Anda di halaman 1dari 4

Khutbah I

‫ ُهللا َأْك َبُر ُك َّلمَا َص اَم‬، ‫×) ُهللا َأْك َبُر ُك َّلَم ا َهَّل ِهَالٌل َو َأْبَد َر‬٣( ‫×) ُهللا َاكَبُر‬٣( ‫×) ُهللا َأْك َبُر‬٣( ‫ُهللا َأْك َبُر‬
.‫ ُهللا َأْك َبْر ُك َّلمَا َتَر اَك َم َسَح اٌب َو َأْم َطَر َو ُك َّلما َنَبَت َنَباٌت َو َأْز َهَر َو ُك َّلَم ا َأْطَع َم َقاِنٌع ْالُم ْعَتَّر‬، ‫َص اِئٌم َو َاْفَطَر‬
.‫َاْلَح ْم ُد ُهلل اَّلِذ ي َفَّض َل َع ْش َر ِذ ى اْلِح َّج ِة ِبَتْض ِع ْيِف ُأُجْو ِر ْالِع بَاَداِت‬
‫َفَم ْن َك اَن َخ َر َج ِم ْن َبْيِتِه ِإَلى ِشَر اِء اُأْلْض ِح َّيِة َك اَن َلُه ِبُك ِّل َخ ْطَو ٍة َع ْش ُر َح َس َناٍت َو ُمِح َي َع ْنُه َع ْش ُر‬
‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإلَه ِإاَّل ُهّللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه الُم ْو ِج ُد اْلُم ْع ِدُم اْلَم ْخ ُلْو َقاِت َو َأْش َهُد َاَّن َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا‬.‫َس ِّيَئاٍت‬
.‫َع ْبُد ُه َر َّغ َب ُأَّم َتُه ِفى اُأْلْض ِح َّيِة َو َأْع َم اِل الَّصاِلحَاِت‬
. ‫َالَّلُهَّم َفَص ِّل َو َس ِّلْم َعلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َس ِّيِد الَّساَداِت َو َعلى آِلِه َو َص ْح ِبِه مَا اْخ َتَلَفِت اَأْلَّياُم َو الَّساعَاُت‬
‫ َفَياِع َباَد ِهللا ِاَّتُقواَهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َالَتُم ْو ُتَّن ِاَّال َو َاْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬. ‫َأَّم ا َبْعُد‬
Saudara kaum muslimin-muslimat yang dimuliakan oleh Allah,
Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita bisa menyelenggarakan shalat Idul Adha
dengan bahagia. Sesuai dengan namanya, yaitu Hari Raya Kurban, maka pada 10
Dzulhijjah sampai dengan 3 hari berikutnya yang disebut sebagai hari tasyriq,
marilah kita mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan menyembelih hewan
kurban dan membagi-bagikannya sebagai amal sosial kepada yang membutuhkan.
Selain itu, penyembelihan hewan kurban ini sebagai wujud dari rasa syukur kita atas
segala nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita semua, sebagaimana
perintah Allah yang termuat dalam Surat al-Kautsar:
‫ ِإَّن َش اِنَئَك ُهَو ٱَأۡلۡب َتُر‬، ‫ َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو ٱۡن َح ۡر‬، ‫ ِإَّنٓا َأۡع َطۡي َٰن َك ٱۡل َكۡو َثَر‬.
"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.Maka
laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah
yang terputus (dari rahmat Allah)."
Berbahagialah mereka yang mampu beribadah kurban, sebab ini adalah anugerah
istimewa di mana kebaikan ini kelak menjadi saksi di hari kiamat.
‫َع ْن َعاِئَشَة َأَّن الَّنِبَّى ﷺ َم ا َع ِمَل اْبُن آَد َم َيْو َم الَّنْح ِر َع َم ًال َأَح َّب ِإَلى ِهَّللا َع َّز َو َج َّل ِم ْن ِهَر اَقِة َد ٍم‬
‫َو ِإَّنُه َلَيْأِتى َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِبُقُروِنَها َو َأْظَالِفَها َو َأْش َع اِرَها َو ِإَّن الَّد َم َلَيَقُع ِم َن ِهَّللا َع َّز َو َج َّل ِبَم َك اٍن َقْبَل َأْن َيَقَع‬
‫َع َلى اَألْر ِض َفِط يُبوا ِبَها َنْفًسا‬
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr
manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan
darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku,
rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada
(ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa
kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah)
Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah
Kurban adalah peristiwa monumental yang selain memiliki nilai sejarah, juga
mengandung nilai ibadah dan hikmah. Seorang Rasul yang diperintah oleh Allah
menyembelih anak kesayangannya, sebagai wujud ketaatan seorang hamba kepada
Tuhannya. Dalam hal ini, selain memiliki nilai ibadah, Kurban yang dilaksanakan
setiap bulan Dzulhijjah juga memiliki dimensi sosial. Yaitu, semua bergotong royong
membantu prosesi penyembelihan hewan sekaligus mendistribusikannya. Selain itu,
mereka yang mampu juga melaksanakan ibadah ini sebagai bentuk kepedulian juga
terhadap sesama
Sebagai bagian dari ajaran agama, ada beberapa nilai pendidikan yang bisa dipetik
dari peristiwa yang dijalani oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimassalam ini. Di
antaranya:
Pertama. Menjalani perilaku sabar. Nabiyullah Ibrahim alaihissalam sudah berpuluh
tahun menikah namun belum dikaruniai putra. Di sinilah kesabaran beliau diuji. Bisa
saja Allah memberikan putra kepada Nabi Ibrahim, yang bergelar Khalilullah, namun
Allah menunda memberikan putra kepadanya. Dan, beliau menjalaninya dengan
penuh kesabaran. Inilah di antara akhlak yang dicontohkan oleh Nabiyullah
Ibrahim alaihissalam. Yaitu, menjalani ketentuan Allah dengan penuh kesabaran.
Oleh karena itu, sebagai manusia, seringkali kita terburu-buru berprasangka buruk
kepada Allah atas apa yang menimpa kita. Padahal kita belum tahu kejutan, atau
bahkan hikmah, atas apa yang digariskan oleh Allah kepada kita. Oleh karena itu,
sebagai makhluk-Nya, kita harus senantiasa berprasangka baik kepada Allah.
Sebab, sebagaimana hadits qudsi yang disabdakan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi
wasallam, bahwa Allah mengikuti prasangka hamba-Nya(‫) َأَنا ِع ْنَد َظِّن َع ْبِد ي ِبي‬
Sebagian ulama menjelaskan maknanya, yaitu Allah akan menganugerahkan
ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba-
Nya bertaubat. Dan, Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan
beri kecukupan jika hamba-Nya meminta kecukupan, dan seterusnya. Ini adalah
hikmah pertama.
Hadirin jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah
Nilai pendidikan yang kedua dalam peristiwa kurban ini adalah tawakkal. Jadi,
setelah beliau menunggu kehadiran buah hati selama puluhan tahun, akhirnya
dikaruniai Ismail alaihissalam melalui rahim Siti Hajar. Nabi
Ibrahim alaihissalam sangat berbahagia dengan karunia ini. Namun, Allah tiba-tiba
memberikan ujian kepadanya yaitu menyembelih putra yang beliau cintai. Dalam
Surat Ash-Shaffat, ayat 102, Allah mengabadikan peristiwa ini dengan ungkapan
yang bijak, tuturan seorang ayah kepada anaknya:
‫َيا ُبَنَّي ِإِّني َأَر ى ِفي اْلَم َناِم َأِّني َأْذ َبُحَك‬
Artinya: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu”
Ketika menyampaikan kabar ini, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga menunggu reaksi
dari putranya, yaitu Ismail ‘alaihissalam, dengan menanyakan pendapatnya.
.‫َفاْنُظْر َم اَذ ا َتَر ى‬
“Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”
Ayat ini telah mengajarkan kepada kita apabila dalam menentukan keputusan
penting yang berkaitan dengan buah hati, kita juga memberikan peluang kepadanya
untuk berpendapat. Ketika sang ayah memberikan pertanyaan tersebut, maka
Ismail ‘alaihissalam menjawabnya dengan penuh kepastian.
‫َقاَل َيا َأَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُر َس َتِج ُد ِني ِإْن َش اَء ُهَّللا ِم َن الَّصاِبِريَن‬
“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Hadirin yang Dimuliakan oleh Allah…
Dialog antara ayah dengan anak telah diabadikan oleh Allah dalam Surat As-Shaffat.
Dalam metode pendidikan, pola semacam ini disebut metode hiwari alias dialog.
Nabi Ibrahim tidak langsung menyuruh Ismail 'alahissalam menuruti keinginannya
agar mau disembelih. Melainkan, menanyakan kepadanya terlebih dulu. Meminta
pendapatnya. Menguji respon dan reaksinya. Hal ini sesuai dengan fitrah psikologis,
bahwa remaja bisa dimintai pendapat melalui cara dialog untuk mengembangkan
nalarnya. Dan, Ismail ‘alaihissalam menjawab dengan pasti dan percaya diri serta
berharap dirinya menjadi bagian orang-orang yang bersabar (minas shabirin).
Poin ketigadalam peristiwa ini adalah pendidikan ketauhidan. Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail ‘alaihimassalam kompak menjalani perintah Allah. Keduanya berserah diri
dan bertawakal menjalani perintah Sang Pencipta, meskipun ketika hendak
disembelih, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan dari surga.
Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini adalah pentingnya menanamkan
ketauhidan kepada keluarga. Seorang ayah yang memiliki karakter kuat dan
ketauhidan yang kokoh akan bisa mendidik anaknya dengan baik dalam hal
kecintaan kepada Allah dan mentaati perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, jika
dirinya terlebih dulu memberikan contoh yang konkrit. Nabi Ibrahim telah
memberikan contoh, dan Nabi Ismail pun tidak ragu melaksanakan permintaan dari
ayahnya.
Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim memberi contoh bagaimana ketaatan kepada
Allah harus didahulukan daripada kecintaan terhadap anak. Sebagai seorang yang
beriman, beliau menjalani ujian ini dengan baik. Tidak ada gugatan kepada-Nya,
mengapa harus menyembelih putra yang telah dinantikan, bagaimana bisa Allah
memerintahkan hal ini, dan berbagai pertanyaan lainnya. Yang dilakukan oleh beliau
adalah menjalankannya, berserah diri kepada Allah untuk meraih ridlo-Nya. Sebab,
beliau sadar, sebagai hanifan muslima alias seorang yang bersadar diri tunduk
kepada-Nya dan menjalani ketentuan Allah.
Sedangkan sebagai seorang anak, Ismail ‘alaihisaalam mematuhi perintah dari
ayahnya sebagai wujud bakti seorang anak, dan sebagai ungkapan ketaatan
seorang hamba kepada Allah.
Demikianlah di antara hikmah peristiwa kurban yang dijalani oleh Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail ‘alaihimassalam. Semoga kita bisa memetik pelajaran dari khutbah yang
saya sampaikan ini dan semoga kita semua bisa melaksanakan beberapa hikmah
pendidikan yang telah saya sampaikan.
‫ ِإَّنا َأْع َطْيَناَك اْلَك ْو َثَر َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْر ِإَّن‬. ‫ ِبْس ِم ِهللا الَّرْح مِن الَّر ِح يِم‬. ‫اُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيطِن الَّر ِج ْيِم‬
‫َش اِنَئَك ُهَو اَالْبَتُر‬
‫ َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي‬. ‫َباَر َك ُهللا ِلي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِاِّياُك ْم بما فيه ِم َن اآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم‬
‫ َفاْسَتْغ ِفُرْو ا ِاَّنُه ُهَو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬. ‫َو ِم ْنُك ْم ِتالَو َتُه ِاّنُه ُهَو الَّسِم ْيُع ْالَعِلْيُم‬
Khutbah II
‫×) ُهللا َاْك َبْر كبيرا َو ْالَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن هللا ُبْك َر ًة َو َأْص ْيًال َال ِاَلَه ِاَّال‬٤( ‫×) ُهللا َاْك َبْر‬٣( ‫ُهللا َاْك َبْر‬
‫ُهللا َو ُهللا َاْك َبْر ُهللا َاْك َبْر َو ِهلل ْالَحْم ُد‬
‫ َو َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك‬.‫َاْلَح ْم ُد ِهلل َعلَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َعلَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْمِتَناِنِه‬
‫ اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد ِوَع َلى‬.‫َلُه َو َأْش َهُد أَّن َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّداِع ى إلَى ِرْض َو اِنِه‬
‫َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا ِكثْيًرا‬
‫َأَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقواَهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِسِه‬
‫َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِسِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبى يآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا‬
‫ اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَح َّمٍد َو َع َلى‬.‫َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
‫َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّراِشِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْثَم ان َو َع ِلى‬
‫َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلىَيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا‬
‫َأْر َح َم الَّراِحِم ْيَن‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم‬
‫َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر ِع َباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَصَر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن‬
‫َخ َذ َل ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْع َداَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء‬
‫َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر‬
‫ْالُبْلَداِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب‬
‫الَّناِر ‪َ .‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُفَس َنا َو إْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخ اِس ِر ْيَن ‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َيْأُم ُر‬
‫ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬
‫َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬
‫)‪Rijal Mumazziq Z , Rektor Institut Agama Islam al-Falah Assunniyyah (INAIFAS‬‬
‫‪Kencong Jember. Khutbah ini disampaikan di Masjid al-Hidayah, Jemur Gayungan,‬‬
‫‪Surabaya, Ahad 10 Dzulhijjah 1440/ 11 Agustus 2019‬‬
‫‪sumber : islam.nu.or.id‬‬

Anda mungkin juga menyukai