Anda di halaman 1dari 5

TEKS SYARAHAN TAFSIR

Salam.Bismillah...
Hamdalah...
Selawat ke atas Nabi Muhammad SAW.

Yang dimuliakan barisan panel hakim yang menjunjung panji keadilan dan penjaga
masa yang setia dengan masanya semoga dirahmati Allah.

Tampilnya saya di sini adalah untuk menyampaikan syarahan tafsir yang bertajuk “KISAH
MENCARI TUHAN”. Sebagaimana yang kita maklum bersama, bahawa Allah swt
berfirman di dalam Surah al-An’am ayat 74-79 yang telah menceritakan kisah Nabi Ibrahim
a.s mencari Tuhannya.

Hadirin dan Hadirat yang dirahmati Allah,

Sebagaimana firman Allah ayat 74 dari surah al-an’am yang bermaksud:


Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapanya Aazar: "Patutkah ayah menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Secara ringkasnya, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Maksud ayat tersebut adalah
bahawasannya Nabi Ibrahim menasihati ayahnya tentang penyembahan yang dilakukannya
terhadap berhala-berhala, mengingkari sekaligus melarangnya melakukan hal tersebut. Namun
ayahnya tidak juga berhenti dari perbuatan tersebut, dan Allah berfirman” Sesungguhnya aku
melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". maksud kesesatan disini ialah ia tidak
mendapat petunjuk kemana mereka harus berjalan, bahkan mereka berada dalam kebingungan
dan kebodohan, hal ini jelas bagi orang yang berakal sihat.
Maka Nabi Ibrahim memohon ampun bagi ayahnya sepanjang hidupnya, dan ketika ayahnya
mati dalam keadaan musyrik dan yang demikian itu diketahui Nabi Ibrahim secara jelas, maka
ia menghentikan permohonan ampunan bagi ayahnya tersebut serta melepaskan diri darinya.

Sebagaimana yang difirmankan-Nya

“Dan bukanlah istighfar Nabi Ibrahim bagi bapanya (dibuat) melainkan kerana adanya janji
yang dijanjikan kepadanya; dan apabila ternyata kepada Nabi Ibrahim bahawa bapanya musuh
bagi Allah, ia pun berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Nabi Ibrahim itu lembut hati lagi
penyabar.”

Hadirin yang dikasihi sekalian,


Allah berFirman lagi pada ayat 75 yang bermaksud (“Dan demikianlah Kami perlihatkan
kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi”, Yang
bermaksud Allah menjelaskan kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti melalui pengamatan yang
dilakukannya terhadap penciptaan langit dan bumi bahwa semua itu menunjukkan keesaan
Allah swt. dalam kekuasaan dan penciptaan-Nya, dan bahawa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah. Justeru firman Allah lagi

“dan supaya menjadilah ia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin”. Dan
ada juga yang berpendapat, pengertian, Kami perlihatkan hal itu kepadanya supaya ia menjadi
seorang yang berpengetahuan dan yakin.

Hadirin yang berbahagia,

Allah berfirman di dalam ayat yang ke 76 yang bermaksud: (“Ketika malam menjadi gelap”)
iaitu malam itu menyelimuti dan menutupinya. Dia melihat sebuah bintang [lalu] ia berkata:
‘Inilah Tuhanku.’ Tetapi ketika bintang itu tenggelam,”) yakni terbenam; apabila dikatakan:
kemana engkau menghilang dari kami?) yakni bermaksud (kemana engkau pergi dari kami ?).
dan Nabi Ibrahim berkata: (“"Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang”. Di dalam TAFSIR
IBNU KATHIR,Qatadah ada mengatakan: “Ibrahim mengetahui bahawa Tuhannya itu kekal
abadi dan tidak pernah lenyap.”

Hadirin yang dimuliakan,

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhannya diteruskan lagi dengan Firman Allah di dalam surat Al-
an’am ayat 77, 78 dan ayat 79 yang bermaksud:

Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah
Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku
tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat"

Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia:
"Inikah Tuhanku? Ini lebih besar"

Artinya, yang terang benderang dan terbit ini adalah Tuhanku


“ini lebih besar” wujudnya, dan lebih terang daripada bintang dan bulan.

Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: ` Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri
(bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya).

"Sesungguhnya aku hadapkan muka dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan
bumi, sedang aku tetap di atas dasar tauhid dan bukanlah aku dari orang-orang yang
menyekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain)".
Maksudnya, aku murnikan agamaku dan aku khususkan ibadahku Kepada Yang Menciptakan
langit dan bumi”) artinya yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa adanya contoh terlebih
dahulu.

dengan cenderung pada agama yang benar”) dalam keadaanku yang hanif, yaitu menyimpang
dari kemusyrikan dan cenderung pada tauhid. Oleh karena itu ia berkata (“dan bukanlah aku dari
orang-orang yang menyekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain”)

Hadirin – hadirat yang dikasihi Allah sekalian,

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai konteks tersebut, apakah ungkapan Nabi Ibrahim itu
adalah dalam konteks perenungan semata atau dalam konteks perdebatan.

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui jalan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, “Hal itu adalah
dalam konteks perenungan.” Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, berdalil dengan firman
Allah di dalam surah al-an’am ayat 77 yang bermaksud "Demi sesungguhnya, jika aku tidak
diberikan petunjuk oleh Tuhanku”

Bagaimana mungkin Nabi Ibrahim dalam hal ini dianggap merenungkan hal tersebut,
sedangkan ia adalah orang yang Allah Ta’ala berfirman di dalam surah al-anbiya ayat 51 hingga
52 yang bermaksud :

“Dan demi sesungguhnya, Kami telah memberi kepada Nabi Ibrahim sebelum itu jalan yang
benar dalam bertauhid, dan Kami adalah mengetahui akan halnya.’

“Ketika ia berkata kepada bapanya dan kaumnya: "Apakah hakikatnya patung-patung ini yang
kamu bersungguh-sungguh memujanya?"

Allah juga berfirman yang artinya:


“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan
(Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. dan
Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad): ‘Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif,’ dan bukanlah
Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.” (an-Nahl: 120-123)

Selain itu Allah juga berfirman yang artinya:


“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Rabbku pada jalan yang lurus, yaitu
agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang
yang musyrik.’” (al-An’aam: 161)
Di Dalam ash-Shahihain disebutkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw. beliau bersabda:
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah [Islam].”

Allah berfirman yang artinya:


“[Tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah.” (ar-Ruum: 30)

Jika yang demikian itu berlaku bagi seluruh mahkluk, lalu bagaimana mungkin Ibrahim –yang
oleh Allah telah dijadikan sebagai imam yang dapat dijadikan teladan, seorang yang hanif, dan
bukan dari golongan orang-orang musyrik- dalam konteks ini merenungkan [hal tersebut].
Bahkan ia adalah orang yang paling layak menyandang fitrah yang murni dan karakter yang
lurus setelah Rasulullah saw. yang tidak dapat diragukan lagi.

Sebagaimana yang telah saya jelaskan diatas,izinkan saya membuat kesimpulan :

1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg


manusia kepada jalan yang benar.
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang
yang mulia beserta orang-orang yang beriman
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju
kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik
di dunia maupun di akhirat.
5. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan
ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu
6. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para
pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga
mereka saling menyesatkan satu sama lain
7. Bahawa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia mahupun
diakhirat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan
orang yang sedang menempuh perjalanan menuju syurga, Hal ini merupakan
kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.
8. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana
pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan
spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak
yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan
bermartabat.
Demikianlah huraian singkat dari saya, saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kealfaan.
semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat dan menjadi semangat dalam di dalam kita
untuk mengenal siapakah Tuhan Kita yang sebenarnya?. Sesungguhnya, yang baik itu
datangnya dari Allah swt dan yang serba kekurangan itu datangnya dari diri saya sendiri.
Akhir kalam dari saya ibarat arab ada mengatakan “Barangsiapa yang mengenal dirinya
maka dia mengenal Tuhan-nya”.

Sekian ,

‫وباهلل التوفيق والهداية والسالم عليكم ورحمة هلال وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai