OLEH
IKHWAN SOLEMAN, S.Pd.I,.M.Pd
Hari ini sampai kita, kepada hari yang dimuliakan oleh Allah
SWT yang disebut sebagai sayyidul ayyam ( induk dari segala
hari), Allah SWT masih memberikan kita umur panjang sampai saat
ini. Bukan hanya umur yang panjang, Allah juga telah memberikan
nikmat sehat serta nikmat istiqamah didalam hati kita. Sehigga
dengan nikmat-nikmat tersebut, ringan kita melangkahkan kaki
menyambut seruan adzan, datang memenuhi panggilan Allah,
menunaikan sholat fardhu jum’at pada hari yang mulia ini.
2
swt, Zat yang hingga detik ini telah membuktikan dengan segala
kelebihan.
Karunia yang dia curahkan kepada kita, bahwa dialah Zat yang
paling penyayang, paling pengasih, tidak ada yang menandingi rasa
kasih sayang dan kasihnya.. tidak ada yang menyamai bentuk
anugerah yang diberikannya kepada kita yang hadir disini, dimana
Allah masih menanamkan keimanan, keislaman dan ketaqwaan
dalam sanubari kita. juga Allah masih menyandingkan raga kita
dengan kesehatan dan kemampuan, yang itu semua merupakan
jalan lebar bagi kita menjadi orang-orang sukses sesuai dengan
tolak ukur Allah swt.
Jika seorang anak, yang dibiayai oleh orang tuanya untuk belajar,
maka ungkapan rasa terima kasih yang paling bijak adalah belajar
dengan sebaik-baiknya dan menunjukkan keberhasilan dalam
belajar, jika seorang atlit, dibiayai untuk berlatih, maka ungkapan
rasa terima kasih yang paling baik adalah menunjukkan prestasi
gemilang pada cabang atlit yang digeluti, maka jika Allah
memberikan kenikmatan kepada kita, ungkapan rasa syukur yang
paling puncak adalah menjadi hamba yang berhasil di mata Allah
swt. lalu bagaimana tolak ukur keberhasilan Allah atas
hambanya..??
3
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah!
4
“Berkata (Allah): sungguh aku menjadikan mu pemimpin bagi
manusia” (Q.S. Al-Baqarah, 124)
صالِ ِحيْنَ ما ال َعيْنٌ َرأتْ وال أُ ُذنٌ سمعتْ وال خطر على قلب بش ٍر
َّ أَ ْع َددْتُ لِ ِعبادي ال
ْ ثُ َّم أَ ْو َح ْينَا إِلَيْكَ أَ ِن اتَّبِ ْع ِملَّةَ إِ ْب َرا ِهي َم َحنِيفًا َو َما َكانَ ِمنَ ا ْل ُم
َش ِر ِكين
5
Pertama, Lulus ujian dengan baik..
Hal ini merupakan sebuah keniscayaan bagi orang yang ingin maju,
begitu pula dengan kehidupan nabi Ibrahim yang mulai di isi dengan
berbagai ujian semenjak ia di asingkan dari raja namrud di dalam
gua, kemudian pencariannya terhadap tuhan yang hakiki,
penentangannya terhadap kaumnya yang menyembah berhala, di
masukkannya nabi Ibrahim kedalam api, diperintahnya untuk
membangun ka’bah, hingga ujian dimana dia harus menyembelih
ismail, anaknya yang begitu ia cintai dan ia harapkan akan
meneruskan dakwahnya..
Seluruh rangkaian ujian itu Ibrahim jalani dengan sabar dan penuh
perjuangan.. maka begitu pula tiap manusia dengan segala ujian
yang berbeda di hidup mereka yang juga berbeda-beda.. maka jika
kita ingin sukses, nilai kesabaran dan pengorbanan harus kita
tanam dalam diri kita sedari dini.
Ini bisa di lihat dari penolakan nabi Ibrahim atas tawaran malaikat
untuk menolong Ibrahim ketika hendak di bakar, dengan
menyatakan bahwa dirinya hanya menggantungkan hidup dan
matinya pada Allah swt, dengan begitu Allah sendiri yang berfirman
dalam (Q.s. al – anbiya, ayat 69), menyuruh agar api yang panas
berubah menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim:
Karena hanya dengan iman dan aqidah yang murni, bisa menjadikan
tiap amal kita bernilai ibadah di mata Allah swt, dan dengan dasar
6
keimanan, maka orientasi seseorang untuk selalu berbuat baik akan
terus ada hingga dirinya kembali kedalam tanah, sebab tujuannya
semata-mata karena ridho Allah dan Ridho Allah tidak akan pernah
nyata kita dapatkan hingga kita kembali ke hariba’anNya.
Dan juga hanya dengan iman dan aqidah yang murnilah yang bisa
memadamkan api-api namrud, api-api yang di era sekarang telah
memiliki berbagai macam bentuk godaan dan kemaksiatan yang
kapan saja bisa membakar diri kita.
Hal ini bisa kita lihat sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-
Baqarah, ayat 131:
Hal ini pun telah di contohkan oleh nabi Ibrahim dengan pasrahnya
ia untuk mengorbankan ismail yang begitu ia cintai.. dan ia yakin
bahwa Allah adalah zat yang mengharamkan kezhaliman atas
dirinya dan juga atas hambanya,, maka begitu pula dengan kita..
7
Jika kita hendak menjadikan diri kita hamba yang sukses maka kita
harus rela mengorbankan ismail-ismail kita yang bias kita maknai
dengan berbagai macam tafsiran, mulai dari hal-hal yang besar
seperti kecintaan kita yang terlalu buat istri dan anak kita.
Pekerjaan kita, harta kita, teman-teman kita dan segala hal yang
bisa menomor dua kan Allah di hati kita…
Maka di hari jum’at ini, mari kita tekadkan dalam hati kita, rasa
sadar berislam dan jiwa yang siap berkorban untuk masuk dalam
ranah perjuangan menjadi hamba yang berhasil dengan mengikuti
pola hidup dan kiat sukses ala nabi Ibrahim, sebagai bentuk syukur
dan perwujudan kita menjadi ahsanu taqwim.