
disi Allah SWT. Maka Harapan kita semua, Kabupaten Buton Utara ini dapat
Menjadi Daerah yang Maju, Adil dan Sejahtera serta dibukakan Pintu Rahmat dan
Karunia dari Allah SWT menjadi Daerah yang Baldatun Tayibatun warabbun
Ghafur menuju peradaban yang maju. Melalui Momentum Bulan Dzulhijah
dan Hari Raya Idul Qurban ini ada beberapa hal yang istimewa bagi daerah kita
ini:
1. Keistimewaan dihari Ulang Tahun Terbentuknya Buton Utara yang Kelima
Belas berada pada 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijah
2. Segala Jerih Payah Pengorbanan Baik tenaga, Pikiran dan materi yang
dilakukan masyarakat Buton Utara dengan penuh keikhlasan InsyaAllah akan
mendapatkan Balasan Pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT
3. Kalau dulu berjuang untuk mekar maka sekarang berjuang untuk mengisi
pembanguan, pemerintahan dan pelayanan masyarakat
4. Bahwa perujuangan hanya ada awalnya dan tidak ada akhirnya karena itu perlu
kesinambungan dan kontinyuitas
5. Bahwa kita tidak menutup mata sudah banyak kemajuan dan capaian tetapi
masih banyak pula Pekerjaan Rumah yang harus kita selesaikan karena itu
dibutuhkan kerjasama semua pihak
6. Pembangunan berjalan tidak seperti membalikan telapak tangan tetapi bersifat
gradual dan butuh kesabaran serta proses..

Selanjutnya dengan hikmah idul qurban ini diharapkan masyarakat Buton


Utara, lebih mudah berqurban, berbagi diantara sesama, saling membantu bahu
membahu diantara sesama, terbangun solidaritas, tidak tersekat-sekat hanya
karena kepentingan kelompok, kepentingan sesaat. Dan yang lebih penting lagi
akan menambah ketaatan kita kepada Allah SWT

Semoga Allah subhanahu Wata’ala memberikan keberkahan serta rahmat Nya


bagi daerah kita ini menjadi Buton Utara yang maju, adil dan sejahtera

‫بارك ﷲ لي ولكم فى القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من اﻵيات والذكر‬
.‫ أقول قولي هذا واستغفر ﷲ لي ولكم إنه هو الغفور الرحيم‬, ‫الحكيم‬

7
KHUTBAH KEDUA

Akhirnya, dalam nuansa kegembiraan dan sukacita 'Ied ini, mari kita kembali
memanjatkan do'a dan bermunajat kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha
Mengabulkan permohonan hamba-hambanya.
Allahumma, ya Allah, ya Ghafur ya Rahim. Di hari yang Engkau muliakan ini,
kami, hamba-hamba-Mu yang hina dan lemah ini, kembali menghadap kepada-
Mu, mengharap belas kasih dan ampunan-Mu. Kami sadar, masih terlalu banyak
kesalahan dan kealpaan yang telah kami lakukan. Masih belum sempurna ibadah
dan penyembahan kami kepada-Mu. Ampunila Dosa dan kesalahan kami, orang
tua kami, para pemimpin kami, pendahulu kami , kami yakin pintu ampunan dan
rahmat-Mu jauh lebih luas. Ya Tawwabu ya Ghaffar.
Allahumma, ya Allah, ya Rahman ya Rahim. Orang-orang tua, handai tolan,
tetangga, sahabat-sahabat, dan saudara-saudara kami seiman terkhusus Saudara
kami masyarakat Buton Utara yang sedang menunaikan haji tahun ini, telah
meninggalkan padang 'Arafah. Hari ini, mereka bergembira sebagaimana kami di
sini. Ya Allah, kabulkan doa dan munajat mereka. Terima amal shalih mereka
dengan baik. Jadikan mereka, mendapatkan haji yang mabrur, Beri mereka
kekuatan dan keselamatan hingga mereka tiba kembali ke negeri-negeri mereka.
Allahumagfir lilmuslimiina wal muslimaat, walmu’miniina wal mu’minaat, al
ahyai minhum wal anwaat innaka karibu mujiibu da’waat,
Rabanaa dholamnaa amfusanaa waillamtagfirlaa watarhamna lanakuna minal
khasiriin;

‫ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اﻵخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
Rabbana 'atina fidduniya hasana wa fil akhirati hasana wakinaa 'adzabannar

‫رب‬ ‫وصلى ﷲ على نبينا ﷴ وعلى آله وصحبه أجمعين وآخر دعوانا أن الحمد‬
‫العالمين‬

Wasalllahu ‘ala nabina muhamma wa’ala alihi washahbihi ajamin.


Alhamdulillah rabbil ‘alamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai