Anda di halaman 1dari 11

MENELADANI HIKMAH KURBAN

Oleh: KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, MA


(Pimpinan dan Pengasuh PP. Al-Amien Prenduan Sumenep
Madura)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.


Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang
telah memberikan berbagai macam kenikmatan sehingga kita bisa hadir
pagi ini dalam pelaksanaan rangkaian shalat Idul Adha. Hadirnya kita pagi
ini bersamaan dengan hadirnnya jamaah haji yang sedang menyelesaikan
manasik haji di Tanah Suci.

Shalawat beriring salam untuk Nabi Muhammad saw, beserta


keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia serta para generasi
penerus risalah dakwahnya hingga akhir zaman.

Dalam suasana pagi yang sakral dan khidmat ini


seiring gema takbir, tahmid, tahlil dan tasbih
berkumandang semenjak malam hingga pagi ini bahkan
sampai hari tasyrik 11, 12 dan 13 Zulhijjah, semoga bisa
menggugah dan membangkitkan gairah dan semangat jihad dalam
menjalankan perintah Allah dan mampu meninggalkan larangan-Nya.
Disamping itu khatib berwasiat, bahwa yang perlu dingat jika ingin
mengapai hidup berbahagia, beruntung, selamat dunia dan akhirat tidak
ada jalan lain kecuali dengan cara meningkatkan rasa ketaqwaan dan
keimanan kepada Allah swt, serta jangan sekali-kali mati sebelum
menjadi muslim sejati

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.


Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Setiap kita adalah pemimpin, dan pemimpin yang baik harus
memiliki kualitas, kapasitas dan integritas sebagaimana yang telah diatur
oleh Allah dalam Al-Quran. Nabi Ibrahim adalah Abu al-Anbiya', bapaknya
para nabi. Nabi-nabi yang diutus sebelum Nabi Ibrahim itu rata-rata
mereka tidak berjumpa dan tidak bertemu dalam satu silsilah keturunan,
nasab dari orangtua yang sama. Meskipun semuanya anak cucu Adam,
tetapi berasal dari latar belakang keluarga dan suku bangsa yang berbeda.
Barulah sejak Nabi Ibrahim diutus oleh Allah sebagai rasul, maka nabi-nabi
dan rasul setelah itu semuanya adalah anak cucu keturunan yang
bersambung darahnya, silsilah nasabnya kepada Nabiyullah Ibrahim AS.
Allah telah menegaskan di dalam al-Baqarah ayat 124:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat


(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia."
Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah
berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Masyaallah. Allah telah membentuk karakter Nabi
Ibrahim sebagai bapaknya para nabi dan rasul, sebagai
pemimpin bagi seluruh umat manusia.
Allah syariatkan kepada Nabi Ibrahim dua syariat yang agung,
yang itu diwaris-kan secara orisinal kepada umat nabi kita, Muhammad,
melalui perintah Allah di dalam Al-Quran al-Karim, yaitu syariat ibadah
haji dan ibadah kurban. Haji dan kurban adalah cara Allah mendidik
karakter kepemimpinan Nabi Ibrahim.

Setelah ayat-ayat yang berkisah tentang bagaimana kemunculan


Nabi Ibrahim, bagaimana perjuangannya melawan kemusyrikan,
bagaimana beliau hijrah dari negeri kelahirannya ke Bait al-Maqdis. Di
sana beliau membangun rumah tangga yang diberkahi oleh Allah . Allah
menyatakan, "Rahmat Allah dan keberkahan-Nya telah dilimpahkan
kepada kalian, wahai keluarga Ibrahim." Oleh karena itu, salah satu
keluarga yang dipilih oleh Allah untuk menjadi contoh dan teladan bagi
kita, seluruh umat Nabi Muhammad, adalah keluarga yang dididik dan
dibina oleh Nabi Ibrahim

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Ayat tentang haji dan kurban ini berkaitan erat. Di dalam Al-
Quran, keduanya disebutkan secara berurutan. Ini bisa kita baca di dalam
surat al-Hajj ayat 26-37. Artinya, ibadah haji dengan ibadah kurban itu
berkaitan erat.

Ibadah kurban menjadi contoh keteladanan bagi semua


pemimpin, bagi semua umat, semua karakter pribadi-pribadi yang
beriman dan bertakwa kepada Allah. Allah mendidik karakter Nabi
Ibrahim sebagai pemimpin yang harus siap dan rela berkorban. Berkorban
mengalahkan kepentingan diri dan kelompoknya, mengalahkan egoisme
dan kepentingan jangka pendeknya, dengan hanya menghambakan diri
kepada Allah.
Perintah Allah harus ditegakkan. Itulah karakter pemimpin
yang Allah inginkan hadir dalam pribadi Nabi Ibrahim
dengan kewajiban ibadah kurban ini yang digambarkan di
dalam surat ash-Shäffat ayat 101-111.
Pendidikan keluarga menjadi syarat untuk memimpin umat manusia.
Kalau seorang ayah berhasil mendidik putra-putrinya, maka itu tanda
yang pertama bahwa dia layak dan pantas untuk memimpin orang
banyak. Mendidik anak tidak mudah, mendidik anak harus diberikan
contoh keteladanan dari orangtua. Orangtua adalah contoh, guru terbaik,
guru yang pertama dalam institusi yang bernama keluarga. Pendidikan
anak juga harus mengedepankan dialog sebagaimana yang ada di dalam
surat ash-Shäffat ayat 102:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar."

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Walaupun lewat mimpi, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk


menyembelih putranya, beliau tetap sampaikan dengan kelembutan,
dengan tawadhu dan penuh rasa kasih sayang, kepada putranya. Beliau
sampaikan dengan dialog yang baik, "Wahai putraku yang aku sayangi,
aku telah melihat dalam mimpi aku menyembelih engkau dengan
perintah dan izin dari Allah. Sampaikan apa pendapatmu?"

Dialog itu berarti beliau tidak ingin memaksakan


pendapat atau pandangannya. Dialog itu juga bukan
berarti beliau berupaya 'menawar' perintah Allah. Akan
tetapi, Nabi Ibrahim lakukan dialog dengan putranya,
Ismail, adalah untuk menumbuhkan sifat dan karakter
dialogis di dalam rumah tangga.
Dan Ibrahim yakin dengan pendidikan yang selama bertahun-tahun ini
sudah ditanamkan kepada Ismail, maka putranya itu pasti akan
memberikan jawaban yang menunjukkan dirinya rida pada keputusan
Allah.

Jawabannya sudah bisa diduga dan ditebak; jawaban yang keluar


dari mulut anak yang saleh; jawaban yang keluar dari pikiran dan jiwa hati
yang bersih.

Ismail pun menjawab, "Wahai Ayahku, jangan ragu-ragu. Kerjakan


langsung, eksekusi apa yang telah Allah perintahkan kepadamu, wahai
Ayahanda. Maka engkau pasti akan mendapati aku sebagai bagian dari
orang-orang yang bersabar menerima keputusan dan ketetapan dari
Allah."

Ini contoh dialog yang luar biasa dalam Al-Quran. Anak dan bapak
seiring sejalan, seiman seakidah bertakwa kepada Allah. Tidak mudah kita
berdiri di zaman sekarang, zaman yang banyak dengan tantangan yang
dapat menggerogoti nilai-nilai akidah dan akhlaq al-karimah, sehingga
dapat menghancurkan jati diri dan kepribadian seorang Muslim. Karena
itulah kita harus mencontoh pendidikan dari Nabi Ibrahim, yang mampu 3
menghadirkan seorang anak yang mampu mengucapkan kata-kata yang
sangat luar biasa sebagaimana dicatat di dalam Al-Quran al-Karim.

"Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah


kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Langsung tanpa basa-basi keduanya berserah diri kepada


keputusan Allah. Nabi Ibrahim pun meletakkan tubuh putranya di atas
batu. Beliau telah menyiapkan pisau yang tajam di atas leher putranya itu.
Sifat keberserahan diri, ketakwaan, ayah dan anak ini didukung pula oleh
Hajar, istri Ibrahim atau ibunda Ismail. Memang di dalam Al-Qur’an tidak-
disebutkan perkataan sokongan Hajar. Namun, yang pasti
beliau mengetahui rencana sang suami, lantas
mendukungnya.
Sudah pasti Ibunda Hajar rela dengan putusan Allah, tanpaperlu lagi
sikapnya itu disebutkan di didalam Al-Quran.

Langsung Allah SWT menyeru kepada Nabi Ibrahim:

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah


membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang
baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (Q.s. ash-Shäffat : 104-109)

"Sungguh engkau wahai Ibrahim telah membenarkan mimpimu." Ini


adalah bukti keimanan kepada Allah Membenarkan keimanan kepada
Allah pasti Allah berikan pahala: pasti Allah berikan penghargaan dan
apresiasi terhadap pembenaran perintah Allah yang tidak ada batasnya
dari Nabi Ibrahim Tidak mudah perintah menyembelih anak ini. Tak aneh
kalau setiap ayah yang mendapatkan perintah semacam Nabi Ibrahim ini
akan enggan memenuhinya. Saat yang sama, perintah itu pula akan
membuat setiap anak menolaknya. Karena itulah, di awal Allah pun
mengatakan bahwa apa yang dihadapi Nabi Ibrahim ini sebentuk ujian
yang sangat besar. Ayah dan anak ini tidak lari dari perintah Allah, tidak
mangkir dari perintah-Nya. Mereka kerjakan dan patuhi dengan ikhlas.
Lihat kemudian apa yang Allah berikan kepada keduanya?”
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang
baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.

Inilah ganjaran dari Allah kepada Nabi Ibrahim


Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Dari kisah tersebut kita bisa memetik pelajaran berharga. Allah


meminta kita untuk mematuhi proses awal, bukan melihat hasilnya. Allah
akan menilai bagaimana kita ini berproses untuk menjadi orang yang
beriman, menjadi orang yang bertakwa, menjadi ayah yang saleh bagi
keluarganya, yang telah dididik dengan nilai-nilai keimanan kepada Allah
hingga kelak menjadi keluarga yang diberkahi oleh-Nya.

Lalu, apa saja hikmah daripada ibadah kurban ini?

Pertama, kita harus memiliki nilai-nilai kepemimpinan. Kepemimpinan itu


dasarnya adalah takwa kepada Allah, menaati perintah dan menjauhi
larangan Allah.

Kedua, kepemimpinan itu harus dimulai dari rumah tangga. Jika keluarga
kita mampu dididik dengan baik, insyaallah kita bisa memimpin umat
manusia ini ke jalan yang diridai oleh Allah.

Ketiga, kita harus 'menyembelih' sifat-sifat kebinatangan kita. Karena


maksud dari ibadah kurban ini bukan hanya menyembelih seekor kambing,
sapi, ataupun unta, melainkan juga yang lebih dasar dari itu, yakni harus
menyembelih sifat-sifat kebinatangan kita. Ketika kita menyembelih
hewan kurban, kita niatkan karena ingin menaati perintah Allah. Kita ingin
meninggalkan rasa tamak dan cinta kepada dunia, menyingkirkan rasa
sombong dan egoisme kita. Kita menying- kirkan perasaan-perasaan yang
buruk terhadap Allah.

Salah satu tanda untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah


diberikan kepada kita adalah dengan beribadah kurban.
Bersyukur kepada Allah dengan kurban bukan berarti
daging kurbannya itu dimakan Allah; bukan berarti darah
yang mengalir dari hewan kurban itu nanti dimakan oleh
Allah. Tidak! Allah menegaskan hikmah penyembelihan
kurban dan mengalirnya darah-darah dari hewan kurban
dalam firman- Nya di surat al-Hajj ayat 37:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai


(keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Mudah-mudahan ibadah kurban tahun ini dapat kita maknai


dengan sebaik-baiknya. Kita jalankan dengan penuh keikhlasan dan
keridaan. Jangan kita berpikir adanya ibadah kurban itu untuk bisa
menikmati daging yang segar lalu bisa makan-makan. Jangan sampai juga
kita berlibur ke mana- mana hingga ke luar negeri, tetapi untuk turut
berkurban masih saja merasa tidak sanggup. Na'udzubillah min dzälik.

Untuk itu, mari kita banyak bersyukur kepada Allah. Kita


pantaskan diri kita untuk menjadi pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa dengan kita menyelenggarakan dan menjalankan ibadah kurban.
Kalau kita tahun ini belum bisa berangkat haji, maka mari kita ramai-ramai
mensyiarkan dan menggemakan ibadah kurban ini di seluruh penjuru
negeri. Jadikan ibadah kurban ini sebagai momen kesiapan kita untuk
berkorban mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan- Nya.

Anda mungkin juga menyukai